Part 12

EXO In The House

“ame ame  fure fure  kaasan ga
janome de  omukai  ureshii na
Picchi picchi chappu chappu ran ran ran…~”

Suara nyanyian Seyeon terdengar dari dapur. Ia memasukkan bumbu masakan ke dalam sup, sementara tangannya yang satu lagi sibuk mengaduk sup tersebut.

“Kau nyanyi lagu apa?” tanya Kyungsoo yang baru memasuki dapur.

“Eh, oppa..” sahut Seyeon tersenyum. “Molla, dulu umma selalu menyanyikan lagu ini pas lagi ujan” jawab Seyeon kemudian.

“Ah…” gumam Kyungsoo sambil mengangguk. “Nah, udah jadi” ujar Seyeon tiba-tiba mematikan kompor.

“Mau cobain dong” kata Kyungsoo mengambil sendok makan dan mencicipi sup buatan Seyeon.

“Udah pasti enak oppa” sahut Seyeon pede. “Enak” ujar Kyungsoo membuat Seyeon tersenyum. “Tapi masih kalah dengan masakanku” sambung Kyungsoo.

“Mwoya -___-.”

“Oi, kitchen couple, makan malamnya udah belom?” tanya Sehun dari arah luar.

“Ud…Apa? Kitchen couple?” Seyeon menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan Sehun barusan.

“Kitchen couple itu julukan buat kalian, abisnya kalian sering banget sih masak berduan” sahut Sehun menjelaskan. “Kalo buat Yeonwoo dan Luhan hyung… Skinship couple” celetuk Chanyeol tiba-tiba.

“Sssst!!” seru Seyeon, Kyungsoo dan Sehun bersamaan menyuruh Chanyeol untuk diam. “Kecilkan suaramu, hyung. Kau mau lihat Yeonwoo sedih lagi?” tanya Kyungsoo sambil melirik Yeonwoo yang sedang nonton TV dengan yang lainnya.

“Ah, mianhae…” gumam Chanyeol menyadari kesalahannya.

“Udah, udah… Oppa, tolong bawaiin ini ke meja makan ya” pinta Seyeon memberikan sup pada Chanyeol. “Oke sip”

“Awas jangan tumpah lagi”

“You are my poisooon~~”

“Chanyeol oppa!”

“Hyung!”

 

“Yeonwoo-ya, nggak ada cemilan ya?” tanya Chen.

“Eung? Nggak ada oppa. Aku belum belanja”

“Aku mau cake..” ujar Seyeon tiba-tiba. “Onnie, beli cake yuk” ajaknya pada Yeonwoo.

“Aigoo, Seyeon. Aku malas -___-” sahut Yeonwoo membuat Seyeon mencibir. “Mwoya, malas melulu. Liat tuh, tangan onnie udah mulai melar gara-gara kebanyakan tidur” celoteh Seyeon sambil menusuk-nusuk lengan Yeonwoo yang empuk.

“Andwae!!” pekik Yeonwoo menyingkirkan tangan Seyeon. “Justru kalo makan cake bisa tambah melar”

“Kan sekali-kali…”

“Ah, jadi pengen cake juga nih” celetuk Kai.

“Dasar, ngikut-ngikut!”

“Suka-suka”

“Item”

“Kurcaci”

“Mesum”

“Pendek”

“Pesek”

“Mwo? YA!!”

“Ya, sudah, sudah. Duh, kalian kapan akurnya sih -__-” lerai Chen. Seyeon hanya membuang muka sementara Kai mendengus kesal.

“Kai sama Seyeon beli cake aja gih” usul Tao.

“Andwae!!!” serempak yang lainnya. “Eh (˙▿˙?)”

“Gila ya, ada kita aja mereka udah kaya gini. Kalo mereka cuma di biarin berdua, entah apa yang terjadi. Perang dunia ketiga kali-__-” sahut Kyungsoo.

“Ah? Ngomong gitu bukan karena cemburukan?” tanya Chanyeol sambil tersenyum nakal.

“Kenyataan, hyung-__-”

“Siapa juga yang mau beli cake bareng dia” sahut Seyeon melirik malas ke arah Kai. “Sama, mending nonton aja deh”

“Nonton yadong ya?” tanya Tao. “WADAW!” pekiknya begitu Kai melemparnya dengan bantal. Yeonwoo yang melihat pemandangan di depannya hanya tertawa kecil.

“Hmm…” sahut Seyeon bergumam. “Udah ah, ngantuk. Pengen tidur” sambung Seyeon kemudian berjalan menuju kamarnya. “Jaljayo semua~”

 

Seyeon membuka matanya untuk kesekian kalinya. Entah kenapa ia tidak bisa tidur dengan tenang.

“Ungh…” erangnya memutar balik tubuhnya.

“Jengjeng~!”

“HAAAN..-hmmph!!” Seyeon memberontak begitu seseorang membekap mulutnya. “Ssst.. duh, Seyeon, ini aku”

Seyeon menghela napas lega melihat sosok Kyungsoo. “Duh, oppa, ngapain malem-malem ke kamarku?” tanya Seyeon.

“Nggak bisa tidur” jawab Kyungsoo memberi tanda pada Seyeon untuk bergeser, “Ckck.. Kau benar-benar menyukai rilakkuma ya? Sampai-sampai kamarmu penuh rilakkuma begini” decak Kyungsoo memperhatikan isi kamar Seyeon.

“Lucu kan..” sahut Seyeon sambil memainkan selimutnya.

“Lucuan yang punya” sahut Kyungsoo mengacak-acak rambut Seyeon. “Sudah jam 1 malam, tidur, Seyeon”

“Nggak bisa tidur, lagian besok libur ini” sahut Seyeon cemberut. “Tidak baik jika tidur jam segini terus” ujar Kyungsoo sambil menyelimuti Seyeon.

“Oppa ngapain disini?”

“Menemanimu tidur” jawab Kyungsoo sambil tersenyum. Sontak Seyeon menarik selimut menutupi wajahnya yang memerah membuat tawa Kyungsoo meledak. “Wae? Kenapa sembunyi gitu?” tanya Kyungsoo iseng menarik selimut Seyeon.

“Ahniyo!” elak Seyeon memutar tubuhnya membelakangi Kyungsoo yang masih tertawa. Perlahan, Kyungsoo berhenti tertawa di gantikan dengan senyuman tipis. Ia membelai rambut Seyeon penuh sayang.

neol saranghage dwaebeorin nan ije
deo isang doragal gosi eobseoyo
nalgaereul geod wogasyeotjyo
yeongwonhan salmeul ilheotdaedo haengboghan iyu
naui yeongwon ijen geudaeinikka Eternally Love

I have come to love you now
There’s no place for me to go back
My wings have been taken away
Even if I lost eternal life, the reason why I’m happy
Is because my forever is now you
Eternally love

Seyeon yang masih setengah terbangun terhanyut mendengar suara lembut dari Kyungsoo. Ia tersenyum kecil memeluk erat boneka rilakkumanya dan mulai memejamkan matanya.

neoui sesangeuro yeorin barameul tago
ne gyeoteuro eodieseo watnyago
haemalgge mudneun nege bimirira
malhaesseo manyang idaero hamkke georeumyeon
eodideun cheongugilteni

I ride the soft wind into your world
I go right next to you and you ask where I came from
You asked so innocently so I answered that it is a secret
Because if we just walk together like this
Wherever we go, it’ll be heaven

 

“Selamat…HOAM…pagi” ujar Seyeon begitu keluar dari kamarnya.

Duk

“Aw!”

Buk

“Eh?” gumam Seyeon begitu melihat Chen yang tersandung pintu kamarnya hingga tersungkur.  “Chen oppa?” panggil Seyeon melihat Chen yang tidak bergerak sama sekali.

“Oi, oppa” panggil Seyeon sekali lagi jongkok di depan Chen. “Badanku sakiit…”  rintih Chen mengelus punggungnya yang terasa sakit.

“Pagi semuaa~WAA!!”

Buk!

“Eoh? Hehe…pagi hyung” ujar Kai begitu tidak sengaja kesandung kaki Chen dan menimpa tubuhnya sementara Seyeon menatapnya dengan tatapan -___-

“Ah, kalian udah bangun” ujar Yeonwoo yang baru selesai dari kamar mandi.

“Oh, annyeong Yeonwoo-ya” sapa Kai bangkit berdiri sementara Chen masih dengan posisinya. “Chen oppa, jangan mati di sini dong” ujar Seyeon menepuk-nepuk pundak Chen.

“To…long, Seyeon-ya…badanku remuk semua” ringis Chen sebagai jawaban.

“Emangnya abis ngapain sih?” tanya Seyeon bingung.

“Kemarin itu, Sehun tidur nggak bisa diem, nendang-nendang terus, Chen hyung yang jadi korban. Makanya aku pindah” sahut Kyungsoo. “Hoh… Kasian”

“Ah, pantesan aku nggak liat hyung semaleman, pindah ke kamar Seyeon ya?” tanya Kai. “Kalian ngapain aja? Jangan-jangan…HUISH!”

“DASAR NAMJA MESUM!!!”

 

“Chen oppa punggungnya masih sakit?” tanya Yeonwoo melihat Chen yang jalannya sudah seperti kakek-kakek.

“Lumayan….” jawab Chen pelan membuat Yeonwoo tertawa kecil. “Aigoo, padahal udah pake koyo segitu banyak”

“Huh, iya sih… Punggungku juga jadi panas semua”

“Koyonya cap cabe (?) lagi”

“Pake koyo cap saus tteokbokki”

“Oppadeul kok makin lama makin ngaco sih -___-”

“Oppa~ oppa~ aku pijitin yuk?” tawar Yeonwoo, berbaik hati

“Woah! Boleh!” sahut Chen antusias.

“Tuh Seyeon, kapan kau bisa sebaik Yeonwoo begitu?” celetuk Kai

Seyeon menyipitkan matanya melihat Kai. “Liat aja nanti”

 

15 menit kemudian..

KRETEK KRETEK

“ADAW”

Chen meringis yang sedang diberi Thai massage (?) oleh Yeonwoo. “Ampun Yeonwoo, aku salah apaaaAAAKH”

Yang lainnya melihati Chen dengan tatapan meringis.

KRETEK KRETEK

Buk

Yeonwoo naik ke punggung Chen dan menarik kaki Chen dengan sekuat tenaganya.

“Hup!”

Kretek

“Cukup Yeonwoo…CUKUP” pekik Chen.

“Belum oppa, tangan oppa belom dipijit”

“Begini kau bilang baik?” tanya Seyeon menyipitkan matanya melirik Kai yang

“Aku yakin badan Chen hyung malah makin hancur -__-” ujar Kyungsoo yang dari tadi menonton. “Nggak nyangka Yeonwoo ternyata bisa sebrutal itu”

“Yeonwoo, aku nyerah…” ujar Chen sambil melambaikan bendera putih (?)

“Oppa masa gitu aja nyerah sih? Nggak seru” gumam Seyeon sementara Tao mendelik melihatnya. “Adik kakak sama aja sadisnya -__-”

 

Ctar

Yeonwoo terbangun begitu mendengar suara petir yang sangat keras terdengar. Yeonwoo lalu berguling mengganti posisi, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut supaya meredam suara petir itu dan mencoba untuk kembali tidur. Tapi, suara petir itu masih terasa mengganggu, dengan kesal, dia menyibakkan selimutnya dan meminum air putih dari gelas yang ada di samping kasurnya.

“Uh, bakal ujan gede nih.” desisnya lalu melihat ke arah jam. “Jam 2 pagi?”

Yeonwoo lalu berjalan keluar, berniat untuk mengangkat jemuran di balkon apartemen agar tidak kembali basah terkena air hujan nantinya.

Yeonwoo lalu berjalan masuk, berpapasan dengan Chen yang baru keluar dari kamarnya. “Oh, Yeonwoo? Belum tidur?” tanya Chen.

“Kebangun oppa, terus sekalian mau ngangkat jemuran, kayaknya mau hujan nanti”

“Oh ya udah, tidur lagi gih, besok kan kau sekolah”

“Ne oppa, goodnight” ujar Yeonwoo lalu berjalan masuk ke kamarnya sendiri. Yeonwoo mengambil boneka keroppinya yang tidak sengaja jatuh ke lantai saat terbangun tadi. “Aigoo, mianhaeyo”

Dia memeluk boneka keroppinya dan melihat ke arah jendela, rencananya, mau melihat gerimis, tapi sesuatu di polaroid yang tertempel disana mengganggu pikirannya. Yeonwoo lalu berjalan mendekat ke polaroid itu dan menyadari sesuatu. Sosok Chen memudar dari sana.

“O..oppa, Chen oppa”

Yeonwoo lalu berjalan cepat keluar kamar dan melihat Chen yang sedang melihat ke luar jendela juga. “Oppa, syukurlah kau belum menghilang”

Tapi Chen malah menggeleng. “Ini memang waktuku, Yeonwoo”

(playing : Because I’m a Girl – IU)

“Eh?”

“Yeonwoo-ya, maukah kau mengantarku ke taman dekat apartemen?” pinta Chen. “Aku mau menghabiskan waktu terakhirku di bumi bersamamu sebelum menghilang di sana”

Yeonwoo tersenyum tipis lalu mengangguk kecil.

Chen lalu berjalan mendahului Yeonwoo dengan langkah bimbang.

“Oppa gwenchanha?” tanya Yeonwoo yang lalu menyusul Chen, memegang tangannya.

“Aku nggak apa-apa…hanya saja….berat rasanya meninggalkan tempat ini”

“Tapi, kalian sendiri kan yang bilang nggak bisa tinggal lebih lama lagi di bumi? Jadi oppa harus bisa tegar seperti oppa-oppa yang lainnya”

“Yeonwoo-ya…sejak kapan…”

“Sejak kapan aku bisa seperti ini? Aku belajar dari keadaan untuk bisa mengerti semua ini. Aku juga belajar untuk nggak jadi egois mau oppa terus tinggal disini sedangkan banyak misi yang harus oppadeul jalani.” ujar Yeonwoo. “Awalnya sih emang rasanya berat ngelepas oppadeul, tapi sekarang aku mau berusaha kuat. Emang bakalan terasa aneh, tapi lama-lama bisa kebiasa kok. Seperti saat oppa datang ke bumi, berasa asing, tapi lama-lama berasa nggak mau ninggalin bumi kan?” celoteh Yeonwoo.

“Benar juga….” senyuman tipis lalu tersungging di bibir Chen. “Ah, kita sudah sampai”

Kali ini giliran Yeonwoo yang sedikit bimbang untuk melangkah, tidak ingin cepat-cepat memasuki taman apartemen itu, mengingat sebentar lagi akaan ada satu orang lagi yang akan menghilang di depan matanya. Yeonwoo hanya melihati petir-petir yang menyambar di langit. ‘Kuatkan aku…’

“Yeonwoo, kurasa sampai disini aja…biar selanjutnya aku sendirian”

“Oppa? Kau yakin?”

“Ne, aku ngerti kok kalo kau sebenarnya nggak mau ngelihat salah satu dari kami menghilang lagi kan?”

“Aniyo oppa, biar aku temani sampai oppa menghilang, eoh?”

“Gwenchanhayo, kau kembali ke apartemen terus tidur oke? Besok kan kau harus bangun pagi. Mian merepotkan ya..”

Yeonwoo terdiam.

“Yeonwoo-ya…annyeong, gomawo udah banyak membantu selama aku di bumi. Terima kasih juga sudah mengajariku….arti cinta sebenarnya.”

“Oppa…”

Chen tersenyum tulus pada Yeonwoo. Membuat Yeonwoo juga ingin membalas senyuman itu. Yeonwoo lalu menarik napas dalam untuk mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan sesuatu yang tidak pernah dia katakan selama ini ke member EXO lainnya. “Pergilah oppa, take care”

“Kau juga, Yeonwoo. Jaga dirimu baik-baik. Titipkan salamku pada Seyeon”

Yeonwoo lalu sekilas menggenggam tangan Chen yang terasa mendingin. “Kalo boleh..titipkan salamku juga pada member EXO lainnya yang ada di sana”

“Arasseo” gumam Chen, mengacak rambut Yeonwoo. “Kau sudah berhasil berjuang melawan kesedihanmu itu Yeonwoo, aku harap kau bisa terus seperti ini.”

“Aku janji”

“Oh ya, kalo kau mendengar suara petir, jangan menoleh, eoh? Tetap jalan seperti kau nggak mendengar apa-apa, karena saat itu, aku sudah menghilang”

Yeonwoo menggigit bibir bawahnya, mengangguk, lalu berjalan pergi meninggalkan tempat itu.

Ctar

Terdengar suara petir yang mengartikan kepergian Chen. Yeonwoo melanggar janjinya pada Chen dan menoleh kebelakang, melihat sosok Chen sudah menghilang dari tempat itu. “Oppa…gomawo, untuk segalanya. Kau adalah salah satu orang yang sangat berarti bagiku”

 

“Eeeh? Chen hyung udah pergi? Kapan?” tanya Sehun kaget begitu mengetahui Chen yang sudah tidak ada dirumah.

“Semalam” jawab Yeonwoo.

“Oh iyaya, semalamkan hujan. Ada petir pula” sahut Seyeon.

“Ya udahlah, nggak usah di bahas lagi. Ayo, kita berangkat. Nanti kesiangan”

“Ne~”

 

“Hyung…Aku lapar” ujar Kyungsoo yang sedang berbaring di lantai.

“Beli tteokboki gih” pinta Chanyeol.

“Nggak ah, takut nyasar”

“Yakali, udah lama di sini masih nyasar-nyasar. Bilang aja males-___-.” sahut Tao.

“Kalo gitu kau saja” perintah Chanyeol.

“Kenapa nggak hyung aja”

“Yang muda yang harus menuruti perintah”

“Yang tua harus mengalah”

“Aaaah!” pekik Kyungsoo frustasi. “Udah, udah. Kita main suit aja!” usulnya.

“Boleh!”

“Yang kalah yang beli!”

“Oke!”

“Oppedeul kami pulang” ujar Yeonwoo dan Seyeon begitu memasuki rumah disusul oleh Kai dan Sehun.

“Aaaa!!”

“Chanyeol oppa kenapa teriak-teriak?” tanya Yeonwoo memasuki ruang tengah dan melihat Chanyeol yang terbaring pasrah di lantai sementara Kyungsoo dan Tao tersenyum penuh kemenangan.

“Abis ada permekosaan ya?” tanya Kai nyeletuk. “Duh, oppa pikirannya ya,-___-.”

“Ada apa sih?”

“Gini, Yeonwoo. Tadi itu kita pengen beli tteokboki cuma kita males beli. Akhirnya kita mutusin buat main suit aja, yang kalah yang beli. Terus Chanyeol hyung kalah deh” jawab Tao menjelaskan.

“Harusnya tadi kalian telpon aku atau nggak Seyeon, jadinyakan bisa sekalian beli” kata Yeonwoo duduk di sofa di sebelah Sehun.

“Oh, nggak usah repot-repot” sahut Kyungsoo. “Biar Chanyeol hyung aja yang beli. Kan dia kalah”

“Ya, Kyungsoo. Kan udah ada Yeonwoo sama Seyeon, suruh salah satu dari mereka beli aja” usul Chanyeol dengan nada memelas. “Males gerak nih”

Tuk!

“Huish!” ringis Chanyeol begitu Kyungsoo melemparnya dengan sandal rumah. “Sopan sedikit, Kyungsoo-__-”

“Seenak hyung aja. Udah cepet sana beli, laper nih” titah Kyungsoo menendang-nendang pantat Chanyeol.

“Aigoo… Kai, kau saja ya. Kan tinggal menggunakan kekuatan teleportasimu” kata Chanyeol pada Kai yang sedang asik nonton TV.

“Ada yang ngomong, siapa ya?” sahut Kai pura-pura tidak mendengar.

“Yaampun, hari ini pada nggak sopan ya-____-” kesal Chanyeol.

“Ah, iyaya… Sekarang Chanyeol oppa yang paling tua disini” kata Yeonwoo menyadari sesuatu.

“Hyung, cepetan ah! Lama nih!”

“Iya..iya…” sahut Chanyeol sambil ngesot menuju pintu.

“WADAW!!!” teriak Chanyeol begitu tangannya terinjak kaki Seyeon.

“Oh, mianhae oppa. Aku kira tadi kecoak” kata Seyeon polos.

“Yakali kecoak kaya gini-___-.”

“Mianhae… Lagian pake ngesot segala sih, kaya suster ngesot”

“Chanyeol ngesot….”

“Bukannya apa, masalahnya kau masih pakai sepatu sekolah. Sakitnya 5 kali lipat” ringis Chanyeol sambil meniupi tangannya.

“Nggak se-lebay itu, oppa-___-.”

“Chanyeol hyung lama deh. Jangan mencuri kesempitan dalam kesempatan” celetuk Sehun.

“Kesempatan dalam kesempitan, oppa”

“Ya, apapun itulah, Yeonwoo”

“Chanyeol oppa mau beli tteokboki’kan? Sekalian aja, aku juga mau cari buku” kata Seyeon.

“Eoh? Kau mau menggantikan aku beli tteokboki? Waah… Gomawo, Se-”

“Maksudku kita pergi bareng” potong Seyeon.

“Yaah…”

“Kalo nggak mau ya udah, aku pergi sendiri aja. Onnie, oppadeul pergi dulu ya”

“Seyeon, chakkaman!”

“Chanyeol hyung jaga jarak sama Seyeon, ya!”

 

“Seyeon ini buku apaan? Kok tengahnya bolong gini?”

“Buset, bukunya tebal amat. Yang ini tipis”

“Apaan nih? How to make… Ah, bahasa dari planet mana sih?”

“BUAKAKAKAK!!! Seyeon, Seyeon, baca buku yang ini deh. Kocak banget!”

“Oppaa!” pekik Seyeon tertahan menutupi wajahnya dengan buku yang di pegangnya. “Bisa tenang dikit nggak sih? Dari tadi diliatin tahu”

“Oh..” Chanyeol menutup mulutnya dan memandang sekeliling toko buku yang sedang memandanginya dengan tatapan (˙▿˙?). Sementara Chanyeol hanya cengengesan.

“Harusnya tadi aku pergi sendiri aja” gumam Seyeon pada dirinya sendiri.

 

“Sekarang kita beli tteokboki ya…” kata Chanyeol sambil memasukan tangannya ke saku mantelnya.

“Uwaah… Cowoknya ganteng banget ya, tinggi, cool gitu”

“Iya, tapi giginya…ukh..silau”

“Itu cewek di sebelahnya siapa? Ceweknya ya? Kok pendek amat”

“Hoh=A=” Seyeon bergidik melihat tatapan yeoja-yeoja yang tertuju pada Chanyeol. “Ckck… Ternyata oppa terkenal juga ya” decak Seyeon. “Kaya Lay oppa pas dirumah sakit”

“Ah, masa? Lay hyung hanya terkenal di rumah sakit. Tapi kalo aku di sejagat raya” sahut Chanyeol.

“Pede amat, oppa-___-. Kalian itu ya, sifatnya narsis semuaaa… Sekali di puji, pedenya kelewatan” kata Seyeon membuat Chanyeol menyengir.

“Tapi kita emang kerenkan?”

“Tanganku dingin” kata Seyeon sambil menggosok-gosok telapak tangannya yang dingin.

“Hmm…” gumam Chanyeol menanggapi. “WAA!!” pekiknya kemudian begitu Seyeon melompat-lompat memegang pipi Chanyeol. “Dinginkan?”

“Kalo nggak nyampe nggak usah maksaiin gitu, Seyeon” ledek Chanyeol. “Aw!”

“Dasar tiang, pasti dulu makannya penggaris terus deh bisa sampe setinggi itu”

“Bukan penggaris, tiang listrik”

“Pantesan”

“Udah ah, ayok kita beli tteokboki terus pulang” kata Chanyeol menyudahi perdebatan mereka. “Oke!” sahut Seyeon dan merapatkan tubuhnya ke Chanyeol.

“Mwohae?”

“Oppa, enak.. Anget.” sahut Seyeon semakin merapatkan tubuhnya ke Chanyeol.

“Kalo Kyungsoo melihatnya aku bisa di panggang sama dia” kata Chanyeol sambil mengacak-acak rambut Seyeon.

“Jadi Chanyeol panggang ya…” gumam Seyeon. “Ah! Itu dia kedai tteokbokinya” seru Seyeon berlari kecil menuju kedai tteokboki itu.

“Seyeon, tungguin dong!”

“Ajhussi, tteokbokinya satu di bungkus ya” pinta Seyeon pada ajhussi yang menjaga kedai tteokboki itu.

“Seyeon, larinya cepet amat sih” kata Chanyeol yang baru berhasil menyusul Seyeon.

“Kaki panjang gitu nggak bisa nyusul”

“Males lari-lari. Capek”

“Dasar-__-.” “Oh ya, oppa” panggil Seyeon.

“Ne?”

“Waktu pertama kali datang ke bumi… Kenapa oppa datang ke sekolahku terus ngebakar ruang band?” tanya Seyeon.

“Ah, itu…” Chanyeol bergumam. “Aku nggak bisa buka pintunya. Kekunci” jawab Chanyeol sambil cengengesan. “Yang bener aja-__-”

BAM!

Seyeon terjenggit kaget mendengar suara yang jatuh yang sangat kencang.

“Bunyi apaan tuh?”

“Ada kebakaran! Kebakaran!”

Seyeon menutup mulutnya melihat sebuah gedung yang tidak terlalu jauh dari tempatnya yang mulai terbakar oleh api dan hiruk-pikuk manusia.

“Seyeon, sini!” seru Chanyeol menarik Seyeon ke tempat yang lebih aman.

“Kita pulang aja yuk…” ajak Seyeon pada Chanyeol. “I…”

“Tunggu! Anakku masih disana, dia masih ada di dalam sana!” Chanyeol sontak menoleh ke seorang yeoja yang sedang di tahan oleh orang-orang untuk masuk kembali ke dalam gedung.

“Tenanglah, sebentar lagi pemadam kebakaran akan datang!”

“Andwae! Anakku!”

“Seyeon. Kau tunggu disini ya, aku harus membantunya” kata Chanyeol tiba-tiba.

“Ta..tapi…” Seyeon menggantungkan kalimatnya begitu mendengar bunyi ‘klik’ di otaknya. “Andwaeyo…”

“Chanyeol oppa!!” teriak Seyeon membuat Chanyeol menoleh ke arahnya sejenak dan tersenyum tipis. “Aku pasti akan kembali, kau tunggu disana, Seyeon”

“Chanyeol oppa kajima! Chanyeol opp-Ah!” Seyeon terjatuh ke tanah karena seseorang tidak sengaja mendorong tubuhnya. Ia mendongak melihat bangunan yang nyaris terbakar habis, lautan manusia, mobil pemadam kebakaran yang sedang berusaha memadamkan api tersebut.

“Chanyeol oppa…” gumam Seyeon nyaris berbisik.

 

Sudah hampir setengah jam setelah api berhasil di padamkan, namun sosok Chanyeol belum terlihat. Seyeon berlari menghampiri bangkai bangunan tersebut.

“Cho..chogiyo, apa tadi kau melihat seorang sosok laki-laki, tubuhnya tinggi, rambutnya berwarna hitam dan tadi dia… menyelamatkan seorang anak kecil?” tanya Seyeon pada seorang petugas pemadam kebakaran.

“Choisonghamnida. Selama kejadian terjadi, kami tidak melihat siapapun. Lagipula yang menyelamatkan anak kecil tadi adalah rekan kami”

[now playing: iu-mia] Seyeon terdiam mendengarnya. “Ti..tidak mungkin ajhussi, tadi jelas-jelas…” Seyeon menggantungkan kalimatnya menyadari sesuatu. “Joldae andwae, Chanyeol oppa!”

“Ya, haksaeng! Dilarang masuk kesana, haksaeng!”

Seyeon tidak memperdulikan panggilan dari petugas pemadam kebakaran itu dan terus berlari memasuki gedung.

“Hh..hh..Chanyeol oppa, eoddiya?” panggil Seyeon panik mengitari gedung tersebut. “Chanyeol oppa, keluarlah! Ini bukan saatnya bermain-main! Oppa!”

“Seyeon-ya..”

“Oppa!” seru Seyeon lega begitu mendengar dan melihat sosok Chanyeol, namun detik berikutnya ia terdiam melihat sosok Chanyeol yang mulai menghilang.

“Oppa….”

“Seyeon-ya, annyeong” kata Chanyeol tersenyum tulus pada Seyeon.

Seyeon menggeleng hendak menahan tangan Chanyeol, namun tangan Chanyeol terasa sulit untuk di gapai “Oppa, jangan pergi…”

Chanyeol menggeleng, masih tetap tersenyum. “Mianhae… Gomawo Seyeon-ya, jeongmal gomawo… Titipkan salamku pada Yeonwoo ya”

Seyeon menutup mulutnya menahan tangis, namun isakan yang keluar dari mulutnya. “Chanyeol oppa…jebal…”

“Take care, Seyeon…” kata Chanyeol sebelum menghilang bersamaan dengan angin yang berhembus seakan-akan membawa Chanyeol pergi.

Seyeon duduk lemas ke lantai dan terisak. “Chanyeol oppa….kembalilah…”

“Ah, itu dia. Ya, haksaeng! Apa yang kau lakukan disini?” tanya petugas kebarakan yang berhasil menyusul Seyeon. Petugas pemadam kebakaran itu hanya menggeleng melihat Seyeon yang terisak kemudian membantunya berdiri. “Jangan menangis. Maafkan jika kami tidak sempat menolong kerabatmu itu…” ujarnya sambil menenangkan Seyeon dan membawanya keluar gedung.

 

“Chanyeol hyung sama Seyeon lama amat ya…” kata Tao sambil meluruskan kakinya.

“Hoh… Jangan-jangan mereka kencan lagi” celetuk Sehun kemudian melirik Kyungsoo yang tampak serius. “Ahniya… Perasaanku tidak enak” sahut Kyungsoo bangkit berdiri bersamaan dengan terbukanya pintu apartemen.

“Seyeon? Kau kenapa….” tanya Kyungsoo kaget begitu melihat sosok Seyeon yang berantakan.

“Chanyeol oppa…” jawab Seyeon kembali terisak, mengetahui kelanjutannya, Kyungsoo menarik Seyeon ke dalam pelukannya dan membiarkan gadis itu menangis sejadi-jadinya. “Uljima, Seyeon-ya…”

“Eh? Ada apa nih?” tanya Yeonwoo begitu keluar dari kamar. “Kok Seyeon nangis?”

“Chanyeol hyung, Yeonwoo” jawab Kai membuat Yeonwoo menghela napas berat dan mengurut keningnya yang terasa pening.

 

Kyungsoo membuka kedua matanya untuk kesekian kalinya. Entah kenapa ia tidak bisa tidur dengan tenang. Ia menghela napas berat dan megubah posisi tidurnya.

“Kyungsoo hyung…” panggil Kai.

“Mianhae, aku membangunkanmu ya” sahut Kyungsoo. “Ahniya, aku tidak bisa tidur” jawab Kai, menggelengkan kepalanya. “Eoh? Mau kemana hyung?” tanya Kai begitu Kyungsoo beranjak dari kasurnya.

“Ambil minum”

 

“Loh? Seyeon..” gumam Kyungsoo begitu melihat sosok Seyeon memasuki dapur. “Malam-malam begini… Ngapain dia”

“Yeonwoo onnie nyimpen makanannya dimana sih…” gumam Seyeon sambil mengacak-acak lemari makanan. “Laper, hue-___,-”

“Seyeon? Ngapain?”

“Kkamjakiya!” pekik Seyeon tertahan karena kaget dengan sosok Kyungsoo. “Mwoya-___-.”

“Mwohae? Jam segini ke dapur terus ngacak-ngacak. Kaya tikus aja” kata Kyungsoo. “Ah, itu aku…”

“Laper?”

“Ahniyo!!”

Kruyuk…

Kyungsoo tersenyum menahan tawa mendengar perut Seyeon yang berbunyi sementara Seyeon mengalihkan perhatiannya pura-pura tidak tahu.

“Ya, mana mungkin kau tidak lapar. Secara makan malam tadi kau tidak ikut.” ucap Kyungsoo. “Duduk sana, biar aku masakan makanan untukmu” titahnya kemudian.

“Tapi…”

“Tenang aja, makanannya low fat kok!”

“Emangnya siapa yang bilang takut gendut-__-.”

 

SRRR~

SSHHH

“Woaah…” decak Seyeon kagum melihat kemampuan masak Kyungsoo. “Hmm…baunya..”

“Kkeut!” ucap Kyungsoo tiba-tiba membawa sepiring omlet yang sudah jadi ke meja makan.

“Woaah… Wangi masakanmu oppa, kaya biasanya. Wangi banget” kata Seyeon memuji.

“Kemana saja, Seyeon?” sahut Kyungsoo sambil terkekeh. “Makan sana, kasian perutmu itu..”

“Ne” sahut Seyeon mengambil sendok dan menyuap omlet tersebut. “Mmm…”

“Eottokhae?” tanya Kyungsoo sedikit penasaran.

“…..”

“Ya, kenapa diam? Enak tidak?”

“Hmm…”

“Nggak enak ya?” tanya Kyungsoo terdengar khawatir.  Seyeon yang masih mengunyah menggeleng cepat. “Tunggu dong oppa, makanannya kan belum aku telan”

“Kan bisa lewat bahasa isyarat(?)” sahut Kyungsoo. “Jadi, bagaimana? Enak nggak?”

Seyeon tersenyum kemudian mengacungkan kedua jempolnya ke arah Kyungsoo. “Enak banget!” ujarnya kemudian membuat Kyungsoo tersenyum puas.

“Aku tahu, tidak ada yang bisa mengalahkan masakanku!”

“Masakan umma-ku lebih enak. Mehrong~”

“Ya,-____-.”

 

“Oppa, aku bisa tidur sendiri. Tidak usah menemaniku. Emangnya aku anak kecil apa” dumel Seyeon melirik Kyungsoo yang terbaring di sebelahnya.

“Memang masih anak kecil” sahut Kyungsoo tersenyum. “Eeh! Tapikan kau sudah membuktikan kalo aku bukan anak kecil.”

“Masa? Kapan?”

“Waktu di villa!” jawab Seyeon antusias. Detik berikutnya Seyeon menarik selimut menutupi wajahnya mengingat Kyungsoo mengambil ‘first kiss’nya.

“Aigoo… Ternyata kau masih mengingatnya, eoh?” tanya Kyungsoo iseng, berusaha menarik selimut Seyeon.

“Ahniyo!” elak Seyeon dari dalam selimut membuat Kyungsoo gemas dan menarik selimut Seyeon secara paksa, seketika itu juga tawa Kyungsoo meledak melihat wajah Seyeon yang memerah.

“Kecilkan suaramu, oppa. Nanti yang lain pada bangun” ujar Seyeon sambil menyumpal mulut Kyungsoo dengan telinga boneka rilakkuma.

“Duh, bulu bonekanya pada nempel-___-.”

“Yaah…jadi bau, besok cuci deh” kata Seyeon melempar boneka rilakkumanya. “Hoi, Kim Seyeon-___-. Kenapa di lempar”

Seyeon hanya menjulurkan lidahnya ke arah Kyungsoo.

“Sudah sana, ini sudah jam 2. Besok kau harus sekolah” kata Kyungsoo menarik selimut menutupi tubuh Seyeon dan memainkan rambut gadis itu. Seyeon mengangguk kecil kemudian berusaha memejamkan matanya. Tidak sampai beberapa menit, Seyeon sudah mulai terlelap.

“Jaljayo…” ujar Kyungsoo seraya mencium kening Seyeon.

 

 

“Jam 8 ya….” gumam Seyeon sambil melirik jam bekernya.

1 detik..

2 detik..

“HAAAAA!!! KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBANGUNKANKU?!”

“Oi, Se…-”

Duk

Buk

“Waaah! Tao oppa mianhae!” pekik Seyeon begitu membuka pintu kamarnya dan tidak sengaja mengenai Tao. “Nggak sakitkan ya? Oppakan kuat…” sambung Seyeon sambil jongkok di depan Tao yang tergelepar (?)

“Buka pintunya nggak nyantai” sahut Tao akhirnya setelah kesadarannya kembali penuh. “Ya, maaf… Namanya juga panik”

“Tidurmu itu lelap sekali Seyeon, daritadi Yeonwoo udah ngebangunin segala cara, dari pukul-pukul panci, lompat-lompat di kasurmu, sampe disirempun nggak bangun. Udah kaya orang mati” kata Kyungsoo yang baru selesai mandi.

“Eh? Separah itu ya (˙▿˙?) Pantes kasurku basah, kirain aku ngompol”

“Ah, yaudahlah. Nggak mungkin juga masuk jam segini. Mending lanjut tidur” kata Seyeon berjalan ke kamar Yeonwoo tanpa dosa sedikitpun.

“Santai banget ya-___-.” decak Kyungsoo.

“Duh, Kyungsoo… Hidungku sakit..”

 

Seyeon berguling-guling dengan malas di kasur Yeonwoo.

“Waaa!”

Buk

“Appoyo…” ringis Seyeon begitu terjatuh dari kasur. “Oh..” gumamnya kemudian begitu melihat kaca kamar Seyeon yang penuh dengan tempelan polaroid. Seyeon bangkit berdiri dan berjalan menghampiri kaca tersebut dan tersenyum kecil.

“Semuanya menghilang ya..” gumam Seyeon pelan kemudian melirik salah satu polaroid dirinya, yang tadinya berdiri di antara Kris dan Chanyeol. Kini hanya dirinya sendiri yang berada di polaroid tersebut.

Iseng, Seyeon membuka buku diary milik Yeonwoo.

Tuk.

Sebuah hasil polaroid jatuh ke meja begitu Seyeon membuka lembar pertamanya. Senyum kecil menghias di wajahnya melihat namanya dan nama Kyungsoo tertera disana. Seyeon memperhatikan foto itu. Foto yang di ambil Yeonwoo ketika Kyungsoo tertidur di pundaknya saat perjalanan ke villa.

“Kami akan menghilang sesuai dengan umur kami masing-masing….”

“Aku dan Tao memang seumuran, tapi aku lebih tua darinya…”

“Kyungsoo oppa…” gumam Seyeon kemudian berlari keluar kamar dan menghampiri Kyungsoo yang sedang berada di dapur.

“Eoh? Seyeon, kenapa?” tanya Kyungsoo bingung begitu Seyeon memeluknya dari belakang. Kyungsoo bisa merasakan Seyeon menggelengkan kepalanya.

“Wae? Kenapa menangis?” tanya Kyungsoo lagi begitu ia membalikan badannya menatap Seyeon yang mulai terisak.

“Setelah Chanyeol oppa….setelah itu…oppa kan?” tanya Seyeon membuat Kyungsoo terdiam mendengarnya. “Iya kan?” tanya Seyeon menarik-narik ujung baju Kyungsoo.

Kyungsoo menghela napas berat dan mengangguk kecil. “Ne…”

Seyeon terdiam mendengarnya. Perlahan ia menatap Kyungsoo yang tidak berani menatapnya.

“Secepat itukah?” tanya Seyeon menahan tangisnya.

“Seyeon-ya…”

Seyeon menggeleng, menepis tangan Kyungsoo yang hendak memeluknya dan berlari memasuki kamarnya.

Blam!

“Seyeon…”

“Biarkan dia sendiri dulu.” Kyungsoo menoleh ke arah Tao yang menahannya. “Aku mengerti perasaanmu, tapi biarkan dia sendiri dulu. Biarkan dia tenangkan dirinya dulu” kata Tao. Kyungsoo menghela napas dan memutuskan untuk menuruti perkataan Tao.

“Aku hanya takut.. Dia belum siap jika waktunya tiba”

“Mau tidak mau, dia harus siap” sahut Tao dan menghela napas. “Aigoo, semoga saja tidak dalam waktu dekat ini”

 

“Oi, Kim Seyeon. Kau tidak mau makan malam lagi, eoh?” tanya Yeonwoo mengetuk-ketuk pintu kamar Seyeon. “Seyeon, buka pintunya. Kau sakit?” tanya Yeonwoo begitu berusaha membuka pintu kamar Seyeon.

“Aku tidak lapar onnie!” jawab Seyeon dari dalam membuat Yeonwoo menghela napas berat. “Ya, Kyungsoo oppa…” Yeonwoo menghentikan kalimatnya melihat wajah Kyungsoo yang tidak bersemangat. Tidak sampai semenit, Yeonwoo tahu apa yang sedang terjadi.

“Ada apa dengan kalian?” tanya Yeonwoo. “Bertengkar?”

“Woah! Kyungsoo hyung dan Se..Huish! Sakit hyung” celetuk Sehun terputus begitu Tao menyentilnya. “Kyungsoo oppa, ada apa? Kenapa Seyeon…”

“Setelah ini aku yang menghilang Yeonwoo” potong Kyungsoo membuat Yeonwoo terdiam. “Dan sepertinya Seyeon marah padaku” sambung Kyungsoo. Yeonwoo menghela napas panjang kemudian berjalan memasuki kamarnya.

“Yeonwoo marah juga…ya” Kai menghentikan kalimatnya begitu melihat Yeonwoo keluar dari kamar lagi.

“Seyeon, buka pintunya” pinta Yeonwoo sambil mengetuk pintu kamar Seyeon. “Aku ngantuk!”

“Ya, ppali! Sebelum aku yang membuka pintu ini sendiri” paksa Yeonwoo.

“Onnie’kan nggak punya kuncinya”

Mendengarnya, Yeonwoo mengeluarkan smirknya(?) “Kata siapa Kim Seyeon…”

“Duh… Kok tiba-tiba Yeonwoo jadi seram gitu ya” ujar Sehun begitu melihat aura horror di sekitar tubuh Yeonwoo. “Kenapa kayaknya sejak ditinggal Luhan hyung malah makin brutal begini?”

“Oh, tidak… Yeonwoo mulai melakukan aksinya!” timpal Kai begitu Yeonwoo memasukan kunci serep ke lubang kunci kamar Seyeon.

“Dan sebentar lagi Yeonwoo akan memutar kuncinya” lanjut Sehun.

“Dan pintunya akan terbuka”

“Kalian ngapain sih-___-” kata Tao menggeleng melihat Sehun dan Kai yang terlihat seperti orang gila.

Klek

“Waaah!!” pekik Kai dan Sehun begitu pintu kamar Seyeon berhasil terbuka.

“Oppadeul kenapa sih,-___-.” ujar Yeonwoo sebelum masuk ke dalam kamar Seyeon. Sebelumnya, Yeonwoo mengedipkan sebelah matanya ke arah Kyungsoo.  Kyungsoo yang mengerti maksud Yeonwoo hanya bisa mengangguk.

“Wah..wah… Jangan-jangan Kyungsoo hyung selingkuh sama Yeonwoo terus ketawan Seyeon.” decak Kai. “Terus nanti Yeonwoo di kamar, di cincang-cincang sama Seyeon” sambung Sehun.

“Ampun hyung! Kita cuman bercanda!” pekik Kai dan Sehun berpelukan begitu Kyungsoo mengangkat kursi meja makan dan mengarahkannya ke arah mereka.

“Dasar stress-___-.” celetuk Tao.

 

Yeonwoo menghela napas melihat Seyeon yang menutupi tubuhnya dengan selimut.

“Seyeon-ya…” panggil Yeonwoo mendekati Seyeon. “Aku ingin bicara padamu”

Perlahan, Seyeon membuka selimutnya dan menegakkan tubuhnya. “Mwo?”

“Aku tahu kau seperti ini karena Kyungsoo bentar lagi pergi. Iya kan?” tanya Yeonwoo namun tidak di jawab oleh Seyeon.

“Aku heran… Padahal dulu kau membenci mereka sampai-sampai kabur dari rumah”

“Aku tidak membenci mereka!” elak Seyeon. “Aku hanya tidak suka mereka datang seenaknya dan mengacak-acak apartemen kita” sambung Seyeon kemudian.

Yeonwoo tersenyum kecil. “Aku mengerti perasaanmu. Karena aku sendiri juga merasakannya saat Luhan oppa pergi..” ujar Yeonwoo.

“Onnie…”

“Ne?” sahut Yeonwoo menoleh ke arah Seyeon dan tersenyum. “Aku tidak tahu kapan Kyungsoo oppa pergi. Tapi buatlah perpisahan ini menjadi perpisahan yang manis, dimana kalian menghabiskan waktu kalian berdua. Anggap saja Kyungsoo oppa itu sama kaya Seungri oppa yang pergi ke Amerika” ucap Yeonwoo membuat Seyeon terdiam. “Jangan seperti ini di saat-saat terakhir kalian. Karena setelah Kyungsoo oppa pergi, kau akan menyesal”

“Menyesal kenapa?”

“Menyesal karena menyisakan kenangan yang buruk” jawab Yeonwoo. “Sudah ah, aku lapar. Mau ikut makan atau tidak?” tanya Yeonwoo. “Ya sudah, kalo lapar ke depan saja, ne?” sambung Yeonwoo begitu Seyeon tidak memberikan jawaban dan keluar kamar.

“Yeonwoo…” panggil Kyungsoo begitu Yeonwoo kembali ke tempat duduknya. Yeonwoo tersenyum menanggapinya. “Tenang aja, pasti dia keluar kok” ujar Yeonwoo.

Tidak sampai semenit, pintu kamar Seyeon terbuka dan menampilkan sosok gadis itu yang tengah berjalan ke meja makan dan duduk di sebelah Kyungsoo.

“Jangan salah sangka, aku keluar karena lapar” kata Seyeon begitu Kyungsoo hendak bicara. “Jatahku mana?” tanya Seyeon kemudian. Kyungsoo tersenyum sebelum mengambil bulgogi untuk Seyeon. “Ini jatahmu, Ms.Kim” ujarnya kemudian.

 

“Seyeon, sebentar” kata Kyungsoo menarik tangan Seyeon yang hendak masuk ke kamarnya. “Eh? Mau kemana oppa?” tanya Seyeon ketika Kyungsoo menariknya keluar apartemen.

“Ke taman” jawab Kyungsoo sambil tersenyum.

“Ngapain?” tanya Seyeon begitu sesampainya di taman. “Cari udara segar” jawab Kyungsoo kemudian duduk di sebuah ayunan dan mengayunkannya pelan. Seyeon mengangguk kecil kemudian duduk di ayunan lainnya. Suasana hening menyelimuti mereka.

“Sebelumnya aku ingin minta maaf jika sebentar lagi aku akan meninggalkanmu” kata Kyungsoo membuka suara menghentikan kegiatannya. “Jujur saja… Aku juga belum siap” sambung Kyungsoo menunduk. “Aku tidak siap meninggalkan bumi ini, segala kenangan selama ini, meninggalkan Yeonwoo…dan juga kau”

Seyeon mengalihkan wajahnya begitu Kyungsoo menatap wajahnya. “Tapi, mau tidak mau. Siap tidak siap, aku harus pergi…” Kyungsoo kembali melanjutkan.

Hup!

Kyungsoo bangkit dari ayunan dan berjalan mendekati Seyeon. “Maka dari itu aku ingin membuat kenangan terakhir bersamamu” ujar Kyungsoo membuat Seyeon menoleh ke arahnya.

“Oppa…oppa nggak akan…”

“Tidak untuk malam ini” potong Kyungsoo tersenyum dan menarik tangan Seyeon untuk bangkit berdiri. “Aku janji, malam ini aku tidak akan menghilang” sambungnya memeluk Seyeon erat. Kyungsoo bisa merasakan Seyeon mulai terisak.

“Aku mohon, Seyeon. Jangan menangis” pinta Kyungsoo menghapus air mata Seyeon. “Setidaknya kita harus bersenang-senang malam ini”

“Bagaimana caranya?” tanya Seyeon bingung. Kyungsoo tersenyum kemudian membisikkan sesuatu pada Seyeon.

 

“Ketemu!” pekik Kyungsoo begitu berhasil menemukan Seyeon yang bersembunyi di balik perosotan.

“Ah, nggak seru. Oppa cepet banget nemuinnya” gerutu Seyeon sementara Kyungsoo hanya terkekeh. “Sekarang giliranmu, tapi ada syaratnya”

“Mwoya-___-. Pake syarat segala”

“Jika kau bisa menemukanku dalam waktu 10 detik, kau harus menciumku, ok?”

Mendengar itu tawa Seyeon meledak. “Mana mungkin. Jangan mengharapkan itu”

“Ah masa?” tanya Kyungsoo tidak yakin. “Udah sana, cepat itung” titah Kyungsoo.

“Iya..iya..” sahut Seyeon kemudian mulai menghitung. “1..2…..3..4.5.6.7.8.9.10, READY OR NOT HERE I COME!!” teriak Seyeon membalik badannya. Seyeon memundurkan langkahnya kaget begitu melihat Kyungsoo yang sudah berdiri di belakangnya. “You found me within a second! Now where’s my kiss?” tanya Kyungsoo sambil menahan tawa.

“Oppa curang!” pekik Seyeon memukul-mukul Kyungsoo. “Aw! AW!” ringis Kyungsoo kesakitan.

“Eitt…” gumamnya kemudian begitu Seyeon hendak kabur. “Jangan kabur, Kim Seyeon…”

“Mwoya, Yeonwoo onnie, hue-___,-”

“Yeonwoo nggak akan mendengarmu, Seyeon” ujar Kyungsoo membuat Seyeon menggembungkan pipinya kesal. “Nggak adil, aah…”

“Ck.” Kyungsoo berdecak memeluk tubuh Seyeon agar tidak banyak gerak. “Just do it”

“Itu sih namanya pemaksaan…” cibir Seyeon. “Ya, sekali-kali nggak apa” sahut Kyungsoo tersenyum. Seyeon mengerucutkan bibirnya kesal. “Pipi aja ya..”

“Terserah” sahut Kyungsoo. Seyeon menghela napas dan memejamkan matanya hendak mengecup pipi Kyungsoo.

Cup

Seyeon membuka matanya begitu Kyungsoo mengalihkan wajahnya sehingga ia mengecup bibir Kyungsoo. “M..mwoya!” pekiknya mendorong tubuh Kyungsoo yang terbahak.

“Oppa kau menyebalkan!” seru Seyeon berlari mengejar Kyungsoo yang meninggalkannya duluan.

“Hahaha! Terimakasih Seyeon-ah!”

“YA!!!”

 

“Onnie! Ya, onnie!” Seyeon menggerutu melihat Yeonwoo yang masih tertidur.

“Onnie!!”

Buk

“YA!” pekik Yeonwoo terbangun begitu Seyeon melemparnya dengan bantal dan langsung berlari keluar. “Kim Seyeon jugullae?!” pekik Yeonwoo sekali lagi.

“Ganggu aja.” ucap Yeonwoo hendak kembali tidur, namun ia membuka kedua matanya melihat jam yang menunjukan pukul setengah 7 lewat.

“Waaa!! Aku kesiangan!!” pekiknya melompat dari kasur dan bergegas ke kamar mandi.

“Eh? Loh?” gumamnya ketika kunci kamar mandi terkunci dari dalam.

“Ada Tao hyung” kata Sehun yang lagi sarapan. “Lagi bab” sambung Kai.

“Hush! Orang lagi makan juga!” celetuk Seyeon melempar sendok ke arah Kai. “Sopan dikit ya-___-.”

Dor! Dor! Dor!

“Tao oppa, cepetan!!” teriak Yeonwoo sambil menendang-nendang pintu kamar mandi dengan brutal.

“Sabar Yeonwoo…. Belum keluar nih…nghh…”

“Oppa!!!”

Dor! Dor! Dor!

Sementara Seyeon dan ketiga namja itu hanya melihatinya dengan tatapan -____-.

“Onnie, aku duluan ya.” kata Seyeon tiba-tiba.

“Eoh? Udah mau berangkat. Yeonwoo, kalo gitu…-Akh! Kenapa aku di cekek?!” ucap Kai terputus begitu Yeonwoo mencekiknya dari belakang. “Kai oppa nanti aja! Berangkatnya sama aku. Nggak akan telat kok!” jawab Yeonwoo.

“Hoh… Ya udah, Sehun oppa, ayo” ajak Seyeon pada Sehun yang sedang terbahak.

“Oi, Seyeon, tunggu” panggil Kyungsoo.

“Ya?”

“Bekalmu” jawab Kyungsoo sambil menyerahkan bekal milik Seyeon. “Eoh, gomawo” ucap Seyeon.

“Eoh. Belajar yang rajin ya” pesan Kyungsoo mengacak-acak rambut Seyeon.

“Oppa”

“Ne?”

“Jangan menghilang saat aku tidak ada ya” kata Seyeon membuat Kyungsoo terdiam sejenak. Namun detik berikutnya, ia mengangguk dan tersenyum.

“Arasseo, aku akan menunggumu”

“Yaksok?”

“Ne, yaksok!”

“Seyeon, nanti kita ikut telat loh.” kata Sehun memperingatkan.

“Keurae, aku pergi dulu. Onnie, 15 menit lagi jam 7 loh. Nggak usah mandi aja, udah” kata Seyeon sebelum meninggalkan apartemen diikuti oleh Sehun.

“YA! Sehun, Seyeon, chakkaman!!” teriak Kai hendak menyusul keduanya namun di tahan oleh Yeonwoo. “Udah, nanti aja Kai oppa. Pokoknya nanti!”

“Duh, Yeonwoo kenapa jadi maksa gini-____,- Aku nggak mau disuruh lari keliling lapangan. Nanti tambah item”

“Tao oppa!!”

Dor! Dor!

“Iya, Yeonwoo! Sabar dong, dikit lagi ini…ngghhh”

“MANA BISA SABAR KALO KAYA GINI?!”

Kyungsoo hanya bisa menggeleng melihat keributan di pagi hari itu.

 

“Oi, Seyeon. Kenapa sih? Kaya cacing kepanasan aja.” kata Minji heran pada Seyeon yang dari tadi terlihat gelisah.

“Minji! Minji! Sekarang jam berapa?” tanya Seyeon. Minji mengerutkan keningnya. “Kau baru bertanya itu 15 menit yang lalu, Seyeon” kata Minji.

“Jadi sekarang jam berapa?”

“Hmm… 08.15″

“HAAA?! KENAPA LAMA AMAT!!”

Tuk!

“Aw!” ringis Seyeon begitu papan kapur mengenai keningnya.

“KIM SEYEON KELUAR KAU DARI KELAS!”

 

“Aduh…capek” keluh Yeonwoo yang baru saja duduk di bangkunya setelah lari keliling lapangan karena terlambat masuk kelas.

“Lagian tumben amat masuk telat” decak Raehwa. Yeonwoo hanya menghela napas dan menggerutu. “Ngapain sih ngehukum orang kalo akhirnya nggak ngajar”

“Katanya ada urusan mendadak” jawab Mijung. “Ah, nyebelin! Kalo gitu nggak usah capek-capek lari”

“Yeonwoo, Seyeon tuh” kata Raehwa sambil menunjuk Seyeon yang menunggu di depan pintu bersama Sujin dan juga Minji.

“Ada apa?” tanya Yeonwoo begitu menghampiri Seyeon.

“Pulang nanti aku nggak ikut pulang, mau kerjain tugas” jawab Seyeon. Yeonwoo mengangguk. “Arasseo”

“Ukh… Onnie bau keringet” kata Seyeon menutup hidungnya kemudian berjalan kembali ke kelasnya.

“Mwoya-___-.”

 

“Aku pulang” kata Yeonwoo setibanya dirumah.

“Seyeon mana?” tanya Kyungsoo menyambut kepulangan Seyeon. “Eh? Dia lagi ngerjain tugas dirumah Minji oppa” jawab Yeonwoo.

“Oh..ok” sahut Kyungsoo mengangguk. “Ada apa oppa?” tanya Yeonwoo begitu melihat wajah Kyungsoo yang terlihat kecewa.

“Ahniyo. Gwenchana” jawab Kyungsoo tersenyum kecil. Yeonwoo hanya mengangguk menghadapinya kemudian masuk ke kamarnya.

“Aduh…Capeknya” ujar Yeonwoo merebahkan tubuhnya ke kasur dan meraih boneka keroppi dan mencubitinya. “Luhan oppa….apa kabarnya ya” gumamnya pelan. Yeonwoo hendak memejamkan kedua matanya, namun salah satu tempelan polaroid mengganggu pikirannya, detik berikutnya ia terbangun menyadari sesuatu.

“Kyungsoo oppa!”

 

“Hoi, Seyeon. Jangan males-malesan gitu dong” ujar Minji sambil menusuk-nusuk pantat Seyeon dengan penggaris.

“Hoh=A=….ngantuk” sahut Seyeon sambil menggeliat menghampiri ponselnya yang sedang di charge. “Eh? 6 missed call dari Yeonwoo onnie?” Seyeon menelpon Yeonwoo kembali.

“Yobosae…”

“Baboya?! Kau kemana aja? Kyungsoo oppa mau pergi!” seru Yeonwoo teriak dari seberang sana.

 

[backsound:akb48-yume no kawa] “Eh…” gumam Seyeon terdiam.

“Eh? Seyeon? Mau kemana?” tanya Sujin berseru begitu Seyeon mengambil tasnya.

“Mianhae, Minji, Sujin! Aku ada urusan mendadak!” jawab Seyeon seraya berlari keluar rumah Minji. “YA, KIM SEYEON!!”

‘Kyungsoo oppa… tunggulah sebentar…’ batin Seyeon.

“Oppa… Apa oppa yakin nggak mau nunggu Seyeon?” tanya Yeonwoo. Kyungsoo menggeleng dan tersenyum. “Sebenernya aku mau, tapi waktuku tidak akan cukup” jawab Kyungsoo.

Yeonwoo menggigit bibir bawahnya. ‘Seyeon babo…dimana sih dia…’

“Yeonwoo..” panggil Kyungsoo. “Ne?”

“Gomawo…buat segalanya” kata Kyungsoo membuat Yeonwoo tersenyum. “Ahniya, harusnya aku yang berterimakasih. Kedatangan kalian membuat hari-hariku dan Seyeon jadi lebih berwarna”

“Kita sama-sama berterima kasih kalo gitu..” kata Kyungsoo tertawa kecil. “Aku rasa sudah saatnya. Biar member lain saja yang mengantarku”

“Ne…” sahut Yeonwoo mengangguk. “Oppa” panggil Yeonwoo. “Ne?”

“Take care.” Kyungsoo mengangguk mantap. “Kau juga. Titipkan salamku pada Seyeon. Sampaikan permintaan maafku karena aku tidak menepati janjiku” Yeonwoo hanya mengangguk menanggapinya.

 

Seyeon menghentikan langkahnya, mengambil napasnya yang terbuang habis.

“Jangan menghilang saat aku tidak ada ya…” “Arasseo, aku akan menunggumu” 

“Setidaknya kita harus bersenang-senang malam ini…”

Air mata Seyeon perlahan jatuh mengingat semuanya. “Oppa…”

“Hyaaa!! Onnie handuk rilakkumaku!!” “hyaaaa!!”

“Karena kalah suit, aku di suruh beli snack di apa itu namanya… Duh, lupa -___- Dan sekarang aku kesasar”

Duk

“Aw…” ringis Seyeon begitu tersandung oleh batu hingga terjatuh. “Kyungsoo oppa…” isaknya. Seyeon berusaha untuk bangkit berdiri namun kakinya terasa berat untuk di gerakkan.

“Eh? Eh? Oohh..ini, aku sedang coba memasak aya-DUH!”

“Itu bukti kalo kau bukan anak kecil lagi..”

Seyeon mengepalkan kedua tangannya, memberi kekuatan untuk tubuhnya untuk berdiri lagi. “Kyungsoo oppa… tunggu aku”

 

Yeonwoo menghela napas berat begitu Seyeon tidak hendak mengangkat ponselnya. “Ck. Kemana sih anak itu…” decak Yeonwoo sambil memperhatikan Kyungsoo dan lainnya lewat balkon.

Kyungsoo menatap kedua telapak tangannya yang mulai memudar. Ia menoleh ke arah yang lainnya sejenak dan tersenyum.

“Kenapa wajah kalian cemas begitu?” tanya Kyungsoo tertawa kecil. “Bocah kurcaci itu kemana sih.” desis Kai sebagai jawaban.

“Akan lebih baik jika dia tidak disini.” ucap Kyungsoo. “Aku tidak ingin melihat wajah sedihnya” sambung Kyungsoo kembali menatap langit yang cerah. “Hyung, titipkan salamku pada Luhan hyung ya…yang lainnya juga deh” pinta Sehun.

Kyungsoo tertawa kecil. “Arasseo..arasseo”

“Oppa! Kyungsoo oppa!” Kyungsoo sontak menoleh ke arah Seyeon yang baru saja sampai. Seyeon terdiam menatap Kyungsoo dan berusaha mengatur kembali napasnya.

“Seyeon…” Kyungsoo menggantungkan kalimatnya begitu Seyeon berhambur ke pelukannya dan memeluknya erat, detik berikutnya Seyeon mulai terisak. Kyungsoo tersenyum kecil mengelus puncak kepala Seyeon penuh sayang.

“Aku menepati janjiku, eoh?” tanya Kyungsoo merengkuh wajah Seyeon dan menghapus air matanya.

“Kenapa secepat ini?” tanya Seyeon lirih. Kyungsoo menggeleng masih tetap tersenyum. “Senyumlah, Seyeon” pinta Kyungsoo. “Aku ingin melepas perpisahan kita ini dengan senyuman, bukan dengan tangisan” sambungnya dengan suara yang serak. Seyeon menunduk tidak berani menatap wajah Kyungsoo.

“Waktuku sudah mau habis..” kata Kyungsoo namun Seyeon tetap menunduk. “Seyeon…” panggil Kyungsoo lembut membuat Seyeon mendongak.

“Op..oppa…” ucap Seyeon terputus melihat tubuh Kyungsoo yang mulai memudar. Kyungsoo melambaikan tangannya ke arah Seyeon dan kembali tersenyum. “Annyeong…” ucap Kyungsoo sebelum menghilang

“Oppa! Kyungsoo oppa kajima! Oppaaa!” pekik Seyeon tertahan begitu Tao menahan tubuhnya dari belakang dan menepuk puncak kepala gadis itu. “Tenang Seyeon…tenanglah” kata Tao pelan. Pertahanan Seyeon runtuh begitu Tao mengusap bahunya seakan memberi kekuatan pada gadis itu.

Yeonwoo yang melihat kejadian itu dari balkon juga tidak bisa menahan air matanya untuk tidak jatuh. Ia menarik napasnya dan menghapus air matanya yang sempat mengalir deras.

 

“Yeonwoo-ya, aku juga mau pamit ya” ujar Tao saat mereka sampai ke apartemen

“Pamit?” tanya Yeonwoo bingung

“Iya, abis Kyungsoo hyung pergi, sekarang giliranku”

“Di hari yang sama? Kok cepet banget sih…kalian udah bosan ya di bumi? -__-”

“Aniyo, bukan begitu, tapi kayaknya emang waktuku sekarang”

Yeonwoo mengulum senyumnya, melirik Seyeon yang masih terlihat blank. “Gwenchanha, Seyeon-ah?” tanya Yeonwoo, mengacak rambut Seyeon, tapi gadis itu tidak menjawab apa-apa.

“Tapi Yeonwoo….errrh..pinjam lemarimu lagi boleh?” tanya Tao.

“Lemariku?”

Tao mengangguk

“Iya, aku kan waktu muncul disana, jadi aku juga harus perginya disana. Anggap aja lemari waktu (?)”

“Yah, kalo memang harus begitu silahkan, oppa”

Tao mengangguk lalu berjalan memasuki kamar Yeonwoo. Tao lalu dengan cepat masuk ke dalam lemari Yeonwoo lagi. “Uh…oppa, jangan loncat juga, nanti lemariku roboh -__-”

“Oke, annyeong Yeonwoo, Seyeon. Gomawo buat semuanya. Aku cinta kalian” ujar Tao lalu akting menangis.

“…….entah kenapa aku nggak bisa merasa sedih kalo hyung menghilang” celetuk Sehun yand disusul tatapan sinis Tao.

“Jahatnya -__-” celetuk Yeonwoo

“Yeonwoo-ya, bisa tolong tutup pintu lemarinya?” pinta Tao

“Boleh”

Seyeon lalu menarik-narik pintu lemari Yeonwoo agar copot dari lemarinya.

“Ya, kau sedang apa?”

“Mencopot pintu lema- HUP biar Tao oppa nggak menghilang”

“Mwoya…-___-”

“Sudah-sudah, Tao oppa kan harus pergi. Nanti terlambat terus bisa-bisa kena hukuman lari keliling lapangan (?)”

“Yeonwoo-ya, ini kan bukan sekolah” celetuk Kai

Yeonwoo lalu bergerak untuk menutup pintu lemari itu.

1 detik…

2 detik…

3 detik…

“Ng…..”

Yeonwoo lalu membuka pintu lemari itu lagi, ternyata masih ada Tao di dalamnya. “Oppa belum pergi?”

“Gimana bisa pergi kalo pintunya cuma ditutup 3 detik begitu -___-”

“Oh, ya,ya…”

“Yeonwoo, bisa tolong tutup pintunya?”

“Eh? Ne…” Yeonwoo dengan ragu menutup pintu lemari dengan slow motion.

Bam

Pintu lemari itu tertutup dari dalam karena Tao menariknya sendiri

“Eh? (˙▿˙?)”

“Lama sih, aku kan udah kangen sama Kris hyung”

“Oppa..oppa” Yeonwoo menggedor-gedor pintu lemari itu sekalian menarik-nariknya, tapi ditahan oleh Tao

“Ah sudah Yeonwoo, kalo lama-lama perpisahannya, nanti aku bisa nangis (?)”

“Oppa, bukan itu oppa..”

Buk

“Akh” Yeonwoo jatuh terduduk karena mendandak pintu lemari itu terbuka. Di dalam lemari itu kosong, tanda Tao sudah pergi kembali ke EXO Planet.

“Yeonwoo-ya, gwenchanha?” tanya Kai pada Yeonwoo yang mengelus-elus pantatnya yang terasa ngilu

“Ck, ada yang mau kukatakan padanya”

“Emang apa sih yang mau kau katakan pada Tao hyung?”

“Hueee tadi Tao oppa ternyata masih pakai sepatu dance kesukaanku -___,-”

“Yang bener aja-___-.”

 

“Ck.” Kai berdecak kesal melirik Seyeon yang sedang melamun. Semenjak kepergian Kyungsoo, Seyeon jadi lebih sering melamun.

“Ya, kurcaci! Giliranmu!” seru Kai menyadarkan lamunan Seyeon. “Nggak usah teriak kan” cibir Seyeon kesal kemudian menatap kartu UNOnya dengan malas.

“Ungh…” erangnya pelan. “Aku udahan ya, ngantuk” ucap Seyeon tiba-tiba meletakkan kartu UNO itu di lantai dan meninggalkan Yeonwoo, Kai dan juga Sehun yang menatapnya heran.

“Seyeon masih kepikiran Kyungsoo hyung ya…” gumam Sehun. Kai menggelengkan kepalanya. “Kyungsoo hyung terlalu manjain sih, jadinya begitu” decaknya. Sementara Yeonwoo hanya tersenyum mendengarnya.

“Udahlah, biarin aja. Nanti juga balik kaya dulu lagi.” ucap Yeonwoo. “Sekarang giliran Sehun oppa ya?”

“Oh, ne”

 

“Hoh… Onnie, masa ninggalin aku sama namja mesum ini sih? Nanti kalo dia ngapa-ngapain gimana?” tanya Seyeon pada Yeonwoo ketika Yeonwoo dan Sehun ingin pergi berbelanja.

“Ya, aku juga nggak akan mau menyentuhmu kali-___-.” sahut Kai dari ruang tengah. “Berisik, nggak usah nyaut!” sahut Seyeon. “Kenapa nggak Sehun oppa aja gitu yang di tinggal? Atau aku yang belanja sama Sehun oppa” tanya Seyeon.

“Hmm…tapi hari ini jadwalmu membersihkan rumah dan..”

“Aku mau beli bubble tea!” potong Sehun berseru. “Huh, bubble tea melulu, lama-lama kita buka toko bubble tea aja-__-.” celetuk Seyeon.

“Ide bagus!” setuju Sehun. “Yang ada bubble teanya abis diminum sama oppa terus” timpal Yeonwoo tertawa kecil. “Udah ah, nanti keburu malem. Nanti aku bawakan makanan deh. Akur-akur sama Kai oppa ya” pamit Yeonwoo sebelum meninggalkan apartemen.

“Yeonwoo onnie jahat ah-___,-”

“Aduuh…ngantuknya” Seyeon menoleh ke arah Kai yang sedang berleha-leha di lantai. “Dasar pemales, liat aja nanti” gumamnya kesal.

 

Nguung…nguung…

Seyeon sedang menggunakan vacum cleaner untuk membersihkan ruang tengah.

“Hoaam…nyem..nyem…” sontak ia menoleh ke arah Kai yang sudah tertidur di lantai dengan iler yang kemana-mana (?)

“Haduh, jorok amat sih-___-.” decak Seyeon. “Hoi, bangun! Lantainya mau di bersihin!” pekik Seyeon menendang-nendang tubuh Kai.

“Eung? Nanti aja ah, ngantuk” sahut Kai mengubah posisi tidurnya.

“YA!!”

Nguuung…

“Aw! Aw! Rambutku! YA, KIM SEYEON!!” teriak Kai begitu Seyeon mengarahkan vacum cleaner ke rambutnya.

“Ish. Kasar amat sih jadi cewek” gerutu Kai sambil mengelus-elus kepalanya. “Rambutku jadi rontokkan. -___-.” sambungnya.

“Makanya. Udah tau lagi bersih-bersih. Malah tiduran di lantai, salah siapa coba” sahut Seyeon. “Awas kaki” titah Seyeon pada Kai yang duduk di sofa. Kai mendengus sebelum mengangkat kedua kakinya ke sofa. “Ya, kurcaci minggir. Aku nggak bisa nonton”

“Bentar dong…” sahut Seyeon.

“Hoi! Nggak keliatan!”

“Sabar dong ah!”

“Duh, rambutmu itu kepanjangan! Ngalangin TVnya!”

“Bisa diem nggak?!”

 

“Aduh, capeknya” keluh Seyeon menyandarkan tubuhnya di sofa kecil. “Pijitin dong” pinta Seyeon pada Kai.

“Males” sahut Kai membuat Seyeon mencibir. “Cih”

“Dasar item, pesek, jelek, mesum” gerutu Seyeon pelan namun masih terdengar oleh Kai.

“Apa kau bilang?” tanya Kai. Seyeon melihat ke arah Kai sejenak kemudian menggeleng. “Nggak ada siaran ulang”

“Bocah, kurcaci, kerdil, pendek, cebol, lemot, cerewet…”

“NAMJA MESUM!”

“KURCACI!”

“ITEM!”

“PENDEK!”

“PESEK!”

Buk!

“YA!” pekik Kai begitu Seyeon melemparnya dengan bantal. “Dasar namja mesum nyebelin! Ih! Ih!”

“Ya! Berhenti memukuliku. Aw! Seyeon!”

“Hoh. Capek-__-” decak Seyeon mengambil napas sejenak. “Siapa suruh-__-”

“HYAAA!!! KENAPA MAKANANNYA DI TUMPAHIN?!” Kai menutup kedua telinganya begitu suara cempreng Seyeon menusuk telinganya. “Aku’kan udah bersihin capek-capek-___,-” rengek Seyeon melihat snack yang tidak sengaja di tumpahi oleh Kai.

“Jangan salahkan aku! Salah sendiri mukul-mukul, pasti kesenggol” jawab Kai membela diri.

“Nggak mau tau. Bersihin” titah Seyeon.

“Mwo? Shireo” tolak Kai.

“Yaaa~! Stop! Stop!” cegah Kai begitu Seyeon hendak memukulnya dengan bantal lagi, namun kali ini berhasil di tahannya. “Geumanhae…” ucap Kai pelan. Seyeon mengerutkan keningnya melihat perubahan tingkah laku Kai.

“Ada ap…”

“Sekarang giliranku” potong Kai menghela napas berat. Seyeon yang mengerti maksud Kai duduk terdiam. “Jigeum?” tanyanya pelan. Kai mengangguk sebagai jawaban.

Seyeon menutup mulutnya, kehabisan kata-kata. “Aigoo, aku tidak menyangka sekarang ini waktuku” ucap Kai menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal kemudian menatap Seyeon yang masih terlihat ‘blank’

“Kurcaci…”

“Padahal rasanya baru kemarin setelah Kyungsoo oppa dan Tao oppa pergi… Tapi kenapa sekarang kau?” tanya Seyeon. Kali ini Kai terdiam.

“Kenapa? Bukankah bagus? Jadi tidak ada lagi yang membuatmu kesal atau…”

“Ahniyo…” Seyeon menunduk, menggeleng lemah menahan tangis. “Meskipun kita sering bertengkar, tapi aku juga menganggapmu sama seperti yang lain. Yaitu oppaku dan Yeonwoo onnie.” Seyeon menarik napas dalam menghapus air matanya yang sempat mengalir. “Kau memang menyebalkan. Sangat. Kau oppa yang paling menyebalkan” sambung Seyeon.

“Seyeon-ya…”

Seyeon tersenyum tipis mendengar Kai memanggil namanya dengan tulus. “Sana pergi” ucap Seyeon masih berusaha untuk tersenyum.

“Jadi kau mengusirku, eoh?” tanya Kai.

“Ahniyo” Seyeon menggeleng. “Aku larangpun juga tidak akan berhasilkan?” tanya Seyeon sebagai jawaban. Kai tersenyum dan mengangguk. “Arasseo… Aku mengerti” ucap Kai kemudian menarik napas dalam. “Sudah saatnya, titipkan salamku pada Yeonwoo ya” pinta Kai.

“Ne..” sahut Seyeon. “Kai oppa!” panggil Seyeon kemudian membuat Kai menoleh menatap Seyeon kaget, “Take care. Titipkan salamku pada Kyungsoo oppa dan lainnya ya” pinta Seyeon. Kai hanya mengangguk dan tersenyum.

BUF!

Seyeon menggosok kedua matanya yang berair begitu Kai menghilang di hadapannya. “Udah nggak ada teman berantem lagi deh…” gumam Seyeon pelan.

Ceklek…

“Kami pulang~”

“Oh, onnie.” Seyeon menyambut kepulangan Yeonwoo dan Sehun. “Sepi banget…Kai oppa mana…”

“Udah pulang” jawab Seyeon. “Eh?”

“Kalo aja kalian tadi pulang lebih cepat..”

 

“Uh, PRnya mana ya?”

Sehun mengobok-ngobok tasnya untuk mencari PR Matematikanya. Detik berikutnya, dia menepuk jidatnya karena baru mengingat PR Matematikanya tertinggal di apartemen

“Oh Sehun, mana PR Matematikamu?”

Sehun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Ng…anu…PR Matematikaku dipinjam Kim Jongin, terus dia-nya nggak tau kemana, saem. Padahal sudah kukerjakan loh.”

“Kim…Jongin?” gumam Jin saem bingung

“Iya, Kim Jongin. Ituloh saem, yang di kelas ini juga, duduk di sebelahku, yang tinggi, kulitnya item, mukanya mesum, ter-AW” ringis Sehun karena kepalanya dittakbam Jin saem. “Jangan membuat alibi, Oh Sehun. Disini nggak ada murid yang namanya Kim Jongin”

“Eh? (˙▿˙?)”

“KELUAR DARI KELAS KAU, OH SEHUN!”

 

“Ish mwoya -___-” gerutu Sehun. “Eh, di atap enak juga anginnya”

Sehun lalu memejamkan matanya begitu merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya.

“Sehun oppa ya?”

Si pemilik nama itu menoleh, melihat ke arah Yeonwoo yang memanggilnya. “Oh? Yeonwoo? Sedang apa kau disini?”

“Ini, aku lagi ngurus tanaman praktek geografi. Oppa sendiri?”

“Aku? Dihukum sebenarnya di lorong kelas, tapi aku mending kabur kesini”

“Berandalnya…oppa, aku kan bilang kalo oppa disini itu peneri-” “Ahh~ anginnya sejuk!” ujar Sehun memotong pembicaraan Yeonwoo. “Hey, dengarkan aku ngomong dulu -__-”

Sehun mendadak terdiam, membuat Yeonwoo menatapnya dengan tatapan khawatir. “O..oppa..kau”

“Yeonwoo-ya…”

“Ne?”

“Aku..ini giliranku”

Yeonwoo membulatkan kedua matanya. “Mwo? Sekarang?”

“T-tapi…”

“Apa?”

“Mereka…tidak mengenali Kai”

Yeonwoo menyipitkan kedua matanya. “Maksud oppa?”

“Kai…seperti nggak pernah ada di sini. Ternyata kita juga bukan cuma hilang di polaroidmu, tapi ingatan semua orang lain yang pernah melihat kami. Sebenarnya aku takut…takut ka-” “WOAH! Ternyata Sehun oppa sama onnie disini toh. Yah nggak seru, padahal mau sendirian di atap. Atau malah aku yang ngengganggu kalian mojok? Huehehehe”

“Seyeon -__-”

“Wae?”

“Ini bukan waktunya bercanda, Sehun oppa udah mau pergi”

“Jinjja? Yah, member EXO kan cuma tinggal dia. Nggak ada yang bisa dibully (?) lagi”

Sehun lalu menatap langit, seperti sedang memikirkan sesuatu

“Sehun oppa mikirin apa?”

“Aniyo…aku hanya….” “Hanya?”

“Hanya…aku baru sadar sesuatu, cara aku kembali ke EXO Planet itu gimana ya?”

“Eh?”

“Hyungdeul semua kayaknya tau gitu gimana caranya pergi, tapi..kok rasanya aku nggak dapet ilham apa-apa?”

Yeonwoo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Mungkin oppa ditakdirin buat tinggal di bumi”

“Aniyo, aku kangen Luhan hyung. Aku udah kangen HunHan moment lagi (?)”

“YA! MWOYA. Hueee Luhan oppa -___,-” rengek Yeonwoo memukul-mukul lengan Sehun

“Coba dulu ah….” gumam Sehun lalu merentangkan tangannya lebar-lebar. “Yeonwoo-ya, Seyeon-ah, annyeong!”

1 detik…

2 detik…

“……………….”

“Oppa -__-”

“Oppa nggak menghilang tuh, jangan-jangan oppa emang nggak ditakdirin balik ke EXO Planet. Udah, makanya di bumi aja” ujar Seyeon

Yeonwoo tiba-tiba menghampiri Sehun yang terpaku di tempat, dan memegang pinggang Sehun, menjiplak posisi Titanic.

“Near far…wherever you aree~” nyanyi Yeonwoo dengan suara falsettonya, penuh penghayatan.

“Onnie, berisik” celetuk Seyeon

“Suka-suka, kurcaci”

“Ya, kenapa onnie malah ikutan memanggilku itu?”

“Kurcaci”

“Udang”

“Pendek”

“Seyeon, Yeonwoo -__-”

“Berisik, oppa cadel” seru Yeonwoo dan Seyeon berbarengan

“YA!” pekik Sehun

Whus

Tiba-tiba, terasa angin kencang menghembus. Seyeon dan Yeonwoo melihat ke arah Sehun yang mulai menghilang, seperti angin membawa sosoknya memudar. “Seyeon-ah, Yeonwoo-ya, annyeong. Gomawo ya! Aku harap kita bisa ketemu lagi suatu hari nanti!”

“Sehun..oppa” gumam Yeonwoo kemudian menatap Seyeon yang juga menatapnya. “Udah pergi ya…”

“Cara perginya nggak elit ya” decak Seyeon membuat Yeonwoo tertawa kecil.

Yeonwoo mendongak menatap langit diikuti oleh Seyeon. “Sekarang yang bisa kita lakukan cuman mendoakan mereka menyelesaikan misinya” ucap Yeonwoo tersenyum.

“Dan semoga aja mereka balik” sambung Seyeon membuat Yeonwoo menoleh ke arahnya dan mengangguk. “Iya”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet