Sudah beberapa kali keduanya berkeliling di dalam gedung setinggi 237 meter itu tetapi mereka tidak menemukan titik terang yang mereka cari.

"Semuanya sudah kita datangi, tetapi tidak ada satu pun yang membuatku ingat apa yang membuat kita menjadi seperti ini." gerutu Jihyo sambil meluruskan kakinya di bangku teras yang terkenal dengan love lockets-nya. 

Sehun mendudukan bokongnya ke sebelah Jihyo, "Sama. Aku juga tidak menemukan apapun sebagai bukti kita menjadi seperti ini."

Jihyo memandang sekelilingnya, hamparan gembok warna-warni di depannya begitu indah, lalu dirinya menghela napas, dulu saat dia memiliki pacar, dirinya tidak pernah ke Namsan Tower untuk sekedar mengeratkan gembok pada teralis pagar pembatas gedung itu. 

Masa mudaku sangat menyedihkan.

Seoul masih tidak terlalu banyak mengalami perubahan, hanya ada beberapa gedung pencakar langit tambahan saja yang menghiasi kota kelahiran perempuan itu. Namsan Tower masih sama, kemarin saat ia berjalan-jalan sendiri ke Myeong-dong, pusat turis dan perbelanjaan di Seoul itu juga tidak mengalami banyak perubahan, hanya saja, di masanya sekarang ini, pusat perbelanjaannya sudah tertata lebih baik dan rapi dari masanya yang asli.

"Aigoo, maaf...."

Sehun dan Jihyo menoleh ke sumber suara. Seorang ahjumma berusia sekitar 60 tahunan sedang membungkuk meminta maaf kepada pasangan yang ia tabrak. Tas berwarna merah milik ahjumma itu terjatuh dan mengeluarkan berbagai macam isinya. Sementara pasangan remaja di depannya malah menatap ahjumma itu dengan sinis,

"Lain kali berjalan jangan hanya pakai kaki tetapi pakai mata juga!" ujar si gadis ketus.

"Aigoo, maafkan aku..."

"Ayo, Hyeri-yah, ahjumma ini membuatku badmood." kata si laki-laki lalu keduanya meninggalkan ahjumma malang itu sendirian.

Sehun berdiri mendekati ahjumma itu, ia lalu jongkok dan membantu ahjumma malang itu membereskan isi tasnya. Jihyo yang melihat itu langsung tergerak hatinya mengikuti apa yang Sehun lakukan.

"Aigoo, aigoo, tidak apa-apa, ini memang salahku...." Ahj