9 A: Changmin POV

I'm Not The Only One

CHAPTER 9

 

 

 

PART A:

 

 

Kadang orang terlalu banyak berpikir padahal setelah dijalani ya baik-baik saja. Changmin merasakan hal itu kala wajib militer dan tahu-tahu saja pelatihan dasar sudah selesai. Rasanya seperti sekejab mata. Walau bukan lulus sebagai terbaik namun dinikmatinya ini semua. Ada benarnya kata Yunho kalau diambil sisi positifnya adalah bertemu orang baru untuk jadi teman dan merasakan ritme hidup normal.

Paling penting adalah menjadi anak laki-laki di keluarga Shim lagi, bukan artis yang pulang ke rumah bisa dihitung jari (tapi itu tidak pernah disesalinya karena mendapatkannya banyak uang hasil mengorbankan pulang ke rumah).

Changmin juga merasakan dirinya bisa tersenyum dan tertawa dengan ringan setelah menjalani wamil. Menjadi tentara semacam refreshing baginya. Ayah ibunya pun gembira menyambut putranya pulang ke rumah dengan mengenakan seragam tentara setelah pelatihan rampung. Wajah bangga ibunya saat menjemput usai upacara kelulusan selesai juga jadi kenangan berharga dalam hidup. Rasanya terakhir kali melihat ekspresi itu saat dia debut dulu.

Dengan menghirup nafas dalam-dalam menyelami memorinya, Changmin mengedarkan pandangannya ke ruangan kamarnya di rumah. Bukan apartemen pribadinya. Matanya menelusuri isi lemari pakaiannya yang hanya berisi beberapa helai baju.

"Umma! Bajuku kok sedikit sekali? Perasaan dulu lebih banyak dari ini."

"Itu sudah disortir, yang lama-lama yang sepertinya udah tidak muat disingkirkan biar lega. Tapi ya tidak ada isinya, kan kamu tidak pernah pulang."

Changmin merengut. Dia jadi sadar darimana keturunan mulut tajamnya ini.

Changmin akhirnya menyambar kaos butut yang dikenalinya untuk ganti baju. Lalu matanya menangkap sebuah kaos yang samar-samar dikenalinya, antara yakin dan tidak. "Ini umma yang beli baru untukku?" tanya Changmin sambil menunjukkan kaos yang sudah dipakainya itu.

Ibu Changmin berkerut kening mengingat kaos itu lalu seperti terkejut dan akhirnya tersenyum. "Iya, muat tidak?"

Changmin menatap curiga perubahan ekspresi itu dan mencium kaos itu. "Benarkah? Kurasa aku mengenali aroma ini."

Ibu Changmin berusaha mengambil kaos itu tapi ditahan sang anak. "Ini….milik….Yunho kan?"

Changmin sudah mendapat jawabannya ketika melihat ibunya tertegun tanpa kata.

"Katakan sejujurnya dan sedetil-detilnya padaku."

 

 

*******

 

 

Changmin terpekur dalam keremangan kamarnya, duduk di kursi meja pribadinya yang menghadap dinding, setelah berbicara dengan ibunya usai makan. Yunho ternyata sempat pulang ke Korea dan sekarang sudah kembali ke Singapura. Saat pulang itu ia mampir ke rumah Changmin dan menginap. Kaos itu ketinggalan.

Murni ketinggalan atau sengaja ia tinggal akan tetap jadi misteri.

(Biarlah jadi misteri saja sih enaknya)

Changmin menatap kosong kaos warna abu-abu yang kedodoran saat ia coba tadi. Tak berani menyentuhnya seakan-akan penuh kuman. Bahkan menyesali kenapa tadi mencobanya. Mungkin perlu mandi lagi untuk menghilangkan aroma itu.

"Kenapa dia ke sini umma? Ngapain?"

"Dia tadinya hanya menyerahkan oleh-oleh langsung dari bandara tapi ibu yang memintanya menginap saja dulu sebelum lanjut ke Gwangju."

Changmin tak menutupi rasa jengahnya dan sang ibu bisa membacanya. "Hubungan kalian boleh berakhir tapi Yunho akan tetap jadi anak laki-laki kedua keluarga ini. Kamu sendiri yang membawanya masuk kan. Dia banyak membantu selama kamu sibuk dan walau sudah putus tapi dia tak melupakan keluarga ini. Tak ada alasan untuk menolaknya, bagi ibu."

"Membantu?" Changmin merasa ada sesuatu yang penting hilang dari ingatannya.

"Saat kamu tidak bisa dihubungi atau dimintai tolong maka dia yang datang. Sudah sering kok. Sebulan sekali biasanya kemari, entah memberikan sesuatu atau sekedar ngobrol nemenin ayahmu main baduk, tapi tidak pernah menginap. Adik-adikmu juga dekat dengannya."

Changmin menggigiti bibirnya tak tenang mengingat pembicaraan itu. Kemana saja dirinya selama ini? Sesibuk itukah dirinya syuting? Inikah yang dikorbankannya selain jam tidur? Kenapa Yunho tak pernah cerita padanya?

Tak pernah cerita bahwa dialah yang mengurusi ibunya check up ke rumah sakit saat vertigonya kumat, menjemput adiknya yang mengalami masalah malam-malam, menemani ayahnya pergi ke sana kemari, dan entah apa lagi yang tak diketahuinya. Ia tahu ibunya pasti lebih terkejut kenapa ia malah tidak tahu hal itu namun tak ada pertanyaan terlontar. Kasihan mungkin.

Changmin berpikir mungkin saja saat itu Yunho ingin bercerita juga tapi dirinya tak pernah ada di rumah. Kalaupun ada biasanya dihabiskan untuk tidur kelelahan atau bertengkar. Perselisihan itu mungkin membuat Yunho lelah untuk bercerita. Terlalu banyak kata "mungkin" dan akan tetap menjadi "mungkin".

Ini menambah misteri dalam hidupnya dan semoga tak mengganggu tidurnya.

Di dalam kepalanya kini memutar kembali seluruh kenangannya tinggal bersama Yunho, segala pahit manis, berkelebat cepat hingga Changmin memegangi kepalanya. Sakit sekali.

Kini ia tahu dari mana tuduhan Yunho yang menyebutnya "tak punya hati" dan "ambisius".

Kini ia tahu kenapa perpisahan ini harus terjadi.

Tapi ia tak punya jawabnya kenapa harus menangis semalaman hingga paginya bangun dengan mata bengkak.

 

 

*******

 

 

Esoknya Changmin berusaha tersenyum saat makan pagi bersama. Tak akan ia rusak momen bisa berkumpul di rumah sebagai satu keluarga ini. Ibunya juga bersikap biasa saja. Lalu malamnya ia hangout bersama teman-temannya, benar-benar menikmati jatah libur. Hal itu terus terulang selama 3 hari. Tanpa menyentuh soal Yunho lagi, seolah-olah pembicaraan itu tak pernah ada.

Bahkan nama Yunho mungkin tak pernah ada.

Kaos yang tertinggal itu masih teronggok di atas meja sebagai pengingat satu-satunya eksistensinya.

Sejak masuk wamil memang sudah tak ada kontak antara mereka. Menepati kesepakatan untuk tak saling kontak selama 2 tahun ke depan. Lalu kejadian ini membuat Changmin berharap.

Jujur saja, dan baru kali ini ia bisa jujur pada dirinya sendiri, perasaannya pada Yunho tak pernah sepenuhnya padam. Karena ia merasa berhutang padanya. Hutang rasa hidup normal. Memiliki Yunho di rumah membuatnya merasa normal. Jauh berbeda dengan saat ia remaja dan menjadi pengagum rahasia Yunho. Saat itu rasanya tidak normal.

"Itu pertanda bahwa semua orang itu berubah," kata Yunho waktu itu. "Tapi juga tidak benar kan kalau terlalu berharap seseorang akan berubah sesuai keinginan?"

Berubah.

Itu kata andalan Yunho saat bertengkar dulu. Konyolnya, tak ada yang merasa berubah dan tak perlu berubah, tapi jika tak ada yang berubah kenapa hubungan itu tidak bisa dipertahankan?

Itu menambah deretan misteri dalam hidup Changmin.

Lalu lamunan itu buyar oleh kalimat dari ibunya yang tiba-tiba datang entah dari mana. "Jadi sekarang kamu dekat dengan siapa?"

Changmin yang sedang mengganti channel TV tak bergeming. "Nggak ada."

Sang ibu yang diam saja membuat Changmin makin baper. "Gak usah menilai, beneran gak ada."

"Yang penting jangan terburu-buru tinggal bersama lagi kalau nanti sudah nemu yang baru."

Kalimat itu menghujam tepat di jantung Changmin. "…dan tidak usah dibawa kemari dulu kalau belum yakin."

Changmin heran dirinya masih bernafas setelah kalimat itu terlontar dan ibunya ngeloyor pergi begitu saja.

Setidaknya Changmin masih bernafas dan bugar saat liburan selesai dan menjalankan tugasnya yang masih panjang di kepolisian.

Hidup itu terus bergerak maju kan.

 

 

******

 

 

"Changmin-ssi!"

Changmin yang sedang duduk memeriksa dokumen di mejanya menoleh ke arah suara itu dan ia segera berdiri karena orang itu atasannya. Tangannya diserahi beberapa map yang dimasukkan kantong kertas, tak begitu berat tapi memang besar.

"Kamu ikut Byun Han Si-ssi ke Busan mengantar ini….untuk Yunho-ssi."

"Maaf?"

"Letnan Han Jun Ho-ssi, kau bisa membacanya kan?" atasannya itu menunjuk tulisan di amplop itu yang barusan dibubuhkan sebelum diserahkan. "Setelah itu tidak usah kembali ke kantor, kamu boleh langsung pulang."

"Oh…siap pak!"

Changmin menghembuskan nafas lega begitu atasannya pergi. Bagaimana bisa dia salah dengar Junho menjadi Yunho? Haish!

 

 

 

 

TBC PART B

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
garnet87
yuhuuu~~ saia hadir lagi membawa changho. Bagi yg udah baca "Teenage Dream" sangat direkomendasikan meneruskan ke "I'm Not The Only One". Happy reading guys~~

Comments

You must be logged in to comment
Blockbustt #1
Chapter 13: Hey aku ngikutin cerita kamu loh thor. Di ffn juga ini di publish kan ya? Aku nunggu dari 2016 :( cepat cepat di lanjut ya... Aku benar benar penasaran nasib mereka gimana
bambimax
#2
Chapter 13: mian thor gak komen dari chap 7 wkwk, aku penasaran jadinya baca dulu sampe ep 12. thor ayo lanjut!! biarkan mereka bersama lagi ~
Bigeast88 #3
Chapter 6: Aduuuuh mereka brantem mulu dr awal sequel ini .__.
Anashim #4
updatenya disamain dong yg d ffn.. biar ada notif kalo apdet.. ga pny akun ffn soalnya.. apalagi gada tag homin nya.. jd harus search dulu di google judul fic nya kn rempong. hehe
Anashim #5
Chapter 8: btw ini fic knp yg d ffn di hapus ya?
shih-na
#6
Chapter 8: Can't wait to see what the update'll bring for me. :)
bambimax
#7
Chapter 7: Aaaaah kenapa pisah sih :(((( aduh ayo balikaan :((( jangan biarkan mereka pisah thor, gak rela :((
kankan1144 #8
Chapter 7: you're back!!:-)
I always like your story.

Congratulation the best newcomer actor!!!
kankan1144 #9
Chapter 6: Kyaaaaaa!!! I love, love, love this
I can't wait to read the next chapter ..
luvnanda #10
Chapter 6: Pisah yaaaaa.... TT.TT....update pleaseeeeee.....