BAB 2.  PORTAL
    “Badai di laut yang terjadi  tersebut merenggut 5 nyawa nelayan yang sedang melakukan aktivitas sehari-hari mereka di sana...” 
    Geonam berdecak ngeri menonton berita pagi hari di apartement Sunggyu. 
    “Badai laut benar-benar mengerikan...” ujarnya pelan berharap mendapatkan respon dari sosok di sampingnya yang malah fokus dengan membaca novel. Meski begitu Geonam tak putus asa, dia lanjut berkata,”Gyu, bukankah laut itu dekat dengan rumah orang tuamu?”
    Akhirnya Sunggyu merespon, memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas ke layar televisi.
    “Yeah...” sahutnya. Lalu lanjut membaca.
    Geonam berdecak sebal. Sudah biasa di perlakukan seperti itu, namun tetap saja terasa menyebalkan.
    “Untungnya seminggu lalu tidak separah itu, ya. Waktu kita di sana. Orang tuamu baik-baik saja, kan?”
    “Hmm...mereka baik,” sahut Sunggyu malas. “Lagipula mereka bukan nelayan, mereka jarang menginjakkan kaki ke laut.”
    Geonam mendapatkan panggilan dari agency Sunggyu, dengan cepat dia menjawab dan terlihat begitu serius.
    “Sajangnim ingin bertemu denganmu,” ucapnya ketika telah memutuskan panggilan.
    “Kenapa?” tanya Sunggyu yang kini sedang fokus membaca sesuatu di handphonenya.
    “Masalah perpanjangan kontrakmu, sepertinya,” sahut Geonam tak yakin.
    “Dia tahu aku akan terus lanjut, mengapa perlu bertanya lagi.”
    “Formalitas saja kurasa. Meski dia pamanmu, tetap saja dalam bisnis kau pundi-pundi penghasilannya.”
    Sunggyu berdecak, lalu berdiri menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Geonam melirik layar handphone Sunggyu yang masih menyala. 
    “Adakah portal ke dunia lain?” Geonam membaca judul artikel yang Sunggyu tadi baca. Geonam mengernyitkan dahi mencoba mencerna kata-kata itu.
    “Tck. Anak itu ingin menjadi penulis novel atau apa. Aneh-aneh saja,” gumamnya.
***
    Selesai bertemu dengan atasannya – Lee Jungyeop, Sunggyu meminta Geonam untuk mengantarkannya ke sebuah cafe yang berada di Gangnam. 
    “Kau ingin bertemu dengan Myungsoo photographer tampan itu?” tanya Geonam penuh selidik.
    “Hmm...” Sunggyu sibuk dengan handphonenya. Mungkin membaca artikel aneh lagi menurut Geonam.
    “Kau tidak menyukainya, tapi terus menemuinya,” ujar Geonam. Sunggyu tidak memberikan tanggapan. “Jangan memberikan harapan jika kau tidak bisa memenuhinya.”
    Sunggyu menghentikan kegiatan membaca dan berucap,”Aku hanya ingin membuatnya berhenti berharap dengan terus menemuinya dan menunjukkan bahwa kami lebih cocok sebagai sahabat, tidak lebih.”
    Geonam mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kau dan pikiranmu yang aneh...” gumamnya pelan.
    Sesampainya di parkiran cafe Sunggyu mengucapkan terima kasih kepada Geonam dan berujar,”Jangan menungguku, aku akan pergi ke suatu tempat setelah ini. Jadwal pemotretan 3 hari lagi, baru kita bertemu, ok?”
    Belum sempat Geonam menyahut lebih lanjut, Sunggyu sudah membuka pintu mobil dan berjalan cepat menuju cafe.
    “Aish, anak itu selalu seenaknya saja.”

    Sunggyu di sambut dengan senyuman manis Myungsoo dan seorang pria bertubuh kurus di sampingnya. Pria itu berambut cokelat ikal dengan mata bulat besar berwarna senada dengan rambutnya.
    “Hai, Sunggyu hyung,” sapa Myungsoo ramah. Sunggyu menganguk dan membalas tersenyum. “Ini temanku Sungyeol.”
    Pria berambut ikal yang bernama Sungyeol tersebut mengulurkan tangannya untuk menyalami Sunggyu. “Senang bertemu denganmu, Sunggyu hyung. Myungsoo banyak bercerita tentangmu,” sapa Sungyeol dengan nada riang. 
Sunggyu membalas jabatan tangan Sungyeol,”Myungsoo juga akhir-akhir ini banyak bercerita tentangmu.”

Mendengar itu mata Sungyeol membulat terlihat begitu senang,”Benarkah?”

Myungsoo terkekeh menanggapi. “Itu karena Sunggyu-hyung begitu tertarik membaca novel sci-fic, jadi kurasa tidak ada salahnya mem