Shinwa Kindergarten

Bruk

"Aww.. Appo hyung hiks hiks hiks", tangis seorang namja cilik, yang jatuh terduduk karena didorong oleh namja cilik yang memiliki wajah yang sama dengannya.

"Sudah kubilang jangan mengikuti dan mendekatiku terus!", kembarannya berteriak dengan wajah jengkel didepan wajah namja cilik yang menangis.

"Huuuu... Dasar pabo! Cengeng! Manja!'", hina namja-namja cilik lainnya, yang diketahui sebagai teman se-gank dari namja kembar yang kasar.

"Huaaaaaaaaaaaaaa", akhirnya sebuah tangis yang keras terdengar ke seluruh penjuru sekolah.

"Ada apa ini? Choi Suho, siapa yang mengganggumu?", tanya seorang wanita muda pada namja imut yang sedang menangis diatas tanah. Wanita itu merupakan seosangnim dari namja-namja cilik ini.

Sambil terus menunduk dan menangis sekencang-kencangnya, Choi Suho menunjuk seseorang yang berdiri dihadapannya.

"Choi Minho! Apa yang kau lakukan pada adikmu?", bentak seosangnim yang sudah jengah dengan sikap kasar Minho kepada Suho. Pasalnya, bukan kali ini saja adiknya di-bully sang kakak.

"Yah! Kenapa jadi menyalahkanku hah?!" tanya Minho sambil melayangkan pukulan kearah kepala sang adik.

"Hentikan!", perintah seosangnim yang mampu membuat pukulan itu melayang diudara, dan tak mendarat dikepala Suho.

"Kalian berdua, ikut Ibu ke ruang guru dan untuk kalian semua, kembalilah ke kelas", ucapan seosangnim ini, mampu meredakan kericuhan, dan namja-namja cilik yang sedari tadi menonton, pergi meninggalkan lapangan dan masuk ke ruang kelas masing-masing.

"Cup-cup-cup Suho-ah, jangan nangis lagi, ne? Nanti, Ibu berikan permen", bujuk seosangnim sambil meraih Suho ke dalam pelukannya. Minho yang sedari tadi menyaksikan itu, hanya bisa menatap penuh rasa cemburu dan marah kearah adiknya itu.

"Tapi, sebelumnya kita UKS dulu, ne? untuk mengobati lukamu."

Suho hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda ia tak ingin diobati.

"Kenapa?"

"Hiks pasti hiks sakiitt..", rengek Suho dengan manjanya.

"Tidak akan sakit sayang~ Ibu jamin. Dan ibu juga akan memberikanmu kue selain permen, bagaimana?"

Mendengar itu, Suho hanya mengangguk dengan bersemangat, hal ini membuat kepalanya bergerak keatas dan kebawah dengan lucunya, karena tingkahnya mirip dengan boneka anjing yang ditempatkan seosangnim didashbord mobilnya.

Seosangnim pun tertawa dengan kerasnya melihat tingkah imut Suho, sambil mencium pipi gembul sang anak.

"Seongsangnim, kapan kita ke ruang gurunya? Disini panas, aku sudah tak tahan", protes Minho sambil menyeka keringat imajinasi di dahinya. Sejujurnya, Minho tidak merasa kepanasan sedikit pun, ia hanya kesal karena ia dimarahi sedangkan adiknya malah dimanja. Padahal yang membuat adiknya menangis bukan hanya dirinya saja, tetapi teman-temannya juga.

"Aish.. Kau ini. Baiklah ayo kita pergi! Sekalian, Ibu juga akan menghubungi kedua orang tua kalian", seolah sudah terbiasa dengan tingkah congkak Minho yang berbeda 180ᵒ dengan Suho, seosangnim pun tidak terlalu mempermasalahkannya. Akhirnya, ia pergi ke arah ruang guru sambil menggendong Suho dan memegang tangan Minho.

Gold Royal Cafe

"Kalian tahu, di Korea ini hanya ada 15 Prada Boston, dan aku salah satu pemiliknya", tutur seorang wanita dengan angkuhnya sembari menempatkan tas seharga puluhan juta won diatas meja mereka.

"Wow!", seru kekaguman terdengar dari meja yang diduduki oleh 10 orang wanita penggila belanja.

"Aku juga, di Asia ini hanya ada 10 Dior Stiletto Espadrilles.