THREE

REMINISCENCE

Nat menikmati makan malam bersama Doyoung di Pantaree Restaurant, Sukhumvit area. Restoran murah open 24 jam di tengah kesibukan Sukhumvit. Tumben hanya ada mereka pengunjung disana. Nat menyibukkan diri dengan iPhone, diam-diam melihat instagram Ten. Ada 138 posts, setiap posts pasti memiliki lovers dan komentar ribuan. Entah mengapa Nat menyukainya, stalking. Mungkin karena beberapa foto yang diupload konyol dan memalukan dengan caption kocak. Walau kadang terlalu vulgar, bebas, tapi fun, cukup menghibur. Ribuan komentar terakhir kebanyakan dari para penggemar Ten. Lalu Nat melihat postingan lama, beberapa foto gadis cantik berambut panjang, hmm, Park Soo-young.

Seperti panggilannya, Joy, saat dia tertawa tampak mempesona, Ten menuliskan caption “ที่รัก,รอยยิ้มของคุณทำให้ความเศร้าของฉันกลายเป็นความสุขได้” yang berarti “Baby, your smile turns my sorrow into joy”. Salah satu foto candid Joy menunduk fokus menikmati makanannya, captionnya masih menggunakan bahasa Thailand. “ฉันรักคุณด้วยเหตุผลบางอย่าง และเหตุผลนั้นมันก็ไม่มีอะไรเลย”, "I love you for some reason and no reason at all". Ternyata caption foto-foto Joy menggunakan bahasa Thailand.

Nat heran dengan idiom cinta tak harus memiliki. That’s total BS!

‘Kenapa Ten masih menyimpannya? Kenapa gak dihapus aja? Apa dia gak takut oranglain lihat lalu memberitahu pacar Joy. Walau gak ada foto Ten bareng Joy, tapi tetap aja mencurigakan! Ergh, it’s drive me crazy!!’ pikir Nat.

Nat manggut manggut dan terus menilik wajah Joy. Doyoung meraih kamera digital milik Nat, sudah jadi kebiasaan Doyoung turut mendiagnosa klien Nat, seringkali Doyoung memberikan solusi atas permasalahan klien Nat.

“Woww…” seru Doyoung. Nat menoleh cepat, dia kaget mengira Doyoung nge-gap aksinya yang sedang stalked instagram Ten.

“Kenapa?”

“Aku ga nyangka, si Ten jauh lebih dewasa dari yang kukira…” komentar Doyoung. Alis Nat bertaut.

“Masa? Malah menurutku dia babyface…”

Doyoung tertohok. Lalu memutar bola mata.

“Entahlah, mungkin para cewek melihat sesuatu dari cowok ini yang gak bisa kulihat…” sahut Doyoung lalu kembali melihat video. Nat mengintip, lalu terkikik geli.

“Itu Mr. Leechaiyap♥rnkul. Ayahnya Ten. Kamu salah buka file, bunny…”

“Oh.” Doyoung pasang tampang cool.

“Hmmm… In bed…” gumam Doyoung, mempertajam daya lihatnya.

Nat memilih cuek, hubungan mereka sudah hampir setahun, mereka sudah saling memahami karakter masing-masing. Nat dan Doyoung sama-sama pencemburu. Doyoung selalu tidak menyukai klien Nat jika kliennya tersebut adalah laki-laki berstatus lajang. Dan Nat lebih parah, dia tidak suka jika ada gadis yang lebih muda darinya memperhatikan Doyoung. Merasa usia Nat lebih tua 4 tahun, membuat Nat bersusah payah menjaga penampilannya secantik mungkin jika jalan bareng Doyoung. Kliennya sering memujinya human Barbie. Nat kadang minder jika tidak menggunakan contact lens dan membiarkan rambutnya lurus tanpa iron curly. Ibu Nat bilang, Nat berhasil menolong oranglain tapi gagal menolong dirinya sendiri. Setiap menjumpai gadis cantik Nat selalu mengawasi ekspresi Doyoung. Nat tidak suka tersaingi.

Menu pesanan tiba, pad ka-prao with shrimp dan papaya salad. Nat sudah kelaparan langsung menyantap. Doyoung masih serius menonton video.

“Hei!” seru Doyoung, menunjukan layar LCD. Dia mem-pause video, tampak Ten sedang duduk bersandar, memejamkan mata. Nat duduk di tepi tempat tidur, menghadap Ten, tangan Nat menyentuh pipi Ten. Nat terhenyak, agak grogi lalu berusaha mengontrol ekspresinya, menyeruput milkshake. Diam-diam mengamankan handphone dan memasukkan ke dalam tas.

“Oh itu, aku lagi memperkuat sugesti psikologis dengan kontak fisik.”

“Kamu kan bisa ketuk jari di bahu, usap kaki, atau sentuh dahi. Kenapa milih sentuh pipi?”

“Itu semua ngalir begitu aja, baby. Aku gak mau bikin klien terkejut.”

Doyoung kehilangan minat melanjutkan menonton video serta kehilangan nafsu makannya. Melihat Doyoung yang badmood, Nat segera mengambil piring makanan Doyoung, menyendoknya, trying to feed him.

“Ayo cepat makan, bunny! Nanti chicken fried rice kamu keburu dingin!”

Tanpa senyuman, bertahan dengan mode sulky boy, Doyoung melahap suapan Nat. Menggemaskan.

Nat menyentuh lembut pipi Doyoung, tersenyum manis.

“You know, you’re so cute when you’re jealous. Don’t worry, okay!”

*****

“Well, well, well… Butuh apa lagi, Jaehyunnie?” tanya Ten.

Jaehyun mengecek seluruh daftar list kebutuhan.

“Sip.” Dia mengacungkan jempol lalu menyedot susu kemasan favoritnya. Ten menyebarkan pandangan melihat-lihat produk di sekitarnya.

“Booyah!” Yuta tiba-tiba muncul dari balik rak, mendorong trolley.

“DAFUQ ARE YOU DOING?? SERIOUSLY!!” lengking Ten saat melihat isi trolley Yuta yang menggunung dipenuhi bermacam jenis cemilan. Yuta cuek melempar beberapa snack yang ada di dekatnya ke trolley. Jaehyun tertawa.

“Yuta hyung belanja tanpa melihat apa yang dia beli… Awesome!” seru Jaehyun, lalu tersedak dengan tawanya sendiri.

Ten berjinjit, mencoba memantau teman-temannya yang lain. Johnny sedang mengisi bahan bakar dan tampak mengobrol dengan cewek asing yang juga melakukan hal sama. Ten facepalmed. Taeyong masih di toilet, Hansol berjalan menjauhi area pom, dia tampak sedang menelepon seseorang. Ten lega, karena beberapa temannya masih bertingkah normal.

“Kamu butuh sesuatu, Jaehyun-ah?”

Jaehyun menggeleng, “Ah!”

“Kau berubah pikiran hanya dalam beberapa millisecond.” Komentar Ten.

Jaehyun berlari, lalu kembali membawa beberapa bungkus coklat.

“Untuk Ten hyung…”

Jika ini dorama, maka saat ini Ten sedang berkaca-kaca memandang Jaehyun lalu merangkulnya. Ten terpana.

“Your favorite!” tambah Jaehyun, sang maknae berhati emas, berwajah tampan, menyenangkan, tak pernah berlaku dan mengucapkan kalimat kasar.

“And you are my favorite, baby J! Aku bangga berhasil mendidikmu menjadi real man, Jaehyunnie…” ucap Ten sambil menepuk pundak Jaehyun. Jaehyun’s eyesmile dipercantik lesung pipi. Ten tersenyum.

Akhirnya mereka mengantri di belakang Yuta. Ten berlagak tidak kenal.

“Hoi, bro!” sapa Yuta ramah.

“I don’t know who you are.” sahut Ten, dingin. Jaehyun menyemprotkan susu yang sedang disedotnya. Terbatuk-batuk.

Kasir melirik, tersenyum simpul. Yuta lelaki tangguh, jarang tersinggung.

“Bro, don’t forget to buy some c♥ndoms, olrite!” Ten jitak kepala Yuta.

“What on earth are you talking about, Yuta-kun? Wakarimasen! Kita murni liburan, khusus para cowok, no room for girls. Bahkan si playboy Johnny dipastikan gak akan dapat korban kali ini.” Jawab Ten, lugas, berusaha memperbaiki citra kelompoknya di mata si kasir, Ten menganggukan kepala kepada kasir. Yah, semoga si kasir memaklumi teman ajaibnya yang setia memakai beanie di musim panas.

“No. Bukan buat sama cewek, tapi buat kau dan Taeyong…”

Tawa Jaehyun meledak, susu strawberry mengotori lantai minimarket. Dalam kilatan waktu Ten berhasil mengalungkan lengan ke leher Yuta dengan maksud mencekik. Tapi karena leher Yuta sensitif, perlakuan Ten malah membuatnya cekikikan tak terkendali. Ten memilih bersabar dan memaafkan, menarik nafas dalam-dalam. Yuta tertawa penuh kemenangan.

“Oh Lord, please forgive my sins. Sorry, it’s crazy. O My God. My brain’s exploding.” Ten murmur, menghembuskan nafas. “Sorry, mahluk ini kurang asupan oksigen.” ucap Ten pada kasir meyakinkan. Jaehyun membersihkan lantai dengan sol sepatunya, tapi malah memperluas area kotor.

Seluruh belanjaan Yuta selesai di-scan, sesuai dugaan bukit snacknya menghasilkan nominal seharga 5 kali tarif jetski. Dan sesuai dugaan, rich boy asal Jepang itu akan beralibi tidak bawa dompet dan ingin meminjam uang pada Ten. Ten menolak, tapi Jaehyun baik hati tanpa sungkan-sungkan menggelontorkan credit card-nya. Yuta keluar minimarket dengan berbahagia.

“Yuta punya hutang padaku, jika ditotal, hutangnya seharga dengan Gucci backpack GG frabic coffee plus sepatu Air Jordan illusion basketball.” Jaehyun tertawa menanggapi ucapan Ten. Ten ikut tertawa. Konyol memang.

Selesai berbelanja. Tampak Hansol, Johnny, dan Taeyong berkumpul melingkar dengan air muka serius. Yuta juga disana, menikmati snack kentang namun tampangnya seperti biasa: clueless. Mereka kompak berbalik saat Ten dan Jaehyun datang. Ten dan Jaehyun berhenti bercanda dan langsung serius.

“Oh, Jaehyun-ah, Ten… Sh*t happens!” Hansol berdeham.

“Barusan temanku yang agent tour itu menelepon.” Hansol bermukadimah. Jaehyun memasukkan kantong belanjaan ke dalam mobil.

“Katanya minggu depan pulau Alena akan ditutup pemerintah setempat.”

Ten, Jaehyun dan Yuta terperanjat. Shock.

“Tapi minggu ini masih bisa dikunjungi? Kita masih bisa camping disana, kan?” tanya Ten, mengharapkan jawaban kilat.

“Minggu ini masih bisa. Tappiii, speedboat travel kita tetap hanya bisa antar ke Alena pada hari Jum’at aja. Rencana awal kan di Alena 6 hari, 5 malam, sekarang dipersingkat jadi 3 hari dua malam.” Tambah Johnny.

 “Gimana kalau sampai di Northeastern Dale Island kita langsung ke Alena? Jadi gak berubah. Tetap 6 hari 5 malam…”

Johnny toyor jidat Ten. “Blo’on dasar.”

“Oh iya, speedboatnya ready hari Jum’at doang ya.” Ten ngeh, menggaruk kepalanya.

“Apa travel gak bisa minta ke pemilik speedboat lain untuk antar kita ke Alena, hyung?” Tanya Jaehyun, melihat maknae kesayangannya muram, Hansol makin menyesal. Tapi, itu bukan salah Hansol ataupun pihak agent tour.

“Itu pilihan kita, tapi akan dikenakan biaya tambahan sewa speedboat.”

“HEY!!” Protes keluar dari bibir Ten, Jaehyun, dan Yuta.

“Ini gak masuk akal, kenapa dikenakan biaya tambahan lagi, kenapa gak pakai aja biaya sewa pulau Alena untuk sewa speedboat. Seharusnya kita dapat cash back kan!” Seloroh Yuta, semua terpana karena Japanese boy ini akhirnya mengeluarkan kalimat yang bisa diterima akal sehat. Bagaimanapun ajaibnya Yuta, secara akademis dia yang paling cerdas di antara mereka.

“No cash back, guys. Hangus. Biaya tetap gak ada perubahan…”

Protes jauh lebih vocal. Johnny dan Taeyong baru mengetahui hal ini. Hansol merasa bersalah, summer time kali ini murni idenya, dia tidak menyangka bakal ada perubahan mendadak. Hansol menghela nafas berat.

“Bener. Kita kan bayar paket satu minggu! Harusnya beda dengan paket 5 hari dong! Travel apaan ini, sama aja dengan memeras konsumen, penipuan ini! Gak sesuai dengan penawaran!” Johnny emosi. Taeyong, Ten dan Yuta manggut-manggut setuju 100%. Hansol makin tak berdaya.

“Yeah, sorry. No cash back tapi kita bisa pakai salah satu watersport type baru sepuasnya tanpa dikenakan biaya, katanya water jetpack PWC, aku lupa namanya. Antara flyboarding atau flying board…” gumam Hansol, lemah.

“Hualaahh, flying board. They said, flying board? Flying fox with board? Tetap saja penipuan, I need my lawyer…” seloroh Yuta, murka.

*****

Ten memincingkan mata, melihat ke arah laut. Teriakan Yuta terdengar.

“Seven times in a row…” ucap Jaehyun sambil menyedot air kelapa dari batoknya. Salah satu tangannya memegang kertas.

“I need my lawyer…” Ten meniru perkataan Yuta saat di perbatasan.

“Still a better love story than Twilight…” sahut Johnny yang tidur menelungkup di samping Ten dan Jaehyun, sun-tanning. Jaehyun terkekeh.

Ten menatap Jaehyun, memperhatikan kemilau di matanya.

“Jaehyunnie, aku bersyukur memilikimu, not gonna lie kamu sahabatku yang paling waras!” puji Ten tulus karena Jaehyun selalu berpikir dan berkata positif. Jaehyun flying kiss, Ten membalasnya. Johnny mendengus.

“Mungkin gue bukan termasuk daftar sahabat lo, Ten. Tapi sudah pasti, berada di urutan pertama daftar idola lo, don’t need to deny it, darling! Gue cowok paling waras di antara kita. Jaehyun urutan kedua!” ralat Johnny santai.

Ten menepuk keras pantat Johnny, disambut pekikan merdu.

“Seriously, dude. Hansol dan Taeyong pakai wrestling bodywear. Gue, Jaehyun, Yuta pakai swimsuit boxer. Dan lo, bule Chicago, hanya pakai celana segi tiga mirip bikini wanita. I know you’ve never ever gonna feel ashamed!”

“It’s s3xy, you know…” Johnny menggoyangkan pantatnya. Ten bergidik.

“Bahkan dengan kejamnya lo lipat celana segitiga Bermuda lo, pamerin pipi pantatmu yang mengerikan. Are you even human? Fatass!”

Johnny menoleh, membaringkan kepalanya ke lengan.

“Don’t blame me, blame my booty! At the point, I wanna tanning my s3xy booty too, tiny guy! Stop protes! Cepat lanjutin bikin tattoo di punggung gue, gue gak mau kelamaan terus jadi sunburning. It hurts, you know!”

Ten takluk, membuka tutup white eyeliner pencil dan mulai menggambar di punggung Johnny. Johnny smirking, puas.

“Jaehyunnie, kau supervisor andalanku, tolong awasi tindak tanduk bocah Thailand ini, pastikan dia gak membuat bentuk p*nis seperti tahun lalu.”

Jaehyun ngakak. Dia ingat summertime tahun lalu, mereka berlibur ke Hawaii. Karena kemampuan menggambar Ten, Johnny mempercayakan Ten membuat tan-tattoo di punggungnya. Membentuk gambar menggunakan sunblock saat berjemur, agar bagian yang digambar tidak turut terjemur dan meninggalkan bekas, tan-tattoo. Dan tahun lalu, Ten berbaik hati membuat tattoo berbentuk p*nis dan kalimat ‘Bless my little d!ck’. Johnny baru tahu saat member di tempat fitness menertawakannya. Yang lebih menyakitkan, saat itu Johnny memiliki ABS menggiurkan yang terpaksa tidak bisa dipamerkan sampai tan-tattoonya lenyap. Ten bebas dari segala bentuk hukuman asal berjanji membuat tan-tattoo lagi dengan detail yang rumit. Johnny bahkan menyampingkan rasa malunya untuk membeli white eyeliner pencil dan nail polish serta mencari bentuk tattoo yang diinginkan di internet.

“Draw a badass dragon…” titah Johnny.

Ten diam saja, dia fokus membuat gambar kelinci, logo Playboy Magazine. Jaehyun menahan tawa, bibirnya bergetar, lalu dia memilih menyibukkan diri memainkan sedotan. Jaehyun menegakkan kertas hasil print bentuk tattoo yang diinginkan Johnny, meski Jaehyun tahu Ten sama sekali tidak menggubris dan mengabaikan kertas tersebut. Ten berkonsentrasi membubuhkan nail polish berwarna putih mengikuti sketsa yang sudah dibuatnya dengan eyeliner tadi. Kuas nail polish membuat Johnny geli.

Dari arah laut, Taeyong berlari membawa papan selancar, dia seperti aktor yang berakting menjadi lifeguard. Beberapa pengunjung memperhatikan. Taeyong melempar beanie hitam milik Yuta yang dititipkan padanya, menaruh papan di samping Ten dan merebahkan diri di atasnya. Saat melihat karya Ten, Taeyong menyeringai. Dia melihat kertas yang dipegang Jaehyun. Melirik Johnny yang menikmati sunbathing dengan ekspresi manis elegan menahan ketawa karena geli. Taeyoung tersenyum penuh arti.

“Okay, done.” Seru Ten sambil meneliti hasil karyanya.

“Hah? Cepet banget?!” Tanya Johnny heran.

“Wow, you’re so damn good, Ten. Perfect dragon…” komentar Taeyong meyakinkan. Ten menahan senyum, mengigit bibirnya. Jaehyun tertawa tanpa suara, terdengar seperti orang sesak nafas.

“I believe in you, Yongie…” gumam Johnny, senang. Taeyong mengacungkan jempol sembari meraih air mineral dan meneguknya.

“Coba kau foto, Jaehyunnie, aku ingin lihat…”

“Ponselku disimpan di mobil, hyung.” jawab Jaehyun. “Parkiran jauh.”

Ten meregangkan jemari lalu menaruh eyeliner dan nail polish ke tas.

“So, what do you think?” tanya Johnny. Dia lupa kalau mereka bawa kamera.

“Seperti kata Taeyong hyung. Perfect dragon…” suara Jaehyun bergetar.

“Do you hear that, John. Perfect dragon! Sekarang gue bebas, gue mau usir bocah Osaka yang ngejajah flyboard itu.”

“Aku juga ingin coba fly boarding!” Seru Jaehyun.

Kelapa yang dipegangnya diserahkan ke Taeyong.

“Happy sun-tanning, fatass!” ucap Ten, sambil mengecup rambut Johnny.

“Yeaa, little byuntae…” gumam Johnny. Taeyong menikmati kelapa.

“Ah, Yongie, temani aku berjemur, okay. Aku takut ada makhluk asing yang gak tahan pengen melakukan s3xual harassment padaku. Tolong pastikan pantatku tanning sempurna merata dengan bagian lainnya. Okay!”

Taeyong berdecak, mengamati karya Ten. Dia menahan tawa saat membaca kalimat yang tertera disana, “I’m TCL #1 fan”, Johnny pasti lebih marah dengan kalimat itu dibanding ‘bless my little d!ck’. Game getting strong.

Hansol sedang flyboarding. Yuta dan Ten sibuk jankenpon menentukan giliran selanjutnya, tanpa disadari Jaehyun mengambil kesempatan itu mendahului mereka. Hansol menggendong Ten untuk menghiburnya. Yuta menggunakan papan surf dan mengapung-apung bodyboarding di laut dangkal. Taeyong membetulkan lipatan celana pantai Johnny, tak peduli aksinya diperhatikan beberapa cewek di sekitarnya. Scream internally.

Bosan menemani Johnny yang membisu karena mengantuk. Taeyong memotret Hansol piggy back Ten, Jaehyun sedang flyboarding, Yuta tergulung ombak, memotret pantat Johnny dan tan-tattoo yang cukup mewakili identitasnya, selfie beberapa kali: pakai beanie Yuta, selfie memegang papan selancar, selfie dengan background Johnny. Taeyong puas dengan hasilnya.

Yeah. Meskipun ada perubahan rencana, kekecewaan mereka tidak berlangsung lama. Saat melewati selat, di jembatan berkonstruksi cable stayed yang menghubungkan Dale ke Northeastern Dale Island sepanjang 5KM, mereka kegirangan, menepi sebentar di main bridge, di tengah perairan untuk mengambil beberapa foto.

Summertime, saatnya bergembira bukan? 

*****

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kurodya34-7 #1
Chapter 12: Kak, entah kenapa baca ff ini aku berasa kena gangguan psikologis. Pikiranku kemana-mana, intinya baper parah.
Kenapa sih kak bikin ff harus sekeren dan seberasa real ini?
Keren banget.
blacklabel1127 #2
Chapter 12: Plot nya bener bener keren.ini pertama kalinya aku baca ff yg cast nya smrookies,thanks to you authornim,ada banyak ilmu psikologi yg aku dapat (meskipun belum tentu aku ingat semuanya XD)



Maafkan komen recehku ini /ugly sobbing/
clarajung #3
it's a freaking good story! I love it! like seriously, the way you describe the characters, and the plot, that's amazing! suka banget sama Ten disini <3 and love TaeTen:3
lavenderswan #4
Chapter 1: TEN! TEN! TEN!
Can't stop thinking of him
Liufanelf #5
Chapter 12: such wonderfull story ever TvT i love u so much author-nim, ff mu byk ilmu ilmu baru buat saya tentang dunia psikologi, dan lain sebagainya
ff ini keren,feelnya berasa dan cara kamu describe suasana juga pas



ah,sama sepertimu saya juga mencintai the rookies
esp hansol,ah honey walau eksistensinya gak byk dia sukses bikin terpesona :*