Chapter 6

Crimson Love
Please Subscribe to read the full chapter

Author’s POV

“Oppa hentikaaaann! Aku benci dengan kucing! Singkirkan makhluk itu sekarang juga! Oppa!” Jehwa berputar mengelilingi air mancur yang berdiri di sebuah taman kecil di sekitar apartemen Baekhyun. Wajahnya merah menahan amarah dan ketakutan. Jehwa sangat tidak suka dengan kucing, entah apa sebabnya dia sangat membenci makhluk ciptaan Tuhan yang satu itu.

“Oh Jehwa, lihat wajahnya, dia sangat lucu kan, kemarilah, akan kukenalkan kau padanya.” Ujar Baekhyun meledek Jehwa dengan senyum jahilnya. Baekhyun mengikuti gerakan Jehwa yang masih terus berputar di sekitar air mancur.

Suasana menyenangkan sedang terbentang di sana layaknya sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta. Ya, mereka sudah menjadi sepasang kekasih sekarang. Sudah seminggu lamanya sejak mereka menyetujui ikrar cinta yang Baekhyun suguhkan pada Jehwa. Keduanya beradaptasi dengan cepat, tidak memerlukan waktu yang banyak untuk saling mengenal satu sama lain, tapi dalam konteks ini, Jehwa lah yang paling mengerti seperti apa Baekhyun sebenarnya.

Akhir pekan adalah waktu yang tepat bagi pasangan baru ini untuk mendekatkan diri lebih dalam dan tentunya bagi Jehwa, kesempatan untuk menyelesaikan misinya.

Sudah seminggu lamanya mereka bersama, tapi Jehwa masih belum menemukan tanda apapun yang menjurus ke bukti tambahan atas pembunuhan Lay. Baekhyun orang yang sangat licin, sehingga sangat mudah untuk berkelit dari pertanyaan-pertanyaan yang secara tidak langsung dilontarkan oleh Jehwa.

“Oppa hentikan... aku lelah.” Kini tubuhnya yang lelah karena berlarian mengitari air mancur selama setengah jam akhirnya terduduk lemas di atas rerumputan. Baekhyun yang mencoba mengerti Jehwa akhirnya berhenti juga di seberang air mancur di mana Jehwa terduduk.

Jehwa melipat kakinya dan mengipasi wajahnya yang panas dengan telapak tangan. Sementara Jehwa yang sedang lengah mengurusi wajahnya, Baekhyun merangkak dalam diam dan berhenti di samping Jehwa. Jehwa tidak sadar Baekhyun telah ada di sampingnya hingga suara kucing yang digendong Baekhyun ber‘meong’ kecil dan membuat Jehwa syok setengah mati.

“Kyaaaaa! Oppa! Menyingkirlah dari hadapanku! Kau gila oppa!” Jehwa beringsut menjauh dari duduknya semula dan menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Baekhyun menertawai Jehwa dengan puas, Jehwa yang sudah merasakan ketakutan pada puncaknya dan merasa tidak tahan lagi akhirnya melelehkan butir demi butir cairan bening yang keluar dari matanya. Seketika itu Baekhyun langsung menghentikan tawanya dan menatap Jehwa cemas.

Baekhyun menyingkirkan kucing yang ada di pelukannya dan berjongkok di depan Jehwa.

“Jehwa, sudah jangan menangis, lihat, kucingnya sudah aku singkirkan, jangan menangis lagi. Maafkan aku Jehwa, maaf.. berhentilah menangis..” Baekhyun kini merasa menyesal karena telah membuat Jehwa menangis seperti itu. Jehwa membuka rengkuhan tangannya dan menatap Baekhyun dengan mata yang terhalang air. Pipinya basah karena air mata.

“Aigoo.. kenapa kau jadi semakin jelek setelah menangis begitu..” Baekhyun mencoba membuat Jehwa tertawa dengan lelucon yang sama sekali tidak lucu itu pada Jehwa. Jehwa justru membelalakan matanya lebar-lebar kearah Baekhyun dan menghapus air mata di wajahnya. Baekhyun terkikik geli melihat tingkah Jehwa yang sangat menggemaskan.

“Ini semua karena ulahmu oppa, kau jahat, huh!” ucapnya membuang muka dari tatapan mata Baekhyun.

Baekhyun tersenyum semakin lebar dan menyentuh dagu Jehwa untuk menatap matanya kembali. Tapi Jehwa mundur menghindari sentuhan Baekhyun. “Aku tidak bermaksud begitu, aku hanya bercanda sungguh, lagipula kau semakin menggemaskan jika sedang ketakutan begitu. Hahhaha..” Baekhyun kembali tertawa dan membuat Jehwa sebal.

Apanya yang lucu dan menggemaskan, hah? Dasar laki-laki aneh, batinnya.

“Kau harus bertanggung jawab karena telah membuatku haus oppa, ingat apa yang kau perbuat tadi.” Jehwa menodong Baekhyun dengan kilah kejadian barusan dan membuat Baekhyun bertanggung jawab karenanya.

Baekhyun menyipitkan mata. “Tentu saja seharusnya aku tau semuanya akan berakhir begini.” Ucapnya sinis.

Sekarang giliran Jehwa yang tersenyum dengan lebarnya dan membuat kedua pipinya menjadi menggembung. Ini Big Strike lain yang Jehwa sodorkan pada Baekhyun, ia tau hanya dengan begitu saja, Baekhyun pasti akan langsung luluh. Dan benar, Baekhyun langsung menatapnya lembut dan itu pertanda baik bahwa ia akan mengabulkan permintannya.

“Baiklah.. ayo berdiri. Kita beli sesuatu untuk diminum sekarang.” Baekhyun mengulurkan kedua tangannya untuk membantu Jehwa berdiri. Jehwa dengan ragu menyambut tangan itu setelah beberapa lama memandanginya dan seperti biasanya, tubuhnya bereaksi aneh sehingga membuatnya melepaskan tangan Baekhyun dengan segera. Baekhyun yang sudah terbiasa diperlakukan begitu hanya diam saja dan jalan meninggalkan taman.

Keduanya kini berjalan bersebelahan dengan memegang sebotol milk shake ditangan masing-masing. Mereka menyusuri trotoar sepanjang kota yang ramai di akhir pekan dan mendapati banyak pasangan yang berpapasan dengan mereka. Walau keduanya merasa sudah saling kenal, ternyata tidak begitu.

Keduanya masih canggung untuk menyentuh sama lain, Baekhyun berkali-kali mencoba untuk meraih tangan Jehwa yang bebas, tapi selalu gagal. Jehwa memang sengaja melakukannya daripada ia menerima resiko jika ia disentuh oleh laki-laki. Ia membuatnya terlihat tidak sengaja ketika Baekhyun mencoba meraih tangannya seperti dengan menunjuk suatu poster di dinding jalan atau menunjuk sesuatu yang dianggapnya menarik atau juga menyentuh bis surat di pinggir jalan. Ia mencoba senatural mungkin untuk menolak tangan Baekhyun. Jika ia kehabisan objek untuk ditunjuk, ia hanya memasukkan tangannya kedalam saku jaket dan Baekhyun pasrah karenanya.

Sampai saat yang benar-benar tak terduga terjadi, dimana Jehwa lengah saat sedang menyeberang di jalan yang membentang lebar dan mendapati dirinya hampir tertabrak taksi yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Ia tidak sadar sudah sejak kapan ia melamun sambil menyeberang jalan.

“Jehwa!” teriak suara yang memanggil nama Jehwa ketika ia hampir tertabrak taksi itu. Jehwa terkaget dan tersungkur kebelakang akibat terdorong oleh laki-laki di depannya, Baekhyun segera menghampirinya dan mengecek Jehwa apakah ada yang luka atau tidak. Sementara dua orang laki-laki yang tadi menyeberang bersama Jehwa kini tampak luka-luka akibat berbenturan dengan aspal. Baekhyun segera membawa Jehwa ke sisi trotoar dan terlihat petugas medis dan kepolisian datang dengan segera ke tempat lokasi kecelakaan itu.

Seorang petugas medis mendatangi Jehwa dan menanyakan banyak pertanyaan. Jehwa yang masih limbung hanya diam saja atau hanya menjawab pertanyaan itu dengan mengangguk dan menggeleng. Kemudian petugas kesehatan itu meninggalkan Jehwa setelah dikiranya ia baik-baik saja.

Jehwa menarik napas panjang dan memejamkan matanya. Baekhyun masih mengawasinya dengan saksama. Jehwa tidak sadar ia sedang melamunkan apa barusan sehingga membuatnya lengah.

“Oppa..” panggilnya lirih pada Baekhyun. Baekhyun menatap kedua manik mata hitam milik Jehwa, “Jika kau tadi tidak berteriak memanggil namaku, mungkin aku tidak akan seberuntung ini. Terima kasih oppa..” ujarnya dengan nada suara yang sangat rendah.

Baekhyun menautkan alisnya bingung. “Memanggilmu? Kapan?Aku tidak memanggilmu, Jehwa.” Ucapnya jujur.

Jehwa mengerutkan kening, sama bingungnya dengan Baekhyun. “Lalu.. siapa yang tadi memanggilku?” tanya Jehwa bingung, pikirannya seketika melayang pada Lay, ia kemudian duduk tegap dan mengedarkan seluruh pandangannya ke sekitar tempat itu, mencari sosok Lay. Berharap menemukan sosok transparan yang hanya bisa dilihat olehnya.

Tapi nihil. Ia tak bisa menemukan sosok Lay di sana. Ia yakin dengan benar bahwa tadi ada suara yang memanggil namanya dan bukan hanya halusinasi semata. Jehwa menatap Baekhyun bingung dan tertunduk memandang sepatunya sendiri. Baekhyun masih bingung dengan sikap Jehwa yang aneh.

Tapi Baekhyun sadar ia tak bisa dalam suasana ini lama-lama. “Kau sudah merasa baikkan?” tanya Baekhyun dengan lembut. Jehwa hanya mengangguk singkat untuk menjawabnya.

Akhirnya ia berdiri dan Jehwa mengikuti arah gerakannya. “Ayo..kita pergi. Tidak baik duduk di pinggir jalan lama-lama seperti ini. Kau harus pulang dan istirahat.” Baekhyun mengulurkan tangan sekali lagi untuk membantu Jehwa berdiri, kali ini ia hanya memandangi tangan Baekhyun dengan tampang bingung.

Tak membutuhkan waktu lama untuk merengkuh tangan Jehwa ke dalam tangan Baekhyun, otak Jehwa yang lamban terkadang memang sangat memberi ‘kesempatan dalam kesempitan’, sehingga Baekhyun dengan senang hati memanfaatkannya dengan baik.

Jehwa tampak kaget ketika melihat tangannya telah berada di dalam genggaman tangan Baekhyun dan telah berdiri rapat di samping Baekhyun.

“Pegang tanganku, kau tak boleh lengah mulai sekarang. Biarkan aku menjagamu dengan menautkan tangan kita berdua, oke?” Baekhyun menatap mata Jehwa dalam-dalam, Jehwa membalasnya dengan ragu, tapi kemudian mengangguk pasrah.

Digenggamnya tangan kecil Jehwa dengan tangannya yang besar. Tangannya semakin hangat karena kulit mereka saling bersentuhan.

Dibimbingnya Jehwa menyeberangi jalan lebar itu dengan memegang tangannya erat-erat. Sementara Jehwa kini sedang merasakan reaksi aneh dari sentuhan laki-laki di sampingnya itu. Jehwa merasa mual dan gelisah. Keringat dingin mengalir dari kulit di dalam jaket dan pelipis matanya. Ia merasa sangat tak nyaman dan matanya mulai mencari toilet umum di sekitar trotoar dengan liar. Tak lama kemudian ia melihat toilet umum itu di ujung trotoar.

“Oppa aku ingin ke toilet, ada di ujung jalan, ayo cepat ke sana!” Jehwa buru-buru mendapati tempat itu, sebelumnya ia berniat melepaskan diri dari genggaman tangan Baekhyun, tapi kekuatan Baekhyun tak bisa ia imbangi karena Baekhyun terus memaksa untuk menggenggam tangannya. Hingga akhirnya ia membawa Baekhyun berlari ke depan toilet, baru saat itu Baekhyun bersedia melepaskan genggamannya.

Baekhyun yang merasakan keanehan yang terjadi pada Jehwa hanya memandanginya dengan curiga. Terlebih lagi saat ia melihat keringat bercucuran di pelipis matanya. Seingatnya mereka berdua berjalan dengan santai, sehingga itu terlalu mencurigakan kenapa Jehwa sampai berkeringat. Baekhyun berpikir ada yang tidak beres pada Jehwa setelah insiden barusan. Ia tak memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain yang tepat untuk dispekulasikan dengan ketidaktahuannya.

Sesaat setelahnya Jehwa keluar dari toilet dan telah menyimpan rapat kedua tangannya di dalam saku jaket. Baekhyun menatapnya dan kini tak memaksakan lagi untuk menggenggamnya.

“Aku sudah baikan oppa, jadi kau tak perlu menggandengku lagi, lihat? Aku sudah bisa berlarian dan tak akan jatuh.” Jehwa memberitahukannya pada Baekhyun sebelum ia sempat bertanya. Ia harus mencari alasan yang masuk akal untuk mengelak dari tangan Baekhyun. Tubuhnya kini berlari kecil meninggalkan Baekhyun yang tetap berjalan dengan santai di belakangnya. Baekhyun tersenyum miring melihat tingkah Jehwa.

Kini perasaannya telah terisi dengan racun cinta yang sangat memabukkan. Hatinya kembali melambung seperti dulu ketika ia masih seumuran Jehwa dan menikmati cinta yang sama. Walau telah berlalu sejak tiga tahun yang lalu, tapi tetap saja rasanya ia merasakan hal yang sama sedang terjadi. Dalam konteks ini, Baekhyun lah yang harus mengalah mengikuti gaya pacaran remaja seumuran Jehwa ketimbang mengikuti gaya pacaran seumurannya. Demi perempuan itu, Baekhyun akan lakukan apapun yang bisa ia lakukan, karena dengan begitu ia akan merasa sedikit tenang karena beranggapan bahwa ia sedang menebus dosa yang pernah dibuatnya dulu.

Lain Hyunmi, lain lagi dengan Jehwa. Butuh waktu yang sangat keras bagi Baekhyun untuk mendekatkan diri dengan Jehwa secara fisik, tidak seperti Hyunmi yang selalu menempel ketat pada  lengannya dan selalu mengekor kemanapun Baekhyun pergi. Ada sesuatu yang berbeda dengan Jehwa sehingga ia sangat sulit untuk melakukan kontak fisik dengan perempuan itu.

Dukkk! Suara benturan itu membuat Baekhyun terbuyar dari lamunan dan matanya mendapati Jehwa sedang tersungkur di jalan di depannya.

Baekhyun segera menghampiri Jehwa dan mendapati Jehwa buru-buru berdiri dan menolak bantuan apapun yang disodorkan oleh Baekhyun. “Aku baik-baik saja oppa, sungguh..” ucapnya singkat dan memandang Baekhyun dengan cengengesan.

“Hati-hatilah Jehwa, kau ini ceroboh sekali.” Baekhyun mencibirnya dan menatap mata Jehwa dengan sayang. “Ayo pulang, kau benar-benar harus istirahat ternyata.” Baekhyun menimpali dan membimbing Jehwa pulang.

Sisa akhir pekan itu akhirnya mereka habiskan di rumah dan kembali dengan kesibukan masing-masing.

-

“Ck! Ternyata ia di sana, pantas saja kini melupakanku, menemukan mainan baru rupanya.” Jehwa memanyunkan bibirnya di bingkai jendela dan mendapati Lay sedang asik bermain dengan anjingnya di halaman rumah. Ternyata hewan itu bisa melihat Lay yang tentu saja tetap transparan. Jika orang lain yang melihat, mungkin sudah mengira bahwa anjing yang setia menunggui rumah

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
aethelwyne
#1
Chapter 8: Hoho. . Kisah cinta yang tragis dengan akhir yang membahagiakan ^^
aethelwyne
#2
Chapter 2: Omegat, tega kau baekhyun -_-
Kalo hantunya ganteng kek Lay gitu sih gua mau2 aje didatengi. Ehh ? #plakk
delevaprilla #3
Chapter 8: Thanks for subs.. ^^
IINLYN #4
Chapter 2: wah lay jadi hantu,
kalo hantunya kaya dia di datengin tiap malem gak pa pa
IINLYN #5
Chapter 1: Baru pertama kali baca FF baekhyun-nya jadi orang jahat
cit___
#6
Chapter 8: Endingnya bahagia dan sedih :'( huaa T_T
Cassasa #7
Chapter 8: knp endingnya kayak gini? *sroot* nangis sendirian di kamar thor ToT
Cassasa #8
Chapter 7: aciaaa... baekhyun dilanda asmara~ lovelife nya lay sma jaehwa tragis ToT
cit___
#9
Chapter 6: Baekhyun jadi psikopat? Horror..
Jadi makin seru ceritanya. Update soon ya eon
Cassasa #10
Chapter 6: kyaaa... baekhyun psikopat :o lanjut eon.. aku suka suho jdi detektif :3