Hate

Regret
Please Subscribe to read the full chapter

24 Desember 2008

Aku menunggu tiffany di depan bioskop mengenakan jaket super tebal dengan syal yang melingkar di leherku. Menghembuskan angin dingin dari lubang hidungku dan sesekali dari mulutku. 

Tanganku aku masukkan dalam saku jaketku menghindari udara dingin yang menerpa tanganku yang tidak terlapisi oleh apapun. 

Di malam natal ini kita berjanji untuk menonton film kesukaan kita bersama dan menghabiskan waktu untuk bersenang-senang sepuasnya karena sudah lebih dari sebulan kita tidak bertemu dan hanya berkomunikasi lewat chatting dan video call. kejadian sebelumnya membuat kami  menjaga jarak ketika ditempat umum. tidak seperti sebelumnya.

"hah...aku sungguh merindukannya" aku menghela nafasku kasar. Akhir-akhir ini aku tidak bisa menyentuhnya, memeluknya, mencium harumnya yang membuatku ketagihan. Dan itu membuatku frustasi.

Aku berdiri menunggu kehadirannya sambil sesekali melihat jam tanganku melihat waktu yang berjalan dan menunjukkan pukul 9.30 PM. Filmnya sudah dimulai 30 menit yang lalu . Padahal kita sudah berjanji untuk bertemu pukul 9 PM.

Aku membuka layar smartphoneku yang kemudian menampilkan punggung dari wanita yang begitu kusayangi dan menekan tombol 1 lumayan lama dan menunggu seseorang mengangkat teleponnya dari seberang sana. 

Tetapi tidak ada jawaban apapun yang aku dapatkan dari seberang sana. Hanya ada ocehan dari perempuan yang sama sekali tidak aku kenal yang menyuruhku untuk meninggalkan pesan dan bla...bla...bla.

 

Waktu berjalan lambat seolah menertawakanku yang berdiri kedinginan menunggu kekasihku di depan bioskop dan mengharapkannya datang ataupun setidaknya menelepon mengabarkanku. 

Mataku mencari keberadaannya di sekitar tempatku berdiri. sayangnya, yang aku temukan hanyalah beberapa orang yang lalu lalang menampakkan senyum mereka menikmati keindahan malam natal ini.

Bibirku mulai membiru dan tubuhku mulai membeku. Aku tidak dapat merasakana apapun saat ini selain dingin. Terpaan angin dingin di musim dingin dengan salju yang mulai turun semakin menambah penderitaanku.

Aku menatap jam tanganku untuk mengetahui pukul berapa sekarang. Dan jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam dan saat itu juga aku mendengar bunyi lonceng yang menggema.

 

Mataku mulai terasa berat seakan tidak kuat untuk mengangkat kelopak mataku. Saat penghlihatanku mulai buram, aku melihat beberapa orang dengan jas hitam dan pakaian rapi keluar dari mobil van hitam dan menghampiriku.

Aku bisa merasakan mereka mulai membopongku dan membawaku kedalam mobil. Aku terlalu lemah untuk melawan dan tenagaku sudah habis karena terlalu lama menunggu di cuaca yang dingin ini. 

Aku mencoba menggerakkan tubuhku tapi hal itu sama sekali tidak berpengaruh pada orang-orang berbadan besar yang membawaku.

Aku memberontak menggerakan tanganku dan berusaha untuk mengeluarkan suaraku.

Tidak ada suara yang keluar dari tenggorokanku.

Tenggorokanku terlalu kering untuk mengeluarkan suara

Dan setelah itu yang aku dapatkan hanyalah sebuah kain yang ditempelkan pada mulutku.

Tubuhku mulai melemah.

Tanganku sudah tidak kuat lagi untuk kugerakkan.

 

Dan saat itu juga

 

 

 kesadaranku mulai hilang.

 

 

 

 

 

 

27 Agustus 2016

Kringg!!!

Bunyi telepon yang berada diatas meja panjang yang dipenuhi oleh kertas berserakan menggema dalam ruangan besar membuat sang pemilik dari telepon tersebut yang sedang tidur diatas kedua tangannya yang menyatu pada meja tersebut terbangun dari tidur lelapnya tanpa membuka matanya.

Ia mulai mengangkat kepalanya dan menegakkan punggungnya. Merilekskan otot-otot yang masih kaku karena posisi tidurnya yang tidak bagus.

Bunyi retakan tulang terdengar di tengah sunyinya suasana ruangan tersebut. Bunyi telepon sudah tidak terdengar lagi. Hanya ada suara samar dari mobil-mobil yang berada di jalanan perkotaan.

Ia mulai membuka matanya dan merilekskan kedua tangannya yang ia gunakan sebagai bantal dalam tidurnya.

"Wahh..." udara memaksa untuk keluar dari mulutnya karena kantuk yang ia rasakan.

Ia mengedarkan pandangannya disekitar ruangan besar yang sudah gelap dan hanya ada cahaya dari sinar rembulan dan lampu perkotaan yang samar-samar menyinari ruangan tersebut melalui jendela kaca besar yang berada di belakangnya.

Ia memutarkan kursinya menatap gedung-gedung tinggi dan juga jalanan di perkotaan seoul yang dipenuhi oleh mobil yang lalu lalang menyinari kota seoul bagaikan kunang-kunang beterbangan dalam gelapnya malam.

Helaan nafas kasar keluar dari mulutnya.

"Kenapa aku harus memimpikan hal tersebut?"

Ia menatap jam tangan yang melekat pada pergelangan tangan seputih porselennya dan melihat waktu sudah menunjukkan pukul 10 PM.

"Aku rasa aku sudah tidur terlalu lama"

Perempuan berambut panjang berwarna hitam dan bertubuh kecil dengan jas hitam dan kemeja putih yang melekat pada tubuhnya mulai bergerak memberesken kertas yang berserakan dan menatanya rapi.

Dite

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Taenggo2908 #1
Chapter 12: Taeyeon gilrfriend material banget, sweet momen, kangen taeny huahhh :"(
taenyworth
#2
Chapter 11: I appreciate your way to make a change
Kim_shaela05 #3
Chapter 10: This is goodddddddddd.
sone9_ #4
Chapter 10: walau pun kapalnya karam di real life tapi setidaknya tetep berlayar di ff :')
Taenggo2908 #5
Chapter 8: Jngan biarkn kapal taeny karam ???
anotherkpop
#6
Chapter 7: Dari cinta menjadi benci :(
anotherkpop
#7
Chapter 5: Ya ampun taeny bertahan juseyol T_T
anotherkpop
#8
Chapter 4: OMG sangking panasnya gw sampe nyalain kipas angin XD
sone9_ #9
Chapter 5: nice~~
cant wait for the next update!