EXO - Drabble [Chen] WITHOUT YOU
EXO - Drabble
Recommended Song:
SM. The Ballad – A Day Without You
Tuhan punya kuasa penuh, termasuk sebuah ‘hidup’ untuk seorang Kim Jongdae. Dia punya jalannya sendiri, punya harinya sendiri, dia punya garis tangannya sendiri yang harus dia jalani. Layaknya kereta api, dia punya jalurnya sendiri, dia harus berjalan disana, menciptakan sendiri perjalanan hidupnya, entah mulus atau sesekali terguncang.
Seberapa kencang Jongdae berteriak pada langit, mengutuk setiap warna biru yang seakan tak mengerti hatinya saat ini, tak akan merubah hidupnya. Tuhan telah menggariskan hidup seorang Kim Jongdae. Tak ada satupun manusia di bumi ini yang ingin ada guncangan di jalurnya, semua ingin melaju mulus. Tak ada kegagalan, tak ada jatuh, tak ada sakit seperti yang dirasakan Jongdae saat ini.
Hatinya terlalu hancur untuk disatukan kembali.
Kim Jongdae jatuh dan terluka saat melewati jalur yang membuat perjalanannya terguncang.
Jongdae memutar-mutar cincin diantara ibu jari dan telunjuknya, pandangannya mengarah pada sebuah foto di atas nakas berwarna putih yang tersudut diantara dinding dan ranjangnya. Sorot mata tanpa kehidupan.
Pikirannya membumbung tinggi. Jongdae terjebak di dalamnya, di dalam gambar masa lalu yang menghantuinya.
Li Yin
Wanita yang selalu menggenggam tangannya saat berjalan bersama di tengah musim gugur. Bagaimana telapak tangan mereka menyatu, saling menggenggam di dalam saku mantel Jongdae.
Li Yin pernah memunguti tiga daun Mapel berwarna kuning kemerahan yang terjatuh di atas trotoar. Dia menuliskan beberapa bait puisi disana.
Daun Mapel yang pertama:
Aku bahagia..
Karena Kim Jongdae mirip unta
Patung Spinx di Mesir sangat indah
Melihat Jongdae seperti berada di Mesir
I love it
Daun Mapel yang kedua:
Semanis karamel..
Bola mata Kim Jongdae yang berwana coklat dan mengkilat
Tolong tuang di atas pancake
Karena aku ingin karamel seperti Jongdae
Daun Mapel yang ketiga:
Setumpuk daun mapel..
Hijau, kuning dan merah
Seperti Jongdae
Jadi hijau saat mual
Kuning saat sakit
Merah saat aku menciumnya
Seperti setumpuk daun mapel..
Jongdae memberikan warna untukku
Jongdae akui Li Yin bukan seorang penulis puisi yang baik. Tapi, terlihat jelas dari setiap tulisan Li Yin, dia punya cinta yang begitu besar untuk Jongdae.
“Chen Chen, ayo keramas.”
“Aku baru keramas lima hari yang lalu, Li Yin sayang.”
“Astaga, Chen Chen. Apa kepalamu tidak gatal?”
“Tinggal digaruk saja kan?” Jongdae nyengir.
“Tidak! Keramas atau pergi ke tukang cukur!”
Li Yin menarik Jongdae dari sofa, membawanya menuju kamar mandi, lalu memaksa Jongdae merundukkan kepalanya hingga Jongdae bisa melihat tembok kamarnya dari antara kedua kakinya. Dia bisa merasakan air mengalir di kepalanya, mem
Comments