014

High School Story On
Please Subscribe to read the full chapter

"Den Jiwon, ada Non Jisoo nyariin."

Jiwon yang lagi baringan di kamarnya sambil ngegenjreng asal gitar akustiknya, menyernyit ketika asisten rumah tangganya itu datang dan memberitahukan kedatangan Jisoo.

"Suruh pulang aja Bi." Serunya berlagak tak peduli padahal otaknya sedang berpikir ngapain si Jisoo berani dateng magrib-magrib begini.

Namun asisten rumah tangganya itu malah tidak bergegas setelah mendapatkan instruksi dari si tuan muda, dia malah kelihatan gamang dan bingung di depan pintu.

"Anu den, non Jisoo-nya maksa. Tadi dia nangis den."

Asisten rumah tangga Jiwon itu makin dibuat kaget saat Jisoo tiba-tiba muncul disampingnya lalu nyelonong masuk ke kamarnya Jiwon.

Jiwon langsung terduduk melihat kelancangan gadis itu menyerobot masuk kedalam kamarnya. Dulu sekali mungkin tidak apa-apa, tapi sekarang beda.

Jiwon perhatikan, Jisoo memang seperti habis menangis. Matanya bengkak, hidungnya merah, dan masih ada jejak air mata diwajahnya.

Jiwon memandangnya dengan kerut di kening dan mata menajam, tapi sadar asisten rumah tangganya masih di depan pintu, dia mengalihkan perhatian dan menginstruksi wanita yang sudah bekerja pada keluarganya sejak lama itu untuk menutup pintu dan meninggalkannya berdua dengan Jisoo. Si bibi menurut, meninggalkan tuan mudanya dengan mantan pacarnya itu.

Jiwon menghela nafas lalu berjalan kearah jendela dan menutup gordennya. Tidak ada maksud tersembunyi sebenarnya. Tapi dia ingin saja membuat jarak dengan gadis cantik yang terlihat rapuh sekarang ini.

"Mau ngapain lo?" Tanyanya dengan intonasi dingin yang sudah familiar di telinga Jisoo.

Bukannya menjawab, gadis itu malah terisak lagi. Dia berjalan lunglai ke tepi ranjang milik Jiwon lalu mendudukan dirinya disana.

"Gue ga punya siapa-siapa lagi Ji. Gue ga punya siapa-siapa lagi." Rintihnya pilu.

Jiwon hanya mendelik mendengar rancauan gadis cantik diranjangnya itu.

"Lo punya bokap lo, lo punya manager lo, pacar artis lo, fans lo, temen-temen sosialita lo...." belum juga Jiwon selesai ngomong, Jisoo bangkit dan berlari kearah Jiwon. Ia memeluk lelaki itu erat.

Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya, membuat gesekan antara kepala Jisoo dan dada milik Jiwon. Jiwon sebenarnya tak ingin mengakui, tapi sensasi kupu-kupu itu terjadi lagi. Damn!

"Ga akan ada lagi. Ga akan ada lagi yang kayak elo."

"Ngomong apa sih lo Jis?" Jiwon setengah mendorong Jisoo agar melepaskan pelukannya, namun gadis itu sangat kuat melingkarkan lengannya ke pinggang Jiwon.

"Gue takut Jiwon. Please lo maafin gue, jangan ngebenci gue kayak gini. Gue udah ga punya siapa-siapa lagi yang bisa ngertiin gue."

Jiwon tidak mencoba untuk mendorong Jisoo lagi kali ini. Dia biarkan gadis itu menangis didadanya dan menceritakan apa yang ingin ia ceritakan. Sejujurnya, Jiwon juga ingin mendengarnya, sejujurnya sejak lama Jiwon juga merindukan Jisoo yang terlihat rapuh, Jisoo yang membutuhkan dirinya.

"Papa Ji..."

"Kenapa papa lo?" Dia terkejut suaranya terdengar khawatir. Bagaimanapun Jiwon pernah mengenal lelaki yang merupakan ayah dari Jisoo.

"Serangan jantung... " Isak Jisoo.

Seharusnya Jiwon senang. Benar, tidak seharusnya Jiwon senang jika seseorang tertimpa kemalangan. Tapi bukannya dia ingin melihat Jisoo menderita? Bukannya dia ingin melihat benteng kokoh gadis itu lambat laun hancur berkeping-keping? Jiwon tak mengerti kenapa tangannya malah membelai surai gadis itu penuh kelembutan.

"Gue seharusnya ga kayak gini." Bisiknya lirih, tidak bermaksud untuk didengar Jisoo namun gadis itu telah mendengarnya.

"Please stop apapun itu yang bikin lo berubah. Kalo itu karena gue kayak yang lo bilang, gue juga bakal berubah. Demi elo Jiwon."

.


 

Tanpa sepatah kata pun Seulgi berjalan kearah Nayeon, bukan untuk berhenti di depan gadis itu dan mulai mengobrol saat itu juga disana, dia cuma melewatinya.

Seulgi nyatanya berjalan jauh masuk ke area kelas. Nayeon mau tak mau hanya bisa mengikutinya dari belakang tanpa bicara.

Seulgi berhenti diujung koridor di depan jajaran kelas sepuluh. Dari sana terlihat lapangan basket luar yang masih menunjukan banyaknya orang yang ada di sekolah pada jam segini, namun jarak diantara keduanya cukup jauh jadi tak akan sam

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
byunlight #1
Chapter 21: Huweeee endingnya gemash sekaliiiiiiiii ??? terima kasih juga udah buat cerita iniii ⭐⭐⭐
youngsaid #2
Chapter 21: sweet banget nayeon jiwon,
Navydark
#3
Chapter 20: Pantesaaaaan. Tapi untunglah nayeon bener, alasan dan tindakannya. Itu si pak dion stress ga ya?
youngsaid #4
Chapter 20: Semakin kesini Jiwon kenapa semakin manis? Gemes,
Akhirnya update juga, penasaran banget sama kelanjutannya.
NanaElfIndo
#5
Chapter 20: Yashhh... finally update.^^ Jiwon sweet anjeerrr!!!
byunlight #6
Chapter 20: Wiiiiiiiihhh, ngeri amatttt bagian Pak Dion ngejar 3 cewek itu. Kalo gue, pasti udah panik banget sihh. Huhuhuhu aku selalu nungguin cerita ini update lhooo. Swmangattttttt
youngsaid #7
Chapter 19: Yassh finally update . jiwon udah berubah, sukaaa
nayeonism #8
Chapter 19: finally update!!! semangat buat selesain ceritanya hehe. ditunggu next chapternya! ♡
kunikuma #9
Chapter 19: Finally thank youuuuuuuu
byunlight #10
Chapter 19: What???? Om2??? Omaigadddd