Seoul, kota besar yang tadinya sangat jauh dari letak rumahku di Busan. Sekarang akan jadi tempat tinggalku yang baru. Orang tuaku bercerai, mereka memang sudah menginginkannya bertahun-tahun lalu, demi memahami perasaanku mereka bertahan. Padahal aku sendiri tahu, ayah berselingkuh di depan hidung ibuku sendiri, mereka menyembunyikannya dariku. Sudah lama perbuatan menjijikan itu terjadi, bahkan saat aku masih duduk di TK. Pada akhirnya perceraian terjadi juga di saat aku duduk di bangku SMA, aku sekarang tinggal bersama ibuku di apartemen kecil dua kamar serta ruang tamu, ruang makan, dan dapur menyatu. Kisah kehidupan keluargaku sama menyakitkannya dengan kisah remajaku.

“Naeun-ah, kau yakin tidak perlu Eomma antar?” Tanya eomma sambil memerhatikan Naeun memakaikan sepatunya.

“Eomma, aku sudah akan 17 tahun, eomma tidak perlu khawatir aku menyasar..” sahut Naeun sambil cemberut, merasa agak kesal ibunya meragukan kemampuannya.

“Baiklah, eomma tidak akan khawatir.. Tapi, Naeun-ah Seoul kota yang besar, mana mungkin eom-“

“Eommaaaa..!” teriak Naeun.

“oke..oke eomma mengerti sayang… kalau begitu hati-hati…Kau sudah dewasa..” Seru ibunya mengalah sambil mengecup dahi anaknya kendati raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran.

“Eomma kan sudah menunjukkan jalannya, aku yakin tidak akan menyasar!” seru Naeun bahagia, ia tidak sabar untuk segera menginjakkan kakinya di sekolah.

Kekhawatiran ibunya ternyata menjadi kenyataan, Naeun agak kebingungan saat ia harus memilih dua jalur bercabang, dan ia memilih jalur yang salah pada akhirnya ia harus kembali lagi dan mengikuti jalur yang benar.

Dilihatnya arloji pemberian ayahnya sudah menunjukkan pukul 09.10.

“Ah! Aku sudah telat!” pekiknya. Ia berlari hingga gerbang sekolah yang tertutup. Sepi, tentu saja semua murid sudah masuk . Ia berlari hampir menabrak gerbang .

“Kau sudah telat!” ucap penjaga sekolah.

“Eh, tapi..maaf, ini hari pertamaku masuk sekolah…” ucap Naeun. Satpam itu memerhatikannya seksama, barangkali sadar kalau Naeun memang belum pernah terlihat di sekolah. Ia memeriksa sedikit berkas Naeun dan mengantar Naeun ke ruang guru.

“Annyeonghaseyo Son Naeun-ssi!” seru guru yang sekaligus wali kelas Naeun. Mereka sudah bertemu 2 hari yang lalu saat ia registrasi.

“Annyeonghaseyo Park Songsaengnim..” sahut Naeun sopan.

“Sepertinya, kau sedikit terlambat.. Tapi apa boleh buat ini hari pertamamu..” wajah Naeun berubah merah padam. Malu dan yakin sekali apabila dia bukan murid baru pasti sudah dihukum dan Park Jungsu bukan guru yang toleran terhadap kesalahan.

Mereka berjalan menyusuri koridor dan naik dua lantai hingga mereka sampai di depan pintu dengan papan nama “2-B”.

“Kamu cukup pintar, setelah kulihat raportmu, tapi aku rasa akan lebih bijaksana memasukkanmu di kelas biasa… Sudah siap memperkenalkan dirimu..?”

‘Eh?’ ia baru ingat, ia harus memperkenalkan dirinya di hadapan kelas yang akan menjadi teman-temannya. Namun penampilannya buruk sekali, ia masih berpeluh keringat. Rambutnya basah, berantakan pula.

Jungsu songsaengnim membuka pintu. Tidak ada waktu untuk Naeun merapikan penampilannya. Ia hanya berhasil menyingkap rambut depannya ke atas.

“Anak-anak, seperti sebelumnya sudah kubicarakan kelas kita akan kedatangan teman baru…” segera kelas gaduh. “dari Busan” lanjut gurunya. Semua anak tampak kecewa.

“Aku kira dari luar negeri..” celetuk salah satu murid.

“Silahkan Son Naeun..”

Naeun melangkah masuk perlahan, ia gugup dan merasakan firasat tidak enak setelah mendengar reaksi barusan.

“Anyeonghaseyo… Son Naeun imnida, aku berasal dari Busan, bangapseumnida..” ucapnya sopan sambil membungkuk. Kebanyakan murid malas memerhatikan bahkan beberapa diantaranya mencemooh.

“Lihat! Buruk sekali penampilannya, benar-benar gadis desa” bisik seorang perempuan pada temannya.

Naeun berusaha menguatkan diri, bahwa dirinya tidak mendengar cemoohan.

“Naeun-ssi silahkan duduk di kursi yang kosong..” Naeun segera melangkah menuju yang ditunjuk gurunya, kursi di sudut dekat jendela, letaknya kurang nyaman menurutnya. Ia lebih suka duduk di bangku paling depan.

“Eunji-ssi silahkan berbagi buku pada Naeun-ssi..” ucap Songsaengnim. Seorang gadis di bangku sebelahnya mengangguk, ia terlihat sangat manis, rambutnya digelung ke atas.

“Anyeong, aku Jung Eunji.. Kuharap kita bisa berteman?” tanyanya manis.

“Ne, terima kasih Eunji-ssi..” ucapku canggung.

“eunji saja dan aku memanggilmu Naeun … bagaimana?” Naeun agak terkejut. Namun ia akhirnya mengangguk dan tersenyum.

‘Sepertinya Eunji akan menjadi teman yang baik..’ batinnya. Ia bahagia ada yang ingin menjadi temannya.

Jam istirahat.

“Naeun-ah ayo kita berkeliling sekolah” Ajak Eunji begitu bel berdering. Baru Naeun akan bangkit dari kursinya, tiba-tiba seorang laki-laki menghadang bangkunya.

“Jadi, kau dari Busan?” tanyanya tiba-tiba.

“Ya” jawab Naeun singkat terlihat sekali ia tidak tertarik. Ia sudah sepenuhnya tidak ingin berurusan dengan lelaki manapun setelah sunbaenya.

“Kenalkan, aku Kim Myungsoo..” ucapnya sambil mengulurkan tangan. Naeun menatapnya sebentar dan mengacuhkannya.

“Aku sudah memperkenalkan diri di depan, aku kira kau tahu namaku…” ucapnya sambil menarik tangan Eunji keluar.

“Naeun-ah, mm… kenapa kau bersikap seperti itu, maksudku ..”ucap Eunji ragu.

Naeun tersenyum, “Tidak apa, Eunji-ah aku punya kenangan buruk dengan lelaki.. Aku berniat tidak berurusan dengan mereka lagi..” tuturnya.

“Maafkan aku…” ucap Eunji merasa bersalah.

Please Subscribe to read the full chapter