Chapter 3

Crimson Love
Please Subscribe to read the full chapter

Lay’s POV

“Panggil saja aku Malaikat Kris.” Kata sosok berjubah putih itu yang masih terbang di atasku.

Aku mengernyit, merasa aneh. Malaikat yang bernama Kris itu menjemputku−eh bagaimana mengatakannya ya? Lebih tepanya ia menjemput nyawa dari ragaku. Dan entah kenapa setelah itu dia mengantarkanku ke depan rumah berlantai dua yang masih berada di sekitar pusat kota ini.

“Untuk apa kau membawaku ke tempat ini? Bukankah kau seharusnya membawaku ke surga? Aku merasa tak punya banyak dosa jadi aku pantas di surga.” Kataku saat masih terbang bersamanya.

“Kau masih belum diputuskan ke surga atau neraka, ke akhirat pun kau masih belum sampai,” ucapnya datar. “Kau harus tinggal di dunia untuk sementara karena kau mati dengan tragis dan bisa dibilang nyawamu masih penasaran.” Lanjutnya.

Aku mengangguk sok mengerti. Padahal menurutku semua ini masih tetap tak masuk akal. Aku sudah mati. Astagaaaa. Aku sesosok hantu sekarang.

“Masuklah ke dalam rumah ini, temui perempuan muda yang tinggal di rumah itu. Aku tidak akan memberi petunjuk apapun. Munculah di depannya karena hanya dia yang bisa melihatmu nantinya.” Ceramah Malaikat Kris masih belum selesai, “Dengan dekat dengannya kau akan tau segala sesuatu yang membuatmu penasaran. Setelah rasa penasaranmu tuntas. Kau bisa pergi ke akhirat.” Imbuhnya.

Aku mendengarnya dengan saksama, aku memandang rumah itu lekat-lekat, keraguan melanda hatiku.

“Tunggu...” saat aku menoleh ingin menanyakan sesuatu pada Malaikat Kris, tiba-tiba saja sosok itu sudah terbang jauh di langit. Aku tak bisa mengejarnya setinggi itu. Aku memanggilnya tak berdaya. Tapi sosok itu hanya mengacungkan jempolnya ke arahku.

“Argh apa-apaan Malaikat itu?” gerutuku.

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Jadi sekarang aku adalah sesosok hantu. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah ada hantu selain diriku sendiri yang berkeliaran juga karena penasaran di dunia ini. Aku menghela napas, tapi aku lupa bahwa aku tak akan punya napas lagi. Masih belum terbiasa dengan keadaan sebagai hantu.

Setelah matahari semakin menampakkan sinarnya, aku masuk ke dalam rumah itu. Ah ya, tubuhku sudah pasti transparan jadi aku bisa masuk ke dalam rumah dengan  sesuka hati, tak perlu lewat pintu atau permisi. Tak ada yang melihatku.

Sesampainya di dalam, seisi rumah terlihat hiruk-pikuk bisa ditebak mereka pasti sedang bersiap-siap untuk melakukan aktivitas hari ini. Aku terus berkeliling ke seluruh penjuru rumah. Aku belum melihat perempuan muda yang dimaksud oleh Malaikat Kris. Yang ada hanya seorang laki-laki yang mungkin seumuranku, kalau aku masih hidup, dan memang ada perempuan tapi ia tak muda, mungkin ibu dari perempuan itu, tebakku.

Kulihat ibu itu naik ke lantai dua dan aku mengikuti di belakangnya.

“Jehwa! Ayo bangun, sudah jam berapa sekarang! Kau tidak mau terlambat datang ke sekolah kan!” teriak ibu itu sambil menggedor-gedor pintu kamar.

Aku mulai penasaran sekarang. Aku berniat masuk ke dalam kamar. Tapi kuputuskan untuk menunggunya di depan pintu saja. Mungkin ia sedang siap-siap jadi kupikir dia pasti butuh privasi. Walaupun aku hantu yang bisa melakukan banyak hal sesuka hati tapi aku masih mempunyai sopan santun hahaha. Aku tertawa konyol dan berdiri menunggu di depan pintu.

Tak lama setelah itu pintu terbuka dan aku melihat seorang perempuan keluar dari kamar. Rambut panjangnya tergerai indah dengan poni yang menutupi jidatnya.Tubuhnya ramping, tapi sepertinya terlalu ramping untuk ukuran perempuan seumurannya, tingginya pun sedang dan bisa dibilang dia perempuan yang mungil.

Sesaat sebelum ia menapaki tangga, tubuhnya berbalik ke arahku dan sontak membuatku kaget. Ia memandang ke tempat di mana aku berdiri. Seperti menyelidik sesuatu dan kemudian ia melanjutkan langkahnya menuruni tangga.

Aku terpaku di tempat dan mulai meyakini apa yang Malaikat Kris katakan. Perempuan itu bisa merasakanku, mungkin bisa juga melihatku. Tapi dari kejadian berusan, aku bisa menyimpulkan bahwa ia belum bisa melihatku. Kemudian aku melayang ke lantai bawah dan mengikuti perempuan itu pergi ke sekolah mengayuh sepeda sementara aku hanya melayang dengan santai di udara.

Aku mengikuti perempuan itu sampai di kelasnya. Berdiri di pojokkan dan memerhatikan perempuan itu. Gelagatnya mulai aneh dan aku tau pasti dia sedang merasakan keberadaanku. Karena bosan aku berkeliling kelas menembus tubuh-tubuh yang duduk manis di kursi masing-masing.

Saat tubuhku menembus perempuan itu, perempuan itu terlihat tersentak dan seketika mengelus tengkuknya, mungkinkah ia merinding? Sedetik berikutnya ia berbisik-bisik dengan teman sebangkunya.

Aku hanya tersenyum melihat tingkah perempuan itu. Teguran untuk perempuan itu pun tak luput dari gurunya yang sedang mengajar, ini semua karena kehadiranku. Hahahaha. Aku tertawa menang.

Sampai kelas berakhir dan ia pulang lebih awal aku masih tetap mengikutinya. Di rumah aku memutuskan untuk menunjukkan wujudku padanya. Gelagatnya masih tetap tidak tenang dan curiga dengan suasana yang sedang dialaminya. Saat perempuan itu masuk ke dalam kamarnya, dia langsung berganti baju dan karena aku terkejut melihat tubuhnya yang hanya menggunakan pakaian dalamnya, akupun langsung keluar dari kamar, kalau aku masih mempunyai aliran darah, bisa dipastikan mukaku pasti sudah memerah. Otak mesumku tiba-tiba kumat, tapi kutahan hasrat untuk melihatnya lebih lanjut.

Setelah aku menunggu beberapa waktu dan sudah memastikan bahwa perempuan itu telah selesai mengganti pakaiannya aku masuk ke dalam ruangan. Wajahnya tegang dan waspada.

Mungkin aku harus memanggilnya lebih dulu.  Ah siapa namanya tadi? Jehwa, ya Jehwa-sshi. Ternyata walaupun aku sudah menjadi hantu, ingatanku yang payah ini tetap tak berubah. Kupanggil namanya. Berinteraksi beberapa saat dan meyakinkan Jehwa untuk bisa menerimaku. Tak lama setelah itu akhirnya aku menampakan diriku dan menunjukkan wajahku kearahnya.

“Hai, salam kenal namaku Lay..” ucapku kepada Jehwa dan bisa kulihat tubuhnya semakin menegang dengan tatapan antara takjub dan tak percaya. Rasa takut pun terlihat segaris di wajahnya.

Kemudian ia menjawab dengan memperkenalkan dirinya sendiri. “Ha-hai juga, namaku Jehwa,” ucapnya tergagap.

Bisa kurasakan kecanggungan ini. Bagaimana tidak? Perkenalan antara manusia dengan hantu, yang benar saja. Astaga.

“Pertama, aku ingin menyampaikan maaf karena seharian ini aku sudah menganggumu dan membuatmu tidak tenang.” Ucapku berusaha selembut mungkin. “Kedua, kau tak perlu khawatir karena aku bukan hantu jahat, aku hantu yang baik.” Tutupku dengan senyuman yang kaku. Senyuman hantu.

Jehwa yang membatu di atas ranjang hanya memperhatikanku dengan saksama, sesekali mencuri pandang ke arah luar jendela.

“Boleh aku tanya sesuatu?” kini Jehwa mulai membuka mulut.

“Tentu saja.” Jawabku singkat

“Untuk apa kau muncul di hadapanku?” Pertanyaan itu membuatku bingung untuk menjawabnya. Aku sendiri pun tak tahu kenapa aku harus muncul di hadapan Jehwa. Aku hanya menuruti perintah Malaikat Kris, masa iya aku harus mengatakan tentang Malaikat Kris? Tidak bisa. Aku bergelut dengan pikiranku sendiri, mencari jawaban yang tepat.

“Aku tak tau Jehwa-sshi,” akhirnya hanya kata itu yang keluar dari mulutku.

Jehwa menunduk dan mengerucutkan bibir, ah dia lucu sekali. Tanpa terasa aku mulai kagum padanya. Sejurus kemudian aku bertanya balik pada Jehwa.

“Jehwa-sshi,” panggilku dan membuatnya mendongak ke arahku. “Maukah kau berteman denganku? Bisakah?” Pertanyaan yang langsung ke inti itu kontan membuat Jehwa terkejut dan wajahnya terlihat menimbang-nimbang.

“Aku tak tau Lay-sshi, lagipula untuk apa kau meminta berteman denganku? Kita kan baru bertemu dan baru saling kenal dan… kita berbeda,” ucapnya pasrah, suaranya yang sudah terbebas dari getar ketakutan membuatku yakin bahwa keadaannya sudah semakin tenang.

“Entah kenapa aku ingin berteman denganmu Jehwa-sshi,” dustaku, padahal aku tau betul kenapa aku harus berteman dengannya.

“Mungkin harus kupikirkan sebentar, aku tak bisa membuat keputusan dengan buru-buru.”

“Baiklah aku mengerti Jehwa-sshi,” aku mengangguk mencoba mengerti. Ini pasti sangat sulit untuknya, harus berteman dengan hantu.

“Ah ya dan lagi, jika kau ingin menjadi temanku, berhentilah memanggilku Jehwa-sshi, panggil saja aku Jehwa. Lagipula kelihatannya kau lebih tua dariku Lay-sshi,” ucapnya seraya memasangkan selimut di atas kaki putihnya.

“Boleh juga,” kataku sambil tersenyum tipis. “Kalau begitu kau juga tak perlu memanggilku Lay-sshi, panggil saja aku oppa..mungkin? karena kelihatannya aku memang lebih tua darimu. Jika kau tidak keberatan, atau terserah saja kau mau memanggilku apa asal jangan memanggilku Lay-sshi. Sebaiknya kita menggunakan bahasa informal saja, bagaimana?” aku tersenyum sekarang.

“Astaga oppa, kau ternyata cerewet juga ya. Baiklah kalau begitu,” Jehwa menggerutu. “Bisakah oppa meninggalkanku sebentar, sebenarnya aku ingin tidur siang, semalam aku tak bisa tidur karena suatu hal,” karena dia yang memohon jadi apa boleh buat aku harus meninggalkannya.

“Tidak masalah, tidurlah..” tutupku seraya menghilang dari hadapannya dan melayang turun ke halaman depan.

-

Author’s POV

“Aku pasti sudah gila! Aku pasti sudah gila!” Ucap Jehwa menggeleng-gelengkan kepala. Wajahnya tertegun memandang tembok kamar, masih membatu di atas ranjang dengan tubuh yang setengah diselimuti. Pikirannya melayang-layang tak jelas atas semua kejadian yang baru terjadi padanya.

“Ya Tuhan, apa dosaku hingga aku mendapat takdir seperti ini?” Jehwa terus bergumam dan kini menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Matanya terasa kantuk, tapi perasaannya tak bisa membawanya ke alam mimpi. Mana mungkin ia bisa tidur saat ini. Jehwa hanya terus-terusan bernapas dengan teratur.

Di halaman depan, Lay hanya menghabiskan waktunya sendiri. Perasaannya lega karena telah melaksanakan tugas dari Malaikat Kris, dia telah menunjukkan wujud hantunya pada Jehwa.

Menilik dari gelagatnya yang seperti ini, Lay sepertinya masih belum tau apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri. Dia tak ingat kenapa dia mati dan karena apa dia bisa mati. Ingatannya sebagai manusia belum terbuka dan ketika saatnya telah tiba nanti, Lay akan tau yang sebenarnya.

Pagi harinya, Jehwa bangun lebih awal dan menjamin tidak akan terlambat lagi datang kesekolah. Dia sudah duduk manis di meja makan setelah semuanya berkumpul. Pagi itu pun diawali dengan sarapan bersama yang hangat. Setelah selesai, Jehwa keluar rumah menuju sepeda setia yang telah bertengger dengan manisnya. Setelah membuka pintu, ia terkaget dengan sosok Lay yang berdiri di samping sepedanya.

“Selamat pagi, Jehwa…” sapanya sambil melambaikan tangan kanannya.

Jehwa yang lupa akan kehadiran sosok Lay pun terlonjak kaget.

“Astaga...kau membuatku kaget oppa.” Lontarnya mengelus-elus dada dan menghapiri sepeda manisnya.

“Bagaimana malammu? Tidur nyenyak?” tanya Lay sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal itu. Bagaimanapun juga Lay masih merasa canggung. Tapi ia tetap bersyukur karena Jehwa menerima keberadaannya walaupun dia belum menerimanya menjadi teman.

“Emm..” Jehwa hanya bergumam mengiyakan. Ia menaiki sepedanya dan mengayuhnya dengan pelan. Lay mengikuti di sampingnya dan mencoba mengobrol dengan Jehwa.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
aethelwyne
#1
Chapter 8: Hoho. . Kisah cinta yang tragis dengan akhir yang membahagiakan ^^
aethelwyne
#2
Chapter 2: Omegat, tega kau baekhyun -_-
Kalo hantunya ganteng kek Lay gitu sih gua mau2 aje didatengi. Ehh ? #plakk
delevaprilla #3
Chapter 8: Thanks for subs.. ^^
IINLYN #4
Chapter 2: wah lay jadi hantu,
kalo hantunya kaya dia di datengin tiap malem gak pa pa
IINLYN #5
Chapter 1: Baru pertama kali baca FF baekhyun-nya jadi orang jahat
cit___
#6
Chapter 8: Endingnya bahagia dan sedih :'( huaa T_T
Cassasa #7
Chapter 8: knp endingnya kayak gini? *sroot* nangis sendirian di kamar thor ToT
Cassasa #8
Chapter 7: aciaaa... baekhyun dilanda asmara~ lovelife nya lay sma jaehwa tragis ToT
cit___
#9
Chapter 6: Baekhyun jadi psikopat? Horror..
Jadi makin seru ceritanya. Update soon ya eon
Cassasa #10
Chapter 6: kyaaa... baekhyun psikopat :o lanjut eon.. aku suka suho jdi detektif :3