12...

“Jadi Lisa, kau jadi bercerita kapan?” tanya Rose yang kini tengan berbaring di tempat tidur nya. Lisa menjadi sandaran nya, dan memainkan rambut Rose yang indah dan wangi.

“Iya iya sayang, kau tidak sabaran sekali.”

Lisa mencoba mengatur debaran jantung nya. Ia berkali-kali meyakinkan diri nya kalau Rose tidak akan meninggalkan nya hanya karena ini. Atau mungkin bisa saja.

Dalam seuatu hubungan butuh sebuah kejujuran, karena aku serius dengan nya. Aku tidak boleh membohongi nya. Aku akan menceritakan bagaimana aku bisa menjadi seperti ini kepada nya. Yeah, you can do this Lisa

“Jadi Rose, mm sebelum nya aku ingin bilang kalau semua yang akan aku katakan adalah yang sebenar nya.”

Rose mulai menutup kedua mata nya sambil mendengarkan debaran jantung Lisa yang mulai menguat.

“Ceritakan saja Lisa, aku akan mendengarkan sampai kau selesai berbicara sayang..” kata Rose dengan lirih.

“Alright..”

--

flasback ...

Lisa pov

Hari dimana aku keluar dari rumah adalah hari yang paling membahagiakan. Ku pikir begitu, namun kenyataan nya sedikit berat, karena ayah sialan ku memblokir kartu kredit dan semua yang ku miliki. Aku hanya punya tabungan yang aku kumpulkan sendiri dari uang yang biasa diberikan nya.

Beruntung karena itu cukup untuk menyewa tempat tinggal selama 3 bulan. Dan aku harus mencari pekerjaan segera. Tidak ada yang mudah sampai akhir nya aku menemukan sebuah pekerjaan sebagai waitress untuk sebuah cafe. Aku menjalani nya dengan senang hati, seluruh tenaga aku kuras hanya untuk mendapatkan uang lebih banyak.

Beberapa hari kemudian aku tidak sengaja melihat seorang wanita seorang diri di sebuah gang sepulang bekerja. Terdapat 5 orang pria sedang mengganggu nya. Aku tidak bisa tinggal diam, karena aku ingat aku memiliki kemampuan bela diri yang aku pelajari sewaktu masih berusia 11 tahun.

“Hei..!! menyingkir..!!” teriak ku. Wanita itu berbalik memandang ku, dengan ekspresi tidak senang. Seperti nya ia tidak ingin ditolong.

“Siapa kau ini? Jangan ikut campur..!” kata wanita berambut coklat itu kepada ku. Pandangan mata nya tajam dan mengancam.

“Aku ingin menolong mu tentu saja..”

“Aku tidak butuh bantuan mu.. aku bisa membereskan mereka semua seorang diri..” ujar nya sombong. Aku hanya mendengus kesal sambil mundur tiga langkah dari nya.

“Kalau begitu aku akan melihat dari sini.. silahkan..”

Ia pun menyeringai sambil melemparkan blazer nya ke arah ku. Sialan dia keren dan juga y untuk ukuran pelajar Sma. Aku melihat nama sekolah nya di blazer yang ku bawa. Ia menghajar dua pria sekaligus, aku takjub. Namun pria-pria itu curang. Mereka memegangi tangan nya lalu memberi pukulan di perut nya. Sementara aku masih diam di tempat.

“H-hei!! aku butuh bantuan mu idiot!! agh.. !!” ia memanggil ku.

Aku pun hanya tertawa sambil mulai menggulung lengan kemeja ku. Tendangan pertama mengenai kaki pria yang memegangi kedua tangan nya. Ia terlepas dan mulai mundur ke belakang ku.

“Maka nya jangan sok jagoan begitu Jennie Kim..” kata ku sambil melirik papan nama di dada sebelah kiri nya. Ia tersenyum dan bersiap menghajar mereka bersama ku. Tidak mudah menumbangkan mereka, karena tentu saja kita kalah jumlah dan juga mereka laki-laki. Jadi aku memutuskan untuk melarikan diri setelah memberi mereka sedikit tendangan.

“Oh damn..!! hoah.. aku butuh instirahat..!!” keluh nya sambil berlari kencang di belakang ku. Aku memegangi pergelangan tangan nya, dan tidak memperdulikan omongan nya. Sampai akhir nya kita berbelok di gang sempit dan muncul di sebelah tempat tinggal ku. Aku cepat masuk ke dalam dan berjalan ke atas. Masuk lalu mengunci kamar ku.

“Miane, kita harus cepat bersembunyi,,hah sebelum mereka mengejar,, kita..”