Chapter 10

Perfection
Please Subscribe to read the full chapter

Yoona menghela nafas berat dan membuka matanya yang sempat terpejam. Ia menatap lirih lagi pada ayunan yang masih tergerak dengan sendirinya itu. Sinar mentari sudah mulai meredup mengharuskannya kembali ke Apartement Taeyeon. Namun sebuah tepukan kecil di bahunya membuatnya menolehkan kepala ke belakang. Taeyeon tengah berada di belakangnya dengan memakai mantel yang cukup kebesaran di tubuhnya dan menenteng sebuah mantel di tangan kanannya.

“Kupikir kau kemana ? Aku mencarimu. Sebentar lagi waktu makan malam.” Taeyeon memakaikan mantel itu pada tubuh Yoona. Ia mengacak lembut kepala Yoona yang dengan mudah ia gapai karena kini Yoona tengah terduduk. “Bodohnya. Kau tidak memakai mantel disaat udara dingin seperti ini. Apa kau tidak merasa dingin ?” Taeyeon mengusapkan telapak tangannya pada pipi Yoona yang terasa dingin.

“Aniyo Unnie, gwenchana.” Taeyeon mengangguk dan menarik dengan lembut tangan Yoona, menyuruh gadis itu agar berdiri dari duduknya. Yoona menurutinya dan membiarkan tangannya di genggam oleh Taeyeon.

“Kalau begitu ayo kita pulang. Aku sudah menyiapkan makanan untuk kita dan nampaknya Sooyoung tengah menahan laparnya di Apartement.” Yoona tertawa geli saat mendengar kelimat terakhir, satu yang ia ketahui tentang Sooyoung saat ini ternyata gadis itu adalah seorang Shikshin sama sepertinya. Matanya beralih menatap gadis pendek yang ada di sampingnya, Yoona selalu merasa terlindungi jika berada di samping Taeyeon dan rasa itu mengingatkannya akan Unnie-nya yang telah tiada.

“Unnie gomawoyo~” Taeyeon mendongakan kepalanya menatap Yoona yang baru saja berucap lirih.

“Ne ?” Taeyeon sedikit bingung dan ia tiba-tiba merasa sesak saat Yoona memeluknya secara spontan. Ia kaget dan bingung harus berbuat apa ? Pada saat itu otaknya juga tak mau diajak berpikir dengan cepat.

“Terimakasih kau telah membebau dan mengizinkanku tinggal di Apartement-mu.” Taeyeon tersenyum tipis dan tangannya tergerak untuk mengelus punggung Yoona.

“Karena aku tahu kau adalah orang baik-baik. Dan kita juga kehilangan keluarga akibat pembunuhan dengan tersangka yang sama. Aku tahu kau adalah salah satu korban kekejaman Kim Dong Min.”

***

Taeyeon berdiri dari duduknya ketika orang yang ia tunggu telah datang, ia tersenyum manis dan membiarkan orang itu berjalan menghampirinya. Orang itu telah duduk di samping Taeyeon dengan memakai kemeja biru kotak-kotak serta kacamata hitam. Taeyeon tersenyum sendiri melihatnya, menurut Taeyeon selera Fashion orang itu sangat bagus.

“Apa kabar ?” Taeyeon tertawa geli mendengar pertanyaan orang itu, ia menoleh dan tersenyum padanya.

“Kau canggung sekali, kita ini sahabat kecil Sooyeon-ah.” Orang itu Jessica, ia mendelik kesal saat Taeyeon kembali memanggilnya dengan ‘Sooyeon.’ . Jessica menoleh kebelakang dan tersenyum melihat Pohon apel yang masih hidup itu, tempatnya dan Taeyeon bermain sewaktu kecil.

“Sudah lama sekali kita tidak kesini.” Jessica berdiri dan beranjak mendekati pohon apel itu, dibelakangnya Taeyeon mengikuti. Jessica meraba-raba batang pohon itu dan menemukan sesuatu disana, Taeyeon tersenyum tipis. Itu ukiran nama mereka berdua.

“Kenapa ukirannya berubah begitu ?” Tanya Taeyeon, Jessica menoleh ke arahnya dan ia mendesah lirih. Taeyeon memandangnya bingung.

“Aku waktu itu menunggumu karena bosan aku mengukir saja disana.” Jessica menjelaskannya dengan jujur, dan itu sedikit membuat Taeyeon bersalah lagi. Dengan lembut ia melakukan kebiasaanya pada Jessica, mengacak rambutnya.

“Ishh kau ini kebiasaan. Nanti kalau Yuri atau Tiffany melihatnya bagaimana ?” Taeyeon mengangkat bahunya acuh dan kembali duduk di kursi yang ada di depan pohon apel, Jessica mengikutinya.

“Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan padamu.” Jessica memiringkan kepalanya, ia melepas kaca mata yang dipakainya dan menyisipkannya pada kemeja yang ia pakai. Taeyeon menatapnya serius dan membuat Jessica mengangguk tanpa alasan.

“Katakan saja.” Taeyeon menganggukan kepalanya. Menengadahkan kepalanya ke atas dan menatap langit yang cerah. Jessica mengikutinya.

“Apakah kau pernah menangani kasus pembunuhan, sekitar 4 tahun yang lalu.” Jessica menundukan kepalanya mencoba berpikir, matanya menatap Taeyeon yang masih dengan posisinya tadi.

“4 Tahun yang lalu ya. Berarti kejadian itu disaat buronan yang pembunuhan berantai dalam jangka satu bulan.” Taeyeon menatap wajah Jessica serius dan menganggukan kepalanya cepat. Jessica mengangkat satu alisnya pertanda bingung.

“Ya. Apakah kau menangani kasus itu ?” Jessica hanya menundukan kepalanya membuat Taeyeon berdebar menunggu jawabannya. Kemudian dalam gerakan kecil ia melihat Jessica menggelengkan kepalanya.
“Aniyo. Aku pernah ditugaskan untuk menjadi pengganti sehari saja itu juga bersama team-ku. Dengan Tiffany-mu.” Taeyeon menganggukan kepalanya dan ia segera bangkit untuk berdiri. Di ulurkan tangannya untuk menggandeng Jessica.

“Kau bawa mobil ?” Tanya Taeyeon dengan lembut, Jessica menggeleng pelan dan memakai kacamata hitamnya lagi. Taeyeon berdecak kesal melihatnya.

“Aku datang kesini menggunakan taksi. Kau menghubungiku sangat mendadak Taengie-ah.” Taeyeon mengangkat bahunya dan mulai berjalan dengan menggandeng Jessica. Mereka berhenti tepat di depan mobil Taeyeon.

“Well kau terlihat lebih cantik tanpa kacamata-mu. Aku menyukai matamu.” Jessica mengangguk dan melepaskan kaca matanya. Ia memasuki mobil Taeyeon berkat suruhan si pemiliknya.

“Antarkan aku ke kantor.” Ucap Jessica pelan, Taeyeon menoleh dan tersenyum tipis.

“Yes Ms. Jung. Kau memperlakukan sahabat kecilmu sebagai supir ?”

“Boleh juga. Ayo jalan!”

Jiyong POV.

“Hei.” Aku melihat Pria besar itu sedang duduk di sofa-ku. Dia menolehkan kepalanya dan memasang senyum manis. Aku memutar bola mataku dan menatapnya sebal.

“Mau sampai kapan kau bersembunyi disini ?” Tanyaku. Pria itu hanya mengangkat kedua bahunya dan menatapku serius.

“Kau mengusirku ?” Dia mendelikkan matanya dan dengan refleks aku menggeleng cepat. Pria itu malah menganggukan kepalanya seolah-olah tak ada apa-apa.

“Aniyo. Apakah kau tak berpikir bahwa mereka akan mencarimu ? Aku sudah bertemu dengan Taeyeon.” Aku tersenyum sendiri menyebut nama gadis pendek itu, aish! Apa maksudnya ini ? Pria itu kembali menolehkan kepalanya ke arahku.

“Cih, katakan saja kau menyukai Taeyeon. Tapi jangan harap lagi, dia begitu mencintai gadisnya.” Pria itu berkomentar pedas membuatku mencibirnya, aku menyeringai tipis.

“Bagaimanapun dia pernah menyukaiku sewaktu dulu. Kau dan aku sekelas lalu ia adik kelas kita. Bodoh!” Aku menempeleng kepalanya tapi ia malah tertawa.

“Aku mengingatnya. Taeyeon semasa SMA begitu tomboy, angkuh dan dingin. Tapi tiba-tiba saja sikapnya berubah feminism saat aku memperkenalkanmu. Dia begitu manis jika seperti itu. Dia adikku.” Pria itu berujar dengan senyum yang mengembang, aku ikut tersenyum dan ya aku mengingatnya.

Dimana saat hari Valentine Taeyeon memberiku sekotak coklat dengan wajah yang memerah, disaat Taeyeon yang merengek manja memintaku membelikan ice cream dan yang paling ku ingat saat ia menyatakan perasaanya padaku. Waktu itu aku menolaknya karena aku sudah begitu nyaman dengan hubungan yang seperti Adik-Kakak itu.

“Tapi kulihat Taeyeon tumbuh sebagai gadis pemimpin. Dia terlihat sangat tegar dan ambisius. Aku heran tapi wajahnya itu terkesan keras.” Aku berkata sambil mengingat-ngingat wajah Taeyeon yang sempat berubah menjadi begitu dingin saat ada di Café waktu itu. Wajahnya sangat begitu mengerikan saat aku perhatikan, walaupun sesaat.

“Kau benar. Ia berubah setelah menyadari semuanya, semua tentang masa lalunya. Semua tentang kami bertiga.” Pria itu menatap lirih pada layar TV yang mati itu, aku menatapnya dan mengalihkan pandanganku.

“Kau sempat berbuat kasar bukan dengan dua gadis itu ? Kenapa kau berbuat seperti itu ? Apa maksudmu ?” Kudengar helaan nafas panjang darinya. Aku tetap membiarkannya.

“Itu hanya untuk melepaskan mereka dari bayang-bayang Lelaki itu. Mereka terlalu menganggapnya baik, mereka belum terlalu tahu siapa itu Doojoon.” Aku mengangguk menanggapi perkataanya. Dan beranjak menuju pantry untuk mengambil sesuatu dari sana. Satu botol Bir anggur dan terlihat sangat nikmat.

“Kuharap kau menyukai ini.” Pria itu tersenyum dan menganggukan kepalanya. Ia meraih botol yang telah kubuka itu dan menuangkannya ke dalam dua gelas kecil.

“Tentu saja. Aku akan menikmatinya.” Aku memiringkan kepalaku dan bersulang dengannya.

Author POV.

Sooyoung dan Yoona menolehkan kepalanya bersamaan saat mendengar bel dari Apartement mereka. Dua gadis itu saling bertatapan dan akhirnya Yoona yang beranjak dari sofa yang sedang di tempatinya bersama Sooyoung tentunya dengan makanan.

Yoona berjalan santai sambil membenarkan rambutnya lalu ia membuka pintu. Dia langsung membungkuk hormat padanya dan mempersilahkannya masuk. Sooyoung pun beranjak dan membungkuk member salam.

“Lepaskan saja mantelnya dan kau bisa menggantungnya disana.” Sooyoung berujar dan di turuti orang itu. Tak beberapa lama ia mengajakknya ke dapur dan menemui Si gadis pendek. Yoona mengikutinya di belakang.

“Hei kau sudah datang Fany-ah ? Padahal aku belum selesai.” Taeyeon seolah sadar akan kehadiran Tiffany-nya langsung berucap cepat. Sooyoung dan Yoona hanya duduk di kursi makan dan menatap dua insan yang sedang berada di dekat peralatan masak.

“Aniyo aku sengaja datang lebih awal untuk membantumu.” Taeyeon menolehkan kepalanya dan membuat mimik wajah yang berusaha memastikan kemudian ia memasang cengiran bodohnya. Tiffany langsung menutupi wajah itu dengan telapak tangannya.

“Jika kau memasak kupastikan dapur ini menjadi hancur lebur karena ulahmu.” Taeyeon mencela Tiffany dan membuat gadis itu kesal. Sooyoung dan Yoona yang mendengarnya berusaha menahan tawa mereka yang hampir meledak. Namun kekehan kecil tetap saja terdengar.

“Ya! Ya! Sooyoung.. Yoona.. Kalau kalian ingin tertawa tertawalah. Aku tidak melarangmu.” Tiffany menyedekapkan kedua tangannya dan bersandar pada meja makan, matanya menatap dua gadis yang masih terkekeh kecil itu.

“Unnie kau benar-benar tidak bisa memasak ?” Tiffany menggeleng cepat untuk menanggapi pertanyaan Yoona. Ia melihat dua gadis yang sedang memakani buah yang ada di meja dengan lahap.

“Terakhir aku memasak Dapur itu kebaran karena aku lupa mematikan apinya.” Kini tawa Sooyoung meledak dan ia berusaha agar buah yang sedang ia kunyah tidak muncrat. Untuk mencegahnya Yoona buru-buru menepuk punggunya.

“Dia memang bena

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Eriika
#1
Chapter 15: Buena historia
Eriika
#2
Hsuai
Aesthetic_blue #3
Chapter 13: I love this ff :*
kpop_poppop #4
yulsic
wufanneey
#5
Chapter 1: Wah. Ada snsd fanfic, dalam bahasa pula. Harus saya list buat jadi bacaan waktu liburan nih.

Author-nim, untuk sekarang ijin subcribe dulu ya. Gomawo.
romancefanfics #6
updatee:)))
joowonlov #7
i hope you can update soon^
kpoplover38 #8
is this fic going to be long or short? anyway cant wait for the first chapter
hoseokislove #9
looking forward to the first chapter<3
kaisooshipper12 #10
ahh cant wait^^