Kita Berdua

QUARANTINE - Indonesian Version
Please Subscribe to read the full chapter

Sakura bangun di pagi buta. Dia mengukur suhu tubuhnya sebelum melapor ke pihak berwajib melalui aplikasi dan panggilan telepon. Ia kemudian menyeduh teh untuk dirinya sendiri lalu bergegas membawa Kurikindi ke balkon.

Chaeyeon belum berada di atap jadi dia memutuskan untuk menerbangkan Kurikindi dan memonitor lingkungan sekitar.

Dibandingkan dengan New York yang baru saja dikunjunginya, orang-orang di Seoul tampak lebih percaya diri untuk melanjutkan rutinitas harian mereka dengan persediaan masker yang (hampir) cukup—Meski memang ada lebih sedikit orang di jalan. Warga Seoul giat mewaspadai social distancing dan 99% dari mereka terlihat mengenakan masker. Kepanikan dan kecemasan yang dirasakan sebulan yang lalu mulai berangsur hilang.

Saat Kurikindi monitor keadaan jalan sekitar, sulit bagi Sakura untuk tidak terpesona dengan mekarnya beojkkoch (벚꽃 bunga sakura). Dia merasa tertegun. Sangat indah!

Secara otomatis, Sakura mengaitkan dirinya dengan bunga itu karena kemiripan dengan namanya. Kakek dan neneknya berharap agar cucunya yang lahir di musim bunga sakura yang menyebarkan kebaikan (良) semasa hidupnya.

Dia pernah membenci nama stereotipikal Jepangnya itu. Namun, setelah Sakura menetap di Seoul sekarang, dia tiba-tiba merasa bersyukur.

Kemudian ponselnya berdering penanda pesan masuk.

Chaeyeon mengirimkan pesan. Dengan cepat ia menggeser layar ponsel dengan satu jari dan membaca pesan gadis itu,

- Aku membuat pancake untukmu dan akan membawanya ke atap. Bisakah kamu mengirim Kurikindi?

 

Karena sedang memegang kendali Kurikindi, Sakura memanfaatkan fungsi voice typing di ponselnya.

- Bukannya kamu puasa berkala?

 

Chaeyeon membalas,

- Benar. Aku membuatnya khusus untukmu :)
 

Khusus untukku? Sakura menyeringai lebar. Suara lonceng tetiba terdengar bergemuruh di angkasa. 

Sesaat kembali dari khayalnya, sang fotojurnalis itu dengan cepat mengontrol penuh Kurikindi lagi dan mendaratkannya di lantai atap apartement sang penari. Kemudian, sinar matahari menjadi tampak lebih cerah saat sang malaikat penari itu muncul dari balik pintu.

Chaeyeon tampak mengenakan masker (dia sangat berhati-hati dengan pandemi ini). Secara perlahan, ia meletakkan kotak makan berbalut kertas yang dibawanya ke punggung Kurikindi kemudian mengikatnya dengan tali. Dengan tangkas ia membuat simpul yang cukup kuat untuk menjaga kotak itu tetap merekat sebelum dari jauh memberi teriakan bisu 'aman lepas landas' saat melepas maskernya.

Setelah Kurikindi mendarat kembali ke apartemen pemiliknya, sebuah pesan baru masuk ke ponsel Sakura,

- Makanlah selagi hangat. Aku pemanasan dulu.

Tanpa membuang banyak waktu, Sakura membuka kotak makan dan segeralah tercium wewangian surga! Setelah puas menghirup, ia mencuci tangannya dan melahap pancake itu langsung dari wadahnya.

Belum pernah dia rasakan pancake selezat itu—rasa tingkat dewa ini tidak hanya membuat Sakura terenyuh, tapi juga membuat relungnya terasa hangat... menyebar dari dada ke perutnya dan kembali lagi tenggorokannya, membuat detak jantungnya berdegup keras dan paru-parunya sulit bernapas. Gadis fotojurnalis itu mengenali perasaan ini, sebuah perasaan yang dia rasakan hanya dari sang ibu yang memanjakannya.

Tidak pernah dia mendapatkan persaan ini dari orang lain.

Sakura terdiam sesaat, dia mencoba menghapuskan keraguan hatinya. Gadis itu menggelengkan kepalanya, menolak mengakui perasaannya itu. Ia berhenti pada satu kesimpulan: perasaan itu muncul karena persahabatan sejati—BFF. Tepat sekali! Chaeyeon hanyalah seorang sahabat. Mari berhenti pada kesimpulan ini dan tidak berharap lebih.

Setelah memakan beberapa potong pancake, Sakura kemudian memblas pesan Chaeyeon sambil berjalan ke balkon,

- Sangat lezat, super duper lezat. Kamu sungguh serba bisa. Terima kasih.

Chaeyeon membaca pesan tersebut dan membalas dari kejauhan dengan improvisasi langkah-langkah tarian pendek untuk memberi isyarat 'sama-sama.'

Tak lama kemudian, Sakura menerbangkan Kurikindi untuk merekam Chaeyeon yang mulai menari.

Di saat itulah, lampu ide di benak Sakura menyala: mengapa dia tidak membuat film dokumenter saja? Topiknya tentang kehidupan karantina serta lingkungannya dengan Kurikindi dan tentu Chaeyeon akan menjadi bagian dari film dokumenter itu.

*********************************

Ketika Chaeyeon keluar dari kamar mandi, tendengar bunyi lonceng dari ponselnya. Dia membuka pesan itu dan melihat video klip yang dikirim dari. Klip tersebut adalah bagian dari tariannya kemarin.

Guratan senyum muncul di wajahnya. Chaeyeon teringat pagi yang lalu, Kurikindi terbang mengelilinginya layaknya seekor burun

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
gumgumtara
Hi, this is gumgumtara. It is so nice now QUARANTINE has more than one language version. We will be uploading chapter 1 very soon. Please subscribe to let me know you like this story! Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
cathycathy #1
Chapter 7: I like this version so much. Just like the other said, this version gives me different feelings. Thank you for the hardwkork! <3
Pandawa77 #2
Chapter 6: Gemezzz
yeonsaku #3
Chapter 3: Waah it's good. I've read the original version, I enjoyed it very much. I really love it, gumgumtara - nim. But this Indonesian version gives me different feeling, in a good way. Good jod, D00bydab. Cant wait for the next chapter