9B: Yunho POV

I'm Not The Only One

CHAPTER 9

 

 

PART B:

 

 

Yunho sumringah akhirnya bisa menginjakkan kaki di negerinya sendiri, lebih tepatnya di kota asal, tanpa ada wacana untuk kembali ke luar negeri. Akhirnya ia bisa memutuskan untuk tak memperpanjang kontrak di Singapore meski orang-orang di sana membujuknya dan ada banyak makanan enak. Tak mau terjebak di zona nyaman, Yunho memantabkan diri segera kembali ke Korea begitu dihubungi Jang Woo Hyuk untuk memulai impian mereka. Mendirikan dance academy. Katanya sudah hampir 90% persiapannya.

Tapi terlepas pekerjaan mewujudkan mimpi bersama Jang Woo Hyuk, Yunho memang ingin menikmati waktu senggang untuk liburan di rumah. Menjadi anak laki-laki keluarga Jung. Setidaknya begitu dulu sebelum dirinya berkutat dengan pekerjaannya nanti. Jadi sederet rencana malas-malasan dan makan ini itu sudah tertata rapi dalam kepalanya.

"Akhirnya kamu ingat rumah ya oppa." Sambut Jihye dengan manisnya saat membuka pintu.

"Jihye? Apa yang kau lakukan di rumah? Bukannya kamu kerja di Seoul? Lagi libur atau bolos?"

"Haish….masih tetap cerewet ya ternyata."

"Yah! Kenapa kamu di sini?"

"Jihye, oppa-mu baru saja datang," lerai ibu mereka yang menyambut sang anak lelaki dengan pelukan dan ciuman manis sementara Jihye sudah duduk di kursi lagi. Pasrah saja kemudian dicium Yunho dengan gemas. "Yah…aku ini sudah dewasa."

"No, you're still my cute lil sister. Pretty lil sister."

"Please oppa…sebentar lagi aku akan menikah."

Lalu Yunho hanya memandang penuh tanya. "Woo Hyuk oppa tak memberitahumu? Ya walau memang masih pembicaraan doang sih, rencana gitu deh. Menikah."

"Wow…" Yunho tak menutupi perasaannya yang campur aduk. "Seseorang akan mengambil adikku yang cantik."

Jihye tersenyum juga pada akhirnya setelah begitu gugup menantikan respon oppa-nya itu. "Aku berharap ini jadi kabar gembira-"

"Tentu saja! Tapi akan menghajarnya kalau membuatmu menangis nanti setelah menikah."

Semuanya tertawa dan kakak beradik itu menangis terharu dalam pelukan keluarga yang hangat. Semuanya berjalan baik. Pembicaraan soal menikah dan rencana membuka akademi dance mendominasi seisi rumah di malam itu.

Yunho mendengarkan dengan antusias meski sebagian hatinya entah ke mana. Tentu saja ia bahagia tapi ini baru pertama kali dirasakannya, apalagi dengan masa lalu yang rumit itu. Masa lalunya yang ada nama Jang Woo Hyuk dan Changmin. Lalu sekarang tinggal Jang Woo Hyukm semacam hukum alam atau takdir. Entahlah.

Setidaknya ada sebuah ending bahagia walaupun tidak semua mendapatkannya. Mungkinkah dia akan merasakan hal seperti ini?

Sejak di Singapore memang komunikasinya dengan Jang Woo Hyuk tidak sering-sering. Ia hanya tahu hubungan asmara dengan adiknya baik-baik saja dan serius tapi tak pernah membahasnya. Mungkin karena itu Jang Woo Hyuk kini "memaksa" untuk pulang saja.

"Tak usah memikirkan itu oppa, kami belum prepare apa-apa kok. Kamu bisa santai, ibu dan ayah juga. Biar kami saja yang urus. Kami tidak ingin resepsi yang ribet dan menghabiskan banyak biaya. Lebih baik uangnya buat modal kalian kan."

Yunho hanya merespon dengan tersenyum.

"Oppa merestui kami kan?" tanya Jihye dengan raut khawatir begitu kentara. "Aku merasa tak enak karena aku maknae kan."

Yunho mencubit pipi Jihye dan menghalau gundahnya. "Malah kamu harus segera menikah dan punyalah banyak anak biar bisa kuajak main."

Semuanya tertawa dan Yunho berusaha untuk ikut tertawa setulus mungkin.

 

 

*******

 

 

Jujur Yunho merasa senang dengan pembicaraan itu, melihat adiknya menikah sudah jadi impiannya sejak dulu jadi tentu saja ia menikmati ini. Tapi setelah itu memang tak bisa dipungkiri bahwa ada sedikit perasaan sepi menghampirinya. Itu terjadi saat Yunho berada di dalam kamar tidur yang dirindukannya usai ngobrol tadi. Berguling-guling, melamun dan menikmati pemandangan langit serta dedaunan di balik jendela. Sambil menghirup aroma khas ranjangnya, ia jadi berpikir sudah berapa lama tidak merasakan kedamaian tidur seperti ini. Kalau tidak kesepian ya merasa tak dipedulikan oleh….

…ah sudahlah.

Kenapa harus teringat masa-masa itu sih?

Yunho mengenyahkan pikiran itu dengan menyibukkan diri mengeluarkan bawaannya dan menatanya. Kebanyakan oleh-oleh sih karena kalau butuh baju masih ada stok di rumah. Toh tak ada rencana jalan-jalan jadi tak perlu baju bagus-bagus amat, kalau butuh dadakan ya beli saja. Kegiatan itu terhenti ketika ibunya masuk membawa sebuah kaos.

"Ini bajumu, katanya ketinggalan di rumah Shim-ssi."

Yunho memandanginya sesaat dan baru teringat. "Oh, jadi ini ketinggalan ya."

"Changmin sendiri yang mengantarnya ke sini."

Yunho menghentikan kegiatannya yang sudah berlanjut lagi. "Hah? HAH?"

"Ya begitulah."

"Ke sini? Ke Gwangju? Bukannya dia sibuk sekali?"

"Entahlah tapi nyatanya dia kemari dan menginap sehari."

Yunho tanpa sadar melongo.

"Kamu lupa dia sedang wamil?" ucap ibunya kemudian yang membuat Yunho mengatupkan mulutnya. Segala macam tuduhan buruk ditelannya lagi. Benar-benar lupa. "Dia ke sini saat dapat libur."

Yunho ingin mengatakan sesuatu bersifat bantahan tapi tak ada yang keluar dari tenggorokannya. Ucapan ibunya sebelum keluar kamar semakin membuatnya blank. "Changmin wamil di kepolisian jika kamu bertanya-tanya tapi gengsi bertanya."

"UMMA!"

 

 

 

*******

 

 

 

Yunho tak menyangka ini akan terjadi padanya. Kecerobohannya meninggalkan sebiji kaos yang begitu malas diambilnya malah menyebabkan hal seperti ini. Seharusnya sudah bisa menebak sih mengingat Changmin lumayan ngawur juga kalau sudah kesal. Jadi curiga ini konspirasi terselubung oleh alam.

Belum berubah ternyata.

Sungguh ia tak bermaksud memprovokasi. Mungkin memang terlalu baik, seperti kata Changmin dulu.

Tapi nyatanya Changmin menginjakkan kaki di rumah ini. Tidur di ranjangnya juga (kata ibu), makan di meja makan layaknya anggota keluarga sendiri, juga ikut ke perkebunan bersama ayah seperti dulu.

Apa yang dipikirkannya saat itu?

Balas dendam?

Menyindirku?

Atau merindukanku?

Kenyataan ini tak pernah ingin ia ketahui dan dalam hatinya menyalahkan ibunya kenapa memberitahu hal ini. Jihye saja diam, ayah apalagi. Mereka tahu hal ini akan mengganggu progress untuk move on.

"Memangnya kalian ini remaja yang putus?" sang ibu duduk di sebelah Yunho yang bengong dalam keadaan jongkok di teras setelah mengajak anjing di rumah jalan-jalan. "Sepertinya kamu stress sekali."

Yunho sudah lelah untuk menutupi ini semua. "Kenapa umma memberitahuku?"

"Ya anggap saja dia tidak terima, umma hanya bersikap fair kan."

"Seharusnya umma membela anak sendiri, kenapa malah berat ke dia sih?"

"Kenapa malah marah-marah? Apa kamu merasa terganggu?"

Yunho hanya menghembuskan nafas panjang. Blank. "Diantara kami belum selesai sepenuhnya. Belum clear. Kami berpisah dengan cara yang aneh dan itu membuatku merasa aneh."

"Ya ya ya…."

"Umma kan tidak tahu rasanya…"

"Sudah setahun kan kalian berpisah? Kamu masih terbayang-bayang dia?"

Yunho menghela nafas sambil mengelus-elus anjingnya. "Saat aku di Singapore aku merasa baik-baik saja tapi saat pulang begini rasanya seperti diingatkan lagi."

"Kamu masih mencintainya?"

Yunho benar-benar menoleh menatap ibunya yang melihat jauh ke dalam dirinya. Tanpa judgement, tanpa tendensi. "Jujur, itu pun suatu misteri bagiku sendiri."

"Berarti jawabannya iya."

Yunho mengalihkan pandangannya ke rerumputan yang mulai ditimpa gerimis. Sebenarnya bicara pada dirinya sendiri dengan nada begitu pelan. "Kenapa aku tidak bisa melepasnya padahal saat bersamanya hanya sakit yang kurasakan?"

"Itu baru namanya misteri. Cinta memang seperti itu kan? Setelah bertahun-tahun menikah, memiliki anak yang sudah beranjak dewasa, maka pertanyaan 'kamu mencintainya' sudah tak ada lagi jawabannya. Mungkin kata 'terbiasa' lebih tepat."

"Terbiasa?"

"Seperti itu, kalau tidak ada dia rasanya ada yang kurang. Walau akhirnya bertengkar saat bersama tapi kan 'ada'."

Yunho tak ingin memasukkan perkataan itu ke dalam hatinya tapi merasuk dengan sendirinya. Selama setahun lebih hidupnya baik-baik saja dan bisa bebas. Sebenarnya dari segi pekerjaan tak jauh beda rasanya saat masih berdua dulu, hanya saja stress free sekarang.

"Umma masih mengharapkannya jadi menantu?"

Pertanyaan itu tidak dijawab dan langit menumpahkan air begitu deras hingga Yunho teralihkan sibuk mengatasi atap yang bocor.

 

 

 

*******

 

 

 

Malamnya Yunho tak bisa tidur di kasurnya. Bayangan Changmin yang sekarang dan apa yang mereka lakukan di sini dulu bercampur menginvasi isi kepalanya menolak untuk terlelap. Bolak-balik ke kanan dan kiri. Kini bahkan ponsel sudah ada di tangan. Layarnya menampilkan nomor ponsel Changmin.

Yunho menggigiti bibirnya gelisah.

Amat sangat gelisah.

Memangnya mau ngomong apa sih?

Nanti aku lagi yang disalahkan.

Akhirnya Yunho menutup phonebook dan memeluk guling. Matanya sempat melirik onggokan kaos sumber prahara hati sebelum memejamkan mata.

Kalau jodoh pasti nanti ketemu lagi kan.

 

 

*******

 

 

Makanya hati-hati kalau ngomong, Yunho.

Hanya itu yang terpikir ketika namanya dipanggil-panggil dengan penuh semangat oleh Kim Junsu. Ya, sepulang dari Singapore ia berlabuh ke tim dancenya mantan member grup Changmin itu dan mengikutinya dari panggung ke panggung. Meski Changmin "alergi" dengan orang itu tapi Yunho merasa netral-netral saja jadi ia sanggupi tawaran itu, apalagi secara profesionalitas memang menjual untuk karirnya ke depan.

Tapi tentu saja Yunho tak menyangka malah ketemu Changmin karena Junsu.

Tak akan ia lupakan wajah pias Changmin saat melihatnya muncul dari balik punggung Junsu. "Hyung, kamu bilang dulu di team dancernya dia kan?" suara khas Junsu membuat Yunho ingat untuk menata ekspresinya di depan Changmin.

Jadi Yunho hanya bisa menjawab "iya" dengan canggung namun dipaksakannya tetap tersenyum.

"Aku benar-benar tak menyangka akan mendapat dancermu Min. Yunho sangat bagus. Kami juga cepet akrab, ya kan hyung?"

Yunho hanya bisa mengangguk lagi dan memperhatikan ekspresi aneh Changmin menatap Kim Junsu yang terus mencerocos. Ada rasa sebal, kesal dan malas di sana. Diam-diam Yunho menikmati itu, Changmin yang mengekspresikan hatinya tanpa difilter.

"Yunho-ssi memang dancer yang bagus, pasti akan cocok denganmu, basic dance kalian sama." Jawab Changmin dimanis-maniskan dan Yunho seperti kucing yang melihat interaksi seru dua manusia. Ada semacam api yang tak terlihat diantara mereka.

Junsu terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi untunglah staff memanggilnya dan bubarlah acara tegur sapa itu. Changmin tanpa sadar menghembuskan nafas dan Yunho tersenyum kecil melihat itu.

"Nggak enak banget ya?"

"Menurutmu?"

Yunho terkekeh. Masih sama judesnya ternyata.

Belum sempat berkata lagi, Changmin kemudian melihat jam tangannya. "Aku harus melapor ke atasan, acara sudah selesai jadi tugasku selesai."

Yunho terkesiap. Bagaimana bisa dia lupa dengan seragam yang dikenakan Changmin. Sekarang dia bukan artis melainkan petugas biasa. Bisa berada di venue ini pun untuk bertugas.

"Apa kita masih bisa ketemu lagi?" Yunho sedikit menyesali pertanyaannya yang refleks itu lalu salah tingkah sendiri. "Maksudku di waktu luangmu saat tak bertugas. Kalau kamu tak keberatan sih."

Changmin terlihat tercenung sesaat. "Kamu pulang ke Korea ini untuk seterusnya?"

"Maybe, I don't know." Yunho kemudian merasa aneh kenapa memberikan jawaban yang mengambang.

"Lihat nanti saja bagaimana," Changmin lalu membungkuk untuk pamitan yang dibalas Yunho dengan canggung. Protesnya tersangkut di tenggorokan melihat Changmin berjalan tanpa berbalik.

Setidaknya Yunho dengan sadar berpikir bahwa ternyata "men in uniform" itu memang seksi. Bahkan ketika itu seragam dari institusi yang tak pernah disukainya.

...atau mungkin itu faktor Changmin yang memakainya?

 

 

 

 

TBC

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
garnet87
yuhuuu~~ saia hadir lagi membawa changho. Bagi yg udah baca "Teenage Dream" sangat direkomendasikan meneruskan ke "I'm Not The Only One". Happy reading guys~~

Comments

You must be logged in to comment
Blockbustt #1
Chapter 13: Hey aku ngikutin cerita kamu loh thor. Di ffn juga ini di publish kan ya? Aku nunggu dari 2016 :( cepat cepat di lanjut ya... Aku benar benar penasaran nasib mereka gimana
bambimax
#2
Chapter 13: mian thor gak komen dari chap 7 wkwk, aku penasaran jadinya baca dulu sampe ep 12. thor ayo lanjut!! biarkan mereka bersama lagi ~
Bigeast88 #3
Chapter 6: Aduuuuh mereka brantem mulu dr awal sequel ini .__.
Anashim #4
updatenya disamain dong yg d ffn.. biar ada notif kalo apdet.. ga pny akun ffn soalnya.. apalagi gada tag homin nya.. jd harus search dulu di google judul fic nya kn rempong. hehe
Anashim #5
Chapter 8: btw ini fic knp yg d ffn di hapus ya?
shih-na
#6
Chapter 8: Can't wait to see what the update'll bring for me. :)
bambimax
#7
Chapter 7: Aaaaah kenapa pisah sih :(((( aduh ayo balikaan :((( jangan biarkan mereka pisah thor, gak rela :((
kankan1144 #8
Chapter 7: you're back!!:-)
I always like your story.

Congratulation the best newcomer actor!!!
kankan1144 #9
Chapter 6: Kyaaaaaa!!! I love, love, love this
I can't wait to read the next chapter ..
luvnanda #10
Chapter 6: Pisah yaaaaa.... TT.TT....update pleaseeeeee.....