A Job
Yifan Luhan Life StoryLuhan melipat kedua tangan didadanya. Dihadapan Yifan yang sedang sarapan, Luhan membuang pandangannya jauh dan mengabaikan sarapannya sendiri. Yifan menghela nafas sambil mengeleng kepalanya pelan. Heran, kenapa Luhan masih saja keras kepala.
“Aku akan memberikanmu satu kesempatan lagi, Lu. Jadi asisten pribadiku atau tetap dirumah mengurus urusan rumah tangga”. Kata Yifan sambil tetap menikmati sarapannya. Luhan menganga, bagaimana mungkin Yifan memberikan dua pilihan yang tidak masuk akal.
“Aku tidak mau jadi asisten pribadimu”.
“Kalau begitu kau dirumah saja mengurusi pekerjaan rumah tangga”. Jawab Yifan dengan santainya. Tidak tahu kalau yang diajak bicara kini sudah geram.
“Kenapa kau tidak memberikanku pekerjaan yang lebih layak?”. Luhan setengah frustasi, membayangkan dirinya harus membuatkan sarapan, memasak makan malam, menunggu Yifan pulang kerja, kemudian menyiapkan air hangat untuk Yifan. Membayangkannya saja Luhan sudah mau muntah. “Kau bisa memberikanku posisi manajer. Atau biarkan saja aku bekerja diperusahaan ku”.
“Posisi manajer telah terisi penuh, dan hanya ada satu lowongan untukmu. Jadi asisten pribadiku. Kalau kau menolak yasudah. Yang pasti aku tidak pernah memberikanmu ijin untuk bekerja di perusahaanmu”. Yifan beranjak dari meja makan dan bersiap-siap pergi.
“Aku beri kau waktu sepuluh menit”. Luhan yang kini memanyunkan bibirnya terus mencibir Yifan yang sudah meninggalkannya dari tadi.
Dan inilah Luhan sekarang, berjalan bersebelahan dengan Yifan. Semua mata menatap bagaimana dua orang yang menggunakan setelan jas hitam itu membuat keduanya terlihat amat sangat tampan. Tidak masalah jika mereka adalah pasangan gay, karena mereka berdua sangat cocok. Seorang pria tinggi, tampan, kaya dan tatapannya yang dingin, dengan seorang pria cantik dan senyuman yang manis.
“Berhenti tersenyum seperti itu didepan semua orang”. Yifan mulai jengah melihat semua orang menatap Luhan. Lebih tepatnya Yifan cemburu. Luhan hanya menggerutu, ia sedang tidak mood untuk membantah Yifan kali ini dan lebih memilih mengikuti Yifan yang akan menunjukkan ruangan kerjanya. Luhan memasuki sebuah ruangan luas. Ia mengerutkan dahi saat dilihat ada dua meja besar dalam ruangan itu.
Wu Yifan – Direktur
Luhan – General Manajer
“Apa aku tidak salah lihat?”. Yifan menoleh kearah sumber suara. Memperhatikan Luhan yang kini menatap mejanya dan meja Yifan bergantian dengan horor.
“Aku.. Ruang kerjaku disini? Ini mejaku? Aku duduk disini?”. Luhan memberikan serentet pertanyaan.
“Tentu saja, Lu. Kau pikir kau mau duduk dimana? Di pangkuanku?”
Comments