2 Years Later...and Here We Are

I'm Not The Only One

2 tahun kemudian.

 

 

"Welcome home, love. It’s our home...our life."

Yunho mengerjapkan matanya beberapa kali hingga menyadari itu hanya mimpi. Tapi kenapa hanya mimpi? Walau itu pernah terjadi sih tapi rasanya begitu jauh.

2 tahun itu terasa begitu cepat tapi juga jauh dari jangkauan.

Setelah menghela nafas panjang, Yunho duduk di tepian ranjang. Matanya memindai seluruh ruangan, seolah-olah tidak pernah berada di situ sebelumnya, padahal ini kamar yang sudah ditempatinya 2 tahun. Bahkan terlalu banyak cerita yang sudah terjadi di sini bersama orang yang dicintainya.

Orang yang dicintainya?

Yunho melirik space di sebelahnya. Tentu saja tidak ada, seperti sebelum-sebelumnya, hingga tak ingat lagi kapan tidur berdua.

Dengan mendesah berat, Yunho beranjak keluar kamar untuk mengambil segelas air di dapur. Meminumnya sambil melihat tumpukan majalah di meja makan. Dia sudah dapat menebak kenapa banyak benda itu, karena di dalamnya ada saja artikel atau pemotretan Changmin. Yunho membuka-bukanya asal sambil berpikir apa saja yang sudah terjadi 2 tahun ini.

2 tahun terhitung sejak Changmin melamarnya di Gwangju. Di depan sekolah mereka dulu.

Ada foto-foto Changmin berpose di London, lalu ada yang sekedar di studio, masih ada yang versi di Paris bahkan berfoto saja mesti ke Hawaii. Tak ada satupun kegiatan itu yang menyertakan dirinya.Yunho semakin mendesah berat, merasakan migrain menyerang kepalanya.

Yunho mencari obat yang sudah dihapalnya berada di mana dan menenggaknya. Untung jam kerjanya agak siang jadi kini bisa rebahan di sofa dulu sambil menyetel TV.Seharusnya isinya berita tapi toh yang seliweran adalah iklan yang dibintangi Changmin. Pindah channel ada MV-nya. Yunho melempar remote itu menghantam TV tak peduli Changmin pernah menggerutu membelinya karena terlalu mahal.

Changmin is a trend now. He is the trend itself. Hot item.

Yunho ingat jelas awalnya.

Dalam semalam Changmin mendadak terkenal seantero negeri karena refleksnya di variety show. Meski sudah beberapa episode ikut variety show itu namun hanya karena satu episode saja langsung melejitkan namanya seperti roket. Hanya karena Changmin refleks menolong guest wanita, menggantikannya jatuh padahal kakinya sendiri sakit karena terkilir saat itu.

Yunho tahu benar kalau Changmin memang pria yang baik dan penuh perhatian.

Dulu tak banyak yang meliriknya sebagai penyanyi solo mantan idol group hingga membuatnya mencari kesempatan dengan ikut variety show, karena peruntungannya di dunia akting tak menggembirakan. Lalu refleksnya itu membuatnya mendapat imej “cutie angel boy”. Penampilan dingin tapi sebenarnya perhatian dan seperti anak-anak saat tersenyum dan sedikit witty. Agensinya yang semula hampir angkat tangan akhirnya berbalik mendukung penuh karirnya.

Selama 2 tahun itu hanya comeback menyanyi satu kali yang tak terlalu sukses. Jadi Yunho yang semula berpikir akan selalu bersama Changmin harus menerima timnya lebih sering mengurus penyanyi lain.

Popularitas itu tak mengubah diri Changmin tapi menggerogoti kehidupan pribadinya.

Kehidupan mereka.

Yunho beranjak dari sofa dan menyobek halaman yang membuat foto Changmin dan membiarkannya berserakan di meja makan. Merobeknya hingga jadi kecil-kecil kemudian beranjak menyiapkan diri untuk berangkat kerja.

 

 

***********

 

 

"Ah, aku kangen dengan Yunho-ssi."

Changmin menghentikan kegiatannya membaca jadwal untuk besok dan menoleh menatap manajernya itu. "Kamu bilang apa?"

"Sejak kamu terkenal begini rasanya sudah lama aku tidak bertemu Yunho. Kamu tahu kan dulu aku lumayan sering ngobrol dengannya. Eh, kalian baik-baik saja kan? Kamu kan jarang pulang."

Pertanyaan itu seketika membuat Changmin nge-blank lalu hanya bisa tersenyum pahit.

Manajer-ssi tampak menyadari ucapannya itu. "Maaf, aku tidak bermaksud mencampuri..."

"It's okay hyung. Everything is okay."

Changmin tahu itu adalah pengharapan, bukan kenyataan.

Kenyataan, yang sudah diduganya, adalah sobekan majalah bergambar dirinya yang berserakan di meja makan saat ia pulang.

Meja makan jelek yang dibeli Yunho untuk mengganti yang sebelumnya mereka pakai untuk bercinta.

Changmin menghela nafas tanpa menyentuh sobekan kertas itu dan langsung mengecek kamar. Yunho tidak ada, seperti dugaannya. Jadi Changmin memutuskan menelepon.

"Kamu tidak pulang?"

Bahkan tak perlu saling mengucapkan "yoboseyo". Ya, sudah selelah itu.

"Kamu sekarang di rumah?"

Meski risih karena seolah-olah tak berhak untuk menginjakkan kaki di rumah sendiri tapi Changmin memaksakan diri menjawab "iya" selembut mungkin. "Kamu dimana?"

"Aku nginep di studio."

Changmin memijit dahinya menahan emosi yang mulai merambat ke kepalanya. "Kita sudah lama tidak ketemu dan besok aku sudah harus terbang ke Hong Kong."

"Lalu?"

"Kamu tidak ingin tidur denganku malam ini?"

"Apakah kalau kamu pulang maka aku harus selalu ada? Harus menyambut dan mengantarmu dan menunggumu selama kamu pergi?"

"Bukan begitu mochi-kun...kamu tahu kan..."

"Aku tidak tahu dan tidak mau tahu."

Changmin mengatupkan bibirnya kaku. Ini bukan pertamakalinya terjadi namun rasanya dia tetap tak terbiasa. Tetap menyakitkan dan semakin hari semakin sakit saja. "I miss you mochi-kun..."

"Besok dan besoknya aku ada di rumah tapi kurasa kamu tidak akan ada di sana walau sekangen apapun denganku kan."

Orang itu luar biasa pedas memang, jauh melebihi dirinya, jika sengaja ingin melakukannya.

"Yunho..." Changmin merasakan energinya makin habis. "Aku tidak ingin bertengkar, aku hanya ingin kita bersama malam ini. Aku ingin menjemputmu di studio kalau saja masih punya tenaga but i'm so damn tired. Please..."

"Kalau begitu segeralah tidur."

Hanya itu dan Changmin tetap tak mendapati Yunho di sampingnya keesokan harinya.

 

 

****************

 

 

 

Changmin sudah pasrah karena ini yang kesekian kalinya.

Namun rasanya seluruh darahnya habis ketika matanya melihat seonggok cincin di meja sebelah ranjang. Cincin yang tak pernah dilepas Yunho sejak dia berikan sebulan setelah melamarnya di depan sekolah mereka dulu.

Dalam pahitnya kopi tanpa gula yang sengaja dibuatnya demikian untuk menghalau semua pikiran buruk, Changmin merasakan kenangan itu kembali menerpanya. Seperti ombak yang menerjangnya hinggga terjatuh di pasir pantai lalu menyeretnya ke kedalaman.

Dia bisa berenang tapi rasanya begitu sulit.

 

 

****************

 

 

Dua bulan setelah pulang dari Gwangju itu semua berjalan normal meski kesibukan masih tinggi. Changmin sudah seminggu mengambil cincin yang dipesannya khusus dan masih berpikir bagaimana caranya memberikannya. Bagaimanapun ia ingin membuat Yunho terkesan padanya setelah kejadian itu. Ia melewatkan banyak momen hanya karena mendadak kelu untuk memberikannya.

Changmin hanya berpikir mungkin akan tiba sendiri saat yang pas ketika menelepon Yunho untuk mengajaknya makan usai latihan. Tak ada yang curiga karena Yunho sengaja pulang terakhir dan Changmin menyambanginya di studio. Mereka memutuskan makan di kedai biasa saja setelah lama berdebat dengan kata "terserah".

"Dan kamu hanya memakai jaket tipis seperti itu? Ini mulai masuk musim dingin dan kamu itu gampang flu." Changmin tak menutupi nada kesalnya, sering mengingatkan manusia satu ini tapi selalu dilupakan.

"Ya kupikir udaranya tidak jadi sedingin ini, lagipula aku kan banyak bergerak."

"Memangnya ngefek? Kompor saja juga dingin kalau sudah tidak dinyalakan."

Yunho hanya manyun dikomplain saat menyetir mobil Changmin begini. Akhirnya sebagai partner hidup yang baik dan ogah repot kalau nanti ada yang flu, Changmin memberikan coatnya pada Yunho. "Tenang, aku ada cadangan jaket di sini," jawab Changmin sebelum ditanya.

Benar saja kata Changmin, Yunho merasakan badannya agak gemetar diterpa dingin. Ia mengetatkan coat itu di tubuhnya sementara Changmin memesan makanan.

Mereka memilih meja di pojokan dan karen sudah tengah malam jadi pengunjungnya tak terlalu banyak, tampaknya hanya pria paruh baya pulang kerja yang tak tahu Changmin itu artis.

"Gila, dingin banget!"

"Nah kan....makanya, kubilang apa."

"Arasso chagiya."

Changmin langsung mengernyitkan alisnya. "Oh no...please..."

"You like it! Tidak usah gengsi, akui saja," Yunho makin semangat menggodanya dan Changmin langsung menenggak soju-nya. "Pipimu saja sudah merah begitu."

"Yah...ini karena soju! Seperti mukamu tidak merah saja habis minum soju."

Yunho terkekeh melihat usaha Changmin mengelak dari gombalannya. Sudah lama tidak begini. Namun tawanya surut saat Changmin menyodorinya soju, sedikit sekali sebenarnya, dan menatapnya.

"Kamu kedinginan kan? Minum saja sedikit, tidak apa-apa."

Bujukan itu nyaris berhasil meruntuhkan tekad Yunho untuk tidak minum alkohol. Alasan lambungnya bermasalah tapi sebenarnya ada alasan lain yang belum diungkapkannya.

"Tidak usah. Kwenchana." Yunho memasukkan kedua tangannya di saku coat untuk menghangatkan tangan. Ia merasakan ada kotak kecil dan mengeluarkannya karena penasaran. "Apa ini?"

Changmin yang sedang menyendok makanannya langsung membelalak kaget dan refleks berpikir untuk meraihnya. Namun terlambat.

Yunho sudah membukanya dan membeku melihat cincin di dalamnya.

Changmin pasrah hanya bisa merutuki diri sendiri dan memilih bersikap jaim. Takut hilang membuatnya terus mengantonginya kemana-mana dan lupa tak memindahnya saat memberikan coat-nya tadi. Matanya kini lekat memandangi ekspresi Yunho, dan merekamnya dengan ponselnya.

Keterkejutan Yunho lebih lama dari dugaannya.

Changmin memasang ekspresi ini-kejutan-yang-kusiapkan-untukmu-apakah-kamu-menyukainya?

"Itu untukmu. Kamu menyukainya?"

 

 

****************

 
 

 

Changmin menatap layar ponselnya yang memutar ulang adegan itu. Mata dan senyum itu saat menjawab dengan anggukan. Ia ingat rekaman itu berhenti ketika memakaikan cincin itu pada jari Yunho yang begitu disukainya.

Lalu hatinya seperti tergores lagi. Genggaman tangannya saat ini tak lebih sakit dibanding hatinya.

Hingga kini Yunho tidak diberitahunya bahwa malam itu murni tanpa sengaja dan kopinya tak mampu menghalangi air matanya menggenang.

Dia yang selalu membuat hati tak menentu meski 2 tahun selalu bersama.

 

 

 

***************

 

 

"Aku masih belum bertemu dengannya di rumah." Changmin berkeluh kesah pada Kyuhyun sambil mengaduk-aduk jajangmyun di kantin agensinya. Bahkan harus pesan antar jajangmyun karena moodnya yang buruk mendadak menginginkan itu padahal di kantin tidak ada.

"Berapa hari?"

Changmin terdiam beberapa detik untuk berpikir. "Entahlah, aku disorientasi hari. Rasanya seperti sudah....entahlah."

Kyuhyun hanya menatapnya prihatin. Sebenarnya lelah beberapa bulan dicurhati hal sama, tapi mau bagaimana lagi selain mendengarkan dan menawarkan penghiburan seadanya. Ia mencomot jajangmyun itu.

"Toh kamu di sini berbicara denganku, bukannya menemui dia."

"Aku tidak sanggup menghadapi wajah dinginnya. Menyakitkan sekali Kyu. Sakitnya tuh di sini." Changmin menusuk dadanya dengan sumpit.

Seketika Kyuhyun merinding karena Changmin tak memanggilnya "Kyu" dalam pembicaraan kecuali sudah menyerah atas hidupnya. "Jangan menyerah, okay? Ingat kamu belum menikah. Kamu tidak mau mati sebelum menikah kan."

Changmin menatapnya malas. "Sepertinya aku salah meminta penghiburan darimu."

"Tapi kamu tidak punya pilihan lain kan."

"Nah itu masalahnya." Changmin menelan suapan terakhirnya. "Kenapa kehidupanku mentok di Yunho dan kamu sih? Haish!"

"Itu masalahmu."

"Kyu please!"

Kyuhyun seketika mengangkat kedua tangannya, menyerah. "Aku melihatnya di belakangmu arah jam 2 dan dia sempat melihat ke arah sini, berhenti. Tapi sepertinya tidak jadi ke sini, sekarang dia sudah belok ke pintu keluar bersama timnya."

Changmin menghentikan kegiatannya minum tanpa memutar tubuh. "Kamu tidak memberinya kode demi aku?"

"Changmin-ssi please!! Kenapa aku harus berteman denganmu?!" Kyuhyun ganti meratap dengan volume maksimal dan langsung berdiri, menyambar tasnya. Changmin menangkap pergelangan tangannya.

"Jangan bertanya lagi padaku sebelum kalian berbicara. Entah bagaimana caranya." desis Kyu tajam yang membuat Changmin mengkerut di tempat duduknya.

Mungkin dia memang se-cemen itu.

 

 

****************

 

 

Yunho tak habis pikir bisa-bisanya Changmin tak menemuinya padahal Kyuhyun sudah melihatnya dan ia yakin pasti dilaporkannya pada sobatnya itu. Apa tidak cukup teror darinya? Atau memang sudah tidak penting lagi hubungan ini karena dia sudah terkenal?

Siapalah saya? Diakuinya sebagai pasangan hidup saja tidak.

Keadaan ini sebenarnya membuatnya sangat tertekan dan Changmin sama sekali tak meringankan beban hatinya. Setiap malam ia selalu dibayangi ucapan dari Jang Woo Hyuk dulu. Bahwa terlalu berat bagi orang biasa berpacaran dengan artis terkenal, makanya mereka biasanya mendapatkan pasangan seprofesi. Dulu Yunho menyangkalnya tapi memang seharusnya ia mendengarkan orang yang lebih berpengalaman. Popularitas memang mengerikan. Mengendalikan atau dikendalikan. Entah Changmin-nya di posisi yang mana. Terlalu menakutkan rasanya untuk mencari jawabannya.

"Ada apa Yundolla?" ekspresi khawatir yang tulus memasuki ruang pandang Yunho. Saat ini ia memang satu van dengan BoA dan manajernya untuk membahas konsep dance. "Belakangan ini kamu terlihat tidak fokus."

Yunho tanpa sadar menghembuskan nafas panjang dan tersenyum hambar. "Tidak apa-apa, masalah biasa. Lebih baik sekarang bahas comeback-mu saja, tidak banyak waktu kan."

BoA jelas tidak percaya. Walau Yunho bukan member utama tim dance-nya tapi ia cukup cocok dan akrab. Ia memegang tangan Yunho samar-samar yang membuat pria itu dan manajernya juga kaget. "Aku ingin mengajakmu ikut turku di Jepang, apakah bisa?"

Yunho hanya mengerjapkan mata tiga kali dan langsung menjawab "bisa".

Yunho sudah bertahun-tahun dalam tim dancer agensi besar dan cukup tahu jadwal tur setiap artis di sana. Jadwal tur BoA tidak main-main. Jika ia menyanggupi bisa jadi sebulan tidak pulang, minimal tiga minggu berturut-turut.

Changmin jelas tidak akan menyukai kabar ini.

Yunho lebih peduli pada harapannya memberitahukan kabar itu bukan lewat telepon tapi bisa bertemu langsung, entah kapan dimana dan dalam kondisi apa.

 

 

****************

 
 
 

Untunglah akhirnya bertatap muka di apartemen setelah entah berapa lama tak bertemu.

Yunho merasakan tatapan Changmin yang tak menyenangkan padanya saat membuka pintu. Tapi mungkin itu karena perasaannya yang sedang sensitif. "Aku tidak menyangka kamu sudah pulang."

Changmin merasakan nada itu sedikit sarkas namun hatinya berkata tak usah pedulikan itu. Jadi ia pilih mendekati secret boyfriend-nya selama 2 tahun lebih itu untuk membantunya membawakan ranselnya yang selalu berat.

"Mandilah dulu." hanya itu balasan dari Changmin yang langsung mengeluarkan pakaian ganti bekas itu untuk dimasukkan keranjang cucian. Bahkan sudah hapal isinya, ada laptop kecil bercampur pakaian ganti dan botol minum.

Yunho langsung menurut ke kamar mandi karena toh niatnya memang begitu sejak awal. Namun di tengah-tengah mandi pintunya diketuk. "Kamu mau aku membantumu mandi?"

Memangnya aku anak kecil?! Aku bisa menggosok punggungku sendiri dan bahkan rambutku tidak panjang!

Tapi pada akhirnya yang keluar dari mulutnya tetap saja, "masuklah".

Changmin masuk dalam keadaan hanya mengenakan boxer dan tidak melepasnya saat membantu menggosok punggung Yunho di bawah shower. Karena tadinya mau mandi cepat jadi Yunho tak menyiapkan bathtub.

"Bagaimana kalau kita berendam saja?" itu kalimat pertama yang dilontarkan Changmin dan dijawab anggukan.

Akhirnya berendam di dalam bathtub yang sudah diperbarui Changmin dengan ukuran lebih besar agar tak berdesakan. Dalam hening yang canggung menikmati hangatnya air panas, Yunho berpikir mengatakan soal diajak BoA tur tapi tidak tega karena suasananya membaik. Changmin yang gemas tidak ada pembicaraan akhirnya menanyakan kabar.

Awalnya canggung dan tersendat-sendat akhirnya pembicaraan ringan itu bisa mengalir. Tanpa disadari juga bisa tersenyum dan tertawa kecil saat mengobrol, mungkin karena membicarakan selain diri mereka sendiri. Membahas jargon di gag concert yang sedang happening saat ini lalu ke film box office.

"Bagaimana kalau kita nonton juga mumpung masih tayang? Sudah lama sekali kan kita tidak cinema date," ucap Changmin saat mengeringkan badan. Yunho di sebelahnya menyanggupi, "Weekend ini?"

"Boleh, tapi lebih baik cari yang midnight."

"Iya aku tahu." jawab Yunho tanpa berpikir sambil berjuang mengenakan kaosnya, tapi Changmin menahannya dan malah melepas benda itu yang membuat Yunho menatapnya bertanya-tanya.

Tapi toh akhirnya tahu apa maksudnya ketika Changmin terus memperpendek jarak dan melekatkan bibirnya pada miliknya. Ciuman pertama setelah entah berapa lama perang dingin. Rasanya seperti ciuman pertama, membuat Yunho membalasnya.

Awalnya Changmin hanya berjudi karena tak mungkin dirinya baik-baik saja melihat Yunho telanjang di depannya dalam keadaan basah pula. Tapi memilih tidak langsung menerjangnya daripada disebut pemerkosa pacar sendiri dan untunglah Yunho sekarang mau. Mungkin kangen juga atau sekedar kelamaan deprived. Kalau Changmin sih bersyukur masih terangsang melihat partner hidupnya ini, berarti hubungan ini bisa diselamatkan dari sisi ranjang.

Yunho semula membalas ciuman tanpa minat tapi ya memang Changmin selalu bisa membuatnya meleleh. Bibir, lidah dan tangannya selalu tahu caranya membuat tubuhnya bereaksi di luar kendalinya. Membiarkan Changmin menyeringai di lekukan lehernya mendengar desahannya memantul di dinginnya dinding kamar mandi. Sisa uap panas yang terjebak di kamar mandi tahu-tahu sudah membuat tubuh mereka berkeringat lagi.

"Kamu tidak ngeseks dengan orang lain selama kita marahan kan?"

Changmin merutuk kenapa keribetan manusia ini kumat di momen yang sudah sempurna. "Tentu saja tidak, aku sudah tidak punya energi untuk melakukan itu."

"Yah...apa artinya itu bakal iya kalau kamu tidak kecapekan?"

"Mochi-kun...bagaimana kalau kita melanjutkan ini saja?" Changmin melepas handuk yang melingkar di pinggang Yunho dan menarik tubuh polos itu menempel padanya. "Because of that...i need you now."

Yunho tak mengelak dan tak ada alasan untuk itu ketika merasakan tubuh Changmin memasuki dirinya dan semuanya terasa benar. Seharusnya memang seperti ini.

"Sorry..." Changmin menatap jauh ke dalam mata bening itu saat mereka bercinta kedua kalinya yang sudah berpindah di ranjang. Masih terasa seperti yang seharusnya. "I love you, really."

Yunho yang menyentuh pipi Changmin dengan jemarinya seolah-olah itu begitu rapuh juga tak melepas tatapannya. Changmin menciumi jemarinya lembut.

"I Know baby. I'm sorry too."

 

 

****************

 

 

Keesokan paginya Yunho merasakan tubuhnya lebih ringan saat bangun. Rasanya seperti terbangun dari tidur panjang dan Yunho menikmatinya dengan duduk lama di tepian ranjang.

"Good morning honey." Changmin memberikan kecupan yang agak terlalu lama untuk ukuran ucapan selamat pagi. Yunho tersenyum dengan matanya yang masih ngantuk membuat Changmin makin gemas ingin menciumnya lagi.

Lalu Changmin mengeluarkan cincin dari saku celananya. Yunho sebenarnya kaget dan merasa bersalah, ia benar-benar melupakannya karena begitu emosi. "Kamu sama sekali tidak mencarinya, untung aku menemukan dan menyimpannya."

Changmin kemudian menyematkan lagi cincin itu di tempat semula. "Seberapa marah pun kamu padaku jangan dilepas lagi, kecuali kita benar-benar berakhir dan kuharap itu tidak pernah terjadi."

Jadi saat itu terjadi lagi maka pertanda semuanya sudah selesai?

Yunho tak bisa berkata apa-apa karena ia tahu Changmin terus mengenakannya.

"Aku tidak bisa mengatakan memilikimu di luar bangunan ini jadi biarkan aku merasakan 'hei, dia itu milikku, my beautifull man, my true soulmate' saat melihatmu di luar. Seperti saat kamu melihatku.

Changmin menautkan jarinya dengan milik Yunho. Mempertemukan kedua cincin itu. "Karena itu aku tak pernah melepas ini."

Senyum Changmin saat mengatakan itu membuat Yunho kembali berharap.

Harapan yang ia tahu akan menggerogotinya lagi dari dalam.

Lagi dan lagi.

 

 

*******TBC********

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
garnet87
yuhuuu~~ saia hadir lagi membawa changho. Bagi yg udah baca "Teenage Dream" sangat direkomendasikan meneruskan ke "I'm Not The Only One". Happy reading guys~~

Comments

You must be logged in to comment
Blockbustt #1
Chapter 13: Hey aku ngikutin cerita kamu loh thor. Di ffn juga ini di publish kan ya? Aku nunggu dari 2016 :( cepat cepat di lanjut ya... Aku benar benar penasaran nasib mereka gimana
bambimax
#2
Chapter 13: mian thor gak komen dari chap 7 wkwk, aku penasaran jadinya baca dulu sampe ep 12. thor ayo lanjut!! biarkan mereka bersama lagi ~
Bigeast88 #3
Chapter 6: Aduuuuh mereka brantem mulu dr awal sequel ini .__.
Anashim #4
updatenya disamain dong yg d ffn.. biar ada notif kalo apdet.. ga pny akun ffn soalnya.. apalagi gada tag homin nya.. jd harus search dulu di google judul fic nya kn rempong. hehe
Anashim #5
Chapter 8: btw ini fic knp yg d ffn di hapus ya?
shih-na
#6
Chapter 8: Can't wait to see what the update'll bring for me. :)
bambimax
#7
Chapter 7: Aaaaah kenapa pisah sih :(((( aduh ayo balikaan :((( jangan biarkan mereka pisah thor, gak rela :((
kankan1144 #8
Chapter 7: you're back!!:-)
I always like your story.

Congratulation the best newcomer actor!!!
kankan1144 #9
Chapter 6: Kyaaaaaa!!! I love, love, love this
I can't wait to read the next chapter ..
luvnanda #10
Chapter 6: Pisah yaaaaa.... TT.TT....update pleaseeeeee.....