Another Day
My Ice Prince(ss)Yerin tidak bisa untuk berhenti tersenyum. Meski SinB menolak hampir semua saran tempat yang ia ajukan untuk menghabiskan hari kencan mereka, namun Yerin tidak merasa sedih sama sekali. Setidaknya, SinB pada akhirnya menerima satu tempat terakhir dari list rekomendasinya.
Taman kota.
Dari seluruh tempat yang Yerin ajukan, diantaranya: Lotte World, COEX Aquarium, Hongdae Street, Namsan Tower, Danau Seokcheon, Seoul's Time Square, Seoul Zoo, dan bahkan Hotel, SinB menolak itu semua, terutama tempat paling terakhir. Dia bergidik ngeri, bagaimana bisa Yerin berpikir untuk membawanya ke hotel? SinB memang sedikit banyak tahu jika kekasihnya itu adalah gadis byun. Terbukti dari seringnya Yerin menciumnya tanpa izin dan meremas bokongnya tiap ada kesempatan. Tapi mengajaknya ke hotel? Itu sudah di level byun paling akut. SinB rasa, dia perlu berpikir-pikir lagi untuk meneruskan hubungannya dengan gadis itu. Ini tidak aman!
Taman kota yang mereka kunjungi terletak tidak jauh dari apartemen Yerin. Hanya berjalan beberapa menit Yerin bisa sampai kesana tanpa harus menggunakan kendaraan pribadi. Itu memang salah satu alasan SinB memilih tempat tersebut. Dia jadi tidak perlu repot menjemput Yerin dan langsung bertemu di tempat janjian.
Seperti melihat harta karun bernilai milyaran, kedua mata Yerin berbinar-binar begitu melihat pangeran dengan jaket denim dan ripped jeans berdiri kepanasan di sudut taman. Yerin menggunakan kemampuan larinya untuk mendekati SinB. Tanpa aba-aba memeluk tubuh gadis itu dengan erat.
"My wangja-nim!" pekik Yerin.
SinB melepas pelukan Yerin secara paksa. Ekspresinya terlihat kesal dan tak suka. Tahu sendiri dia membenci skinship.
"Don't touch me. And why did you came so late?!" marahnya pada gadis Jung. "Kau tahu aku benci menunggu."
Yerin meringis, merasa bersalah. "Maaf. Aku tidak mengira akan membutuhkan waktu lama untuk berdandan cantik untukmu," Dia menunjuk pin berwarna merah di rambutnya. "Aku juga memakai pin merah cantik ini." senyumnya.
SinB menatap Yerin datar. Ah, itu memang official ekspresinya, sih. Namun kata-kata yang keluar dari mulut SinB selanjutnya bagai sebuah petir yang terjadi di siang bolong.
"Mari kita putus."
Yerin menelan salivanya. Kedua mata mulai berkaca-kaca.
"SinB-ya, wae geurae? Aku meminta maaf karena datang terlambat. Aku hanya ingin berdandan cantik untukmu, dan bahkan memakai pin rambut cantik ini," Yerin mulai sesenggukan. "Kenapa kau
Comments