Chapter 7

Perfection
Please Subscribe to read the full chapter

Author POV.

“Tuan Kim.” Seorang gadis berpakaian rapih berjalan cepat menyusul langkah kaki Pria tua yang berjalan dengan tongkatnya. Wajahnya yang menyiratkan sosoknya yang keras dan juga kasar tampak sangat terlihat.

“Ada apa ?” Satu pertanyaan itu membuat si Gadis terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia mengingat sesuatu. Ia menunjukan sebuah kotak agak panjang seukuran tempat pensil pada pria tua yang di bawanya.

“Dimana kau menemukan ini ?” Pria tua itu bertanya dengan intonasi tenang. Gadis itu berpikir sebentar. Wajahnya nampak serius sekarang, dengan alis yang bertaut.

“Di sungai Han. Mereka menceburkan ini, untuk menghilangkan barang bukti.” Ucapnya sambil tersenyum tipis. Pria tua tadi mengangguk dan ikut tersenyum, hanya saja ia nampak menyeringai dan itu menyeramkan. Sejenak gadis itu membungkuk memberi salam dan meninggalkan pria tua itu.

“Terimakasih Lee Soonkyu.” Gadis itu mengangguk pasti di sela langkah kakinya. Pria tua itu tersenyum lebar dan masuk ke dalam ruangannya sendiri.

***

Taeyeon merenung sendiri di dalam sel, baginya kegiatan merenung ini sudah ada sejak 2 tahun yang lalu. Saat ia sadar Tiffany yang dulunya sering mengunjunginya sekarang menjadi 3 bulan sekali menemui dirinya, awalnya ia berpikir Tiffany sedang sibuk dengan perkerjaannya namun akhirnya dugaan-dugaan lain muncul juga di kepalanya. Ia ingin tahu kenapa ia di tuntut oleh Si pembantai itu. Ia ingin tahu bagaimana keadaan Sooyoung dan juga Siwon. Sejak 5 tahun terpenjara mereka tidak pernah saling mengetahui kabar satu sama lain.

DUG DUG DUG.

Taeyeon menolehkan kepalanya ke dinding di samping kiri tubuhnya, ia mendekat dan membalas pukulan lembut di dinding dari seseorang di samping sel tahanannya.

“Unnie kau tertidur ?” Suara lembut itu membuatnya tersenyum. Suara itu suara seorang gadis yang memanggilnya dengan sopan. Taeyeon membalas pertanyaan gadis itu dengan sedikit berteriak, inilah yang selalu mereka lakukan bercakap-cakap walaupun tak saling melihat.

“Tidak. Aku tidak tertidur, bagaimana harimu ?” Satu pertanyaan yang tahu jawabannya, pasti sama dan setiap harinya tak akan berubah. Karena mereka berdua sama-sama dalam dunia yang penuh kegamangan. Terkurung dalam kegelapan yang sewaktu-waktu akan menyeret mereka ke dalam .

“Membosankan.” Tepat saat gadis itu berbicara Taeyeon mengikutinya dengan gerak mulut dengan kata yang sama tanpa suara. Setelah itu ia tertawa kecil atas perlakuannya sendiri.

“Unnie aku ingin keluar, aku bosan.” Suara itu terdengar sangat tertekan dan membuat Taeyeon mengiba. Ia tahu gadis itu sudah pasti lebih muda darinya dan itu membuatnya kasihan. Taeyeon menghela nafas kecil.

“Kau bilang masa waktu tahananmu masih 2 tahun lagi. Itu masih lama.” Tanpa Taeyeon ketahui gadis itu mengangguk saat mendengar perkataannya. Gadis itu duduk bersandar tepat menghadap ke arah dinding.

“Tapi kau bisa membantuku untuk kabur dari sini Unnie.” Satu perkataan itu membuat Taeyeon berpikir. Kenapa tidak ? Kenapa ia tak pernah memikirkan hal semacam ini ? Kenapa ia terlalu bodoh ?

“Akan kupikirkan. Jangan berbicara keras-keras.” Satu nada bicara Taeyeon membuat gadis itu tenang. Gadis itu mengulum senyum, ia percaya pada Taeyeon. Sangat percaya. Entah mungkin menurut banyak orang ini tabu tapi gadis itu benar mempercayai Taeyeon.

Awalnya Taeyeon selalu merasa terganggu dengan ketukan kecil di dinding sel tahanan sebelah kirinya. Hingga akhirnya gadis itu memulainya, mulai bercerita tentang dirinya yang bisa masuk ke dalam sel tahanan. Bercerita tentang hari-harinya sebagai buronan. Hingga menceritakan kisah cintanya yang kandas. Anehnya mereka tidak pernah tertangkap basah tengah berbincang seperti itu oleh para penjaga.

“Unnie kau tahu aku selalu ingin menatap wajahmu.” Gadis itu berkata di selingi tawa kecil olehnya. Ini sudah yang ke berapa puluh kali gadis itu meminta permintaan seperti itu, Taeyeon hanya tertawa kecil.

“Wajahku tidak secantik Kate middleton, Kristen Stewart, Selena Gomez atau siapapun. Aku mantan pencuri kelas kakap. Apa kau tidak takut jika melihat wajahku penuh jahitan ?” Tanpa Taeyeon sadari lagi, Gadis itu menelan ludahnya sendiri. Kata-kata Taeyeon tadi langsung masuk ke dalam otaknya dan di olah sehingga ia membayangkan wajah-wajah menyeramkan.

“Apakah semengerikan itu ?” Taeyeon tersenyum kecil. Nada bicara gadis itu seperti anak kecil, Taeyeon nyaris tertawa terbahak-bahak kalau saja ia tidak ingat ini di sel tahanan. Kepalanya mengangguk.

“Ya aku mengerikan.” Dapat Taeyeon bayangkan wajah gadis itu bergidik ketakutan sambil menggigit jarinya dan entah sebuah kebetulan atau kebiasaan. Gadis itu benar-benar melakukan hal yang sama seperti Taeyeon bayangkan. Bergidik ketakutan sambil menggigit jari-jarinya.

Perbincangan mereka terhenti saat Taeyeon melihat sebuah cahaya melalui lubang kecil masuk ke dalam sel tahanannya. Itu penjaga yang tengah membuka pintu kecil yang ada di bawah pintu aslinya. Taeyeon mendekat dan sedikit berbicang dengan penjaga itu.

“Makanlah.” Suruh Si penjaga dengan ketus sambil mendorong sebuah piring yang berisikan nasi dan kimchi saja. Tanpa ketinggalan air minum tentunya.

“Apakah cuaca di luar cerah ?” Pertanyaan yang si penjaga tahu dan hampir hapal. Taeyeon selalu menanyakan hal itu padanya, ia mengangguk sambil menghela nafas. Ia kembali menutup pintu kecil yang sempat ia buka tadi.

Sel tahanan Taeyeon kembali mendapat cahaya hanya dari satu titik. Yaitu lampu kecil yang terletak di meja di dekat ranjang tidur Taeyeon. Entahlah setidaknya Taeyeon bersyukur karena dirinya tidak di biarkan berada dalam ruangan yang gelap gulita. Karena mungkin saja itu bisa mengganggu kejiwaannya.

“Selamat makan.” Ia mendengar suara pelan dari dinding sebelah kirinya. Seperti biasa gadis di samping sel tahanannya itu selalu mengucapkan hal-hal kecil yang terkadang membuat Taeyeon tersenyum. Seperti ‘ Selamat makan.’ ‘Selamat tidur.’ Atau yang lainya.

Tiffany POV.

“Kau sudah menjenguknya.” Aku menolehkan kepalaku saat mendengar suara Jessica. Gadis itu tengah berdiri di samping meja kerjaku sambil melipat kedua tangannya, aku menggeleng pelan dan mataku enggan menatap wajahnya. Entahlah

“Sudah 2 tahun ini hubunganmu merenggang. Kau bosan dengannya ?” Seketika jari-jariku yang tadi bergerak menyentuh keyboard terhenti begitu saja saat mendengar kata-kata itu. Aku berdecak pelan dan membuat Jessica tertawa kecil.

“Apakah itu hal lucu yang patut di tertawakan ?. Kau menggangguku.” Ujarku pelan sambil kembali menyelesaikan laporan yang tengah ku buat. Jessica terdiam beberapa saat ia tak membalas perkataanku.

“Tidak. Hanya saja, kau terlihat seperti kekasih yang melarikan diri di tengah siksaan yang menerpa kekasihmu. Bukankah itu terdengar buruk ?” Aku menghentikan aktifitasku dan menatap wajah yang entah sejak kapan selalu menghadirkan wajah datar dan angkuh ke hadapanku.

“Kau tahu apa tentang hubungan kami ? Urusi saja urusanmu dengan kekasihmu.” Jessica tertawa kecil dan terdengar mengejek setelah mendengar perkataanku. Ia menundukan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada wajahku. Bola mata itu menatap bola mataku dan kami saling beradu pandang.

“Kau tidak bisa mempermainkannya Fany-ah. Biarpun begitu dia masih sahabat kecilku.” Jessica berucap pelan dengan tak mengubah posisinya. Membuatku merasakan helaan nafasnya ketika ia berbicara.

“Besok aku akan menjenguknya. Kau mau ikut ?.” Akhirnya kuputuskan. Lebih baik daripada harus melanjutkan obrolan yang aku tahu akan mengarah kemana. Jessica menjauhkan wajahnya dan kembali ke posisi awal. Ia mengangguk pelan sebagai jawaban.

“Bagaimana dengan orang yang menuntut Taeng ?” Aku kembali menatap wajah Jessica. Ia sedikit berpikir dan mengingat sesuatu.

“Tuan Kim ? Ia bilang ia mencabut tuntutanya. Entahlah saat aku tanyakan lebih lanjut ia bilang Taeyeon pernah membuat kesalahan kecil.” Jessica mendelikan matanya, hal yang sama seperti yang aku lakukan saat mendengar langsung dari pria itu.

“Benarkah ? Lalu kenapa baru sekarang ia mencabut masa tahanan Taeng ?” Aku menggeleng. Sebenarnya masa tahanan Taeyeon hanyalah 3 Tahun namun karena tuntutan itu Taeyeon menjadi mendekam selama 5 tahun di sana. Miris saat aku memikirkannya dan kadang aku ingin menangis melihatnya yang kurus kering. Pernah sekali aku menjenguknya namun kalian tahu wajahnya penuh dengan lebam.

Taeyeon bercerita saat itu Sel tahanannya masih bercampur dengan tahanan lain berhubung Taeyeon bisa di bilang ‘Anak baru’ Jadilah mereka membully Taeyeon entah dengan bagaimana caranya. Melihatnya saja membuatku menangis, kehidupan di sel tahanan sana pasti sangat kejam. Aku bersyukur karena sekarang sel tahanannya hanya untuk satu orang jadi dia tidak akan di bully lagi. Tapi yang aku khawatirkan adalah kondisi kejiwaannya.

“Sudahlah jangan membuatku pusing dengan sederet pertanyaanmu itu. Aku butuh tidur.” Jessica mencibir kesal dengan tingkahku. Meskipun akhirnya dia menjauh dari meja kerjaku dan kupustuskan untuk beristirahat sebentar dari perkerjaanku ini.

Author POV.

Lorong kecil yang sepi itu kini di lewati oleh dua orang gadis yang memakai baju yang sama, derap langkah kaki mereka seolah menghiasi lorong itu. Mereka saling berbicara bertukar obrolan dengan mudah. Tak menyadari banyak mata yang memandang mereka dengan berbagai pikiran aneh.

Mereka berbelok ke kiri

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Eriika
#1
Chapter 15: Buena historia
Eriika
#2
Hsuai
Aesthetic_blue #3
Chapter 13: I love this ff :*
kpop_poppop #4
yulsic
wufanneey
#5
Chapter 1: Wah. Ada snsd fanfic, dalam bahasa pula. Harus saya list buat jadi bacaan waktu liburan nih.

Author-nim, untuk sekarang ijin subcribe dulu ya. Gomawo.
romancefanfics #6
updatee:)))
joowonlov #7
i hope you can update soon^
kpoplover38 #8
is this fic going to be long or short? anyway cant wait for the first chapter
hoseokislove #9
looking forward to the first chapter<3
kaisooshipper12 #10
ahh cant wait^^