Be Mine

Description

“Aku tidak suka mengulangi kata-kata, Ace. Tapi baiklah, aku akan mengulanginya sekali lagi, just once, okay. Ehm, Choi Haeji maukah kau menikah denganku?”

Foreword

Seoul, july/30/2014

 

I’ll be wait you at 05.00 pm at Brown cafe.

Don’t be late! - Kris

Haeji membuka lipatan kertas yang tadi ia temukan di atas meja kerja kantornya. Sebenarnya sejak siang tadi ia sudah menemukan surat itu, tapi ia tidak berniat membukanya sampai akhirnya ia baru membaca surat itu saat pulang kerja.

“Jam berapa sekarang?”. Tanya Haeji yang tengah asik menyeruput milkshake pada teman disebelahnya.

“04.55”. Hanya jawaban datar yang Haeji terima dari temannya.

“pfffttthhhbbuuuuurr”

“YA! KENAPA KAU MENYEMBURKAN MINUMAN DARI MULUTMU KE ARAHKU, HAH??”

“maafkan aku. Aku harus pergi sekarang atau aku bisa mati. Saranghaeeee”. Wanita itu berlari meninggalkan temannya yang kini melongo setelah mendapat semburan milkshake diwajahnya.

Brown cafe, 05.03 pm

Gadis itu mendatangi seorang pria yang tengah duduk sambil menatap arlojinya.

“Hehehe. Maaf”. Gadis itu memandang horor pria yang kini memandangnya juga.

“You late, Choi Haeji”. Gadis yang tengah mengatur napas setelah berlari itu kini mengerucutkan bibir kesal. Ia tidak suka kalau pria didepannya – Wufan- memanggilnya Choi Haeji, bukannya Ace seperti biasa Wufan memanggilnya.

“aku hanya terlambat 3 menit. Itupun karena.....”

“I don’t care with your reason. Just sit on your own chair, okay!”. Wufan memotong pembicaraan wanita didepannya.

Haeji duduk sambil memalingkan wajahnya dan masih, dengan bibir yang semakin mengerucut. Wufan tersenyum tipis melihat ekspresi wanita yang sedang memalingkan wajah didepanya itu. Ia benar-benar menyukai pemandangan ketika Ace-nya sedang kesal, tapi kembali ia memasang ekspresi datarnya ketika Haeji menatap Wufan.

“Ya. Cepatlah Mister Kanada, harus berapa lama lagi kau membuatku terlihat seperti aku baru melakukan kesalahan besar”. Haeji mulai jengah ketika Wufan hanya diam dan memandanginya tanpa melakukan apapun.

“Kau memang melakukan kesalahan besar”. Jawab Wufan. Haeji membulatkan kedua bola matanya, tidak percaya akan jawaban yang diberikan Wufan.

“Mwo? Aku hanya terlambat 3 menit, bukannya 30 menit”. Haeji semakin kesal, tapi bukankah itu yang disukai Wufan. Membuat kekasihnya kesal adalah hobinya.

“Walaupun kau terlambat satu menit, it’s still big fault”.

“Geure, itu kesalahanku. Kalau begitu aku mau pulang, ayah akan mencariku kalau aku tidak pulang cepat”. Haeji bangun dari tempat duduknya dan akan segera meninggalkan Wufan kalau saja pria itu tidak segera memanggilnya.

“Ace”.

“Wae.. wae.. wae? Apa sekarang kau mau minta maaf?. Aku tidak sudi memaafkanmu”. Haeji berpura-pura memalingkan wajahnya. Sepertinya ia sangat percaya diri kalau Wufan akan memanggilnya dan meminta maaf karna sudah membuatnya kesal. Sebenarnya ia sangat ingin memeluk Kris-nya dengan erat sebagai hukuman. Cih, hukuman macam apa itu Choi Haeji. Untunglah ia segera mengurungkan niatnya.

“Aku tidak mau minta maaf. What’s my fault?”. Baiklah, kali ini darah Haeji semakin mendidih karena Wufan.

“Baiklah aku pulang”.

“Would you merry me?”. Seketika Haeji menghentikan langkah kakinya. Ia berbalik menatap Wufan.

“Apa?”.

“Aku tidak suka mengulangi kata-kata, Ace. Tapi baiklah, aku akan mengulanginya sekali lagi, just once, okay. Ehm, Choi Haeji maukah kau menikah denganku?”.

“Aku mauuuuuuuuuuu”. Haeji langsung bersorak sambil berlari memeluk Kris, tanpa memperdulikan pengunjung cafe yang lain sedang menatap mereka berdua.

“Maaf, wanita ini terlalu mencintaiku”. Dengan asalnya Wufan berbicara pada pengunjung cafe hingga Haeji semakin memeluknya erat.

“Ace, you hug me too tight. I can’t breathe”.

Bukannya melepaskan pelukannya, Haeji malah semakin mempererat pelukannya. “Biar saja. Ini hukuman untukmu Kris”.

“Kalau begitu kau juga perlu dihukum”. Haeji langsung melepaskan pelukannya. Kali ini dia akan protes.

“Ya! Memangnya aku melakukan kesalahan apa la....”

CUP

Wufan segera mencium bibir kekasihnya sebelum Ace-nya itu semakin mengocehinya. Haeji membulatkan kedua matanya, tidak percaya Wufan akan menciumnya ditempat seramai ini. Wufan melepaskan ciumannya, menatap Haeji sambil tangannya tetap menangkup kedua pipi Haeji dan tidak memperdulikan sorakan dari para pengunjung cafe.

“Diamlah Ace, aku sedang memberikan hukuman. Diam dan nikmati saja hukumanmu, kay”. Wufan kembali mencium bibir Haeji yang masih melotot. Kali ini dengan ciuman yang lebih dalam dan panjang, hingga akhirnya Haeji memejamkan mata dan mulai menikmati hukumannya.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet