So how this is feel

I'm Not The Only One

CHAPTER 4

 

 

 

"Belakangan ini gosipnya santer sekali ya."

"Gosip apa?" Changmin tidak mengalihkan pandangan dari ponselnya. Main game.

"Cih…jangan pura-pura tidak tahu." Kyuhyun melemparkan gelas plastiknya ke tempat sampah lalu menyeringai busuk. "Aku akan menanyakannya nanti di depan kamera."

"Yah…yah…soal apa dulu ini?" Changmin mau tak mau kini fokus sepenuhnya ke sohibnya itu. Dia memang sedang kena "sial" harus jadi bintang tamu talkshow Kyuhyun karena sedang popularitasnya. Agensinya tahu-tahu mendaftarkannya ke acara itu begitu saja.

"Kamu tidak tahu blind item itu? Kamu tidak curiga itu mengarah padamu?"

"Blind item yang mana?"

"Ah gak seru ah…"

"Aku benar-benar tidak tahu. Hidupku habis untuk syuting film belakangan ini."

"Intinya ada rising star A memiliki hubungan khusus dengan non selebriti pria B. Mereka kenal sebagai artis dan staf kemudian cocok tapi berusaha keras menyembunyikan hubungan itu yang hanya diketahui beberapa orang terdekat saja. Karena popularitasnya, si A semakin berhati-hati dan itu membuat si B tidak tahan lagi."

Changmin membiarkan gamenya game over begitu saja padahal level itu yang diperjuangkannya. "Kamu terlalu banyak berpikir Kyu," ucapnya setelah terdiam cukup lama.

"Tapi sekarang kamu juga jadi berpikir kan?" Kyuhyun menyeringai penuh kemenangan. Tapi tak berapa lama kemudian raut mukanya kembali serius. "Hei, aku benar-benar serius mengkhawatirkan ini."

"Aku tahu." Ketus sekali Changmin menjawab tapi Kyuhyun cukup kaget karena tumben langsung mengakui. Tapi jadi hening lagi.

"Waeyo? Hubungan kalian sedang tidak baik?"

Changmin menghela nafas panjang dan hendak membuka mulutnya tapi PD acara tahu-tahu memanggil mereka untuk segera ke studio. Acara akan segera dimulai.

Tentu saja, Kyuhyun tidak membicarakan apapun soal gosip itu saat acara berlangsung.

Tapi bukan berarti Changmin jadi santai.

Jujur saja, Changmin memang sudah lama mengisolasi diri dari internet sejak mulai syuting film. Dia hanya ingin fokus sepenuhnya ke dalam perannya. Bahkan komunikasinya dengan Yunho dibiarkannya agak merenggang. Tapi seharusnya dia sudah memahami situasiku.

Jadi dari mana gosip itu berasal? Aku yakin dia tak pernah membicarakan hubungan ini dengan sembarang orang. Atau Jang Woo Hyuk? Apa dari staf yang melihat kami di Jepang?

Kegelisahan itu semakin menggerogoti Changmin yang sepanjang perjalanan pulang dari syuting talk show itu sambil membaca artikel-artikel gossip yang sudah ia lewatkan selama ini. Memang ada gossip yang menyebutnya gay, dan itu jumlahnya tak sedikit. Tapi jadi sedikit lega karena tak ada yang mengarah ke arah Yunho. Setidaknya Yunho masih aman. Kalau dia sendiri tak masalah digosipkan apapun. Sudah biasa. Sudah kebal.

Di saat seperti ini baru menyadari betapa banyak namanya disebut di berbagai artikel, forum dan komentar-komentar. Well, I'm so popular now. Jadi begini ya rasanya?

Lalu teringat kejadian beberapa hari lalu setelah Yunho tiba-tiba menjemputnya di lokasi syuting. Hingga sekarang Yunho masih mendiamkannya tanpa alasan jelas.

Apakah dia tahu gosip ini?

Changmin memijit pelipisnya yang mendadak migrainnya kumat. Yunho selalu saja memberinya sakit kepala dan itulah saat-saat ia ingin menjadi single kembali.

 

 

*******

 

 

Yunho menutup dengan kesal entah berapa tab di ponselnya, berisi artikel soal Changmin. Seharusnya sudah mati rasa tapi sejak Changmin nekat mengambil proyek film itu ia menjadi gampang emosi. Ya, Yunho mengakui dirinya mulai digerogoti ketakutannya sendiri dan mulai tak bisa tidur dan bahkan sesak nafas. Takut Changmin meninggalkannya atau mungkin malah ia yang meninggalkan Changmin.

Itu mungkin saja terjadi jika keadaannya terus begini.

Jihye pernah bertanya padanya dulu apakah dia yakin untuk bersama Changmin. Being his dirty little secret untuk selamanya mungkin.

Yunho menyeringai pedih melempar ponselnya dan menyesap rokoknya sambil memandangi perkotaan di bawahnya. Little? Yang benar saja! Saat ini dia adalah aib terbesar seorang Shim Changmin The rising Star.

Biggest secret.

"Hey there…" Changmin melongok dari dalam rumah, membuka pintu geser menuju balkon apartemen mereka.

Yunho menatap sebentar lalu membuang muka. Changmin masih belum berganti pakaian dan malah duduk bersila di sebelahnya, memberinya bir dingin. Yunho kembali menatapnya.

"Waeyo?" tanya Changmin santai saja.

You know why.

"Kita sudah bersama berapa lama ya?" tanya Yunho pada langit malam tapi Changmin tentu merasa harus menjawabnya. "Tiga tahun sejak pertama kita bertemu."

"Rasanya seperti baru kemarin ya."

"Karena kita sama-sama sibuk."

"Kamu menyukai keadaan kita yang seperti ini?"

Changmin beringsut membetulkan duduknya karena di dalam hatinya merutuki kenapa migrainnya datang lagi. "Tentu saja, kita baik-baik saja kan."

We pretend we're okay and that's far from okay.

"…dan kamu populer sekali sekarang."

"Itu hal yang bagus kan."

Yunho manggut-manggut kemudian mematikan rokoknya. "Ayo kita keluar. Aku ingin makan sesuatu di luar."

Changmin mengikuti Yunho yang sudah masuk ke dalam rumah tapi otaknya terus berpikir bagaimana menolak ajakan itu. Dengan makin santernya gossip, ia harus mengajak orang lain untuk keluar dengan Yunho, biasanya manajernya tapi sekarang semua sudah pulang dan teman-temannya sibuk.

"Kita lama tidak keluar berdua kan? Aku sampai lupa kapan terakhir kali…"

"Mianhe, tapi aku capek sekali sekarang. Besok saja ya?" Changmin memasang puppy eyes-nya sebaik mungkin. Tapi Yunho memberikan tatapan malas.

"Sekarang kamu mulai memakai akting padaku?"

"Apa maksudmu?"

"Bilang saja kita tidak bisa keluar berduaan karena sedang banyak gosip." Yunho memakai jaketnya kasar dan mencari beanie-nya. "Dan kamu berpikir aku mengetesmu."

"No, I'm not," Changmin merasakan nadanya mulai meninggi tapi tak bisa ditahannya. Ini keterlaluan. "Sudah wajar kamu ingin pergi berduaan denganku, tapi aku benar-benar capek sekarang. Jangan berpikir yang bukan-bukan Yunho-yah..."

Yunho cuek saja mengaduk-aduk seluruh isi lemari, meski mulai kesal mendengar panggilan itu, hanya demi sebuah beanie yang ia juga tidak yakin ada di sana. Baju-baju berterbangan menyambar tubuh Changmin yang menyaksikan itu dalam diam.

Changmin berusaha memeluk Yunho dari belakang untuk menenangkannya, bak di film-film romantis, dengan hasil jauh beda. Yunho benar-benar berteriak padanya,"Don' .me."

Kenyataan memang bukan drama romantis karena Yunho benar-benar mendorong Changmin sekuat tenaga hingga tersungkur di lantai. Changmin merasakan lengannya keseleo dan Yunho memberikannya tatapan dingin.

Lalu Yunho melesat pergi tanpa bisa ditahan Changmin. Melewatkan helaan nafas panjang Changmin yang begitu lelah.

Yunho benar-benar melakukan apa yang dikatakannya tadi, makan ttoboekki sepuasnya di tengah malam padahal dia harus diet. Sambil mengunyah rice cake itu, Yunho memperhatikan sekelilingnya. Sial sekali nasibnya karena ada papan iklan dengan wajah Changmin di situ, ada TV di rumah makan menayangkan variety show yang ada Changmin dan belum lagi ahjumma penjual yang mengomentari acara itu. Mengonmentari Changmin lebih tepatnya. Changmin-nya.

Dunia benar-benar berkonspirasi dengan jahatnya.

Sialnya lagi, Yunho memilih kembali pulang dua jam kemudian dan Changmin ada di sana. Menonton TV di sofa sambil terkantuk-kantuk. Matanya yang berkilat senang melihatnya di ambang pintu membuat Yunho memikirkan ulang apa yang dilakukannya tadi.

"Kenapa belum tidur? Katanya capek." Yunho berusaha ketus. Terlalu dini untuk menyerah kan.

"Bagaimana bisa aku tidur kalau kamu masih marah padaku di luar sana." Changmin menghampirinya dan menggandengnya ke kamar setelah mematikan TV. "Hanya ini yang bisa kulakukan. Memastikan ada tempat untukmu pulang."

Yunho menghela nafas dan mengeratkan genggaman tangannya.

Memang alasannya kembali tadi adalah tidak ada tempat lain untuk pulang.

Hanya dia.

Sialan.

 

 

*******

 

Soal migrain itu, Changmin akhirnya menyerah pada kenyataan. Semula dia cuek tapi memang migrain sialan itu tak bisa enyah hanya dengan aku-baik-baik-saja. Alhasil dia ke dokter sebelum berangkat syuting film sore hari. Karena terlalu stress katanya.

Mungkin stress terlalu fokus dengan film.

Anggap saja begitu.

Itu pemikiran Changmin dalam perjalanan pulang dari syuting. Karena memang rasanya seperti mau mati saja setiap kali pulang dan Yunho lebih sering memberinya tanggapan dingin. Mungkin dia juga sibuk sekali, dan memang sudah jarang membicarakan hal seperti itu, tapi Changmin sebenarnya merasa kesal dicuekkan. Kondisi rumah juga seperti tak berpenghuni.

Jadi Changmin berpikir Yunho juga banyak menyumbang migrain-nya.

Rasa-rasanya setelah kejadian itu. Saat Yunho mendadak menjemputnya di lokasi syuting.

Dugaan itu rasa-rasanya benar adanya bagi Changmin yang pulang dari syuting harus mampir ke kantor agensi dulu. Ternyata Yunho masih berada di sana juga. Agensi ingin membicarakan soal rencana membuat fanmeeting yang sebenarnya sudah ditolak oleh Changmin. Yunho melirik sekilas hanya untuk membungkuk sebentar, sapaan standar, dan berlalu begitu saja bersama teman-temannya saat mereka berpapasan di lorong.

Entah kenapa itu semakin membuat Changmin pening.

"Kamu marah padaku?" tanya Changmin tanpa basa-basi ketika Yunho mencopot sepatunya setelah menutup pintu apartemen. Secara ajaib, dia pulang lebih dulu satu jam daripada Yunho padahal ini sudah jam 1 dini hari.

"Tidak."

"Kalau ada masalah katakan saja. Kamu dingin sekali tadi."

Yunho menatap Changmin bingung. "Aku bersikap seperti biasanya kok."

Changmin tak menanggapi selain dengan tatapan tajam tak menyenangkan. Yunho pun menatapnya khawatir. "Kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja tapi kamu tidak hyung. Kenapa kamu dingin sekali belakangan ini, lalu tiba-tiba marah lalu dingin lagi, sejak aku mulai syuting."

"Kamu ini seperti tak pernah melihatku marah, ya aku mungkin mendadak marah tapi selesai ya selesai kan. Kurasa tidak seserius itu." Yunho berlalu untuk menaruh tas dan barang lainnya di meja luar kamar. "I just give you a space and I'm busy too."

Yunho kembali dengan sebotol minuman dingin dan menyodorkan pada Changmin. Itu minuman kesukaannya yang biasa dibeli di mini market dekat agensi. "Kurasa kamu butuh istirahat. Manajer-ssi bilang kamu ke dokter karena migrain. Kenapa tak memberitahuku?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan."

Yunho menghela nafas panjang dan Changmin merasa tersulut seketika.

"Lebih baik segera tidur saja daripada kita bertengkar."

"Siapa yang mengajak bertengkar?"

"Menurutku kamu kelelahan Min, lebih baik istirahat dulu. Karena itu aku tidak setuju kamu mengambil film itu, kamu-"

"Nah kan…kamu mengungkit itu lagi. Aku bisa menjalaninya dengan baik. Kamu hanya cemburu saja kan," potong Changmin yang membuahkan respon Yunho menyilangkan tangan di depan dada. "Tidak ada apa-apa antara aku dan Cha Sul Yeon noona. Aku professional."

"Kamu membicarakan apa sih? Gosip-gosip itu? Okelah kalau aku memang menentangmu karena cemburu, yes that's who I am and you already know it. Itu karena aku mencintaimu. Tapi bukan itu saja. Aku sudah merasa, sejak awal, kamu akan kelelahan karena aku tahu agensi tetap memberimu pekerjaan lain yang tak bisa kamu tolak. Kalau kecapekan kamu gampang emosi. Seperti ini misalnya."

Changmin mengiggit bibir dalamnya. Kesal "ditelanjangi". "Aku sudah berusaha."

"Kamu selalu berpikir bisa padahal sebenarnya tidak."

"Jadi kamu ingin bilang kalau kamu lebih tahu aku daripada diriku sendiri?"

"Aku sudah memikirkan baik buruknya dari semua sisi, tapi kamu selalu seperti itu. Ya sudah kalau kamu tidak menganggap kalimatku, toh aku ini siapamu sih? Bagi aktor dan penyanyi Shim Changmin, namaku tidak ada kan."

"Kenapa bawa-bawa soal itu?"

"Ya karena soal itu memang ada!" Yunho membanting segebok tisu di dekatnya. "Itu masalah!"

"Kita sudah sepakat hyung! Kamu menyetujui kondisi ini!" Changmin tak bisa menahan dirinya untuk tidak berteriak.

"Jadi karena aku setuju lalu aku tidak berhak protes? Setiap hari aku harus menyambutmu dengan senyum dipaksakan? Aku bukan pajangan yang tidak punya hati Min!" Yunho berusaha tidak menangis. "Aku diam saja karena aku paling benci mengatakan 'bayangkan kamu di posisiku'. Aku tak ingin mengatakannya padamu Min."

"Kamu harus ingat aku mendukungmu saat di lomba dance, seberapapun intimnya kamu dengan Lady Jane. Aku juga membiarkanmu sekolah dance di Amerika-"

"Bayangkan jika aku dituntut harus membuka bajuku dan skinship dengannya yang juga tidak pakai baju. Yakin kamu tidak keberatan?" sela Yunho tak kalah pedas. Kalau sudah sepanas ini ya sudah lanjutkan saja kan.

Changmin merasakan ada duri di tenggorokannya.

"Kamu belum pernah kan pergi bersamaku dan bertemu teman-temanku lalu saat mereka bertanya 'dia siapa?' dan aku menjawab 'teman' dan itu terjadi setiap tahun." Yunho lalu menghela nafasnya panjang, berusaha bernafas. "Hubungan ini memang timpang sebelah. Sejak awal aku tahu itu tapi aku terlalu naïf mengakuinya."

Changmin meremas tepian sandaran kursi makan, menahan emosinya. Tapi di dalam hatinya ia tahu akan hancur berkeping-keping jika Yunho membuka mulut lagi.

"….hanya karena aku begitu mencintaimu Min."

Yunho beranjak ke kamar mandi dan mengunci diri di sana. Menyalakan air sekeras-kerasnya. Kebiasaannya setelah bertengkar hebat.

Changmin menyambar jaketnya dan keluar dari rumah dengan membanting pintu. Namun ia berhenti saat keluar dari lobi apartemen, terpaku di tepi jalan. Blank.

Tak tahu harus pergi ke mana.

Rumah ayah ibunya bukan jawaban yang tepat, apalagi merecoki Kyuhyun atau Minho atau manajernya juga tak bisa jadi pilihan.

Begini ya rasanya?

 

 

*******

 

Changmin mengingat ucapan ibunya dulu yang kini hadir di mimpinya nyaris saban malam. Jangan memaksakan keadaan. Kalau hanya salah satu pihak yang harus berkorban banyak maka tidak akan berhasil.

Hanya obat anti depresi yang sanggup membunuh mimpi itu.

Di malam itu Yunho membawa tas besar saat mengatakan akan menginap di apartemen Jihye. Setelah sama-sama dingin nanti, aku akan pulang. Sialnya Changmin merasa begitu buruk karena tak mampu menahan kepergian itu.

Bahkan merasa tak perlu membujuknya pulang atau menanyakan kondisinya.

Changmin merasakan dirinya semakin mirip dengan perannya di filmnya setiap kali berkaca di pagi hari sejak kepergian Yunho. Dia juga bukan tidak tahu manajer-ssi menatapnya kasihan tapi hidup harus terus berjalan. Syuting belum selesai dan itu menjadi alasan Changmin tak perlu pulang. Mengubur dirinya di lokasi syuting dan pergi minum-minum dengan siapapun yang bisa diajak.

Hingga akhirnya manajer-ssi mengajaknya minum dan Changmin untuk pertama kalinya menangis dengan dalih mabuk. Akhirnya bisa menangisi hidupnya sekarang.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

Changmin menggeleng lemah dengan mata masih menatap botol soju yang sudah kosong.

"Kamu masih mencintainya?"

Changmin mengangguk.

"Dia masih mencintaimu?"

"Seharusnya…"

...kemudian Changmin jatuh tertidur.

Sebuah mimpi baru hadir, dirinya yang memandangi Yunho sedang mengajarinya koreografi di studio lalu Yunho balas menatapnya dari cermin. Senyuman yang begitu disukainya.

Senyuman yang membuatnya selalu jatuh cinta lagi dan menutup mata pada lainnya.

 

 

*****TBC chapter 5*******

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
garnet87
yuhuuu~~ saia hadir lagi membawa changho. Bagi yg udah baca "Teenage Dream" sangat direkomendasikan meneruskan ke "I'm Not The Only One". Happy reading guys~~

Comments

You must be logged in to comment
Blockbustt #1
Chapter 13: Hey aku ngikutin cerita kamu loh thor. Di ffn juga ini di publish kan ya? Aku nunggu dari 2016 :( cepat cepat di lanjut ya... Aku benar benar penasaran nasib mereka gimana
bambimax
#2
Chapter 13: mian thor gak komen dari chap 7 wkwk, aku penasaran jadinya baca dulu sampe ep 12. thor ayo lanjut!! biarkan mereka bersama lagi ~
Bigeast88 #3
Chapter 6: Aduuuuh mereka brantem mulu dr awal sequel ini .__.
Anashim #4
updatenya disamain dong yg d ffn.. biar ada notif kalo apdet.. ga pny akun ffn soalnya.. apalagi gada tag homin nya.. jd harus search dulu di google judul fic nya kn rempong. hehe
Anashim #5
Chapter 8: btw ini fic knp yg d ffn di hapus ya?
shih-na
#6
Chapter 8: Can't wait to see what the update'll bring for me. :)
bambimax
#7
Chapter 7: Aaaaah kenapa pisah sih :(((( aduh ayo balikaan :((( jangan biarkan mereka pisah thor, gak rela :((
kankan1144 #8
Chapter 7: you're back!!:-)
I always like your story.

Congratulation the best newcomer actor!!!
kankan1144 #9
Chapter 6: Kyaaaaaa!!! I love, love, love this
I can't wait to read the next chapter ..
luvnanda #10
Chapter 6: Pisah yaaaaa.... TT.TT....update pleaseeeeee.....