Sick

Yifan Luhan Life Story

08.00 pm, YiHan’s House

Luhan menjatuhkan tubuhnya ke ranjang sambil memijit keningnya sendiri, melirik kearah Yifan yang kini sedang membuka jas dihadapannya. Luhan lalu menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia meggerutu dibalik selimut berpikir bagaimana bisa Yifan tidak peka mengenai keadaan Luhan sekarang. Padahal Luhan sengaja pulang lebih dulu karena merasa tidak enak badan, tapi Yifan hanya menyuruh Yixing mengantar Luhan pulang tanpa bertanya kenapa Luhan ingin pulang cepat. Sekali lagi Luhan melirik Yifan yang kini sudah berpakaian santai kemudian berpura-pura batuk untuk mendapatkan perhatian pria sok cool dihadapannya itu. Luhan juga tidak tahu kenapa ia begitu ingin mendapat perhatian Yifan, padahal Luhan yakin Yifan akan terlihat menjijikan kalau sudah sok perhatian.

“Biar saja. Aku kan memang sakit dan sudah seharusnya ia memperhatikanku”.

“Arrrggh. Dasar Wuyifan bodoh bodoh bodoh. Tidak pekaaaa”. Luhan bermonolog sambil meremas bantal disebelahnya, berharap benda itu adalah pria yang sudah keluar dari kamar itu sejak lima belas menit yang lalu.

Ia menoleh kearah pintu dan melihat sosok yang dikutukinya sejak tadi. Ia melihat Yifan membawa nampan yang berisi makanan dan obat. Baiklah, Luhan sepertinya harus berhenti mengutuki Yifan karena Yifan bukanlah orang yang tidak peka seperti yang dipikirkannya. Tapi tentu saja Luhan akan ‘jual mahal’ dengan berpura-pura tidur. Padahal Yifan sudah terlanjur memergokinya bertingkah anarkis terhadap bantal disebelahnya.

“Makanlah. Aku tahu kau belum makan sejak tadi”. Yifan meletakkan nampan di nakas sebelah ranjang, kemudian menarik selimut dan mendudukkan Luhan.

“Aku tidak mau makan. Aku tidur saja”. Luhan menarik kembali selimutnya dan menutupi tubuhnya sampai kepala.

Yifan menghela nafas “Kau demam, Lu. Kau harus makan lalu minum obat. Setelah itu kau boleh tidur lagi”.

“Baiklah aku makan, tapi aku tidak mau minum obat. Kalau kau mau kau saja sana yang minum obat”. Luhan merebut mangkuk berisi bubur yang dipegang Yifan kemudian menyuapi bubur itu ke mulutnya sendiri.

‘Tuk’. Yifan menyentil kening Luhan.

“Apa yang kau lakukan, bodoh?”. Pria cantik itu mengusap keningnya.

“Kenapa aku yang harus minum obat? Kau kan yang sakit. Lagipula siapa suruh kau tidak memakan makan siangmu malah menghabiskan satu ember eskrim bersama Yixing tadi? Sudah tahu cuacanya sedang dingin”. Jawab Yifan panjang lebar membuat Luhan hanya memajukan bibir sambil mencibir.

“Ya ya ya ya ya. Berhenti mengoceh. Aku akan minum obat”. Luhan mengambil obat dan segera meminumnya.

 

10.12 pm

Luhan terus berguling diranjang, demamnya belum juga turun dan ia masih tidak bisa memejamkan matanya. Ia melirik kearah jam beker disebelahnya, sudah hampir dua jam dan Yifan belum juga kembali kekamar. Yifan mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaannya, dan lagi-lagi Luhan kesal kalau ia diabaikan padahal ia sedang sakit.

Ia beranjak dari tempat tidur, berniat untuk mengintai keadaan Yifan diruang kerjanya. Tapi baru dua langkah berjalan ia buru-buru kembali ke ranjang dan dengan cepat memakai selimutnya kembali, memejamkan mata dan berpura-pura tidur saat langkah Yifan mulai terdengar memasuki kamar. Luhan sedkit membuka mata, mengintip sosok pria yang kini berjalan kearahnya dan dengan cepat Luhan memejamkan kembali matanya.

“Astaga mau apa dia?”.

Luhan berusaha untuk tetap tenang saat Yifan kini sudah berada disampingnya. Ia mungkin bisa mengontrol dirinya tapi ia tidak bisa mengontrol jantungnya yang hampir saja keluar saat Luhan tiba-tiba saja merasa ada sesuatu yang lembut dan basah –bibir Yifan- menyentuh bibirnya. Yifan mengecup bibir itu sebentar kemudian membenahi selimut Luhan sebelum ia beranjak menuju kamar mandi.

“Ya Tuhan apa yang dia lakukan? Astaga aku bisa gila. Aku harus bagaimana? Bagaimana ini. astaga dia menciumku”. Luhan setengah menjerit mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia bahkan tidak tahu bagaimana perasaannya sekarang. Ia ingin sekali memaki Yifan saat itu juga tapi otaknya menolak untuk melakukannya. Mungkin Luhan memang sudah gila hanya karena sebuah ciuman dari Yifan, sampai ia tidak sadar kalau Yifan sudah keluar dari kamar mandi.

“Kau terbangun?”. Yifan mengerutkan kening menatap Luhan yang kini melongo tidak tahu harus berbuat apa ketika Yifan memergokinya bertingkah aneh.

“A-ah i-iya. Aku tiba-tiba ingin kekamar mandi”. Luhan dengan cepat melewati Yifan memasuki kamar mandi. Ia mengutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia bertingkah konyol dan Yifan memergokinya. Ia ingin sekali mengisi bath tub dengan air dan menenggelamkan kepalanya disitu kalau saja Yifan tidak mengetuk pintu kamar mandi itu dari luar.

“Baiklah. Tenangkan dirimu Luhan. Jangan sampai pria sok cool itu menaklukanmu”. Luhan berusaha menenangkan dirinya kemudian membuka pintu kamar mandi itu perlahan dan melihat sosok Yifan yang kini sudah menunggu diranjang dengan tatapan heran.

“Cih dia masih saja bertingkah sok cool setelah menciumku diam-diam”. Luhan bermonolog didalam hati, memalingkan wajahnya sambil naik keatas tempat tidur dan memasang selimutnya.

Yifan kembali mengerutkan kening melihat tingkah Luhan yang semakin aneh. “Apa kau sudah merasa baikan?”. Yifan menempelkan punggung tangannya ke kening Luhan. Bukannya menjawab, Luhan malah semakin menarik selimut hingga menutupi seluruh wajahnya.

Yifan mengangkat sebelah alisnya. “Kau yakin bisa bernapas dengan posisi seperti itu?”. Dan tidak berapa lama kemudian Luhan sudah membuka kembali selimutnya dengan napas terengah.

“Apa kau selalu bertingkah aneh kalau sedang sakit seperti ini?”. Yifan mengubah posisi tidurnya menghadap Luhan yang memunggunginya.

“Apa kau selalu mengomentari orang yang sedang sakit?”. Luhan memalingkan kepalanya kearah Yifan dan wajahnya memerah ketika wajah Yifan hanya berjarak lima senti dari wajahnya. Luhan segera mengembalikkan posisinya semula tapi Yifan dengan cepat memutar posisi Luhan sehingga kini mereka berhadapan.

Luhan menahan napasnya, wajahnya menjadi sangat merah dan jantungnya tidak bisa berhenti berdebar dengan cepat. Membuat otaknya tidak bisa lagi berfungsi dengan baik ketika Yifan secara perlahan mendekatkan wajahnya kewajah Luhan dan mencium bibir Luhan dengan lembut. Luhan perlahan menutup matanya dan mulai menikmati setiap ciuman dan sentuhan dari Yifan sampai akhirnya ia merasa ada sesuatu dibawah sana disentuh oleh Yifan, membuat pemiliknya kaget dan reflek mendorong tubuh Yifan.

“KYAAA WUYIFAAAAN”.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tyfan9490 #1
Chapter 5: Wah kok gantung sii... Cepet di lanjut ia autornim :)
siensien
#2
Chapter 5: update soon!!
jolieajja #3
Chapter 5: authorr.. bisakah kau update ff mu yang iniiii..????
penasaraaaan akuu T_T
jolieajja #4
Chapter 2: yifann, endingnya selalu bisa bikin merinding
kereeeen :)
jolieajja #5
emm.. yifan steal a kiss from lu...
#sweet ^^
shura129 #6
Chapter 5: buahahahahaha...apa yg kau sentuh yifan ?
manis .. manis .. lucuu ..
cpt lanjut ya .. :)
shura129 #7
Chapter 5: buahahahahaha...apa yg kau sentuh yifan ?
manis .. manis .. lucuu ..
cpt lanjut ya .. :)
seideer #8
Chapter 5: Ini fic yg manis.
Krishan nya manis.
Luhan yg sok iye..malu2 mau...gengsi nya tinggi.
Hihihhii...
Lanjut yaa
seideer #9
Chapter 4: Saolohhh yixing jail yaaa..
Ahhh baru tau ..luhan pasti deg2an jg kan yaa klo yifan nelf...
seideer #10
Chapter 3: Njrittt ahhh itu tao tau aja cara nanyain perasaan luhan ke yifan...