Chapter 13

Perfection
Please Subscribe to read the full chapter

Jessica POV.

“Yuri-ah.” Aku berjalan menghampirinya dan menyodorkan sebuah cup coffee yang tadi aku beli. Ia tersenyum manis dan langsung meminum coffee itu dengan perlahan. Kali ini Yuri mengajakku untuk ke sungai Han. Entah apa alasannya dan sekarang aku dan dia tengah duduk di kap mobil.

“Sepertinya Tiffany mempunyai masalah dengan Taeyeon. Apakah itu hanya perkiraanku ?” Tanyanya sambil menyelipkan rambutku yang tertiup angin ke belakang telingaku, aku menggeleng pelan dan tersenyum.

“Aku setuju denganmu. Kau tahu kan mereka adalah pasangan yang harus menghubungi satu sama lain ? Tapi kali ini aku hanya melihat Tiffany yang berusaha menghubunginya sedangkan Taeyeon… aku tidak tahu dengan gadis itu.”

“Oh ya tentang kasus Taeyeon lima tahun yang lalu aku merasa aneh. Kau ingat Tuan Kim yang tiba-tiba mengajukan tuntutan kepada semua anggota XYZ ? Waktu itu yang aku tahu sebabnya adalah-“ Belum selesai Yuri berbicara ia berhenti dan menoleh kepadaku.

“Pencurian dan pembunuhan. Sepengetahuanku XYZ tidak pernah membunuh, kau tahu kan kita menangani kasus itu sudah berbulan-bulan.” Yuri menganggukan kepalanya setuju kemudian ia mendesah pelan hingga mengepulkan asap tipis karena nafasnya.

“Anehnya aku tidak pernah melihat atau mendengar bukti apa yang Tuan Kim ajukan hingga ia bisa menuntut Taeyeon dan yang lain.” Dia berujar pelan sambil menyesap coffee-nya. Aku menganggukan kepalaku kali ini pembicaraan kita terlalu serius.

“Kurasa ada yang janggal dalam kasus ini. Seperti ada seseorang oknum yang membantu tuntutan Tuan Kim yang belum jelas itu.” Ucapku sambil berpikir sejenak. “Berarti ada salah seorang dari Pihak kepolisian yang bekerja dengan Tuan Kim. Aku menduga kalau XYZ adalah sebuah agen yang terbentuk atas dasar balas dendam.” Lanjutku.

“Kenapa kau berpikiran seperti itu ?” Yuri memandangku tak percaya dan mengerutkan keningnya. Aku tersenyum simpul.

“Itu hanya dugaanku. Kau jangan menganggapnya serius.” Aku tertawa pelan melihat ekspresinya yang begitu terkejut.

“Tapi kau mengatakannya seolah kau sudah lama menganalisis tentang pembicaraan kita tadi. Kau benar-benar terlihat serius.” Yuri berkata dengan wajah paniknya. Aku tertawa pelan melihatnya dan langsung mencubit pipinya.

“Kurasa kita harus membicarakan ini dengan Tiffany.”

***

Author POV.

Yoona mengeratkan genggamannya pada pistol yang ia pegang. Matanya menatap Sooyoung dan Taeyeon secara bergantian entah kenapa sekarang perasaannya menjadi campur aduk, ia melihat salah seorang pengawal berjalan dengan tenang tak menyadari ketiganya.

Suasana gedung yang gelap membuatnya semakin merasa tegang. Ia merutuki Taeyeon yang memutuskan menjalankan misi ini di malam hari, sudah beberapa tahun Yoona tidak memakai pistol dan kini ia harus bersama benda itu. Ia menghela nafas pelan mencoba menenangkan dirinya sendiri.

“Mau berpencar ?” Tanya Sooyoung sambil memelankan suaranya. Taeyeon langsung menggeleng pelan sambil menatap Yoona yang tengah memejamkan matanya tanpa sadar sambil mengambil nafas dengan perlahan.

“See. Apakah kau ketakutan ?” Yoona terlonjak kaget dan mulutnya langsung di bekap oleh tangan Sooyoung. Taeyeon tertawa pelan setelah membuat gadis itu kaget dan sekarang ia bisa melihat keringat dingin yang menghiasi wajah itu.

“Hmppph.. Unnie!” Yoona melepaskan bekapan mulutnya dari tangan Sooyoung. Ia mengambil nafas panjang dan menatap sendu Taeyeon. “Ani. Hanya gugup.” Lanjutnya dengan memalingkan pandangannya dari mata Taeyeon.

“Yoona kalau kau gugup kita bisa kembali ke Apartement.” Sooyoung menggenggam tangan Yoona dengan erat mencoba menenangkan Yoona dengan caranya, dari sudut matanya ia melihat Taeyeon yang mengangguk dengan senyuman tipis. Perasaan Yoona makin bercampur di sisi lain ia sangat ingin menunjukan kemampuannya sekarang tapi ia gugup dan takut. Lalu ia merasa senang saat para Unnie-nya itu mengerti perasaannya namun ia merasa bersalah.

Yoona merasa ia hanya membebankan dua orang yang ada di hadapannya. Hanya merasakannya saja membuat Yoona sesak, bagaimanapun juga ini kemauannya dan bukan paksaan mereka berdua. Ia terdiam beberapa saat dan menundukan kepalanya.

DOR!

Taeyeon mendorong Yoona dengan cepat saat melihat salah seorang penjaga berusaha menembak dari belakang Yoona. Sooyoung dengan sigap membalas dengan satu tembakan yang berhasil membuat penjaga itu tumbang. Tanpa suara.. karena mereka memakai penyadap di pistol mereka. Taeyeon kemudian membantu Yoona yang berbaring di lantai akibat dorongannya tadi, gadis itu sedikit menggelengkan kepalanya berusaha menyesuaikan dirinya dengan situasi saat ini.

“Gwenchana ?” Tanya Taeyeon dengan panic, kemudian ia memeriksa setiap tubuh Yoona takut jika peluru itu melukai gadis itu. Yoona mengangguk pelan sebagai jawaban.

“Sial jika kita lengah lagi aku tidak tahu apa yang akan terjadi.” Sooyoung menarik nafas dengan dalam ia lalu menatap Yoona yang sedang menundukan kepalanya.

“Kita harus keluar dan menemukan surat-surat itu Unnie. Jika kau ingin berpencar aku setuju.” Yoona kemudian berucap dengan datar dan tangannya semakin menggenggam erat pistolnya. Taeyeon dan Sooyoung saling memandang kemudian mereka menganggukan kepalanya.

“Kami tidak berpencar. Tetap bersama aku ditengah kau dan Sooyoung di sampingku.” Taeyeon memberikan instruksi kemudian Yoona dan Sooyoung mengangguk tanpa protes.

Mereka bertiga keluar dari tempat persembunyianya. Baru saja keluar dua pengawal sudah bersiap menembakan pelurunya pada mereka sebelum akhirnya tumbang karena Yoona. Gadis itu menembak sambil berjalan dan tanpa melihat. Taeyeon melihatnya dan ia tersenyum tipis.

Kini dengan langkah yang terbilang santai mereka mulai menuju lift dan menunggunya sebentar. Pintu lift terbuka dan di dalamnya ada tiga penjaga yang kaget melihat mereka. Tanpa banyak berkata Taeyeon menembak tiga penjaga itu dengan cepat tepat di lengan, Taeyeon masih tak sampai hati untuk membunuh.

Mereka bertiga kemudian masuk ke dalam lift tanpa memperdulikan ketiga penjaga yang masih mengerang kesakitan. Yoona mendekati ketiganya sambil mengeluarkan pisau yang ada di sakunya, mata para penjaga itu terbelalak kaget dan mereka mulai memohon agar tidak dibunuh. Yoona langsung merobek kemeja yang di pakai oleh tiga penjaga itu sehingga menjadi kain yang cukup panjang. Dengan telaten ia mengikatkan kain itu pada lengan mereka, tapi walaupun Yoona berniat baik salah satu dari mereka mencoba memanfaatkan situasi.

“Diam atau ku ledakan kepalamu.” Yoona berkata dengan tatapan dingin yang di arahkan satu penjaga itu. Ia mengikat dengan kencang kain yang sedang melilit tangan penjaga itu.

“Khamsamnida.” Sahut mereka berbarengan.

Taeyeon tersenyum dan ia menyenggol Sooyoung dengan sikunya. Kemudian mereka saling menatap dan memiringkan kepalanya dan tertawa pelan. Pintu lift telah terbuka dan menimbulkan sebuah bunyi. Dengan cepat mereka melewati tiga penjaga yang tergeletak di lift. Beruntung Yoona berbaik hati tak membiarkan ketiganya kehilangan banyak darah.

“Ini ruangan Dongmin. Kuharap kali ini kita menemukannya.” Taeyeon berucap pelan dan langsung memasuki ruangan yang tak terkunci itu. Yoona dan Sooyoung langsung berpencar mencari dengan teliti seisi ruangan tersebut.

DOR DOR!

Mereka semua terkaget melihat beberapa penjaga yang cukup banyak memergoki mereka. Dengan cepat Tiga gadis itu menembaki mereka dan baku tembak terjadi. Yoona berada di sudut kanan ruangan tersebut melakukan baku tembak dengan tiga penjaga sekaligus. Sooyoung berada di dekat pintu menembaki penjaga yang berusaha masuk ke dalam ruangan. Terakhir Taeyeon berada di dekat sebuah lemarin yang ada di belakangnya. Ia menembaki beberapa penjaga yang mencoba menembaknya.

Saat Taeyeon focus dengan tiga penjaga yang sedang baku tembak dengannya, salah seorang penjaga membuka lemari yang ada di belakangnya dan Taeyeon menyadari itu, Ia kemudian berbalik badan namun sayang sebuah peluru dengan cepat melesat mengenai lengan atasnya. Taeyeon terjatuh dan mengerang kesakitan. Yoona yang telah selesai dengan penjaga yang tadi ia hadapi langsung menembak tiga penjaga yang salah satunya telah membuat Taeyeon terluka.

Disaat yang bersamaan Taeyeon bangkit dan menyadari penjaga itu membawa banyak map dan ia yakin itu adalah surat yang ia cari. Dengan segala cara Taeyeon mencoba melawannya, ia menendang kaki penjaga itu dengan kuat. Penjaga itu terjatuh tapi ia memamerkan senyum tipisnya. Dengan gerakan cepat Penjaga itu memukul wajah Taeyeon dan menendangnya hingga gadis itu terlempar lalu dengan lihai ia memecahkan kaca jendela dengan pistolnya.

“ADNWAE!!!” Taeyeon yang menyadari penjaga itu melarikan diri, ia langsung bangkit dan mencoba menangkapnya. Sayang penjaga itu lebih cepat dan Taeyeon hanya bisa memandangnya . Penjaga itu dibawa pergi dengan mobil, ia lalu mengarahkan pistolnya dan menembaki mobil itu. Tetap gagal.

“Unnie!” Yoona langsung menghampiri Taeyeon dan merangkulnya dengan perlahan. Sooyoung juga berada di sampingnya tampak khawatir dengan Taeyeon.

“SIAL! SIAL! SIAL!!” Taeyeon memukulkan tinjunya ke dinding dengan keras. Ia tak perduli dengan Yoona yang merangkulnya. Ia terlalu kecewa saat ini, padahal sebentar lagi ia mendapatkannya. Hanya sedikit lagi.

“Hajima Taeyeon-ah!” Sooyoung langsung menahan tinjuan Taeyeon dengan menggenggam lengannya. Matanya lalu memandang sendu pada Taeyeon satu hal yang sama di lakukan Yoona, Taeyeon lalu memandang keduanya dan ia menundukan kepalanya.

“Kita ke rumah sakit. Lenganmu harus di obati.” Atas suruhan Sooyoung. Yoona mem-piggy back Taeyeon, dalam posisi seperti ini entah kenapa Yoona merasakan Taeyeon tengah terisak dan menangis. Ia merasakan kepala Taeyeon yang tertunduk menyentuh lehernya.

“Bukan salahmu…”

Author POV.

Tiffany berjalan mondar-mandir sambil memegang ponselnya. Ia sedari tadi berusaha menghubungi Taeyeon tapi seperti hari-hari sebelumnya selalu terabaikan. Tapi kali ini entah kenapa perasaannya tidak tenang. Padahal ia mencoba mengerti dengan alasan yang waktu itu Taeyeon berikan.

“Kenapa kau tidak mengangkatnya!” Tiffany berteriak dan menggenggam erat ponselnya. Ia terus mencoba menelpon Taeyeon tapi tetap tidak diangkat. Kemudian ia beralih untuk mengirimkan pesan, ini sudah ke 15 kalinya tapi belum ada satu jawaban pun.

Ia kemudian berjalan keluar dari kamarnya dan menatap jam dinding yang ada di ruang tamunya. Tiffany membelalakan matanya dan langsung berlari menuju ke kamar mandi, ia bergumam sendiri dan terus menyebut nama Taeyeon. Sepertinya itu bentuk kekecew

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Eriika
#1
Chapter 15: Buena historia
Eriika
#2
Hsuai
Aesthetic_blue #3
Chapter 13: I love this ff :*
kpop_poppop #4
yulsic
wufanneey
#5
Chapter 1: Wah. Ada snsd fanfic, dalam bahasa pula. Harus saya list buat jadi bacaan waktu liburan nih.

Author-nim, untuk sekarang ijin subcribe dulu ya. Gomawo.
romancefanfics #6
updatee:)))
joowonlov #7
i hope you can update soon^
kpoplover38 #8
is this fic going to be long or short? anyway cant wait for the first chapter
hoseokislove #9
looking forward to the first chapter<3
kaisooshipper12 #10
ahh cant wait^^