Is This What I've Got From You?

I'm Not The Only One

 

"Ikut tur Jepangnya BoA?!"

"Kenapa kamu histeris seperti itu sih?"

"Tunggu...itu tur...berapa lama?"

"Sebulan."

"No...no..no...sebulan kamu tidak pulang?"

"Aku masih bisa pulang 2 minggu sekali lah. Kenapa sih? Seperti kita tidak pernah pisah lama saja."

"Kita baru saja berbaikan honey, tidakkah kamu ingin menghabiskan waktu denganku?"

Yunho menatap malas Changmin yang cengirannya makin lama makin hilang ditelan kenyataan. "Oke, jadwalku juga padat sih sebulan ini."

Tiba-tiba Changmin menyergap punggung Yunho dari belakang dengan pelukan eratnya, semacam memeluk Teddy Bear saja. "I don't want to leave."

"Just don't leave."

"But i must to work mochi-kun~ apa sebaiknya kamu kujadikan manajer saja ya biar bisa ikut kemanapun denganku...auuw!"

Tentu saja Yunho memukulkan kepalanya ke kepala Changmin yang bersarang di bahunya. "Kenapa tidak kamu saja yang pensiun dan jadi dancer denganku?"

"Yah...kamu kan tahu danceku jelek." Changmin lalu melepaskan pelukannya dan menghadap Yunho, membuatnya duduk di tepian meja makan (jelek). Tiba-tiba wajahnya berubah serius dengan tatapan tajam yang sudah dihapal Yunho. Pasti mau bahas sesuatu yang serius.

"Sebenarnya ada yang menawariku main film, sudah sebulan aku mempertimbangkannya dan aku menyukainya tapi aku belum memberikan jawaban. Batasku sampai akhir minggu ini. Bagaimana menurutmu?"

"Kamu minta persetujuanku?"

"Tentu saja. Tapi aku tidak bisa menunjukkan naskahnya padamu. Top secret. Tapi kalau sinopsisnya sih ada, nanti kuberikan padamu."

"Lalu kenapa bertanya padaku? Tahun lalu kamu main di variety show, jadi cameo di drama dan film yang syuting di luar negeri pun tidak tanya dulu padaku. Tau-tau syuting, tau-tau tayang dan bahkan tau dari manajer-ssi."

Nah itu dia!

Changmin tampak menggigiti bibirnya dan menatap Yunho takut-takut. "Karena ada scene-nya."

Yunho yakin sekali dia salah dengar.

Sangat berharap salah dengar saja.

"Memangnya kamu tidak ada tawaran film yang lain?"

"Ada sih tapi paling komedi romantis atau semacamnya. Aku lebih suka cerita yang ini hyung, aku sudah bisa membayangkannya akan seperti apa. Saat tes kamera juga katanya aku yang paling pas. Mereka bahkan rela menunggu jawabanku."

"Jadi saat ini kamu tidak bertanya tapi memberitahuku, 'hei aku mau main film ini'. Begitu?"

"Bukan begitu hyung..."

"Ya memang seperti itu kan. Bagaimana kalau aku tidak setuju dan menyuruhmu tidak mengambil itu? Apa kamu mau menurutiku?"

Changmin terdiam, sebenarnya tahu itu memang benar. Kalaupun dijawab tidak boleh maka dia akan berusaha segala cara membujuk sampai dapat. Sama-sama dead end sebenarnya.

"Apa kata ayah dan ibu? Kamu pasti bertanya pada mereka kan?"

"Mereka keberatan tapi ya terserah aku juga sih."

"Kalau aku juga keberatan." Yunho menghempaskan tubuhnya di sandaran sofa. Sikapnya menyilangkan tangan di dada sudah jelas. "Itupun kalau pendapatku benar-benar kamu anggap serius."

Matih kau Shim Changmin!

Hanya dari kilatan mata dan intonasi bicara Changmin saja Yunho sudah tahu pacarnya itu begitu menginginkan main di film tersebut. Sejak dulu dia memang ingin jadi aktor setelah merasakan beberapa kali akting. Tapi tidak bisa bebas mengambil proyek demi karir menyanyi yang juga disukainya. Setelah solo barulah banyak yang menawari dan beberapa kali jadi cameo sambutannya bagus.

"Kamu benar-benar ingin jadi aktor?" tanya Yunho datar setelah entah berapa lama hanya terdengar dengungan AC. Bahkan lupa belum menyervis AC yang sudah beberapa hari ini berdengung dan tidak dingin.

Changmin mengangguk dan tidak menghindari tatapan Yunho.

"Jangan terburu-buru. Tolak saja yang ini, bermainlah di beberapa project akting dulu hingga kamu benar-benar menguasainya."

"Ini kesempatan yang langka. Aku tidak yakin bakal diberi script seperti ini lagi. "

"Itu karena kamu sudah langsung suka sejak pertama membacanya. Tidak ada gunanya kan kamu bertanya karena jawabannya pasti itu, pasti kamu mengambilnya! Kamu hanya cari pembenaran dan dukungan ."

Changmin tampak membuka mulut tapi menutupnya lagi karena Yunho mulai menaikkan nadanya.

"Kamu kan selalu seperti itu."

"Maksudmu apa?"

"Ya seperti itu! Jika kamu sudah suka, siapapun tidak akan kamu dengarkan."

Changmin merasakan emosinya benar-benar terpancing sekarang, tapi pada akhirnya kembali tak bisa apa-apa ketika Yunho menyodorinya kenyataan.

"…karena itu kan kita bisa bersama saat ini. Tapi aku berharap kamu tidak bersikap seperti itu untuk semua hal."

 

 

************

 

 

Changmin membenamkan wajahnya di bantal sofa di rumahnya, benar-benar rumah yang ada ayah dan ibunya. Diakuinya, ia memang sengaja kabur sebentar mencari belaian sang ibu karena terlalu pusing memikirkan urusan ini. Tentu saja sang ibu tahu.

"Kalian pasti tidak bisa berkompromi."

"Omma…kenapa to the point sekali?" keluh Changmin yang masih saja sibuk mengunyah hasil masakan ibunya.

"Karena aku ini ibumu."

"Apa karena itu omma bilang terserah aku mau main film itu atau tidak? Karena Yunho bilang aku orangnya seperti itu, keras kepala kalau sudah punya target."

"Ah…anak itu memang mengenalmu dengan baik."

"Omma!" Changmin manyun total mendengar ibunya tak membelanya. "Kalau aku ambil, kalian semua jangan nonton ya."

"Kalau malu kenapa diambil?"

"Entahlah, aku benar-benar menyukai script-nya walau aku tahu mungkin akan lebih banyak yang menentangku. Rasanya seperti jatuh cinta."

"Cinta buta itu namanya."

Changmin membuka ponselnya dan mendapati jawaban chat dari Kyuhyun "take it and u will die".

Entah kenapa dengan banyaknya orang yang tidak setuju malah membuatnya semakin penasaran dan semangat membuktikan dirinya bisa. Dia pernah mengobrol dengan seorang sunbaenim yang mengatakan nantinya banyak yang membuatmu ragu melangkah jadi harus teguh dan memang ada yang harus dikorbankan.

Tapi Yunho bukan untuk dikorbankan, demi apapun itu.

"Ibu yakin kamu akan baik-baik saja, apapun yang terjadi, karena kamu anak yang kuat dan tenang."

Sebenarnya ucapan itu membuat Changmin tertegun. Ibunya bukan tipe ibu yang mudah mengatakan hal seperti itu. Kini ia terlalu takut menanyakan apa maksud ucapan itu. Seperti terjebak dalam kamar gelap gulita dan ia meraba-raba mencari jalan keluar.

Karena ibunya menggunakan "kamu", bukan "kalian".

Changmin menggenggam ponselnya terlalu kuat saat ibunya meninggalkannya untuk mengangkat telepon. Sekarang dia tahu harus memberi jawaban apa atas tawaran film itu.

 

 

*******

 

 

Yunho merasakan benar dirinya jadi tidak fokus kerja gara-gara ucapan Changmin itu. Bagaimana bisa kan?! Kenapa orang itu selalu membuat hidup dan hatinya begitu sulit begini?!

Sekarang dia tak memegang sinopsis naskah itu, karena bersifat rahasia jadi hanya membaca dan menyerahkan lagi pada Changmin, namun masih mengingatnya jelas. Tidak ada yang aneh, sepintas ceritanya normal-normal saja dan memang menarik. Changmin sendiri bilang sangat menginginkan naskah itu dan yakin sutradaranya bisa melakukannya dengan baik meski ini akan jadi film debutnya.

Yunho? Jangan tanya. Dia orang A yang akan memikirkan dari segala sudut hingga kepalanya seperti mau pecah.

Yunho sendiri merasakan tawaran itu terlalu gambling karena sama-sama proyek pertama di layar lebar. Film itu bisa mengangkat popularitas Changmin atau malah membuatnya hancur lebur tak bersisa di saat dia sedang laris begini. Dari naskahnya, itu bukan film ringan dan memang ditargetkan untuk masuk ke festival film.

Jang Woo Hyuk hanya melirik dari sudut matanya melihat betapa gelisahnya Yunho.

"Kamu benar-benar mau ikut tur Jepang BoA? Aku harus memberikan jawaban hari ini untuk mengatur jadwalmu."

"Iya, aku ikut." Yunho kaget sendiri menjawabnya tanpa pikir panjang.

Kalau dia bisa ngotot maka aku juga bisa.

Tak berapa lama ada telepon dari Changmin dan Yunho sudah bisa menebak topiknya. "Kamu menerima tawaran itu,"tembak Yunho tanpa basa-basi.

"Iya akhirnya aku menerimanya, maaf Yunho, aku…"

"Jangan minta maaf. Itu akan membuatku semakin menyesal, it's enough."

"Please support me…please…"

Yunho menghela nafas panjang dan memukul-mukulkan ringan kepalanya ke dinding. Sudah berjalan sejauh ini melewati jalanan terjal berliku dan menerjang badai bukan untuk menyerah begitu saja kan.

"I will."

"Thank you baby, really really thank you."

Selama dua tahun ini hubungan mereka tidak goyah meski Yunho sempat 3 bulan ikut dance school di New York yang didapatnya dari rekomendasi ikut kompetisi dance. Saat itu ia mendapat beberapa tawaran ikut audisi untuk jadi backdancer penyanyi Amerika terkenal tapi ditolaknya karena harus pulang. Karena ada Changmin yang menunggunya pulang dan itu lebih penting daripada berkarir di Amerika.

Karena Changmin bukan untuk dikorbankan, demi apapun.

Di Korea dan Asia sudah cukup baginya, bahkan bisa dance di garasi rumah atau dimanapun tak masalah, asalkan bersama Changmin.

Lalu sekarang ini yang didapatnya dari seorang Shim Changmin?

Ini?

 

**********

 

Changmin sendiri merasa lega luar biasa setelah memberitahu Yunho dan responnya tidak seburuk dugaannya. Tinggal pintar-pintar merayunya saat bertemu di rumah nanti. Kini ia lebih memilih fokus menyiapkan mental di-bash saat nanti berita konfirmasinya di film mulai muncul di media.

Dan benar saja. Dalam 3 jam berikutnya beritanya sudah muncul. Sesuai dugaan Changmin, rumah produksi itu langsung mengumumkan walau belum teken kontrak agar dia off market dan jelas terkunci untuk project ini. Toh kontraknya akan ditekennya hari ini juga.

“Gila kamu Min! Kamu menyanggupinya?! Daebak~~” Kyuhyun langsung menelepon setelah temannya memberitahukan berita itu. “Kupikir kamu akan mundur demi dia. Emangnya dia berubah pikiran setuju?”

“Dia masih tidak setuju kok.”

“Gila…nekat banget kamu. Daebak dua kali!”

“Aku akan membuktikan bahwa ini bukan salah pilih. Aku akan melakukannya sebaik-baiknya. Membuatnya bangga memilikiku.”

Changmin bisa membaca pikiran Kyuhyun yang masih diam saja, semacam membuat-dia-bangga-tanpa-bisa-mengatakan-memilikimu-itu-kau-sebut-membanggakan?

“Aku hanya bisa bilang good luck ,” ucap Kyuhyun pada akhirnya.

“Gomawoyo Kyu.”

Setelah itu hanya yang indah-indah saja yang diingat Changmin. Dengan hati riang seperti berhasil mendapatkan boneka di vending machine dengan mesin penjepit yang menyebalkan, ia datang ke makan malam untuk teken kontrak debut filmnya itu. Bertemu dengan orang-orang rumah produksi itu membuatnya merasa semakin yakin tidak salah pilih. Bahkan ia tidak peduli dengan membanjirnya kritikan dari netter tentang pilihannya ini.

Merasa menjadi lelaki sejati.

Sangat percaya diri dengan insting, pertimbangan dan keputusannya.

Karena saking senangnya, Changmin membeli bunga. Meski konyol memiliki ide memberikan bunga mawar pada sesama pria tapi itu toh tetap dilakukannya dengan memilih mawar merah untuk Yunho. Sebuket besar dan sebotol wine.

Jadi ingat malam pertama.

Bedanya wine kali ini hasil usaha sendiri, bukan pemberian Kyuhyun.

Tapi akhirnya Changmin malah salah tingkah sendiri ketika mendapati dirinya tak sengaja masuk apartemen bersamaan. Sejak awal mereka memutuskan bersikap dingin jika di area apartemen agar tidak menimbulkan gossip, jadi kini Changmin kikuk membawa buket mawar yang begitu mencolok. Bahkan tadi sekuriti menggodanya. Kelihatan sekali ya bunga ucapan selamat dan untuk orang yang spesial.

Yunho sendiri sempat membeku sesaat melihat Changmin berusaha menyembunyikan buket bunga itu dan akhirnya menyerah. Pertahanan Yunho untuk poker face akhirnya runtuh disodori benda itu saat berduaan di dalam lift. Bahkan Changmin tak peduli aksinya itu terekam CCTV dan jadi tontonan sekuriti di control room. Setidaknya masih bisa menahan diri untuk tidak mencium bibir itu.

Seperti biasanya, Changmin tidak mengatakan apapun saat menyerahkan buket itu. Tapi Yunho sudah terlalu terbiasa membaca setiap gesture pacarnya itu yang kini tersipu-sipu sendiri. Jujur, Yunho menyukai perhatian ini jadi ia menciumi aroma mawar segar itu bahkan hingga berada di depan pintu apartemen mereka.

“Kamu menyogokku degan bunga? Memangnya aku cewek?”

Changmin kemudian mengambil sebatang mawar hingga membuat Yunho memperhatikan gerakannya. “Flower is a flower. Not for woman or man, kids or elder. It just flower, a love.”

Yunho menaikkan alis matanya ketika mawar itu mendarat di saku kemeja oversized-nya yang acak-acakan. “Gombal.”

“Karena itu kamu menyukaiku kan?”

Oke, siapa yang bisa bertahan dari kedipan mata Changmin dan smirk-nya yang fenomenal. Jadi Yunho memilih langsung menciumnya saat itu juga, masih dari balik pintu yang bahkan belum melepas sepatu mereka.

Jelas Changmin tidak ingat soal sudah melepas sepatu atau belum, bahkan lupa apakah wine-nya dibawa turun dari mobil atau tidak tadi. Lebih menarik untuk mulai melucuti pakaian Yunho dan membalas ciumannya.

Tak terpikirkan oleh Changmin bahwa Yunho melakukan itu sekedar untuk menghalau pikiran buruknya. Yunho menyadari ia belum rela dengan keputusan itu, ia hanya terpaksa untuk rela. Ia hanya menuruti nalurinya yang masih berhasrat pada pria yang mendekapnya lekat saat ini.

Merelakan mempertontonkan tubuh polos Changmin-nya pada jutaan pasang mata dalam keadaan sedang bercinta.

yang benar saja!

“Yun…ho?”

Panggilan itu menyadarkan Yunho atas apa yang sedang dilakukannya sekarang. Changmin menatapnya bingung. Kemeja mahal Changmin sudah sobek dan tangannya mengcengkeram kerah itu dengan sangat kuat, menekan tubuh itu ke dinding. Yunho yakin tadi malah menghantamkan kepala Changmin ke dinding.

Dengan lembut, tangan Changmin membujuk Yunho melepas cengkeramannya.

Cengkeraman di lehernya.

Yunho terkesiap dan langsung melepasnya. Kilatan rasa bersalah terlihat jelas di mata itu, apalagi saat melirik bekas kemerahan di leher Changmin. “So…sorry…aku tidak bermaksud…”

Seketika itu juga Yunho berbalik, berjalan cepat menuju kamarnya, dan Changmin menahan tangannya. “It’s okay, Yunho, it’s okay. I’m fine.”

Changmin sebenarnya hanya pura-pura tenang. Sungguh.

Ia tak menyangka Yunho bisa bersikap begitu kasar padanya tadi. Ini pertama kalinya tak mengenali Yunho dan itu membuat bulu kuduknya meremang. Meski selintas, namun Changmin mengakui sempat berpikir dirinya akan diperkosa. Itu tidak baik-baik saja kan namanya?

Tapi sorot mata penyesalan Yunho saat ini membuat Changmin luluh. Yunho semakin menautkan alisnya saat menyentuh bibir Changmin. Baru sadar sendiri ternyata berdarah. Yunho ingat tadi menggigitnya saat berciuman dan mungkin bakal ada lebam lainnya.

“It’s not okay Min-ah…not at all…I almost you.” Matanya menelusuri leher Changmin.

“No…no…no…” Changmin refleks merengkuh Yunho dalam pelukannya. Pria yang lebih tua 2 tahun darinya itu membenamkan wajahnya di bahu Changmin dan mulai menahan tangisannya sendiri. “You love me and I love you.”

Changmin meraih wajah yang sembab itu dan mengecup dahinya. Mengatakan semuanya baik-baik saja dan itu hanya emosi sesaat karena stress yang tak perlu dianggap serius.

“Let’s sleep alone tonight. Aku tidak mau melukaimu…” Yunho tanpa sadar menahan nafasnya. “…tanpa sadar.”

“No. Kita tetap akan tidur bersama seperti biasanya, okay?” Changmin berusaha mengindahkan tatapan memohon dari Yunho. “Aku janji kalau kamu melukaiku, aku akan keluar dan menguncimu di kamar.”

Dengan berat hati Yunho menerima usulan itu, membiarkan Changmin menggiringnya ke kamar tidur.

Membiarkan Changmin memeluknya sepanjang malam, merasakan kegelisahannya.

 

 

***********

 

Changmin ingat dulu pernah mengobrol santai dengan Jihye saat Yunho sedang pergi. Obrolan itu tanpa sengaja menyentuh hal yang tidak diketahui Changmin tentang Yunho. Sesuatu yang membuat Jihye tampak merasa bersalah setelah keceplosan.

“Aku tidak menyangka kamu bisa mengatasi temperamennya.”

“Temperamen apa? He really calm, mature and soft. Malah sabar juga menghadapi aku yang keras kepala dan terlalu cuek ini.”

Jihye tertawa kecil sambil menuangkan soju untuknya. “Coba kutebak…hmm…Yunho oppa tidak pernah minum alkohol di depanmu kan?”

Changmin menggeleng. “Dia bilang lambungnya bermasalah.”

“Iya itu memang benar.” Sampai di situ Changmin tidak yakin Jihye tidak mulai mabuk. “Karena dia dulu alkoholik, tapi memang sudah sembuh sih. Dia tidak cerita ini padamu?”

Changmin tak bisa merespon karena terlalu terkejut.

“Kamu tidak tahu kan bagaimana dia kalau mengamuk? Ngamuk lho ya, bukan sekedar marah.”

“Apa yang terjadi?” Changmin merasakan detak jantungnya meningkat, anggap saja karena pengaruh soju.

“Hal seperti itu bukan untuk diceritakan, tapi dirasakan sendiri.”

 

 

**********

 

 

Changmin merasakannya. Betapa pahitnya seorang Jung Yunho ketika memilih mengambil jarak. Changmin bahkan merasakan jarak itu dalam kegembiraannya bertemu para staf untuk proyek filmnya. Bertemu aktris yang akan jadi lawan mainnya.

Kejadian malam itu membekas meski di depan Yunho bersikap tak mempermasalahkannya.

Mungkin benar kata Yunho, aku tetap berpikir orang tidak tahu yang kurasakan padahal semuanya bisa melihatnya dengan sekali lirik.

Yunho tak bisa dibohongi dengan trik murahannya itu sehingga lebih memilih menghindar. Changmin sendiri sebenarnya merasa clueless. Begitu takut melangkah. Ingin bersikap care tapi khawatir membuat Yunho parno, mau cuek rasanya itu terlalu tega. Akhirnya sama-sama membenamkan diri dengan pekerjaan.

Malam kedua setelah insiden itu Changmin dan Yunho akhirnya kembali satu kamar. Changmin menonton Yunho mengisi kopernya untuk tinggal di Jepang selama sebulan. Changmin menghela nafas berat dan malah menelusuri paha Yunho yang mengenakan short dan berkaos kaki. Ia bisa menebak orang ini tadinya sedang berganti pakaian tapi saat mencopot celananya, ia terdistraksi dan berakhir menekuri koper besarnya.

“Ngapain bawa sebanyak itu?” Changmin tidak berniat membuka pembicaraan seperti ini tapi sungguh itu refleks. Karena ia mulai tergoda melihat penampilan Yunho itu.

“Aku menghitung untuk 3 minggu dan aku akan banjir keringat, jadi harus membawa banyak.”

“Beli saja di sana.”

“Di Jepang apa-apa mahal.”

“Ada kok yang jual barang murah kalau kamu tahu tempatnya.”

“Jelas kamu tahu tapi aku tidak.” Yunho menjejalkan gulungan pakaiannya ke kopernya tanpa memandang Changmin yang duduk di tepi ranjang.

“Aku tidak ke sana tapi aku bisa tanyakan ke staffku nanti.”

“Aku tidak tahu isi kota-kota di Jepang dan kurasa aku tidak akan tahu karena I’m just working there.”

“Berjalan-jalanlah kalau begitu, kurasa sakura mulai mekar jadi…”

“Hang out? Mungkin ide yang bagus untuk ke host club.”

Changmin mengerutkan alisnya. “Apa maksudmu?”

Yunho mulai menjejalkan bajunya dengan kasar. “Kamu sering ke Jepang kan? Pasti tahu maksudku. Kudengar ada beberapa host club…”

Changmin tertawa kering namun terdengar begitu sinis bagi Yunho. “That’s damn exspensive mochi-kun.”

“Kamu pernah ke sana?”

“Hanya mendengarnya.”

“Kamu pernah ke sana.”

Kali ini jelas bukan kalimat tanya dan itu menyulut emosi Changmin langsung melesat ke ubun-ubun. Ia langsung bangkit dari duduknya dan menyentakkan tubuh Yunho hingga berdiri. Mencengkeram kerah kaos itu hingga ditatap balik dengan tajam. “Jung Yunho…don’t you dare…”

“Kamu.pernah.ke.host.club.kan.Shim.Changmin.”

“Kamu ingin dengar aku jawab iya kan? Oke, iya aku pernah ke sana. Lalu?”

Yunho menggertakkan giginya dengan bibir terkatup rapat.

“Aku bersumpah tidak melakukan apapun di sana dan kita tetap bersama hingga sekarang. Nothing happen.” Changmin melepaskan cengkeramannya namun kalimat Yunho selanjutnya menahannya.

“Juga tidak akan terjadi apapun padaku. Kamu harus rela kalau aku pergi ke tempat seperti itu karena aku tahu kamu sering melakukannya, atas dalih apapun, dan aku tak mempermasalahkannya.”

Changmin mendekatkan wajahnya hingga Yunho merasakan hembusan nafas itu menerpa hidungnya. Menatapnya tajam yang dibalasnya sama tajamnya. “Kamu ingin balas dendam padaku?”

“It’s not revenge…” Yunho mengucapkannya teramat pelan, seolah-olah tak ingin didengar oleh dinding. “It’s a fair game.”

Changmin yakin selama ini bisa mengendalikan diri apapun yang terjadi, bahkan ketika Yunho nyaris memperkosanya kemarin-kemarin, tapi sepertinya tidak kali ini.

Namun dia mengingat setiap detil yang dilakukannya sekarang, ketika melucuti pakaian Yunho dengan kasar, menghempaskannya ke ranjang hingga mengaduh. Yunho melawan dengan cara mendorongnya tapi akhirnya tangannya berhasil dikunci Changmin dengan mudah. Dia terlalu rajin olahraga dan Yunho lama tidak latihan bela diri.

“Aku akan membuatmu mengingatku untuk sebulan ke depan dan menggigil di tengah malam menginginkanku.”

Yunho tahu pasti itu bukan pemanis mulut semata. It’s real.

As real as fire burn everything into ashes.

As real as how Changmin kiss him now, scratch and push him to the edge.

 

 

**********

 

 

Yunho menekan-nekan punggungnya saat berjalan di bandara Haneda hingga menarik perhatian BoA. Jalannya pun agak tertatih seperti pincang. “Yundolla, ada apa? Sepertinya dari Seoul kamu sudah tidak nyaman.”

Yunho tersenyum. “Badanku memang sedang pegal-pegal semua, tapi tidak ada masalah serius.”

BoA memicingkan matanya tapi Yunho tak mempedulikannya dengan tetap tersenyum menikmati pemandangan hingga ketika mobil mereka membelah jalanan. BoA yang duduk menyilangkan kaki masih saja memperhatikan Yunho.

“Ah! I know…I got it!!”

“What?”

BoA menyeringai berusaha membelah pertahanan sorot mata polos Yunho saat bertanya. “Nanimo nai,” ucapnya singkat kembali merebahkan punggung di jok meneruskan membaca “Fifty Shades of Grey”.

Yunho tersenyum sama seperti cara BoA tadi dan kembali memperhatikan jalan.

“Btw, kamu baca ini juga tidak?”

“Aku tidak suka baca novel.”

Mendingan langsung praktek saja kan atau menonton koleksi Changmin.

“Sayang sekali, kan kamu bisa mencobanya dengan partnermu,” gumam BoA sambil menyesap diet coke-nya, melewatkan Yunho yang nyaris menjatuhkan smartphonenya.

Yunho kemudian menutup ponselnya itu, kehilangan selera membalas pesan dari Changmin, -bagaimana badanmu?-

Oh setidaknya aku masih hidup sekarang.

 

**********

 

Di malam terakhir Changmin memang mengatakan bakal membuat Yunho akan menginginkannya setengah mati saat jauh darinya, tapi kini ia sendiri yang harus menelan kalimat itu. Phone saja tak cukup baginya, bahkan padatnya pekerjaannya masih diselingi rekaman keintiman mereka. Seminggu, 2 minggu, 3 minggu dan yang keempat sudah tak tahan lagi.

Changmin membuat Yunho terlonjak kaget di backstage.

“Oh, dongsaeng-ah…what bring you here from Korea?”

Sejak hubungan mereka clear, lebih tepatnya setelah BoA menolak mentah-mentah, BoA memanggil Changmin dengan “Dongsaeng” yang membuatnya bad mood seketika. Tapi Changmin tersenyum secerah mentari musim panas kali ini.

“Tentu saja untuk menyemangatimu noona. Aku bawakan wine untuk merayakan kesuksesan konsermu. Oh iya, kita bisa berfoto bersama saat meminumnya dan kau share di SNS.”

BoA ikut tersenyum manis. “Sepertinya aku hanya bonus, tapi tidak apa-apa sih kalau kita bisa saling menguntungkan.”

Yunho hanya mengangkat alis saat Changmin mengedipkan mata kepadanya.

“You need some room? Aku tidak sudi meminjamkan ruanganku untuk kalian.” BoA mengutak-atik ponselnya dan memberikan pada asistennya.

“Why you so mean noona? I give you the finest wine and you get your high tonight.” Changmin bergeser mendekati BoA yang menarik lengannya untuk berfoto bersama. “Apa kita perlu berpelukan?”

“Lalu kita digosipkan pacaran? Hell no!” BoA melepaskan tangan Changmin yang melekat di pinggangnya. Yunho tertawa melihat keduanya langsung memasang senyum professional, layaknya sobat karib, di depan kamera.

Bahkan BoA dan Changmin begitu akrab memilah foto dan memutuskan harus difilter karena muka mereka “nggak banget”. Yunho tersenyum melihat Changmin protes dengan kalimat yang dituliskan BoA untuk foto mereka. “Ini Instagramku dongsaeng-ah, makanya bikin sendiri sana.”

Changmin manyun seketika dan meninggalkan BoA menuju tujuan utamanya.

(Changmin dan Yunho memutuskan tidak membuat akun apapun daripada terjadi insiden foto mereka terposting atau mata elang netter menemukan mereka bersama.)

Yunho yang sedari tadi mengobrol ringan dengan stylist BoA kaget tiba-tiba Changmin menyapanya… dengan ciuman. Kecupan yang hanya sedetik dan diakhiri senyuman.

Seluruh ruangan yang isinya tak seberapa itu menahan nafas.

BoA hanya memutar bola matanya malas dan meraih tasnya untuk pulang.

“I miss you mochi-kun.” Ucap Changmin setelah mencium lagi sedikit lebih lama. Yunho merasakan pipinya panas tapi menikmatinya. Ini PDA mereka yang pertama dan benar-benar tak terduga olehnya. “Tak usah pedulikan mereka.”

Jadi Yunho menikmati Changmin yang memegangi kedua pipinya dan menciumnya lagi.

Lalu tiba-tiba Changmin mengaduh keras dengan BoA berlari. Yunho tertawa melihat Changmin mengelus betisnya yang ditendang BoA.

Dengan kejam Changmin meledek BoA melalui chat untuk segera cari pacar saja daripada menendangnya karena iri.

-Awas saja kalau kita ketemu lagi aku akan menginjakmu-

Changmin mencatat dalam hati saat bertemu nanti langsung lihat BoA pakai sepatu apa. Kalau high heels maka lebih baik langsung kabur saja.

 

 

**********

 

 

“Hmm…..mmm~~” Changmin mengeluarkan suara-suara seperti kucing yang diganggu tidur pulasnya. Semakin mengetatkan pelukannya di perut Yunho dan melesakkan wajahnya ke tengkuk pria itu. Apapun itu, aroma Yunho saat bangun jelas lebih baik daripada aroma khas hotel.

Sebenarnya memang berada di hotel sih.

“Aku tahu kamu tidak ada jadwal di sini, tapi…”

“Kamu juga tidak ada acara apapun mochi-kun…karena itu aku ke sini,” Changmin mengusap-usap perut Yunho hingga orangnya terkekeh geli. Why your tummy so cute like you?

“Penerbanganmu jam berapa?”

“Besok pagi.”

Yunho membalikkan badan menatap Changmin dengan binar di matanya. “Jadi…”

“Yup…kita bisa kencan seharian.” Changmin mencium cepat bibir itu kemudian beranjak dari kasur dan masuk kamar mandi. “Pikirkan mau kemana selama aku mandi, dan jangan susul aku mandi ya.”

Yunho tertawa sambil melemparkan salah satu bantal ke pintu kamar mandi.

Jadi Yunho memakai boxer-nya dan menyiapkan yang harus dibawa nanti. Saat memilah barang itulah dia terdiam memandangi pantulannya di cermin hotel yang cukup besar. Tanpa kaos begini baru memperhatikan tubuhnya menggemuk tanpa disadarinya. Memang sering ke tempat makan sih kalau ada waktu luang.

Yunho mengerutkan alis tak senang ketika jarinya bisa menarik secuil daging di perut, lengan dan pinggang. Well, it’s not a good news.

Perhatiannya baru teralih ketika Changmin tiba-tiba memeluknya dari belakang. Tak menggubris ciuman yang menyerang lehernya, Yunho melirik tubuh tunangannya selama tahun itu. “Kamu kurusan?”

“Iya, selama kamu di sini aku menurunkan badan 4-5 kilo lah, untuk film. Masih harus turun lagi.”

Ah, film sialan itu kenapa bisa membuat dia jadi seksi begini?! Sedangkan aku…

Yunho menatap Changmin atas bawah dan menyentuh perut itu yang sudah tipis. “Juga harus bikin abs?”

Walau Changmin itu manusia cuek dan termasuk tidak punya hati, bagi Yunho, tapi kali ini tampaknya memahami sesuatu yang krusial. Tapi ya mengangguk juga. “Cuma buat film, karena aku juga ogah diet tidak masuk akal begini terus-terusan demi sixpack. Aku butuh asupan daging dan cokelat.”

Sadar dengan roman muka Yunho yang semakin mendung, Changmin meraih kaos asal-asalan dan memakainya. “Jangan berpikir menguruskan badan, I like fluffy mochi-kun…” Changmin menutupkan handuknya di kepala Yunho dan mencium bibir itu.

Tentu saja Yunho tetap manyun pipinya diusap-usap dengan gemas. “Tapi aku harus kurus Min, aku dancer.”

“Tapi jangan sekurus aku, oke? Yang pasti khusus hari ini aku tidak diet dan ayo kita makan sepuasnya!”

Yunho menghalau pikiran buruknya, hal langka Changmin bisa mencuri waktu untuk dirinya dan ini harus dimaksimalkan. “Ah! Aku tahu banyak tempat makan enak di seantero Tokyo ini.”

 

 

**********

 

 

Yunho itu pelupa parah, yang entah kenapa tak berlaku untuk gerakan dance, jadi mulanya Changmin pesimis orang itu mengingat tempat makan enak yang dimaksudnya. Ternyata benar-benar ingat dan itu membuat Changmin tak sampai hati membatasi makannya. Ah lagian badannya tidak gampang melar.

“Darimana kamu tahu tempat-tempat ini?”

“Dari Sho-kun, dancer BoA juga. Kita sering keluar bareng dan dia suka makan, selera makan kita banyak cocoknya ternyata. Tidak jelek kan?”

Changmin mengunyah sushi-nya, mengingat-ngingat nama itu. “Enak kok, tapi kamu tidak pernah cerita soal Sho ini.”

“Jinjja? Mungkin aku lupa.”

Changmin tidak memberikan pandangan aneh dan fokus dengan makanannya tapi entah Yunho terlalu tahu dirinya atau parno sendiri. “Jangan bilang kamu cemburu padanya.”

“Tidak. Siapa yang cemburu?”

“Biasanya kan begitu.”

“Kamu itu yang cemburuan.”

“Kalau aku cemburuan itu wajar, kamu dikelilingi artis cantik dan ganteng, banyak fans yang mau menyerahkan tubuhnya asal kamu mau…” ucapan Yunho terhenti karena Changmin menjejalinya dengan sushi padahal belum selesai mengunyah.

“Kita ke sini untuk makan dan waktu kita bersama semakin berkurang. Fokus.”

Yunho mengangguk dengan pipi menggembung membuat Changmin terkekeh. “Kemana lagi ya habis ini….” Gumam Changmin.

Hal inilah yang membuat Changmin lebih suka kencan di Jepang. Kalaupun ada fans yang mengenali biasanya tahu diri untuk tutup mulut dan media tak terlalu mengenalnya meski sedang happening di Korea.

Bisa jalan bergandengan tangan dengan jari sama-sama mengenakan cincin di posisi yang benar.

Kalau begini semuanya terasa benar pada tempatnya.

Terasa indah seperti yang seharusnya.

Seharusnya.

 

 

**********

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
garnet87
yuhuuu~~ saia hadir lagi membawa changho. Bagi yg udah baca "Teenage Dream" sangat direkomendasikan meneruskan ke "I'm Not The Only One". Happy reading guys~~

Comments

You must be logged in to comment
Blockbustt #1
Chapter 13: Hey aku ngikutin cerita kamu loh thor. Di ffn juga ini di publish kan ya? Aku nunggu dari 2016 :( cepat cepat di lanjut ya... Aku benar benar penasaran nasib mereka gimana
bambimax
#2
Chapter 13: mian thor gak komen dari chap 7 wkwk, aku penasaran jadinya baca dulu sampe ep 12. thor ayo lanjut!! biarkan mereka bersama lagi ~
Bigeast88 #3
Chapter 6: Aduuuuh mereka brantem mulu dr awal sequel ini .__.
Anashim #4
updatenya disamain dong yg d ffn.. biar ada notif kalo apdet.. ga pny akun ffn soalnya.. apalagi gada tag homin nya.. jd harus search dulu di google judul fic nya kn rempong. hehe
Anashim #5
Chapter 8: btw ini fic knp yg d ffn di hapus ya?
shih-na
#6
Chapter 8: Can't wait to see what the update'll bring for me. :)
bambimax
#7
Chapter 7: Aaaaah kenapa pisah sih :(((( aduh ayo balikaan :((( jangan biarkan mereka pisah thor, gak rela :((
kankan1144 #8
Chapter 7: you're back!!:-)
I always like your story.

Congratulation the best newcomer actor!!!
kankan1144 #9
Chapter 6: Kyaaaaaa!!! I love, love, love this
I can't wait to read the next chapter ..
luvnanda #10
Chapter 6: Pisah yaaaaa.... TT.TT....update pleaseeeeee.....