D-D Ch 7

D-Day

D-Day

CHAPTER 7

.

.

Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan - Security Police Seksi-4

.

“Annyeong,” sapa Ryeowook ketika melihat Eunhyuk tiba. “Siapa yang kamu lindungi hari ini?”

“Ketua Federasi Industri,” jawab Eunhyuk. Ia duduk di mejanya sambil melihat sebuah foto.

“Itu keponakanmu?” Ryeowook mengintip dari balik bahunya. Tampak seorang anak perempuan yang manis tengah duduk bersama wanita yang wajahnya mirip dengan Eunhyuk.

“Mereka hanya mempunyaiku sekarang... Karena itu noona ingin aku keluar dari SP. Ia khawatir jika harus kehilangan sosok pria lagi di keluarganya.” Wajah Eunhyuk sedikit mengeruh.

“Itu pasti pertimbangan yang sulit.” Ryeowook menepuk bahu Eunhyuk untuk menghiburnya.

“Ah, aku harus berangkat sekarang. Sampai nanti.” Eunhyuk bangkit berdiri dan bersiap-siap.

Baru saja Eunhyuk keluar, pintu kembali terbuka.

“Annyeong!” sapa Donghae. Meski baru datang, ia langsung bersiap untuk pergi.

“Siapa yang kamu lindungi hari ini?” tanya Ryeowook lagi.

Kadang kala, mereka berempat akan berpencar jika memiliki tugas pengawalan yang ringan. Mereka akan bekerja sama dengan SP dari tim lain, untuk menjaga kondisi kerjasama yang sehat. Meski begitu, di penghujung hari mereka akan kembali bergabung untuk melapor kepada Leeteuk.

“Sekretaris Kabinet, sampai lusa,” jawab Donghae. Ia selesai mengenakan semua perlengkapan SP. “Aku pergi dulu.”

“Oke, lakukan yang terbaik.” Ryeowook memberi semangat.

Begitu sosok Donghae menghilang, pintu terbuka untuk kesekian kalinya. Kyuhyun masuk dengan raut wajah lucu.

“Biar kutebak... Kau baru saja berpapasan dengan Heechul sshi.” Ryeowook tersenyum geli.

“Bagaimana kau tahu?” Kyuhyun ternganga takjub. “Dia sangat menyebalkan... Selalu saja penuh rahasia.”

“Ya! Tahukah kamu, satu-satunya orang yang bisa berbicara dengannya lebih dari dua kalimat hanya seorang Cho Kyuhyun!” Kali ini Ryeowook yang merengut. “Aku ingin sekali bisa mengobrol dengannya, tetapi ia hanya diam mematung.”

“Lalu bagaimana dia bekerja? Apa dia diam saja di depan ketuanya?”

Ryeowook memutar matanya dan memukul Kyuhyun yang kini tertawa keras. “Kau tahu maksudku! Dia tidak akan bicara dengan orang lain kecuali diperlukan!”

“Aku menyerah.” Kyuhyun mengangkat tangan untuk melindungi dirinya dari pukulan Ryeowook. “Pukulanmu keras sekali!”

“Itu gunanya latihan,” jawab Ryeowook dengan nada bangga. Ia mengeluarkan dua buah hand grip dari dalam laci dan menyerahkan satu kepada Kyuhyun. “Aku pinjamkan. Hand Grip sangat bagus untuk melatih kekuatan cengkeraman, memperkuat otot lengan bawah, dan yang paling penting...menghilangkan stress.”

Kyuhyun mulai memainkan hand grip yang diberikan Ryeowook. Ia menggeser kursi berodanya hingga mereka berdua duduk bersisian.

“Pekerjaan kita belum diputuskan?”

“Aku kira sebentar lagi,” jawab Ryeowook sambil mengarahkan dagunya ke ruang Kepala Seksi-4. Dari kisi-kisi tirai jendela, tampak Shindong tengah berbicara dengan Leeteuk yang berdiri dalam posisi siap. “Mereka sedang diskusi di sana.”

Kyuhyun mendekatkan kepalanya hingga menempel dengan kepala Ryeowook. “Aku dengar dari Heechul sshi, kita mungkin melindungi mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo.”

“Public Security selalu lebih maju ya,” cetus Ryeowook.

“Nah, itu juga yang aku herankan. SP selalu ketinggalan informasi yang penting. Kapten sering mengeluhkan hal ini. Sebagai orang yang menjadi tameng VIP, bukankah sebaiknya kita yang paling tahu?”

“Hhh, atasan kita tidak berpikir hal yang sama,” keluh Ryeowook sambil memainkan hand grip-nya lebih cepat.

.

.

Ruang Kepala Seksi-4

“Rawat inap mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo adalah rahasia. Harap informasikan kepada agen yang kau utus sebelum berangkat.” Shindong memberi putusan.

“Kita seharusnya mendapat informasi ini minimal sehari sebelumnya,” protes Leeteuk. “Kita tidak memiliki cukup waktu untuk merencanakan langkah-langkah keamanan.”

“Aku tahu itu.” Shindong membenarkan. ”Ini adalah kesalahan mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo. Dia tidak menginginkan perlindungan pada awalnya. Tapi setelah didesak, akhirnya dia mengalah. Namun dia menginginkan agen sesedikit mungkin.”

Leeteuk memang masih berdiri dengan sikap siap, namun wajahnya menggambarkan dengan jelas ketidaksukaannya tentang apa yang terjadi. Mereka dengan mudahnya mempertaruhkan nyawa petugas SP dengan perintah mendadak seperti ini. Dan di mata Leeteuk, Shindong tidak berusaha sedikit pun untuk mencegahnya. Shindong selalu bermain aman agar tidak menimbulkan bentrok dengan atasan.

Shindong bangkit berdiri dan mendekati jendela. “Tenanglah... Belum pernah ada serangan terhadap VIP yang dirawat di rumah sakit sampai sekarang. Ini seharusnya tidak menjadi masalah.”

.

.

Kyuhyun yang masih memantau ruang kantor Kepala Seksi-4, melihat Shindong mendekati tirai lalu memandang mereka berdua dari dalam. Tanpa sadar, Kyuhyun memainkan hand grip di tangannya lebih cepat.

“Ketua melihat ke arah sini,” bisik Kyuhyun panik.

Ryeowook ikut panik. “Jadi...jadi apa yang harus kita lakukan?”

Kyuhyun mengangkat tangan kanannya untuk memberi hormat masih dalam posisi duduk, sementara tangan kirinya tetap memainkan hand grip. Melihat hal itu Ryeowook mengikuti.

.

.

Shindong yang melihat penghormatan aneh itu, menghela napas panjang. Ia berjalan kembali ke arah Leeteuk.

“Aku tidak tahu apa yang kau lihat dari keempat tim inti yang kau susun....”

“Mereka orang-orang pilihan.” Terdengar jelas kebanggaan dalam nada suara Leeteuk. Ia tidak suka Shindong selalu meremehkan mereka. “Merupakan tanggung jawabku untuk merekrut tim yang dapat merespons secara fleksibel terhadap situasi yang berubah dari menit ke menit.”

“Baiklah,” ujar Shindong saat merasakan ada kemarahan dalam Leeteuk. “Pastikan saja para agen tersayangmu itu terhindar dari masalah. Pastikan juga untuk menjaga mereka tetap mengikuti aturan.”

“Saya mengerti. Apapun perintah Anda, saya akan melakukan yang terbaik untuk menjauhkan mereka dari masalah. Permisi.” Leeteuk mengangguk hormat dan keluar dari ruangan. Ia bergegas menuju meja kerjanya.

“Ryeowook! Kyuhyun!”

“SIAP!”

Keduanya meletakkan hand grip di meja Ryeowook lalu bergegas berkumpul di depan meja Leeteuk setelah merapikan kursi masing-masing.

“Mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo akan pergi ke Seoul Medical Center untuk pemeriksaan. Waktu kedatangan adalah jam 1 siang.” Leeteuk menjelaskan dengan nada suara lebih rendah dari biasa. “Ryeowook sshi, kamu akan pergi ke rumah sakit terlebih dahulu untuk mengamankan area tersebut.”

“SIAP!”

“Kyuhyun sshi, kamu akan bertanggung jawab atas keamanan setelah VIP meninggalkan rumahnya.”

“SIAP!”

“Rawat inapnya sangat dirahasiakan.” Leeteuk masih menggunakan nada tadi, sehingga hanya mereka yang bisa mendengar penjelasannya. “Jangan ungkapkan informasi ini. Tetap waspada dan hati-hati.”

“Mengapa ini dirahasiakan?” tanya Kyuhyun keheranan.

“Aku tidak tahu.” Leeteuk menggeleng.

“Ada rumor bahwa mantan Perdana Menteri ingin kembali ke Parlemen,” tutur Ryeowook. “Mungkin itu alasannya.”

“Itu masuk akal. Bagi seorang politikus, masalah kesehatan merupakan masalah yang paling pelik.” Leeteuk memandang kedua anak buahnya. “Yah, sudahlah. Fokus utama SP adalah menjamin keamanan VIP. Meskipun kemungkinan terjadinya serangan di rumah sakit tidak tinggi, kalian harus tetap waspada.”

“SIAP!”

Ryeowook dan Kyuhyun bergegas ke meja masing-masing untuk bersiap.

“Kyuhyun sshi!” Leeteuk memanggil sehingga Kyuhyun berbalik mendekati mejanya kembali.

“SIAP!”

“Bagaimana pemeriksaannya?” tanya Leeteuk.

“Oh....” Kyuhyun tersenyum. “Aku hanya bekerja terlalu keras.”

Leeteuk memandang tak percaya, tetapi melihat wajah Kyuhyun yang begitu tenang, ia yakin tidak akan bisa membuatnya berterus terang. “Baiklah. Kalau begitu, jangan terlalu memaksakan diri.”

“Baik, Kapten. Kamsahamnida.” Kyuhyun tersenyum dan mengangguk hormat sebelum kembali ke tempatnya untuk bersiap.

Leeteuk mengikuti Kyuhyun dengan pandangannya. Ia sungguh berharap Kyuhyun hanya terlalu keras bekerja seperti yang dikatakannya.

.

.

Rumah mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo
Pukul 11.30

Kyuhyun mengawasi jalan sekitar kediaman mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo. Mobil yang akan mengantar mereka ke rumah sakit sudah tiba. Kyuhyun mengetuk pintu gerbang yang terbuat dari kayu itu, memberi kode bahwa mereka siap berangkat.

Lee Beom Joo keluar dengan ditemani istri dan anaknya, juga seorang cucunya. Sementara dia berpamitan dengan keluarganya, Kyuhyun membukakan pintu mobil sambil tetap mengawasi sekitar.

Begitu Lee Beom Joo masuk ke dalam mobil, Kyuhyun langsung duduk di sebelah pengemudi yang merupakan agen dari Divisi Keamanan. Ketika ia menoleh ke luar, keluarga sang VIP membungkuk hormat kepadanya. Ia tertegun sejenak sebelum balas mengangguk sambil tersenyum.

Perjalanan menuju ke rumah sakit tampak lancar. Tidak ada kemacetan yang membuat mobil terhalang. Suasana di dalam mobil seperti biasa sangat hening. Tidak seorangpun yang berbicara.

“Kamu.” Tiba-tiba mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo memanggil.

Baik pengemudi maupun Kyuhyun tidak ada yang bereaksi.

“Aku berbicara padamu,” kata Lee Beom Joo lagi, kali ini membuat Kyuhyun menatapnya melalui kaca spion tengah. Tampak pria berusia sekitar 60 tahun itu tersenyum sambil memandangnya balik melalui kaca spion.

“Aku tahu betul aturannya,” tutur Lee Beom Joo. “Kalian selalu diajari bahwa ‘orang yang duduk di belakang berbeda dunia dengan kalian’, bukan?”

“Ne.” Kyuhyun membalas sambil tetap memandang Lee Beom Joo lewat kaca spion. Ia tidak berani mengalihkan pandangannya.

“Jangan melihat, jangan bertanya, dan jangan bicara. Tapi itu tidak mungkin. Bagaimana pun juga, kamu adalah manusia, bukan monyet.”

“Benar...”

Lee Beom Joo terkekeh. “Siapa namamu?”

“Saya agen Cho.”

“Kamu memiliki mata yang bagus,” puji Lee Beom Joo tulus. Baru kali ini ia melihat orang memiliki mata dengan pupil sebesar milik Kyuhyun. “Pupil mata seseorang biasanya mengecil seiring bertambahnya usia. Tetapi kamu miliki pupil mata yang besar, agen Cho. Orang dengan pupil mata besar biasanya adalah orang yang cerdas. Sayang sekali jika kamu hanya berkarir di SP.”

Pria itu kembali tersenyum melalui kaca spion. “Bagaimana jika begini... Apakah kamu bersedia aku bimbing untuk menjadi politisi di masa depan? Aku yakin kamu akan berhasil.”

“Saya pikir, saya tidak cocok menjadi politisi,” jawab Kyuhyun dengan nada hormat.

“Kau pikir begitu? Sangat disayangkan....”

Lee Beom Joo sudah puluhan tahun menghadapi berbagai tipe manusia. Ia tahu kapan harus mundur ketika seseorang tidak akan mengubah pilihannya, termasuk dengan tawarannya kali ini.

“Aku hanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan, dan perutku akan dibuka. Tapi aku sudah setua ini... Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi.”

Kyuhyun mendengarkan gumaman itu dengan diam, kembali memperhatikan jalanan yang mereka lalui.

.

.

Seoul Medical Center
Pukul 11:56

Ryeowook sudah selesai memeriksa seluruh area rumah sakit, dari lantai dasar hingga lantai lima ketika handphone-nya berbunyi.

 “Ryeowook imnida.”

“Lalu lintas sangat lancar.” Terdengar suara Kyuhyun. “Kami mungkin tiba lebih awal dari yang direncanakan. Kira-kira 10 menit lagi.”

“Aku mengerti. Area ini telah diamankan.”

“Aku akan menghubungi lagi ketika kami sudah dekat.”

“Baik.”

Ryeowook mengedarkan pandangannya ke bagian luar rumah sakit. Tampak beberapa pekerja konstruksi tengah menumpuk pasir yang tersisa dari pekerjaan hari itu ke bagian pinggir area parkir. Tidak terlihat aktifitas yang aneh. Ryeowook menunggu di depan pintu lobby hingga mobil yang mengantar VIP datang.

.

.

Pukul 12.05

Sebuah mobil sedan putih melaju menuju Seoul Medical Center. Namun di sebuah terowongan jalan, sebuah pick up yang mengangkut manekin tertahan karena tinggi manekin yang dibawanya melebihi batas maksimal terowongan.

Pengemudi mobil sedan hendak berbalik arah, namun di belakangnya sudah berderet mobil lain yang membuatnya tidak bisa keluar dari kemacetan itu. Dengan kesal, ia hendak turun untuk memperingatkan pick up di depannya.

“Jangan gegabah, C,“ cegah pria yang duduk di kursi sebelahnya. Mereka adalah para pemuda yang berkumpul di apartemen kemarin. Hari ini semua isi apartemen yang bisa dikaitkan dengan kegiatan mereka telah dibuang, dan saat ini semua sudah bergerak sesuai rencana. Mereka bersepakat untuk tidak menyebut nama, melainkan inisial untuk menghindari pengenalan identitas oleh yang mendengarnya. “Tidak apa-apa meskipun kita terlambat. Asal semuanya selesai sebelum jam 3 sore, tidak ada masalah.”

“Tapi A....”

“Aku akan mengandalkanmu hari ini.” A yang merupakan pimpinan kelompok teroris itu tersenyum menenangkan sang ahli komputernya. Mereka berdua menyamar dengan penampilan pekerja kantor pada umumnya agar nanti bisa berbaur dengan para pasien lain.

“Baik. Aku akan melakukan yang terbaik.” C menjadi tenang dan menunggu pick up itu berhasil menyelesaikan masalahnya.

.

.

Tepat di depan Seoul Medical Center, sebuah mobil van menurunkan salah satu penumpangnya. Mereka satu kelompok dengan mobil sedan tadi, hanya saja untuk menghindari kecurigaan, semua akan masuk secara terpisah.

Si B yang mantan militer, berjalan kaki menuju Seoul Medical Center. Ada empat orang mantan militer di kelompok mereka, yaitu dirinya sendiri, A, D dan E. B bertugas mengintai sebelum yang lain masuk. Ia melihat Ryeowook yang tengah menyisiri area halaman rumah sakit. Untuk menghindarinya, ia berjalan di belakang mobil yang terparkir tepat di samping pintu lobby rumah sakit. Ternyata ada tumpukan pasir yang ditinggalkan oleh para pekerja konstruksi di sana sehingga ia mau tidak mau melangkahkan kaki di atasnya untuk tidak membuat gerakan berbalik yang mencurigakan Ryeowook.

Mobil van di mana D, E, dan F berada, diparkir tak jauh dari pertigaan yang menuju ke rumah sakit. Mereka bertugas mengawasi kedatangan target mereka.

Saat itulah mobil yang mengantar mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo memasuki halaman rumah sakit. Sesuai pelatihan selama ini, Ryeowook langsung berdiri di sisi pintu belakang untuk melindungi VIP yang akan turun, sementara dari sisi lain pintu, Kyuhyun menariknya terbuka.

Kedatangan mereka disambut oleh Dokter Baek yang akan bertanggung jawab dalam operasi, dan kepala perawat Ahn. Mereka berlima berjalan memasuki rumah sakit dengan tenang supaya tidak menarik perhatian para pasien lainnya.

.

.

Pukul 12:10

“Ini D.” Muncul suara di earphone semua kelompok teroris itu. “Mobil mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo telah pergi.”

“Berapa tingkat keamanannya?” tanya A yang masih menuju lokasi setelah terlepas dari kemacetan.

“Dia seperti bayi yang tidak berdaya. Kita bisa melaksanakan rencana kapan saja.”

“Sudahkah kamu memastikan jumlah SP-nya?”

“B sudah berada di dalam rumah sakit. Kita akan segera mendapat konfirmasi.”

“Jadi begitu....”

“Tidak perlu khawatir,” kata D dengan keyakinan penuh. “SP tak lebih dari aksesoris, sebuah dekorasi bagi para politisi. Tidak peduli berapa banyak agen SP yang ada, kita akan menyingkirkan mereka dalam sekejap.”

“Oke.” A tersenyum puas. “Kami akan tiba dalam 20 menit.”

“Oke.”

.

Rombongan mantan Perdana Menteri Lee Beom berjalan melewati area poliklinik di lantai 1. B yang duduk diam di antara pasien pun bersikap biasa, seakan menanti panggilan namanya. Ketika rombongan memasuki lift dengan Kyuhyun dan Ryeowook berada di sisi terdepan, barulah ia melirik bersamaan dengan menutupnya pintu itu.

.

.

Seoul Medical Center – Ruang VVIP

“Operasinya dijadwalkan jam 3 sore, kan?” tanya mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo setelah Dokter Baek dan kepala perawat Ahn selesai melakukan pengecekan terakhir sebagai persiapan operasi.

“Itu benar,” jawab Dokter Baek.

“Tidak ada yang bisa kulakukan sambil menunggu. Bisakah kita memulai operasinya sekarang? Aku hanya ingin ini segera berakhir agar keluargaku tenang. Mereka tadi sangat cemas.”

“Saya mengerti.” Dokter Baek memberi perintah kepada kepala perawat untuk Ahn untuk segera mempersiapkan semua kebutuhan operasi termasuk memanggil para dokter dan perawat yang berkaitan.

.

.

Handphone D bergetar. Ketika ia membukanya, tampak pesan dari B yang mengawasi rumah sakit.

[Dari B : Hanya ada 2 agen SP]

“Hanya ada 2 agen SP.” D mengulang supaya semua kelompoknya mendengar. Ia bersiul senang.  “Pengamanan yang sangat longgar.”

.

.

Ruang Operasi Lt. 5

Kyuhyun dan Ryeowook berdiri di depan pintu ruang operasi. Begitu dokter terakhir masuk, keduanya langsung saling berhadapan dengan penuh semangat dan melakukan suit.

Gawi Bawi Bo! Gawi Bawi Bo! Gawi Bawi Bo!” seru mereka dengan volume suara yang menyerupai bisikan.

“Yes! Aku saja yang berjaga.” Kyuhyun tersenyum lebar ketika keluar sebagai pemenang. Ia berdiri di depan pintu ruang operasi sementara Ryeowook terpaksa mengambil tempat di sofa yang disediakan di dekat ruangan itu.

Aku tidak pernah bisa mengalahkanmu adu suit,” keluh Ryeowook sambil menjatuhkan tubuhnya ke sofa.

“Suit adalah bakat istimewaku,” kata Kyuhyun masih tersenyum penuh kemenangan.

“Benar-benar bakat yang tidak berguna.”

Meski begitu, Ryeowook akhirnya ikut tersenyum.

.

.

Tepat jam 13.00, operasi untuk memeriksa kondisi kesehatan Lee Beom Joo dimulai. Di luar rumah sakit, mobil sedan yang dikendarai C mulai memasuki halaman Seoul Medical Center diikuti mobil van yang dikendarai E.

Bersamaan dengan masuknya kedua kendaraan itu ke lingkungan rumah sakit, Kyuhyun yang masih berdiri di depan pintu ruang operasi tampak gelisah. Wajahnya yang tegang tidak lepas dari penglihatan Ryeowook yang masih menikmati gilirannya bersantai di sofa.

“Apa yang salah?” tanya Ryeowook pelan. “Pergilah untuk makan siang.”

“Aku punya firasat buruk... Ada sesuatu yang menggigit di dalam sini.” Kyuhyun menunjuk kepalanya.

“Apakah kamu ingin memeriksa kesehatan di sini juga?” tanya Ryeowook tiba-tiba, membuat Kyuhyun sedikit tersentak. “Kamu tidak melanjutkan latihan kemarin karena ke rumah sakit bukan? Bagaimana hasilnya? Apakah buruk? Ada kaitannya dengan kemampuanmu untuk mendeteksi sesuatu yang salah?”

Kyuhyun terdiam, bukan karena begitu banyak pertanyaan yang beruntun, tetapi karena tidak tahu apa yang harus ia katakan kepada Ryeowook.

Ryeowook menghela napas panjang melihat Kyuhyun hanya terdiam.

“Kyuhyunie, kami tahu kamu sering mengalami sakit kepala belakangan ini. Kapten pasti melihatnya juga; Karena itulah ia memaksamu memeriksakan diri,” kata Ryeowook dengan nada lembut dan setengah berbisik. Ia melihat Kyuhyun tertegun lalu melanjutkan, “Dan jika penyakitmu itu ada kaitannya dengan kemampuan spesialmu, kami tidak keberatan kamu tidak menggunakannya. Jangan gunakan jika itu hanya membuatmu sakit, arrachi?”

“Tapi, bagaimana jika ada sesuatu yang berbahaya akan terjadi?”

“Aku yakin tim kita bisa bereaksi dengan cepat untuk menanganinya. Dan aku yakin jika Eunhyuk dan Donghae tahu, mereka akan memiliki pendapat yang sama denganku!”

Lagi-lagi Kyuhyun hanya terdiam, tetapi wajahnya yang gelisah semakin terlihat.

“Saat ini kita hanya bisa menunggu sampai operasi selesai. Kepala perawat Ahn bilang, perlu sekitar 3 jam untuk menyelesaikan semuanya. Kenapa kamu tidak pergi untuk makan siang? Kajja!” desak Ryeowook sambil menarik Kyuhyun menjauhi pintu yang dijaganya.

“Baiklah.” Akhirnya Kyuhyun menurut. Ia berpikir, mungkin jika ia berjalan-jalan keluar, ia akan tahu kenapa ia memiliki firasat buruk.

.

.

B masih duduk diam di antara para pasien ketika ia melihat Kyuhyun berjalan ke luar pintu utama rumah sakit. Ia mengawasi saat Kyuhyun melintasi halaman menuju gerbang depan. Handphone di tangannya bergetar. B membaca pesan yang tertera.

[Dari A: Kami telah tiba di pintu darurat. Berkumpul!]

Mobil sedan dan mobil van yang dikendarai kelompok teroris itu diparkir di pintu darurat yang terdapat di bagian belakang rumah sakit. B membuka pintu yang hanya bisa dibuka dari dalam itu untuk kelima rekannya yang lain.

“Seorang agen SP meninggalkan rumah sakit. Hanya satu agen yang berjaga di dalam.” Lapor B kepada A.

“Baik. Kita lanjutkan sesuai rencana.”

B mengunci pintu darurat dengan kunci sepeda berbentuk U, sehingga tidak ada yang bisa membukanya. Ia menyusul rekan-rekannya yang mulai berjalan ke dalam.

Mereka tiba di depan lift yang khusus untuk mengangkut pasien. Sebelum masuk ke dalam lift, E menempelkan stiker kuning mencolok bertuliskan ‘SEDANG DALAM PERBAIKAN’ untuk lift kedua. D menekan tombol lantai 2, 3 dan 5 sebelum pintu lift yang mereka naiki tertutup.

Lift membuka di lantai 2. E keluar sambil menempelkan stiker kuning di lift kedua seperti di lantai sebelumnya. Di lantai 3, F keluar dan melakukan hal yang sama, menempel stiker kuning pada pintu lift kedua sebelum menuju toilet tempat mereka akan bersembunyi di tiap lantai.

Ketika lift tiba di lantai 5, A, C dan D keluar. A menekan tombol di lift kedua sehingga lift itu naik hingga ke lantai 5. D segera mengganjal pintu kedua lift yang ada sehingga semua pintunya terbuka dan siap mereka pergunakan kapan saja.

A dan D menuju pintu depan ruang perawat yang ada di lantai 5 sementara C berjalan menuju pintu lainnya yang terhubung dengan ruang itu.

Perawat yang tengah memeriksa data pasien terkejut melihat kedatangan A dan D. Ia memanggil kepala perawat Ahn yang tengah berbicara dengan perawat-perawat lainnya di bagian dalam.

“Apa yang sedang terjadi? Tempat ini hanya untuk staf,” kata kepala perawat Ahn dengan tegas.

Tiba-tiba pintu yang lainnya terbuka. C masuk sambil mengacungkan pistol, membuat para perawat yang ada di sana berteriak ketakutan.

“DIAM!” Bentak D sehingga tak satu orangpun yang bersuara.

“Kami datang mengunjungi mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo. Di mana dia?” tanya A kepada kepala perawat Ahn.

Ketika wanita itu tidak menjawab, C menempelkan ujung pistol ke kening wanita itu.

“Mantan Perdana Menteri tidak akan bersedih meskipun kamu meninggal. Hanya keluargamu yang akan berduka.” A memasang mimik prihatin.

C mengokang pistolnya, bersiap meledakkan kepala perawat malang itu.

“Beliau ada di ruang operasi,” jawab kepala perawat Ahn dengan suara bergetar. Bagaimana pun ia tidak bisa membiarkan anak-anaknya yang masih kecil menjadi yatim piatu.

“Berapa lama operasinya akan berlangsung?” tanya  A lagi.

“Tiga jam.”

A memberi isyarat agar D mengikutinya keluar ruangan agar para perawat tidak mendengar percakapan mereka. Sementara itu C tetap menunggu di dalam siap menembak jika ada gerakan yang mencurigakan.

Mereka mendapat informasi bahwa mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo  akan tiba di rumah sakit ini pada jam 1 siang, dan operasi akan dilaksanakan jam 3 sore. Karena itu mereka berencana datang sebelum operasi untuk menyandera Lee Beom Joo, namun sekarang hal itu tidak bisa dilakukan.

“Kita tetap berpegang pada rencana dan membiarkan operasi dilanjutkan.” A memberi keputusan. “Jika ada masalah, kita akan mengambil alih ruang operasi.”

A memandang lorong yang menuju ruang operasi. “Mari kita hilangkan agen SP itu.”

“SIAP!”

Keduanya berjalan bersisian, lalu membelok ke kanan di ujung lorong, di mana terdapat ruang operasi.

.

.

Ryeowook yang mendengar suara langkah kaki langsung menoleh. Saat itulah D berlari dengan cepat ke arahnya sementara A tetap berjalan dengan tenang di belakang. Ryeowook langsung mengokang pistolnya, siap untuk menembak. D tiba-tiba mengubah gerakannya dan menendang pistol di tangan Ryeowook hingga terpental. Ryeowook langsung membalas dengan membanting D hingga terjatuh ke lantai.

Baru saja Ryeowook hendak melancarkan serangan susulan, suara pistol terkokang terdengar dengan ujung pistol yang dingin itu menempel di belakang kepalanya. Ia berpura-pura mengangkat tangannya dengan perlahan, lalu tiba-tiba membalikkan badan untuk menyerang A. Namun A berkelit sangat cepat sambil menghantamkan gagang pistolnya. Ryeowook jatuh tersungkur dengan darah mengalir di sela bibirnya.

A kembali menodongkan pistol ke kepala Ryeowook, menggerakkan ujungnya memberi kode agar Ryeowook bangkit berdiri.

“Untuk standar agen SP, kamu sungguh berani,” puji A.

Tiba-tiba Ryeowook merasakan hantaman keras di bagian belakang kakinya sehingga lututnya tertekuk, disusul hantaman di punggung. Ryeowook masih mencoba bertahan namun kali ini D menendang bagian depan bahunya hingga ia jatuh terkapar di lantai. Sepatu bot militer itu menginjak bagian pangkal lehernya, membuat Ryeowook meringis kesakitan dan tidak bisa bergerak. Kedua tangannya mencoba mengangkat kaki D agar ia bisa bernapas.

Melihat wajah Ryeowook yang tidak menampakkan rasa takut meski posisinya sudah terjepit, A berjongkok di dekat agen SP itu sambil menodongkan pistolnya.

“Aku tidak menyangka ada agen SP sepertimu. Apakah kamu tergabung dalam tim khusus?” A mengayunkan pistol di depan wajah Ryeowook yang masih tidak bisa bergerak karena D tetap menginjaknya. “Jika kamu masih hidup, kamu masih memiliki peluang 1% untuk menangkap kami. Apa yang harus aku lakukan? Mengubahnya menjadi 0%?”

.

.

Kyuhyun telah tiba di perempatan jalan terdekat yang berbatasan dengan pagar rumah sakit, ketika firasat buruknya semakin menguat. Ia memandang gedung rumah sakit yang masih tampak tenang.

“Jangan gunakan jika itu hanya membuatmu sakit, arrachi?” Kata-kata Ryeowook terngiang di telinganya. Namun perasaan tidak enak itu semakin kuat. Kyuhyun akhirnya memusatkan konsentrasinya sambil memandang lantai lima rumah sakit yang tampak dikejauhan.

Gambaran beberapa orang berpakaian serba hitam lengkap dengan penutup wajah muncul di benaknya. Mereka mendobrak ruang operasi sambil menodongkan senjata. Salah satunya menembak kepala mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo yang masih terbaring di meja operasi.

Kenapa aku berhalusinasi di saat seperti ini?

Kyuhyun mengabaikan hal itu dan berlari memasuki halaman rumah sakit. Sesuatu membuatnya tidak menghubungi Ryeowook untuk menanyakan situasinya. Ia merasa hal itu akan memperbesar masalah.

Baru saja ia mendekati pintu kaca lobby rumah sakit, langkahnya terhenti. Jejak kaki yang ada ditimbunan pasir tepat dipinggir halaman parkir membuatnya berbalik dan mendekat. Kyuhyun berjongkok mengamati jejak tipis itu. Siapapun yang melangkah di sana sangat terlatih. Jejaknya hanya sedikit terlihat di awal, untuk seterusnya semakin tipis dan menghilang.

Kyuhyun kembali memusatkan perhatiannya. Jejak tipis itu perlahan berubah menjadi jelas, kemudian ia mulai bisa melihat jejak-jejak kaki selanjutnya. Ketika ia semakin jauh mengerahkan pikirannya, jejak itu berubah menjadi bayangan sepatu, kemudian berubah menjadi bayangan sosok orang yang membuat jejak-jejak itu. Kini ia bahkan bisa mendengarkan suara langkah kaki dengan jelas.

“Langkah kaki ini... milik seorang prajurit militer,” gumam Kyuhyun.

Ia memandang jendela lantai 5 dengan perasaan cemas.

.

TBC

.

Sampai juga di chapter 7 hehehe
Ada kalanya aku merasa ingin berhenti menulis,
tapi setiap membaca review teman-teman,
itu membuatku kembali bersemangat.
Jangan segan untuk menuliskan review kalian untuk tiap chapter,
karena itu bahan bakar yang baik untukku kkkk
Aku mungkin tidak bisa menjawab yang berbentuk spoiler,
Tapi membaca respon kalian terhadap adegan yang ada sangat menyenangkan.
Akhir kata, selamat membaca.
Kamsahamnida

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hirosima #1
Chapter 4: leeteuk~ssi semacam orang di persimpangan dendam dan kasih sayang. kasihan...
dewileitte123 #2
Chapter 4: Kenapa disini leeteuknya jahat ya.
Leeteuk membawa peluru cadangan untuk kyuhyun kalo dia menggagalkan rencana leeteuk?!
Semoga aja kyu baik2 aja.
Ditunggu chapter selanjutnya ya eonni
Galuh_491871 #3
Chapter 4: Eonnie, jadi disini ceritanya leeteuk itu jadi jahat sama pengkhianat? whoaaa...leeteuk bakalan musuhan gitu perang dingin sama kyu?
Dewiangel #4
Chapter 4: moment kyuwook hehehe,, aku seneng deh mha mereka berdua persaudaraannya erat banget,,,,,
huh kayaknya ada yang aneh deh mha leeteuk,,
miatilia #5
seneng bgt klo kyu lgi sma ryewook pa lgi dipanggil hyung...pa yg laen jg tau soal leeteuk mw ngebales ke mentri keuangan itu.???
anisah563 #6
Chapter 4: Leeteuk membawa peluru lebih untuk membunuh kyu teuk kenapa kau jadi orng yng kejam
kyuteukhyukhae
#7
Chapter 4: Whoaaaa....makin seru.....ga sabar nunggu kelanjutannya....kyunnie dalam bahaya ya? Penasaran sama surat yang dikasih teukie buat kyunnie....
hayoung_cloud
#8
Chapter 4: hmmm..
leeteuk jgn bunuh kyu :-(
harus ada yg bisa hapusin dendamnua :-(
yolyol #9
Chapter 4: sbnernya leeteuk dipihak mna sih? knpa dia sperti itu? ada dendam kah kesumat kah? hm....jgn sampe terjd senjta makan tuan dah..
chohyunaprilia #10
Chapter 4: Penasaran apa isi surat yg d kasih Leeteuk buat Kyuhyun ,
Itu kata kata Leeteuk yg terakhir bikin was² jangan² dia masuk ngebunuh semua anggota secret service?! .
Pokonya penasaran dengan chapter berikutnya!!