CHapter 5

Crimson Love
Please Subscribe to read the full chapter

Author’s POV

“Suho oppa…!” teriak Jehwa dari lantai dua dan berlari menuruni tangga menuju lantai bawah. Suho memandanginya dengan heran. Lay hanya meluncur di udara mendahului Jehwa.

“Ada apa Jehwa?” ucap Suho santai di sofa berwarna coklat susu di ruang tamu rumah mereka. Ia mengenyakkan tubuhnya dan melucuti dasi yang menempel di kerah bajunya dengan telaten.

“Oppa, aku ingin bertanya sesuatu,” kini Jehwa berniat akan membicarakan tentang pembunuhan itu dengan oppa-nya tercinta. “Apa oppa pernah menangani kasus pembunuhan?” pertanyaan Jehwa sukses membuat Suho menyipitkan mata.

“Untuk keperluan apa kau menanyakan itu padaku?” kini Suho yang sangat berpengalaman itu mulai curiga melihat gelagat Jehwa yang tidak biasa.

Jehwa merasakan apa yang dipikirkan oleh Suho, ia merutuki dirinya sendiri atas kebodohannya yang menanyakan pertanyaan itu secara gamblang pada Suho.

Seharusnya tadi aku basa-basi dulu, ah bodoh! Batinnya.

“Kau terlalu terang-terangan bertanya padanya begitu Jehwa, dasar bodoh!” Lay mencibir Jehwa dan mulai merasakan usahanya saat itu tak mungkin berhasil. Suho sudah terlanjur curiga dengan pertanyaan Jehwa yang tidak biasa itu.

“Ah..ah tidak ada apa-apa oppa, aku hanya ingin tau saja,” ujarnya salah tingkah, kini usahanya untuk bercerita pada Suho mulai di ujung tanduk. Diliriknya Suho yang mengerutkan kening memandang wajahnya yang mencurigakan. Jehwa kali ini pasrah dengan kebodohannya. Jika Suho menanggapinya ia bersyukur, tapi jika ia diabaikan oleh Suho, mungkin ia harus mencobanya lain kali.

“Tumben sekali kau ingin tau kegiatan yang oppa lakukan dalam pekerjaan ini?” Jehwa melihat ada sinyal bagus dalam respon Suho yang di luar dugaan. Kemungkinan besar ia akan menanggapi Jehwa. Jehwa tersenyum di dalam hati. Yes! Ia membatin.

“Ya memangnya tidak boleh mengetahui pekerjaan oppa-nya sendiri? Lagipula sepertinya pekerjaan oppa ini sangat menarik, apalagi gajinya sangat besar kan? Makanya oppa sering memberiku uang jajan hehehe,” ucapnya cengengesan. Membuat Suho yang memperhatikannya sedari tadi merasa gemas dengan tingkah satu-satunya adik perempuan yang dimiliknya itu.

“Apa pembicaraan ini ada hubungannya dengan uang jajan?” tanya Suho curiga pada Jehwa.

“Tidak oppa… uang jajanku sudah sangat cukup, tidak perlu ditambah lagi. Tapi kalau oppa ingin menambahnya, boleh boleh saja,” usaha Jehwa untuk mencairkan kecurigaan Suho pun akhirnya berhasil.

“Lain kali akan oppa tambah. Tapi jangan dihambur-hamburkan, oke?” Suho yang entah kenapa begitu mirip dengan ayah mereka sungguh membuat hati Jehwa merasa selalu dilindungi.

“Kakak yang baik.. tapi kasian memiliki adik yang bodoh dan lamban sepertimu,” Lay menggerutu dari sofa di seberang sana. Membuat Jehwa sukses mendaratkan tatapan mautnya di mata Lay, yang dituju hanya menjulurkan lidah dengan mengejek.

Jehwa kembali konsentrasi dengan Suho, “Iya oppa, pasti akan aku gunakan dengan sangat baik.” Kini otaknya memutar cara agar ia bisa mengobrol dengan Suho dan bisa menceritakan tentang pembunuhan Lay. “Oppa, kembali kepertanyaanku yang tadi, jujur saja aku hanya ingin tau dan penasaran dengan apa yang oppa lakukan dengan pekerjaan oppa, mungkin saja aku ingin menjadi seperti oppa juga.” Jehwa merasakan kedustaan di dalam ucapannya barusan.

Yang benar saja, berpikir saja ia lamban apalagi menentukan keputusan genting dengan bijaksana seperti detektif pada umumnya. Jehwa meringis dalam hati tak mempercayai perkataanya barusan, konyol.

Lagi-lagi Lay berdecak mengejek dengan ucapan Jehwa yang tidak masuk akal itu, Jehwa hanya mengabaikannya.

“Benarkah? Itu berarti kau harus pintar dalam matematika dan cekatan dalam mengambil keputusan yang penting Jehwa,” ucapan Suho barusan sukses membuat Jehwa menganga lebar dan menyesal telah mengucapkan keinginannya menjadi detektif seperti Suho, walaupun ia tahu keinginan itu hanyalah kebohongan semata, tapi tetap saja, secara tidak langsung Suho mengejeknya. Dilihatnya Suho meringis dan tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Jehwa.

“Yang benar saja oppa, aku sangat tak pandai dalam matematika,” Jehwa memanyunkan bibir dan membuat Suho tertawa.

“Maka dari itu belajarlah dengan sungguh-sungguh sedari sekarang, atur masa depanmu dengan baik. Oppa ingin adikku tercinta ini menjadi orang yang sukses!” Suho mengacak rambut Jehwa yang tergerai dengan bebas, menunjukkan rasa sayang pada Jehwa.

“Ya oppa, baiklah..” ujar Jehwa lemah. Ia melihat percakapan ini akan dibawa entah kemana, Jehwa mulai berniat mengakhiri pembicaraan ini dan mencobanya lain kali, terlebih lagi sosok yang hanya bisa dilihat Jehwa di sofa seberang sana semakin terbahak-bahak tak karuan, membuatnya semakin suntuk.

Dilihatnya Suho beranjak dari sofa dan mengambil remot televisi di atas meja di depan sofa yang mereka duduki.

Suho mengganti saluran televisi dengan pelan, mencari acara yang dikiranya pas untuk ditonton. Jehwa hanya terduduk tak berdaya di samping Suho. Matanya memandang televisi tak peduli.

Kemudian Suho berhenti mengganti saluran dan terpaku di sebuah acara berita kriminal yang tayang setiap sorenya. Mata Jehwa membelalak, mulai tertarik dengan acara yang disuguhkan di televisi. Ini satu-satunya kesempatan yang ia dapat untuk mencari informasi dari Suho secara tidak langsung.

“Ck.. pembunuhan setiap hari, di mana rasa kasih sayang manusia saat ini, kenapa punya rasa tega untuk membunuh sesama manusia.” Suho bergumam dengan menyilangkan kedua tangannya diatas perut.

“Dunia sudah sangat kejam oppa, tidak mengenal belas kasihan,” ujar Jehwa berkomentar dengan sangat hati-hati. Suho mengangguk setuju. Ingatannya melayang pada kejadian yang menimpa Lay. Hatinya mulai miris.

Kini pembaca berita mulai membacakan berita lain, Jehwa dan Suho memperhatikan dengan saksama.

“Direktur baru perusahaan DC Company dikabarkan menghilang sejak lima hari terakhir. Tak ada kabar dari pengusaha muda bernama lengkap Zhang Yi Xing itu. Ia dikabarkan menghilang sehari setelah ia sampai di Korea dalam perjalanannya dari Cina. Saudara sepupu, Byun Baek Hyun yang dilangsir menjadi orang terakhir yang bersama tuan Zhang, mengaku tak tau apa-apa dengan menghilangnya pemuda berdarah Cina tersebut. Sampai saat ini pihak keluarga masih mencari dan polisi masih berspekulasi menghilangnya tuan Zhang ini bisa jadi adalah kasus pembunuhan.” Pembaca berita itu mengakhiri informasinya.

Jehwa sukses membuka mulut dengan lebar saat melihat gambar yang dimaksud ditelevisi itu adalah wajah Lay dan tanpa ia sadari Lay sudah melayang di belakangnya sepanjang pembacaan berita barusan. Suho memandangi televisi dengan intens. Wajahnya nampak frustasi. Jehwa yang menyadari ekspresi Suho yang tidak biasa itu mulai menangkap sesuatu yang mencurigakan.

“Oppa, kau kenapa melihat televisi begitu serius? Padahal beritanya sudah selesai,” Jehwa mengedikkan bahu menunjuk televisi yang sedang memutar cuplikan komersial. Suho mengendur dan memandang Jehwa dengan lembut.

“Tak apa, oppa hanya sedang berpikir,” Jehwa mengangguk mengerti. “Jehwa, kau barusan mendengarkan beritanya kan?” tanya Suho dengan datar tetap menatap Jehwa lembut.

“Iya oppa, kenapa?”

“Itu kasus baru yang sedang oppa tangani.” Ucapan Suho barusan sukses membuat mata Jehwa maupun Lay membulat dengan sempurna. Keduanya saling pandang dan kesempatan membentang dengan lebar di pikiran mereka berdua.

-

Baekhyun’s POV

Tok..tok..tok..

Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan kerjaku di kantor. Ah rasanya lelah juga harus menggantikan pekerjaan Lay yang sangat banyak. Salah, biar kuralat, ini tidak seharusnya menjadi pekerjaan Lay, kan? Dari awal memang aku yang seharusnya mendapatkan pekerjaan ini. Tentu saja, sebelum Lay mengacaukan semuanya. Dan kali ini semua hal di sini adalah milikku. Aku tersenyum miring dan berteriak kemenangan di dalam hati.

“Maaf Tuan Byun, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda.” Ucap sekertarisku.

Ingin bertemu denganku, siapa? Jika itu dari perusahaan yang ingin bekerja sama, harusnya sudah menghubungiku sejak lama.

“Siapa?” aku menunjukkan rasa penasaran pada tamu yang tak diundang ini.

“Seorang gadis, ia bilang ingin bertemu dengan anda. Gadis itu tidak memberitahu saya nama lengkapnya tetapi hanya menyampaikan pada saya nama marganya, Tuan,” jelas sekertaris yang kelihatan takut akan kena marah olehku. Aku hanya datar menanggapinya. “Namanya Nona Kang. Ia memberitahukan pada saya, hanya menyampaikan nama marganya saja pada Tuan, Tuan pasti langsung mengerti, itu pesan darinya.” Sambungnya dengan cepat.

Apa? Jehwa? Jadi ia tamu yang tak diundang itu. Untuk apa ia sampai repot-repot datang ke kantor. Kulirik jam tangan yang melekat manis di pergelangan tangan. Pukul lima sore. Pantas saja ia telah pulang sekolah.

“Biarkan ia masuk.”

“Baik, Tuan.” Sekertarisku menjauh dan menghilang di balik pintu. Sedetik berikutnya bisa kulihat sosok gadis yang aku dambakan. Ia masih mengenakan seragam sekolah dan bisa dipastikan ia belum sampai rumah. Aku tak menantikan kehadirannya, mengingat kejadian kemarin yang sangat tidak enak untuk diingat. Ah, jadi apa tujuan gadis ini menemuiku?

“Jehwa-sshi..” aku beranjak dari tempat duduk dan menghampirinya. Ia kelihatan canggung dan sedikit malu. Tapi tetap saja tak merubah kecantikan dan kemiripannya dengan gadis yang dulu kucintai.

Ia membungkuk, “Selamat sore.” Aku membalas sapaannya dan tanpa basa-basi aku bertanya padanya.

“Jehwa-sshi, ada keperluan apa kau menemuiku di tempat ini?” aku menjaga nada bicaraku sedatar mungkin. Membuatnya percaya bahwa aku sungguh-sungguh dengannya.

“Ah..ah.. saya hanya ingin meminta maaf pada anda Baekhyun-sshi karena bersikap buruk dan seenaknya sendiri beberapa hari terakhir.” Ucapnya terbata-bata. Hahaha lucu sekali melihat wajahnya yang kini memerah karena malu dan gugup. Membuatku semakin ingin memilikinya.

“Oh.. tidak apa-apa.. harusnya aku yang meminta maaf padamu Jehwa-sshi, karena telah membuatmu terganggu. Bukan begitu?” interaksi yang kubangun antara kami berdua mulai menunjukkan tanda positif.

“Ah..ha..ah..ha iya. Sepertinya begitu.” Kentara sekali ia begitu canggung, walaupun begitu ia tetap saja masih bisa cengengesan. Membuatku gemas.

“Kau baru pulang sekolah? Sudah makan siang?” aku mulai mencari kesempatan untuk mendapatkan perhatian dari gadis ini.

“Iya dan sudah tadi di kantin sekolah,” jawabnya singkat.

“Ah sayang sekali, kupikir kau belum makan siang, aku berniat untuk mentraktirmu. Mungkin lain kali saja.” Ada secercah rasa kecewa dalam suaraku.

“Eh, baiklah. Ah Baekhyun-sshi, mungkin saya harus berpamitan dulu, saya hanya ingin menyampaikan permintaan maaf saja pada Anda.” Gadis itu mulai beranjak dan bersiap untuk pergi. Tubuhku dengan segera merespon gerakannya.

“Apa kau keberatan jika kuantar pulang?” aku mencari celah lain untuk mendekatinya.

“Ti..tidak usah Baekhyun-sshi, saya bisa pulang sendiri, saya tak ingin merepotkan anda,” ucapnya dengan gugup dan tergesa-gesa menuju pintu.

“Tentu saja tidak, tunggu sebentar,” aku menuju meja dan mengambil kunci mobil dengan cepat. “Ayo kuantar kau pulang.” Aku menyambar tangannya yang hangat, tapi dengan pelan ia melepaskan genggamanku  dan dengan senyum canggung aku membimbingnya ke mobil yang kuparkir di parkiran.

Aku membukakan pintu dan nenyuruhnya duduk di jok depan. Ia hanya diam dan menerima semua perlakuanku dengan baik.

Kuraungkan mesin mobil dan melesat dari parkiran menuju jalanan yang ramai.

“Baekhyun-sshi maafkan aku telah merepotkanmu.” Gadis ini terus menerus mengucapkan kata-kata itu sepanjang jalan dan membuatku merasa tak nyaman.

“Sudahlah Jehwa-sshi, kau tak perlu berlebihan begitu, lagipula ini hanya hal kecil. Terlebih lagi hari berlarut malam, sudah seharusnya laki-laki mengantarkan seorang perempuan sampai kerumahnya,” aku menyunggingkan senyum semanis mungkin, membuatnya se

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
aethelwyne
#1
Chapter 8: Hoho. . Kisah cinta yang tragis dengan akhir yang membahagiakan ^^
aethelwyne
#2
Chapter 2: Omegat, tega kau baekhyun -_-
Kalo hantunya ganteng kek Lay gitu sih gua mau2 aje didatengi. Ehh ? #plakk
delevaprilla #3
Chapter 8: Thanks for subs.. ^^
IINLYN #4
Chapter 2: wah lay jadi hantu,
kalo hantunya kaya dia di datengin tiap malem gak pa pa
IINLYN #5
Chapter 1: Baru pertama kali baca FF baekhyun-nya jadi orang jahat
cit___
#6
Chapter 8: Endingnya bahagia dan sedih :'( huaa T_T
Cassasa #7
Chapter 8: knp endingnya kayak gini? *sroot* nangis sendirian di kamar thor ToT
Cassasa #8
Chapter 7: aciaaa... baekhyun dilanda asmara~ lovelife nya lay sma jaehwa tragis ToT
cit___
#9
Chapter 6: Baekhyun jadi psikopat? Horror..
Jadi makin seru ceritanya. Update soon ya eon
Cassasa #10
Chapter 6: kyaaa... baekhyun psikopat :o lanjut eon.. aku suka suho jdi detektif :3