Keping 8

Protect!

Ketukan pada kaca mobil memecah lamunan Won Shik. Cepat-cepat dipersilakannya So Jin masuk, bergabung bersama hening yang tak sengaja tercipta. Enggan larut dalam senyap, So Jin pun berseru, “Hei, sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan?”

“Bagaimana pengambilan gambarmu hari ini? Lancar seperti biasa?” Won Shik beralih topik, seraya memasukkan kunci mobil dalam slot dan mulai memundurkan mobil.

Tatapan So Jin menajam, “Won Shik-a, kau tahu aku tak suka basa-basi ‘kan?”

Won Shik menghela napas, lalu mengangguk malas.

“Katakan sejujurnya,” desak So Jin.

Selepas menjauh dari area parkir, Won Shik baru nekat bersuara, kendati masih dikepung ragu. “Kau dan Ho Jung… Seperti apa hubungan kalian dulu?”

Alis So Jin mengerut. Entah bisa disebut kemajuan atau tidak, ini kali pertama Won Shik tertarik mendalami masalah pribadinya. Sewaktu dipertemukan untuk membahas “kontrak berpacaran” pun, Won Shik cuma menanyakan biodata personal So Jin―yang semestinya bisa didapat lewat internet―sebagai modal saat dikerubung wartawan kelak.

“Mantan pacar,” ujar So Jin, “seperti yang kauketahui.”

“Dia atau kau yang memutuskan hubungan lebih dulu?” Won Shik bertanya lagi, tanpa menatap sang mitra bicara. Memberi kesan fokus pada keramaian lalu lintas.

“Aku.”

“Kenapa?”

“Harusnya aku yang bertanya padamu, huh?” sungut si surai emas. “Kenapa tiba-tiba ingin tahu seperti itu? Apa Ho Jung menyinggung sesuatu tentangku saat kalian bertengkar?”

Bingo!

“Hei, bukankah sejak awal sudah kukatakan?” Tangan So Jin mendorong bahu kekar Won Shik. “Bukan cuma kau yang diuntungkan dalam ‘hubungan’ ini.”

Senyap. Pemuda Kim itu masih enggan mengirim reaksi.

“Kau sudah dengar kalau saham agensiku menurun setelah pengumuman status kita?” Volume suara So Jin memelan, seiring dengan tatapannya yang berubah nanar. Won Shik meliriknya sekilas, demi mendeteksi apakah So Jin sedang melancarkan akting atau tidak. ”Ya. Demi berpisah dengan si brengsek itu, aku mempertaruhkan segalanya.”

Sejauh ini, sepertinya tidak.

“Ho Jung menduakanku dengan seorang penulis naskah drama. Aku juga sudah berkali-kali mencoba mengakhiri hubungan kami, tapi tetap saja sulit.” Wanita bermarga Im itu tersenyum kecut, dibalas alis Won Shik yang terangkat tinggi-tinggi. “Ho Jung bilang, mereka berkencan hanya untuk sementara, sampai dia mendapat tawaran sebagai pemeran utama. Dan, kau tahu kelanjutannya?”

“Penulis naskah itu mengandung anaknya?”

So Jin mengangguk, “Untuk ukuran artis, kau cukup up to date.”

Lebih tepatnya, tebakan yang beruntung. Won Shik sekadar menduga-duga, lantaran pemberitaan yang merebak beberapa waktu lalu hanya sebatas rapper “A” menghamili seorang penulis naskah. Dan, hingga kini, media tidak pernah mengungkap kebenaran pasti.

“Wanita itu mengancam akan bunuh diri jika Ho Jung berani meninggalkannya.” So Jin kembali menjelaskan. “Sampai sekarang, aku tidak tahu dia masih hidup atau tidak.”

Lagi, Won Shik refleks menginjak rem. Kebiasaan si rapper kala terkejut, gugup atau salah tingkah. Tak ayal, dahi keduanya pun nyaris membentur kaca depan.

“Dia orang yang ringan tangan, tahu?” Sang aktris segera menebak poin yang mengejutkan Won Shik. Paham betul akan kenaifan si jambul ombak. “Sebelum insiden di kafe itu pun, Ho Jung sudah beberapa kali, yah, menyakitiku dalam artian sebenarnya.”

Serentak dengan tolehannya, tapak kaki Won Shik mulai menyapu pedal gas, “Lalu, selama diperlakukan seperti itu, kau… Ah! Kenapa kau tidak pernah mengadukannya pada manajer atau agensimu, hah? Bukankah tindak kekerasan itu―”

“Aku tidak bisa melakukannya.”

“Kenapa?”

So Jin mendelik, “Lancang! Kau sudah mengantungi informasi terlalu banyak!”

Mulut Won Shik kembali terkatup, membuat So Jin mendesah lega. Yah, mana mungkin si surai emas nekat mengulang kebodohannya?

Bukan cuma Won Shik yang dianugerahi sifat naïf. Sebelum bergabung di dunia keartisan, So Jin pun berwatak sama. Polos. Berpemikiran bersih. Gampang memercayai orang. Sayang, kepolosan So Jin justru disalahgunakan banyak pihak.

Pertama, sang ibu yang mengajarinya “berakting” lewat berbohong tiap kali rumah mereka disambangi lintah darat.

Kedua, Presdir yang menidurinya dengan iming-iming popularitas.

Ketiga, Ho Jung yang diberi kepercayaan untuk memegang semua rahasia di atas.

Berkomitmen untuk “selalu jujur” pada pasangan adalah penyesalan terbesar dalam hidup Park So Jin. Itu dulu, sebelum sang aktris mengenal siapa Go Ho Jung sebenarnya. Bisa ditebak, lelaki picik itu sudah tentu menggunakan aib So Jin sebagai senjata.

Sungguh, betapa tidak nyamannya hidup dalam jerat ancaman seperti ini.

“Terakhir kali aku meminta kami putus, Ho Jung mengajukan syarat padaku.” So Jin bersikukuh melanjutkan kisah getirnya. “Aku harus menjalin hubungan dengan lelaki di luar agensi, teman-teman dan kerabat dekatku. Dan, dia harus seorang publik figur.”

Setengah mati Won Shik menahan makian yang berada di ujung lidahnya.

“Hal itu tentu membuatku sulit, karena… Tidak ada laki-laki yang mendekatiku semenjak berita kencan kami. Mereka terlanjur takut dengan reputasi Ho Jung.” Bibir si wanita lantas mengukir kurva tipis. “Sekarang kau mengerti ‘kan kenapa aku memilihmu?”

Won Shik mengangguk, “Kurang lebih, iya. Terima kasih untuk kejujuranmu.”

“Begitu saja?”

“Apanya?”

“Kaukira aku tidak haus setelah bercerita panjang lebar?” So Jin melayangkan cubitan pada pipi kanan Won Shik. “Belikan aku minuman, baru setelah itu kita pulang!”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ephemeral--
#1
Chapter 5: interesting!!