D-D Ch 5

D-Day

D-Day

CHAPTER 5

.

.

Yoo Ji Seol melirik sosok Kyuhyun yang terkapar sekilas, lalu kembali ke sasaran utamanya. Ia tahu dirinya tidak akan lolos dari hukuman karena telah menembak seorang polisi, karena itu kalaupun ia dihukum, ia harus berhasil menembak orang yang paling merendahkannya. Pistol itu kembali mengarah ke Gubernur Han yang tengah tiarap dilindungi oleh tubuh ajudannya.

Ketika Yoo Ji Seol hendak menembak untuk keempat kalinya, sebuah tangan mencengkeram tangan kanannya yang bersiap menarik pelatuk. Ia tersentak saat moncong pistol berbalik ke arahnya.

Kyuhyun meringis saat tangan kanannya yang memegang bagian atas pistol tergores ketika pelatuk ditekan. Ia menahan dengan kuat sehingga sisi atas yang bergeser saat pengisian peluru terhambat dan pistol tidak bisa menembak. Ia menggunakan kesempatan saat Yoo Ji Seol terkejut untuk merebut pistol dan melemparkannya hingga meluncur di lantai. Tanpa membuang waktu Kyuhyun langsung memutar lengan reporter itu ke belakang, menjatuhkan dan menguncinya.

“Amankan senjatanya!” seru Kyuhyun.

Eunhyuk yang tiba lebih dulu langsung mengambil pistol semi otomatis yang tergeletak di lantai dan memasang pengamannya. Ia menatap Kyuhyun yang berhasil membuat Yoo Ji Seol tak berkutik. Banyak kata-kata yang ingin ia lontarkan tetapi Eunhyuk berusaha menahannya.

Leeteuk yang barusan sampai, langsung menilai keadaan Kyuhyun dan kondisi Gubernur. Para reporter dan kameramen sibuk mengabadikan kejadian. Ia melihat kedua anak buahnya yang lain mendekat.

“Donghae! Ryeowook! Bawa Gubernur Han ke tempat yang aman!”

“SIAP!” Keduanya bergegas mendekati Gubernur Han dan ajudannya yang masih bertiarap di atas panggung setelah memantau sekilas kondisi Kyuhyun.

“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Leeteuk cemas. Meski ia melihat sendiri Kyuhyun masih bisa menggagalkan serangan, ia yakin anak buahnya itu tertembak saat melindungi Gubernur Han.

“Aku merasakan perasaan yang sangat tidak enak, karena itu aku mengenakan rompi antipeluru,” jelas Kyuhyun.

“Aku...lulusan dari Fakultas Hukum Universitas no 1 di Seoul... Bre****k!” Yoo Ji Seol mulai menangis meratapi kegagalannya.

“Kapten!”

Panggilan itu membuat Leeteuk yang tengah mengawasi sekitar mereka kembali menatap Kyuhyun.

“Aku tidak membawa borgol milikku.”

“Lagi?” Leeteuk meraih ke belakang pinggangnya, mengambil borgol dan melemparkannya kepada Kyuhyun. “Kamu benar-benar unik! Sebenarnya apa yang membuatmu tidak suka membawanya?”

Kyuhyun tidak menjawab. Ia mengaitkan borgol itu ke tangan Yoo Ji Seol, tidak menyadari Leeteuk yang menatapnya dengan perasaan lega sekaligus bangga.

.

.

Kompleks Pemerintahan Seoul Lt.1
Ruang Tunggu

Ryeowook merapikan jas dan kemeja yang tertembus peluru di atas meja. Begitu juga dengan dasi, rompi antipeluru yang berlubang, handphone, handy talkie, dan dompet tanda pengenal. Ia melepaskan kabel earphone dan mikrofon yang masih melilit di tubuh Kyuhyun, meraih tongkat polisi dan senter, kemudian menaruh semuanya dengan sedikit keras ke meja.

Kyuhyun yang hanya mengenakan kaos singlet sebagai atasan terlonjak kaget. Tangan kirinya masih memegang kantung es yang diberikan Donghae tadi untuk mengompres memar bekas tembakan, dan telapak tangan kananyanya tetap terbuka karena ada luka goresan terbakar akibat mencegah kokangan pistol tadi.

“Kau ini benar-benar bodoh! Kalau kaliber pelurunya lebih dari 9mm, rompi ini tidak bisa menahannya sama sekali!” cetus Ryeowook. “Kau benar-benar si bodoh yang beruntung!”

“Syukurlah itu pistol kecil.” Donghae langsung menutup mulutnya ketika mendapat tatapan maut Ryeowook.

Leeteuk menoleh saat pintu terbuka.

“Ambulans akan segera tiba.” Eunhyuk memberitahu.

Kyuhyun berdiri dari duduknya. “Tapi aku baik-baik saja!”

“Jangan keras kepala!” Donghae mendorong tubuhnya hingga Kyuhyun membungkuk kesakitan dan kembali duduk.

“Itu menyakitkan!” protes Kyuhyun sambil meringis. Meski rompi antipeluru berhasil mencegahnya tertembak, namun kekuatan peluru itu membentuk memar yang sangat besar dengan diameter sekitar 25cm.

“Itu tepat di jantung, kau tahu?!” Eunhyuk mendengus kesal. “Apa kau tidak bisa duduk diam di ruang tunggu? Kalaupun penembakan terjadi, tidak ada yang akan menyalahkanmu karena tidak menghalanginya! Kita memang diperintahkan duduk di ruang tunggu oleh Gubernur dan sekretarisnya!”

“Tidak bisa! Aku diajarkan bahwa VIP menaruh kepercayaan kepada kita, bahwa kita lebih ampuh dari tongkat dan senjata polisi apapun! Jadi sudah kewajiban kita melompat ke depan peluru tanpa ragu-ragu!” Kyuhyun menatap Eunhyuk dengan pandangan yakin.

Seketika itu juga Eunhyuk, Donghae, dan Ryeowook melemparkan pandangan menusuk kepada Leeteuk yang masih berdiri di dekat pintu. Leeteuk meringis melihat ketiganya sudah bersikap sangat protektif terhadap Kyuhyun hanya dalam waktu seminggu.

“Aku tidak perlu ke rumah sakit.” Kata-kata Kyuhyun membuyarkan suasana tegang tadi.

“Kamu mungkin bertemu dokter dan perawat yang cantik di sana,” bujuk Ryeowook. Ia mulai bisa tersenyum setelah yakin Kyuhyun baik-baik saja. Sebelumnya Ryeowook sangat panik dan memaksa Kyuhyun melucuti pakaiannya untuk melihat seberapa dalam luka tembakan yang mengenai tubuh.

Wajah Kyuhyun berbinar. Belum sempat ia mengucapkan apapun, pintu kembali terbuka. Kali ini yang muncul adalah Shindong, Ketua Seksi-4. Serentak semua berdiri memberi hormat.

“Gubernur Han dan para reporter meminta dengan sangat agar kejadian ini dirahasiakan.”

“Tunggu sebentar! Apa maksudnya....”

Tangan Eunhyuk langsung menahan Donghae yang hendak melangkah ke depan Shindong. Ia memberi isyarat dengan matanya agar Donghae diam. Leeteuk sendiri memilih menatap meja yang kosong, menghindari pandangan Shindong.

“Artinya, kalian semua harus tutup mulut!” tegas Shindong. “Apakah itu bisa dipahami?”

Shindong tersenyum puas ketika tidak seorangpun membantah. “Setelah mengirim Kyuhyun sshi ke rumah sakit, lanjutkan pengamanan Gubernur!”

Shindong menatap jas, kemeja, dan rompi yang memiliki bekas peluru. “Karena kejadian ini tidak pernah ada, tentunya tidak ada penggantian juga. Mengenai jasmu, Kyuhyun sshi, aku akan membelikan yang baru dengan uangku sendiri.”

“Kamsahamnida, Ketua!” Kyuhyun tersenyum senang.

“Baik, itu saja.” Shindong menatap Kyuhyun dengan senyum lebar. Ia benar-benar merasa lega Gubernur Han berhasil diselamatkan. Para reporter meminta agar berita tidak tersebar karena akan mencoreng nama baik semua reporter lainnya. Gubernur Han sendiri tidak ingin menjadi bahan berita.

Begitu Shindong berlalu, Leeteuk mengeraskan rahangnya menahan marah, sementara ketiga anak buahnya yang lain tampak begitu kesal. Hanya Kyuhyun yang masih tersenyum senang.

“Kenapa kau bisa sesenang itu?!” tegur Ryeowook. “Kalau kau tewas tadi, tidak akan ada uang santunan buat keluargamu!”

“Tapi aku kan baik-baik saja. Lagipula daripada uang santunan, aku lebih memilih jas baru. Bayangkan, nyaris 3 hari sekali jasku rusak!” seru Kyuhyun sambil tertawa. Namun ia langsung terdiam ketika tidak seorangpun yang ikut tertawa.

“Bagaimana mereka bisa meminta hal seperti itu?” Donghae tidak bisa menahan kekesalannya lagi. “Mereka pikir kita ini bukan manusia atau bagaimana?!”

“Aku sama kesalnya denganmu, Donghae sshi,” tutur Eunhyuk. “Tapi tidak ada gunanya kita membantah Ketua. Mereka tidak pernah mendengarkan suara dan keluhan kita.”

Leeteuk masih terdiam sambil mendengarkan. Ia lebih marah dari mereka semua, jadi ia memilih diam daripada memperuncing keadaan.

.

Begitu ambulans datang menjemput Kyuhyun, Leeteuk dan anak buahnya yang lain berjalan kembali ke dalam gedung untuk melanjutkan pekerjaan mereka.

“Kapten, apakah kita perlu memberitahu keluarganya?” tanya Donghae ketika mereka berada di dalam lift.

“Tipe orang seperti Kyuhyun pasti sudah mengabari mereka sendiri,” tebak Eunhyuk.

“Syukurlah. Setidaknya ada yang membantunya mengganti perban di rumah. Ia tidak mungkin mengobati telapak tangan kanannya sendiri.” Ryeowook menghembuskan napas lega.

“Kyuhyun tidak memiliki siapa-siapa.” Tiba-tiba Leeteuk yang sedari tadi diam, angkat bicara. “Dia baru berumur 5 tahun ketika menyaksikan kedua orang tuanya terbunuh. Petugas polisi yang mengangkatnya sebagai anak sudah meninggal sewaktu dia di bangku SMA. Ayah angkatnya itu tidak pernah menikah, jadi saat ini Kyuhyun hanya hidup sendirian. Itu sebabnya bagi Kyuhyun jas baru lebih berharga daripada uang santunan. Tidak ada yang memerlukan santunan itu jika ia tewas dalam tugas.”

Leeteuk menyadari suasana lift begitu hening, tidak ada satupun yang berbicara. Ketika ia mengedarkan pandangannya, wajah mereka bertiga tampak pucat dan kehilangan kata-kata.

“Maaf, aku begitu kesal sehingga mengatakan banyak hal yang tidak perlu. Latar kehidupan Kyuhyun cukup kita yang tahu, arra?”

Pintu lift terbuka, menandakan mereka telah tiba di lantai yang dituju. Tetapi Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook masih terdiam.

“Lupakan dulu hal lain, sekarang kita fokus mengamankan Gubernur.”

“SIAP, Kapten!”

Keempatnya melangkah keluar lift.

.

.

Di sebuah gudang kosong yang dipenuhi tumpukan peti dan patung berserakan, sesosok tubuh tinggi besar sibuk mencacah patung yang ada dihadapannya dengan sebilah pisau kerambit. Pisau kerambit berbentuk melengkung dan sangat berbahaya karena dapat digunakan menyayat maupun merobek anggota tubuh lawan secara cepat dan tidak terdeteksi.

Kwon Sang Cheol membayangkan wajah Kyuhyun yang melucuti 6 buah pisaunya saat menyayat leher patung itu. Kali ini dengan pisau yang melengkung, ia berharap bisa bergerak dengan lebih tidak terduga dari sebelumnya. Ia berlatih siang dan malam untuk menambah kecepatan geraknya.

Tiba-tiba sebuah jeritan terdengar di ruang kosong itu. Itu adalah suara notifikasi yang ia pakai untuk email yang masuk. Ia meletakkan pisaunya di meja dan membuka email tadi.

[Kemarin sangat disayangkan. Apakah kita harus melanjutkan?]

Mata Kwon Sang Cheol membelalak marah membaca pesan itu. Ia berharap bisa bertarung sekali lagi dengan Kyuhyun dan membunuhnya.

.

.

Begitu Kyuhyun membuka pintu bertuliskan SECURITY POLICE SEKSI-4, lampu malam memancar lembut. Seisi gedung Markas Besar Badan Kepolisian Nasional memakai sensor untuk menyalakan lampu yang lebih lembut ketika ada yang datang di malam hari. Lampu baru menyala terang jika mereka menekan tombol manual.

Markas itu juga menyediakan ruang tidur di basement untuk para petugas yang terpaksa menginap. Kyuhyun berencana menginap di markas malam ini karena malam sudah larut dan terlalu banyak waktu terbuang jika ia kembali ke tempat tinggalnya. Sebelum itu, ia harus mengembalikan semua perlengkapan yang dibawanya.

Kyuhyun meletakkan handy talkie ke tempat pengisian ulang. Ia melihat milik Leeteuk dan rekan setimnya sudah ada di sana, yang menandakan mereka telah selesai bertugas. Ia menuju mejanya dan melepaskan perlengkapan SP satu per satu termasuk dasi, lalu menaruhnya di dalam laci. Dikenakannya jam tangannya sendiri sebelum membuka handphone pribadinya.

“Tidak ada panggilan ataupun pesan....” Kyuhyun tersenyum sedih. Entah sudah berapa lama tidak ada orang yang menunggunya pulang. Tidak ada yang menanyakan keadaannya, apakah ia sudah makan ataupun sulit untuk tidur.

Kyuhyun memandang lubang di jasnya sambil menghela napas panjang. Dijatuhkannya tubuhnya ke kursi, lalu berputar pelan sambil memandangi seisi ruangan yang sepi dan remang itu. Pandangannya terhenti pada daftar kabinet yang tertempel di dinding. Kakinya menyentuh lantai sehingga kursi yang ia duduki tidak lagi berputar.

Perlahan, Kyuhyun kembali memutar kursinya hingga tubuhnya menatap lurus susunan Kabinet. Di sana terdapat foto Perdana Menteri Yu Suk Won dan para menteri lainnya, lengkap dengan alamat dan keterangan lain yang mereka butuhkan dalam bertugas.

Matanya tertuju pada satu foto terbesar, yaitu foto Perdana Menteri Yu Suk Won. Kembali terbayang dibenaknya sosok kedua orangtuanya yang bersimbah darah di tengah guyuran hujan; Yu Suk Won yang saat itu masih menjabat sebagai menteri, memeluknya di bawah naungan payung sang ajudan; Sosok teroris yang mengenakan hoodie dengan pisau terhunus; Pisau yang diselimuti darah....

Kenangannya berpindah ke saat sebelum penyerangan. Ia dan kedua orangtuanya tengah menonton kampanye Menteri Yu. Saat ia berjabat tangan, tiba-tiba muncul sosok ber-hoodie dengan pisau terhunus. Menteri Yu langsung memeluk untuk melindunginya. Namun kemudian yang muncul di pikirannya adalah sosok ibunya yang menghalangi orang itu lalu jatuh dengan perut terluka oleh pisau. Gambaran berikutnya adalah ayahnya yang mencoba merebut pisau namun akhirnya juga terluka dan jatuh di sisi ibunya yang tidak lagi bergerak. Saat ia merasa bingung akan semua kejadian itu, sang ajudan mengatakan sesuatu. Kyuhyun tidak bisa mengingat ucapannya, namun senyum Menteri Yu yang tersenyum senang atas tragedi yang terjadi, kembali terbayang jelas. Senyum yang selalu menghantuinya dua puluh tahun ini.

Kyuhyun memejamkan mata mencoba mengenyahkan semua kenangan menyakitkan itu, namun perasaan marah dan kebencian yang selama ini terkubur tiba-tiba meluap. Tanpa sadar, Kyuhyun meraih pistolnya dan mengarahkan senjata itu tepat di foto sang Perdana Menteri. Ia membidiknya tepat di tengah dahi, tanpa menyadari ada sosok Leeteuk yang melihat semua kejadian itu dari celah tirai yang terbuka.

Ingatan 20 tahun lalu kembali bermain di benak Leeteuk. Ia yang memakai payung dan berseragam SMA, berhadapan dengan sosok Kyuhyun yang terdiam membisu di tengah hujan sambil menatap sosok kedua orang tuanya yang tidak bergerak. Leeteuk mengurungkan diri untuk masuk, lalu berjalan pergi.

Kyuhyun masih membidik dengan emosi meluap ketika tiba-tiba handphone-nya berbunyi. Ia tersadar dan meletakkan pistol tersebut ke atas meja sebelum menerima panggilan.

“Maknae! Apa yang kau lakukan di atas sana?! Cepat turun!” Suara Donghae terdengar.

“Donghae sshi?”

“Ya! Bukankah kau bilang ingin aku menjadi hyungmu? Panggil aku Donghae hyung dan cepatlah turun! Kapten, Eunhyuk dan Ryeowook juga menunggumu!”

“Tunggu sebentar!”

Kyuhyun bergegas ke ruang senjata untuk menyimpan pistolnya. Dengan perasaan bingung ia meraih tas kerjanya dan turun ke bawah. Tampak Leeteuk, Eunhyuk, Donghae dan Ryeowook berdiri menunggu. Semua melambaikan tangan kecuali Leeteuk.

“Kau ini lama sekali! Kami sudah kelaparan!’ seru Donghae sambil merangkul ringan bahunya.

“Dari mana kalian tahu aku di atas?”

“Dari Kapten. Kapten hendak mengambil barangnya yang tertinggal, namun urung karena melihatmu melamun,” jelas Eunhyuk. “Apakah lukamu masih sakit? Tanganmu dibalut seketat ini?”

“Jangan kuatir, aku yang akan memanggang daging untukmu, Kyuhyunie. Kau tinggal menyantapnya saja.” Ryeowook mengajukan diri. “Kenapa? Kau tidak suka dipanggil seperti itu? Walau aku imut, kau tetap harus memanggilku hyung!”

“Ayo, ayo...kita segera ke kedai barbeque, kita akan makan banyak hari ini. Kapten Leeteuk yang akan membayarnya.” Eunhyuk tertawa senang. “Ini adalah perayaan lolosnya Cho Kyuhyun dari kematian, sekaligus tepat seminggu kau bergabung dengan kami.”

Semua keramaian itu membuat perasaan buruk yang sempat menghinggapinya tadi memudar. Namun Kyuhyun tidak bisa menyahut. Ia menatap Leeteuk dengan cemas, yakin bahwa sang Kapten melihat apa yang tadi ia perbuat di ruang kantor. Betapa terkejutnya Kyuhyun ketika Leeteuk hanya tersenyum lembut ke arahnya.

Apakah Kapten tidak melihat? Tapi tidak mungkin kan?

“Hai, Kyuhyunie, jangan melamun! Ayo kita makan besar!”

Kyuhyun akhirnya tertawa melihat antusias ketiga rekannya. Perasaan hangat yang sudah lama hilang, kembali ia temukan. Mereka berjalan bersisian dan berdesakan, namun Kyuhyun tahu mereka semua berhati-hati dengan lukanya. Ia diam-diam mengerjapkan mata untuk mencegah air matanya jatuh karena perasaan hangat itu.

Leeteuk mengikuti keempat anak buahnya dari belakang. Ia teringat kata-kata Kyuhyun saat Leeteuk merekrutnya dan menanyakan seberapa banyak yang Kyuhyun ingat tentang tragedi yang ia alami.

"Jika aku mencoba mengingat apa yang terjadi hari itu... Aku takut aku akan diliputi kegelapan... Kegelapan yang sangat dalam... Aku merasa aku tidak akan pernah bisa keluar, tidak peduli seberapa keras aku berjuang. Jadi... Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengingatnya."

Leeteuk melihat kehebohan mereka berempat sambil tersenyum lega.

Kyuhyunie, saat melihatmu tadi, aku sadar bukan aku yang diperlukan untuk menarikmu keluar.... Karena aku sudah membiarkan diriku tenggelam di dalam kegelapan itu....

.

TBC

Tidak terasa sudah mencapai Chapter 5.
Senang sekali bisa kembali menulis.
Aku selalu menantikan review dari teman-teman semua.
Akhir kata, terima kasih, dan ikuti terus ff ini

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hirosima #1
Chapter 4: leeteuk~ssi semacam orang di persimpangan dendam dan kasih sayang. kasihan...
dewileitte123 #2
Chapter 4: Kenapa disini leeteuknya jahat ya.
Leeteuk membawa peluru cadangan untuk kyuhyun kalo dia menggagalkan rencana leeteuk?!
Semoga aja kyu baik2 aja.
Ditunggu chapter selanjutnya ya eonni
Galuh_491871 #3
Chapter 4: Eonnie, jadi disini ceritanya leeteuk itu jadi jahat sama pengkhianat? whoaaa...leeteuk bakalan musuhan gitu perang dingin sama kyu?
Dewiangel #4
Chapter 4: moment kyuwook hehehe,, aku seneng deh mha mereka berdua persaudaraannya erat banget,,,,,
huh kayaknya ada yang aneh deh mha leeteuk,,
miatilia #5
seneng bgt klo kyu lgi sma ryewook pa lgi dipanggil hyung...pa yg laen jg tau soal leeteuk mw ngebales ke mentri keuangan itu.???
anisah563 #6
Chapter 4: Leeteuk membawa peluru lebih untuk membunuh kyu teuk kenapa kau jadi orng yng kejam
kyuteukhyukhae
#7
Chapter 4: Whoaaaa....makin seru.....ga sabar nunggu kelanjutannya....kyunnie dalam bahaya ya? Penasaran sama surat yang dikasih teukie buat kyunnie....
hayoung_cloud
#8
Chapter 4: hmmm..
leeteuk jgn bunuh kyu :-(
harus ada yg bisa hapusin dendamnua :-(
yolyol #9
Chapter 4: sbnernya leeteuk dipihak mna sih? knpa dia sperti itu? ada dendam kah kesumat kah? hm....jgn sampe terjd senjta makan tuan dah..
chohyunaprilia #10
Chapter 4: Penasaran apa isi surat yg d kasih Leeteuk buat Kyuhyun ,
Itu kata kata Leeteuk yg terakhir bikin was² jangan² dia masuk ngebunuh semua anggota secret service?! .
Pokonya penasaran dengan chapter berikutnya!!