D-D Ch 8

D-Day

D-Day

CHAPTER 8

.

.

Seoul Medical Center

Ruang Perawat Lt 5

           

 

Ruang perawat yang besar itu kini lenggang karena para perawat yang lain sudah dibawa oleh D ke salah satu ruang kosong di lantai itu. Ryeowook duduk di lantai yang dingin dengan kedua tangan dibelenggu di belakang punggungnya, sementara kepala perawat Ahn duduk bersimpuh di sebelahnya. A duduk di kursi di mana terdapat meja yang paling besar dan C duduk di seberangnya dengan laptop yang sudah menyala.

“Ke mana rekanmu pergi?” tanya A sambil menunjuk kepada Ryeowook yang menatapnya dengan tajam. “Memiliki 2 agen SP sebagai sandera merupakan hal yang bagus bukan? Atau atasan kalian tidak peduli apakah kalian hidup atau mati?”

Gelak tawa A tidak mendapat tanggapan dari Ryeowook maupun kepala perawat Ahn. Hanya C yang terkekeh mendengarnya.

“Ide Anda untuk menahannya hidup-hidup sangat bagus, Ketua. Dia korban pertama yang akan kita jadikan contoh jika tim SOU (Special Operations Unit -semacam SWAT milik Korea Selatan) berani menganggu kita. Mungkin atasan mereka tidak peduli, tetapi hal itu akan membekas di benak para polisi lainnya.”

“Perasaan pahit karena tidak dihargai dan diabaikan, memang alasan yang bagus agar lebih banyak lagi orang di pihak kita, yang muak dengan pemerintahan busuk dan para politisi tanpa hati.” Pistol di tangan A kembali dikokang dengan ujung pistol terarah kepada Ryeowook. “Ke mana rekanmu pergi?!”

“Kami bergiliran untuk makan siang. Dia tidak akan kembali dalam waktu dekat,” jawab Ryeowook tanpa sedikit pun perasaan takut dalam suaranya.

A kembali mengagumi keberanian Ryeowook. “Kalau begitu dia beruntung, karena kami akan menutup akses masuk ke rumah sakit ini sebentar lagi. Dan kau, jangan coba-coba melakukan apapun. Karena jika aku marah, aku akan langsung mengacaukan ruang operasi. Paham?!”

“Paham,” jawab Ryeowook enggan. Ia sudah melihat keahlian A dalam bertarung; Gerakannya sangat cepat dan kuat. Dengan kondisinya saat ini, upaya melarikan diri yang dilakukan hanya membuat keributan yang tak ada gunanya, bahkan bisa membahayakan karena A begitu ringan melontarkan ancamannya. Ancaman dari seseorang yang sudah siap untuk tidak keluar hidup-hidup dari tempat ini.

Ryeowook sendiri tidak tahu apakah dia berharap Kyuhyun makan siang seperti yang ia suruh, atau kembali karena merasa ada yang tidak beres seperti firasatnya tadi. Meski mereka memang diajarkan untuk tidak menghubungi dalam keadaan seperti ini, agar tidak dijadikan alat jebakan oleh lawan, Ryeowook tetap bersyukur Kyuhyun tidak menghubunginya. Apalagi saat ini HP dan semua perlengkapan miliknya sudah dilucuti dan berada di meja yang ditempati A dan C.

Pikiran Ryeowook kembali ke saat Leeteuk tanpa sadar membocorkan informasi pribadi tentang Kyuhyun di dalam lift....

“Kapten, bolehkah aku bertanya satu hal? Ini sangat penting!” kata Ryeowook saat mereka berjalan menuju ruang tunggu. “Apakah Kyuhyun pernah menderita PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)?”

Ia melihat jelas Leeteuk tampak menimbang apakah akan menjawab pertanyaannya atau tidak.

“Aku tahu Kyuhyun pasti sudah mengatasinya, karena dia bisa lolos menjadi SP. Itu juga sebabnya ia terlihat sangat normal. Tetapi trauma sebesar itu tidak bisa lenyap, Kapten. Sebagai rekan satu tim, kami perlu tahu apakah dia memiliki sesuatu dari kejadian itu, sehingga kami bisa membantu jika pemicunya muncul.”

“Dia didiagnosis memiliki Uncomplicated PTSD,” jawab Leeteuk akhirnya. “Hanya itu yang bisa aku berikan kepada kalian.”

Setelah mendengar hal itu, ia bersama Eunhyuk dan Donghae mempelajari hal-hal mengenai PTSD terutama yang memiliki kasus seperti Kyuhyun. Mereka tidak tahu secara persis apa yang terjadi, siapa dan apa saja yang berkaitan dengan tragedi itu. Mereka sudah mencoba mencari tahu kejadian pembunuhan yang melibatkan keluarga Cho sekitar 20 tahun lalu tapi tidak mendapati apapun; Tidak ada sepasang suami istri marga Cho yang terbunuh dan meninggalkan anaknya yang berusia 5 tahun. Tetapi mereka tidak bisa bertanya lebih jauh kepada Leeteuk ataupun Kyuhyun. Karena itu ketiganya memusatkan perhatian pada cara-cara mendukung orang yang memiliki PTSD. Dan hingga saat ini, Kyuhyun tampaknya baik-baik saja.

Dan semoga ia baik-baik saja di luar sana. Ryeowook kembali melihat sekeliling ruangan serba putih itu. Ia tahu tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini selain menunggu eksekusi yang pasti akan datang. Tetapi ia belum menyerah. Ia tidak akan membiarkan dirinya kehilangan harapan karena 1% pun tetap merupakan peluang.

.

.

A memeriksa jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 13.15. Ia memberi kode kepada C bahwa sudah waktunya mengirim pesan untuk rekan mereka yang lain.

[Dari C: Pergi ke lokasi yang ditetapkan. Bersiaplah untuk pengambilalihan.]

.

.

Seusai membaca pesan itu, D menggiring para perawat untuk berjalan dengan tenang menuju lantai 4. Tangannya menggenggam pistol yang siap ditembakkan kapan saja. Hal yang sama dilakukan oleh F yang bersembunyi di toilet lantai 3 dan E yang bersembunyi di toilet lantai 2. Mereka keluar untuk menguasai lantai masing-masing dengan bersenjatakan pistol.

.

Kyuhyun berlari memasuki lobby yang menampakkan kesibukan normal. Ia bergegas menunggu bersama beberapa pasien dan staf rumah sakit lainnya di depan lift untuk naik ke lantai 5.

.

B mengunci pintu samping rumah sakit, tempat mobil ambulans menurunkan pasiennya, dengan kunci sepeda berbentuk U. Kali ini ia juga menambahkan sebuah bom berkekuatan kecil di bagian atas pintu yang akan meledak begitu pintu dibuka.

.

Bagian lobby rumah sakit memiliki dua tiang penyangga selebar 1 meter. Salah satu tiang itu berada di garis pandang antara koridor menuju pintu samping dan lift. Karena itu B tidak melihat Kyuhyun yang berdiri bersama beberapa orang lainnya menanti lift yang tidak kunjung turun.

.

Kyuhyun menekan tombol naik beberapa kali, namun tidak ada respon. Posisi lift tetap ada di lantai 5. Akhirnya ia memutuskan untuk berlari menaiki tangga darurat. Tiang rumah sakit yang lebar itu membuat B keluar dari garis pandang Kyuhyun. Keduanya melangkah menuju arah yang berlawanan tanpa saling menyadari satu sama lain.

B mengganjal pintu otomatis sehingga posisinya terus terbuka, lalu menuju pintu kaca terluar dari lobby. Ia mengunci pintu tersebut sehingga tidak lagi bisa dibuka.

.

.

A mendekati sebuah mikrofon interkom yang ada di ruangan itu dan memindahkannya ke meja yang ia gunakan bersama C.

“Bisakah ruang operasi mendengar pengumuman dari interkom?” tanya A kepada kepala perawat Ahn. Pertanyaannya dijawab dengan gelengan kepala. “Bagaimana kalau suara dari luar?”

“Ruang operasi kedap suara,” jawab kepala perawat Ahn.

“Jadi, bagaimana cara kamu menghubungi mereka?”

“Dengan ini.” Kepala perawat Ahn menunjuk perangkat telepon yang menempel di salah satu dinding ruangan, tidak jauh dari tempatnya bersimpuh. “Ketika operasi selesai, mereka menghubungi telepon ini.”

.

.

Kyuhyun masih berlari menaiki tangga darurat ketika suara tanda interkom dihidupkan, menggema di seluruh lantai rumah sakit.

“Semua orang di Seoul Medical Center, mohon dengarkan baik-baik.” A mulai berbicara dengan nada yang dingin dan tegas. “Rumah sakit ini baru saja diambil alih oleh kami para teroris.”

Kalimat itu membuat langkah Kyuhyun yang mencapai lantai 3 terhenti, begitu juga dengan dua orang perawat yang tengah menuruni tangga darurat karena lift tidak berfungsi. Suara kebingungan terdengar di mana-mana, baik dari pasien yang tengah diperiksa di poliklinik lantai satu, pasien yang tengah dirawat inap di lantai lainnya, juga para kerabat pasien dan staf rumah sakit.

Di saat yang sama, D, E, dan F memasuki ruangan staf yang ada di tiap lantai, mencabut kabel-kabel telepon dan internet yang ada, lalu saat para staf yang ada di ruangan itu mulai pulih dari kebingungannya, mereka mengacungkan pistol sehingga para dokter maupun perawat yang ada tidak berkutik.

“Maaf, tapi kalian harus membantu kami,” kata F yang mengambilalih ruang staf di lantai 3.

“Senjata ini asli.” E yang berada di ruang staf lantai 2 mengokang pistolnya hingga beberapa menjerit ketakutan.

B yang berada di lobby lantai 1 menjatuhkan semua telepon umum yang tersedia ke lantai setelah meminta para staf di bagian resepsionis menyingkir sehingga tidak ada yang bisa menekan tombol darurat untuk memanggil polisi. Suara jeritan dan tangisan mulai bermunculan di lobby dan di lantai lainnya.

“Kami telah menyandera mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo yang sedang melakukan pemeriksaan. Jadi, jika ada di antara kalian yang mengambil tindakan egois, Tuan Lee akan berada dalam bahaya besar.”

Kyuhyun diam menyimak.

“Harap pastikan untuk tidak mengganggu rencana kami atau membuat kami kesal dengan cara apa pun,” kata A sambil memandang Ryeowook, memberinya peringatan khusus selain kepada penghuni rumah sakit lainnya.

.

Ruang Operasi yang tidak mendengar suara dari luar maupun dari interkom, tidak terganggu sama sekali. Mereka mulai memeriksa arteri saat A membuat pengumuman awal.

.

“Kalian semua, silakan berkumpul di lobby lantai 1.” A kembali memberi perintah. “Ini mencakup semua orang, bukan hanya pengunjung rawat jalan. Satu-satunya pengecualian adalah pasien yang sedang menjalani operasi atau dalam kondisi kritis.”

.

Menyadari bahayanya situasi jika mereka menemukannya, Kyuhyun merundukkan tubuh. Ia mengintip dari tangga darurat yang berada tepat di belokan antar lantai, sehingga posisinya tidak terlihat dari pintu. Tampak D tengah menyuruh orang-orang di lantai 4 turun melalui tangga tempatnya bersembunyi saat ini.

Dia orang militer. Kyuhyun menilai dari cara D berdiri dan bergerak memerintah.

Kyuhyun lalu mengendap turun hingga ke pintu darurat lantai 3. Ia mengintip ke arah koridor di mana F tengah menyuruh semua orang turun melalui tangga menuju lantai 1.

“Ayo cepat! Bagus, tolong cepat!” seru F sambil memamerkan pistolnya di tengah jeritan para pasien dan staf rumah sakit yang ketakutan. “Pergi! Pergi! Cepat!”

Dia bukan orang militer. Kyuhyun mencatat dalam hati. Gerakannya terlalu acak dan tidak terkontrol.

Kyuhyun menyandarkan tubuhnya pada pintu, mencoba berpikir tenang sementara dari lantai 4 dan 3 orang-orang mulai memenuhi tangga untuk turun ke lantai 1. Ia harus mencari jalan agar tidak tetangkap.

Di lobby, B mulai mengokang pistolnya dan tanpa banyak bicara, ia menggiring semua yang ada di lobby untuk berkumpul di tengah ruangan.

“Pengumuman untuk rekan-rekanku - Aku memberikan izin untuk menembak siapa saja yang tidak mau bekerja sama.” Suara A kembali terdengar di seluruh rumah sakit kecuali ruang operasi.

.

.

Kyuhyun ikut turun bersama yang lain menuju lantai 2. Ia mengintip ke lantai tersebut melalui pintu yang terbuka. Sama seperti lantai 4, letak pintu yang menuju tangga darurat ada di tengah koridor, berbeda dengan lantai 3 yang berada di salah satu ujung lantai. Ia mengarahkan pandangannya ke koridor kiri, tidak ada anggota teroris. Ketika ia mengintip ke bagian kanan, di antara orang-orang yang ketakutan, tampak E yang memegang pistol meminta mereka semua keluar dari kamar untuk turun ke lantai 1.

Dia juga orang militer. Kyuhyun kembali menyandarkan dirinya ke pintu, mencoba berhitung -ada 3 orang militer dan 1 sipil di kelompok teroris juga 1 pemimpin-, dan ia belum tahu berapa jumlah mereka semua. Ini saja bukan pertandingan yang seimbang.

Kyuhyun mengintip kembali. Begitu melihat E memasuki salah satu ruangan pasien untuk menyuruh mereka keluar, Kyuhyun bergegas ke arah kiri, berjalan di antara para pasien tanpa gerakan menyolok dan berbelok di ujung koridor, berharap ada tempat di mana ia bisa bersembunyi. 

.

.

“Pastikan untuk memeriksa secara menyeluruh di kamar mandi dan di bawah tempat tidur.” A kembali memberikan instruksi melalui interkom rumah sakit. “Jika kalian menemukan seseorang mencoba bersembunyi, kalian boleh menghukum mereka.”

.

Secara sistematis, D menyisir ruang demi ruang di lantai 4.

.

“Kosong!” F membuka sebuah tirai pasien di kamar berisi 6 tempat tidur itu. “Kosong!”

Matanya melihat ke ranjang di pojok kanan, tampak seseorang tengah meringkuk di bawah selimut.

“Ini dia,” katanya sambil terkekeh. “Kamu yang dibalik selimut! Keluar!’

Ia menarik selimut itu lepas dan menarik remaja yang mengenakan jubah rumah sakit itu untuk turun dari ranjang. “Ayo, turun ke lantai 1!”

Setelah remaja tadi keluar dari pintu, ia berbalik ke pojok di sisi lain. Seorang remaja lagi tengah meringkuk di dekat nakas. “Hei! Aku bisa melihatmu, kau tahu?! Tidak ada gunanya bersembunyi!”

Remaja itu juga ditarik dengan kasar dan didorong keluar.

.

Di lantai 2, E menyisir ruang demi ruang hingga tiba di bagian CET Scan. Ia melihat layar laptop meja pengawas masih menyala sehingga dibukanya pintu pemeriksaan. Seorang dokter meringkuk di sudut ruangan, tersembunyi dari pandangan jika dilihat dari luar jendela. Ia menarik dokter itu dan menyuruhnya untuk turun ke lantai 1 sementara E meneruskan pemeriksaan ke ruangan lain yang tersisa.

.

.

Kyuhyun menemukan ruang loker para dokter di lantai 2. Ia bergegas memasukkan jasnya ke dalam salah satu loker lalu melepaskan semua kabel yang melilit tubuhnya. Ia juga menaruh dompet berisi lencana dan pistol di dalam gulungan jasnya tadi.

Ia meraih jas dokter yang tergantung di sana, lengkap dengan kartu pengenal yang terjepit di bagian kantung sebelah kiri. Ia bersyukur sang dokter yang tidak bertugas itu memiliki kacamata cadangan di dalam lokernya yang bisa ia pakai. Bermodalkan kaca yang ada di pintu dalam loker, ia menyisir rambutnya dengan gaya kutu buku.

Salah satu gaya penyamaran Heechul. Semoga ini berhasil.

Kyuhyun kemudian memasukkan senter LED ke saku belakang celana kirinya, lalu melepaskan sarung senter beserta handy talkie, dan mengumpulkannya bersama yang lain di dalam loker.

Baru saja ia memindahkan posisi tongkat polisi yang tergantung di pinggang kanannya agar masuk ke dalam saku belakang, tiba-tiba pintu terbuka dengan keras.

“Hei!” E masuk sambil mengacungkan pistolnya. Diamatinya Kyuhyun dari kepala hingga ujung kaki. “Apakah kamu ingin dibunuh?!”

“Mianhe,” jawab Kyuhyun dengan suara pelan sambil mengangkat kedua tangannya. Ia membuat bahunya sedikit mengkerut dan memasang ekspresi ketakutan. Akan sangat aneh jika seorang dokter tidak takut melihat pistol di arahkan kepadanya.

“Apa yang baru saja kamu masukkan ke dalam sakumu?” E teringat Kyuhyun tengah memasukkan sesuatu ke saku belakang. “Keluarkan!”

E mengokang pistolnya, memberitahu bahwa dia siap menembak. “Lakukan dengan pelan!”

Kyuhyun perlahan menurunkan tangan kanannya dan meraih ke arah belakang. Ia bisa merasakan tongkat polisi yang belum masuk terlalu dalam ke saku. Semua akan berakhir jika E mengetahui bahwa ia adalah polisi. Kyuhyun tidak tahu apakah ia bisa bertanding melawan pria ini satu lawan satu tanpa menimbulkan kegaduhan.

“Keluarkan!” E tidak melepaskan pandangannya, siap menembak lebih cepat jika itu adalah sebuah pistol.

Kyuhyun menurunkan tangannya ke saku, membuat gerakan tidak kentara untuk mendorong tongkat itu lebih dalam. Ia menggunakan jarinya untuk merogoh ke dalam saku, meraih HP yang ada di sana. Itu adalah pilihan terbaik daripada tongkat, karena HP agen SP tidak memiliki bentuk khusus apapun yang akan membuka identitasnya. Ditariknya HP itu perlahan hingga E dapat melihatnya dengan jelas.

“Berikan padaku!” E bergerak maju begitu melihat itu hanya sebuah HP.

Kyuhyun ikut maju perlahan agar pintu loker yang berada di tengah mereka, menjadi ada di belakang punggungnya. Ia bergeser maju sangat perlahan sedemikian rupa hingga pintu itu sedikit menutup. Namun pintu loker masih terbuka cukup lebar untuk E bisa melihat ada perlengkapan SP di dalamnya.

“Pergi ke lobi sekarang!” E membentak dengan tidak sabar melihat Kyuhyun sangat lambat.

Bentakan itu dimanfaatkan Kyuhyun untuk bergerak mundur dengan ekspresi ketakutan. Pintu loker tertutup dengan suara keras karena dorongan tubuhnya.

“Cepat sedikit!” E meraih pundak Kyuhyun dan mendorongnya untuk meninggalkan tempat itu. Ia tidak melihat apapun karena loker sudah tertutup sempurna.

.

.

“Geser!” B di lantai satu mengatur orang-orang yang turun dari lantai atas. Semua berkumpul memenuhi lobby yang disanggah oleh dua tiang besar itu. Beberapa masih duduk di bangku tunggu. “Semua turun ke lantai! Berlutut! Cepat!”

Bersamaan dengan Kyuhyun yang digiring oleh E, turun serombongan pasien yang terdiri dari beberapa wanita hamil. Mereka berjalan tertatih-tatih karena perutnya yang sudah sangat besar, masing-masing dibantu oleh dua orang perawat.

Kesempatan itu digunakan Kyuhyun untuk mengintip ke plakat logam yang ada di sebelah lift, yang berisi keterangan ruangan apa saja yang ada di lantai 1 hingga 5. Ia berkonsentrasi untuk mengingat setiap detailnya, kemudian memilih berlutut di dekat tiang yang berada di antara lift, tangga, dan koridor samping.

“DIAM!” Bentak B ketika beberapa wanita dan anak-anak menangis ketakutan. “Berlutut lebih rendah!”

Dia orang militer yang berjalan di atas pasir. Kyuhyun melirik sepatu B sekilas. Di mana Ryeowook? Aku harap dia baik-baik saja....

.

TBC

Hai, aku mencoba menulis 2000 kata dalam sehari,
namun ternyata masih sulit.
Tapi aku akan terus mencoba menulis lebih sering
sehingga menjadi lancar seperti dulu.
Rata-rata tiap Chapter D-DAY berisi 2300-4000 kata.
Aku harap kalian menikmati cerita ini.
Selalu menunggu review dari teman-teman semua.

Kamsahamnida

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hirosima #1
Chapter 4: leeteuk~ssi semacam orang di persimpangan dendam dan kasih sayang. kasihan...
dewileitte123 #2
Chapter 4: Kenapa disini leeteuknya jahat ya.
Leeteuk membawa peluru cadangan untuk kyuhyun kalo dia menggagalkan rencana leeteuk?!
Semoga aja kyu baik2 aja.
Ditunggu chapter selanjutnya ya eonni
Galuh_491871 #3
Chapter 4: Eonnie, jadi disini ceritanya leeteuk itu jadi jahat sama pengkhianat? whoaaa...leeteuk bakalan musuhan gitu perang dingin sama kyu?
Dewiangel #4
Chapter 4: moment kyuwook hehehe,, aku seneng deh mha mereka berdua persaudaraannya erat banget,,,,,
huh kayaknya ada yang aneh deh mha leeteuk,,
miatilia #5
seneng bgt klo kyu lgi sma ryewook pa lgi dipanggil hyung...pa yg laen jg tau soal leeteuk mw ngebales ke mentri keuangan itu.???
anisah563 #6
Chapter 4: Leeteuk membawa peluru lebih untuk membunuh kyu teuk kenapa kau jadi orng yng kejam
kyuteukhyukhae
#7
Chapter 4: Whoaaaa....makin seru.....ga sabar nunggu kelanjutannya....kyunnie dalam bahaya ya? Penasaran sama surat yang dikasih teukie buat kyunnie....
hayoung_cloud
#8
Chapter 4: hmmm..
leeteuk jgn bunuh kyu :-(
harus ada yg bisa hapusin dendamnua :-(
yolyol #9
Chapter 4: sbnernya leeteuk dipihak mna sih? knpa dia sperti itu? ada dendam kah kesumat kah? hm....jgn sampe terjd senjta makan tuan dah..
chohyunaprilia #10
Chapter 4: Penasaran apa isi surat yg d kasih Leeteuk buat Kyuhyun ,
Itu kata kata Leeteuk yg terakhir bikin was² jangan² dia masuk ngebunuh semua anggota secret service?! .
Pokonya penasaran dengan chapter berikutnya!!