Keping 6

Protect!

Usai Won Shik membungkuk sebagai tanda berakhirnya lagu Let Me Go, sorakan beserta tepuk tangan penyaksi Show Champion bergemuruh. Banner dan cahaya biru lembut dari light stick yang dinyalakan para penggemar sontak terangkat banyak-banyak. Simbol kelonjakan popularitas seorang Ravi Kim setelah namanya menjadi kata kunci yang paling banyak dicari di internet.

Semanjur itukah nama besar Park So Jin?

Berdasarkan informasi yang Won Shik terima dari Manajer Pyo, viewers MV Let Me Go dan member Fancafe Ravi Kim juga kian bertambah, beberapa jam selepas artikel resmi tentang “kencan” mereka dirilis. Sejumlah potret yang diambil secara diam-diam—meski Won Shik dan So Jin telah memperkirakannya—saat mereka makan malam bersama di restoran daging panggang tak pelak beredar luas. Selaras dengan keinginan agensi masing-masing.

Di back stage, Pyo Ji Hoon pun menyambutnya dengan senyum lebar, “Won Shik-ie, kau hebat! Melihat sambutan orang-orang tadi, aku jadi tidak sabar menunggu fan meeting bulan depan. Pasti penggemar yang datang akan bertambah dua, ah, tiga kali lipat dari sebelumnya!”

“Kau berlebihan. Mana ponselku?” tanggap Won Shik datar.

“Aku serius!” Ji Hoon malah semakin antusias. Diulurkannya barang yang dipinta si jambul ombak sesegera mungkin. “Ini mimpiku selama bertahun-tahun, tahu!”

Sambil mengibaskan tangan, Won Shik mendengus. Mengapa Ji Hoon memberikannya petuah sementara artis lain mendapat suguhan minum setelah tampil? Sah-sah saja berbangga hati, tapi bukan berarti Ji Hoon boleh melupakan kewajibannya sebagai manajer ‘kan?

Ah, kalau begini, Won Shik harus mencari pelepas dahaganya sendiri.

“Hei! Mau ke mana kau? Aku belum selesai bicara!” seru Ji Hoon ketika Won Shik beranjak dari ruang tunggu. “Pemenang chart baru akan diumumkan setengah jam lagi! Jangan pergi terlalu jauh!”

Tak mengindahkan nasihat Pyo Ji Hoon, Won Shik kukuh melanjutkan perjalanan dan lantas menyalakan ponselnya. Voila! Getar notifikasi pun tak henti-hentinya menggelitik tapak tangan sang rapper. Kotak masuk berikut sejumlah panggilan tidak terjawab… Diserbu oleh nama So Jin!

Maaf, aku tidak bisa menemanimu tapping hari ini.

Sudut bibir Won Shik membentuk kurva dibuatnya. Hubungan mereka memang berdasar fiksi belaka, tapi jujur saja, ia senang mendapat perhatian seintens ini. Ketimbang puncak chart dan trofi, pesan-pesan singkat dari So Jin jauh lebih layak disebut bonus atas peningkatan kariernya.

Won Shik-a, coba tebak! Aku baru saja ikut voting untuk Let Me Go!

Lelaki gila mana yang tidak senang diperlakukan semesra ini?

Semoga kau bisa menang, Ravi-chuuu!

Terlampau hanyut dalam kegembiraan fana, Won Shik sampai kehilangan konsentrasi dan menabrak sebentuk tubuh yang sama kekar dengannya. Milik satu di antara petinggi nominasi yang dijagokan sebagai peraih trofi, namun tetap abai pada perkara waktu kedatangan.

Go Ho Jung.

“Wah, wah, wah…” Ho Jung menyambut sinis sambil melipat kedua tangannya di dada. “Masih ada juga stasiun TV yang mau mengundang rapper cumi-cumi sepertimu? Apa mereka tidak punya pengisi acara lain yang lebih berbakat? Terkenal, tapi hasil menumpang nama… Cih.”

Won Shik merasakan wajahnya memanas, namun tetap berusaha bungkam.

Sudah menjadi rahasia publik kalau seorang Go Ho Jung gemar mengintimidasi. Miskin kesantunan. Menuhankan senioritas. Tapi, bermodal bakat komposisi dan merangkai lirik yang setara dengan kadar keangkuhannya, hal itu tidak pernah dipersoalkan. Pelontar kritik di kalangan netizen pun kalah telak dengan pembelaan fans buta yang mengagungkan sifat langit Ho Jung.

Ini juga bukan kali pertama Won Shik direndahkan olehnya.

“Kau tidak bosan terus-menerus kalah dariku?” cetus Ho Jung lagi, berbonus seringai dan alis terangkat. Membuat lelaki berkemeja abu-abu di sebelahnya―yang Won Shik yakini sebagai manajer pemuda bermarga Go itu―salah tingkah. Seperti ingin mencegah artisnya berulah, tapi sungkan menjadi pelerai. “Ingat acara Shut Up yang kujuarai tiga bulan lalu? Kalau aku jadi kau, aku takkan berani muncul lagi di hadapan publik, apalagi berhadapan dengan orang yang sudah mengalahkanku.”

Meladeni si besar kepala hanya akan membuatmu terlihat sama bodohnya, uh?

“Kaupikir aku tidak tahu, hah?” Tak kunjung mendapat reaksi dari Won Shik, pemuda berjaket kulit legam itu kembali buka suara. Meski masih dalam desibel rendah agar tidak tertangkap telinga segelintir kru yang tersebar di sekitar. ”Kau dan So Jin hanya terikat kontrak ‘kan?”

Mendengar nama itu, Won Shik batal mengambil langkah.

“Sudah kuduga. So Jin-ku takkan sebodoh itu, sampai mau dengan cumi-cumi seperti dirimu.” Ho Jung terkekeh sumbang, dengan sebelah sudut bibir yang tertarik. Senang betul monolognya bisa merebut atensi sang target. “Katakan pada wanita jalang itu, kalau butuh uang, aku akan membayarnya berkali-kali lipat dari yang bisa agensimu sedia—”

Persetan dengan senioritas, imej tempramen, gelar pemenang-pecundang atau presensi sejumlah kru, ucapan Ho Jung kali ini benar-benar tak pantas diberi pemakluman. Boleh saja ia menghina Won Shik, namun apabila sudah bersangkutan dengan So Jin…

“HEI! APA-APAAN KAU INI?!”

Jika tidak menghadiahkannya pukulan, justru Won Shik akan menyesal.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ephemeral--
#1
Chapter 5: interesting!!