Chapter 6

Perfection
Please Subscribe to read the full chapter

Author POV.

Jessica terus berlari mengejar pria yang juga berlari di hadapannya, di belakang 3 polisi mengikuti langkahnya yang terburu. Ia mengeluarkan pistol dan melepaskan tembakan peringatan, gagal. Pria itu terus berlari melewati lorong yang sempit dan lembap. Jessica menggertakan giginya ia kesal, sampai pria itu terhenti di sebuah gang karena ia terjebak. Ia memilih jalan yang salah, jalan itu buntu. Jessica tersenyum senang, ia mengatur nafasnya sama seperti pria itu.

“Sudah menyerahlah. Angkat tanganmu!” Perintah Jessica dengan tenang. Ia menyeka keringat yang mengalir di sekitar matanya. Jessica mengeluarkan borgol dan siap menangkap pria itu.

DOR!

Satu tembakan di lepaskan pria itu dan mengenai salah satu dari polisi yang mengikutinya. 2 Polisi yang lainya mencoba membantu rekan kerja mereka yang terkena tembak di bagian perut. Jessica menoleh sebentar sambil melihat polisi yang tertembak itu.

“Kau bawa dia.” Ia memerintah satu polisi untuk membawa polisi yang terluka tersebut. Satu polisi yang tersisa berdiri di sampingnya. Jessica tersenyum padanya.

“Jessica-ssi.” Panggil sang polisi tersebut.

“Siapa namamu ?” Jessica kembali mengalihkan pandangannya pada targetnya itu, ia mengarahkan senjatanya ke arah pria tersebut.

“Aku. Panggil saja aku Smith.” Jessica mengangguk tenang.

“Turunkan senjatamu tuan. Kami tidak mau memakai kekerasan!” Ucap Jessica ia berusaha mendekat dengan pistol yang di arahkan pada pria itu. Ia memandang tajam targetnya.

“Jessica Jung.” Ucap pria itu membuat Jessica geram. Untuk apa ia memanggil namanya ? . Pria itu mengacungkan pistolnya dan mengarahkannya pada Jessica. Sekarang mereka saling berhadapan dengan moncong pistol yang sewaktu-waktu meletus.

“Jangan panggil namaku. Kau tidak pantas!” Jessica bergerak cepat dan ia menendang pistol yang ada di tangan pria itu. Choi Siwon. Pistol itu benar-benar terlepas dari tangan Siwon, Jessica menyeringai.

“Bukan Doojoon penyebab kematian adikmu, tapi dirinya sendiri.” Ucap Siwon pelan namun terdengar jelas oleh Jessica. Polisi yang ada di belakang Jessica hanya terdiam, ia tak mengerti arah pembicaraan dua orang tersebut dan ia hanya berjaga-jaga saja. Jessica benar-benar marah kali ini. Ia mencoba memukul Siwon beberapa kali namun pria itu dengan sempurna menghindar.

“Cih.” Satu pukulan keras Jessica berhasil membuat Siwon terjatuh. Jessica terdiam sambil mengatur nafasnya yang menggebu karena emosi. Jessica kembali menodongkan pistol ke arah Siwon.

“Menyerahlah.” Satu kata yang terucap dari Jessica membuat Siwon tertawa mengejek. Pria itu bangkit dan balas memukul Jessica, tubuh mungil Jessica pun menghantam tanah yang di pijaknya. Polisi yang ada di belakang Jessica langsung meluncurkan satu tembakan yang mengarah ke Siwon, naas lagi-lagi pria itu menghindar.

“Ukh.” Jessica meringis pelan saat tahu Siwon menginjak bahunya dan mengarahkan pistol ke hadapannya. Satu tangannya bergerak cepat mengambil sesuatu dari sakunya sebelum Siwon bertindak lebih. Di rasakan bahunya yang perih karena Siwon terus menekannya.

Siwon bersiap menarik pelatuknya dan Jessica tersenyum. Aneh memang tapi ia benar-benar tersenyum, membuat Smith si polisi tadi langsung menghampiri keduanya.

SREET.

Jessica menyayat kaki Siwon yang menginjaknya dan membiarkan Smith mengambil alih dengan menghilangkan kesadaran Siwon dengan menusukkan biusan berbentuk suntikan di bahu Siwon. Pria itu perlahan kehilangan kesadarannya dan ia juga meringis karena kakinya yang di sayat oleh Jessica.

Setelah pria itu ambruk yang dengan untungnya tidak menimpa tubuh Jessica. Jessica bangkit dengan sedikit terhuyung, ia tersenyum ke arah Smith yang menatapnya khawatir.

“Jessica-ssi gwenchana ?” Pertanyaan itu hanya ia jawab dengan anggukan pelan, ia berhasil menangkap satu anggota XYZ. Tapi bagaimana dengan Tiffany dan Yuri, ia tidak tahu. Tapi saat ia berusaha mengejar Siwon ia mendengar suara letusan tembakan.

“Bawa dia. Aku akan kembali ke markas XYZ.” Ucap Jessica dingin dan Smith hanya menurutinya, susah payah ia menggotong tubuh Siwon yang bisa dikatakan besar.

“Semoga kalian baik-baik saja.” Ia berjalan cepat menuju markas XYZ.

***

“Tiffany!” Yuri menghampiri Tiffany yang masih dengan tenang setelah menerima satu peluru di bahu kirinya. Gelak tawa gadis itu menghiasi ruangan itu, para polisi yang berjaga di belakang mereka jumlahnya ada 5 mereka semua sudah sedari tadi mengarahkan pistol mereka ke arah gadis itu. Tapi Tiffany terus melarangnya, Tiffany tau ia Sooyoung teman Taeyeon. Ingin rasanya ia bertanya pada Taeyeon sekarang juga tentang Sooyoung.

“Tiffany-ssi, kenapa kau terus menahan kami.” Salah seorang polisi yang berjaga di belakang mereka berteriak kencang, Tiffany memejamkan matanya mendengar teriakan yang memekakan telinga.

“Kalau kalian mencoba menembaknya, kalian yang akan ku tembak lebih dulu.” Ucap Tiffany, Yuri mengerutkan keningnya. Tidak mengerti dengan apa yang Tiffany pikirkan sementara gadis itu sudah melukai Tiffany sendiri.

“Tidak usah berbaik hati Tiffany-ssi. Aku tidak akan mati, tapi kalian mati.” Gadis itu, Sooyoung dengan cepat menyerang Tiffany dengan kepalan tangannya. Langkahnya lebih dulu berhenti saat Yuri menendang tubuh Sooyoung ke belakang.

“Aku tidak mengerti apa yang kau pikirkan Fany-ah. Biarkan aku yang mengambil alih.” Detik itu juga Yuri mendekati Sooyoung dengan mengarahkan pistolnya. Sooyoung terdiam ia juga ikut mengambil pistolnya yang sempat ia simpan kembali.

Yuri melangkah mundur ke belakang saat kaki panjang Sooyoung hampir mengenai wajahnya, ia melihat beberapa polisi mulai bergerak mendekat itu artinya sebentar lagi mereka akan menangkap Sooyoung.

DOR! DOR! DOR! DOR!

Empat peluru yang di luncurkan Sooyoung benar-benar akurat semua peluru itu berhasil bersarang di ke empat polisi secara bersamaan.

Mata Yuri terbelalak lebar, dan ia melihat Sooyoung yang akan menembakkan lagi pelurunya ke arah satu polisi yang tersisa. Namun Yuri lebih cepat, ia menendang Sooyoung sehingga gadis itu kembali terjatuh.

Tiffany terdiam, ia bisa merasakan tubuhnya yang melemas karena darah yang keluar dari bahunya tak berhenti. Polisi yang tersisa itu menghampiri Tiffany dan menanyakan keadaanya, Tiffany hanya mengangguk pelan. Ia bisa melihat Sooyoung yang terus melawan tindakan penangkapan Yuri. Ia juga bisa melihat keempat polisi yang salah satu dari mereka sempat berteriak pada Tiffany tadi tergeletak dengan nafas yang tersendat. Tiffany yakin peluru yang di tembakan Sooyoung itu mengenai organ vitalnya.

“Ukh” Sooyoung mengerang saat Yuri berhasil memelintir tangannya ke belakang, Yuri dengan cepat memasangkan borgol pada tangan gadis itu. Ia menarik nafas panjang setelah berhasil memborgol Sooyoung.

Yuri mendengar walkie talkie-nya berbunyi, ia kenal betul suara itu.

“Police Jessica disini. Aku berhasil menangkap satu anggota.” Suara itu terdengar gemerisik namun dapat di dengar jelas oleh Yuri.

“Police Yuri disini. Berarti Mission Complete.” Ia menyunggingkan senyumnya yang merekah sebelum, meninggalkan Sooyoung dan menghampiri Tiffany. Satu tangannya terulur untuk menolong Tiffany dan ia juga menyuruh polisi itu segera memanggilkan ambulance untuk polisi itu juga Tiffany dan jaga-jaga juga untuk Jessica. Lalu ia memerintahkan lagi polisi itu agar membawa Sooyoung ke kantor mereka. Kantor Polisi.

“Satu lagi Fany-ah.” Senyum Yuri masih tampak merekah. Tiffany mengangguk pelan, bahunya kini makin terasa perih dan sebuah pemikiran mengganjal otaknya.

“Dimana Jessica ?” Satu pertanyaan itu muncul bersamaan dengan datangnya Jessica, seragamnya lusuh karena sempat terjatuh dan juga wajahnya lebam dan menyisakan sedikit darah di ujung bibirnya.

“Kalian mencariku ?” Jessica tersenyum dan langsung mendapat rengkuhan hangat Yuri. Yuri rela meninggalkan Tiffany yang tadi ia rangkul demi Jessica. Tiffany mendesah pelan, ia terbiasa seperti ini. Namun siapa yang sangka Jessica langsung mendorong Yuri dan menghampiri Tiffany.

“Gwenchana ?” Tiffany mengangguk pelan. Dan dirasakannya tangan Jessica merangkulnya dan menuntunya. Tubuhnya sudah lemas, ia ingin menyudahi rasa sakitnya. Perlahan kesadaran Tiffany mulai hilang. Namun pendengarannya menangkap suara sirine ambulance serta teriakan dari Jessica dan Yuri.

“Tiffany!”

“Fany-ah, Tiffany Hwang!”
Sesudah itu yang dapat ia rasakan dan ia dengar adalah. Hampa.

****

“Satu anggota masih terbebas Jessica. Kau dan Team-mu harus bergerak cepat untuk menemukannya.” Suara tegas itu begitu terdengar lunak di telinga Jessica. Gadis itu hanya mengangguk tenang, satu tangannya menyembunyikan ponsel yang sedari tadi terus ia mainkan saat orang itu berbicara.

“Bagaimana dengan Tiffany ?” Tanya orang itu. Jessica mendongakan kepalanya, mengalihkan pandangannya dari layar ponsel untuk menatap wajah seseorang yang tengah berbincang dengannya. Ia tersenyum tipis.

“Dia sudah sehat. Kau tahu sendirikan ? Dia pasti tidak betah berlama-lama di Rumah sakit.” Ucap Jessica tenang. Orang itu tertawa kecil mendengarnya. Jessica mendengus, ia tidak pernah serius jika berbicara dengan orang itu.

“Bagaimana dengan dua tahanan kita ?” Jessica memiringkan kepalanya, selanjutnya ia mendesah pelan. Gadis itu menyeringai. Ia menatap lawan bicarannya dengan tatapan tenang, orang itu sedang bertanya padanya.

“Mereka masih dengan pintarnya membelitkan bukti dan juga gadis itu dia sama sekali jarang memberitahu tentang informasi satu anggota mereka. Hanya pria berbadan besar itulah yang berbicara.” Jelas Jessica. Gadis itu bangkit dari duduknya dan mengambil sebuah map juga tas yang ia bawa.

“Tapi kau tenang saja aku dan team segera menangkap satu anggota lagi. Ya aku masih dendam.Hari ini aku akan menangkapnya.” Orang itu adalah Mr. Park ia berdiri dan membelalakan matanya. Ia mengerti Jessica adalah gadis yang sangat ambisius.

“Jangan gegabah nona Jung.” Peringat Mr. Park. Jessica mengangguk tenang.

“Ne. Annyeong.” Jessica benar-benar keluar dari ruangan itu.

Tiffany POV.

Kemana gadis pendek itu ? Kenapa di saat bersamaan dengan tertangkapnya dua anggota tersebut ia menghilang ? Aku juga membutuhkannya, aku merindukan senyuman manisnya. Ini sudah genap seminggu aku tak berjumpa dengannya.

“Fany-ah.” Panggilan dari Yuri membuatku menolehkan kepala, aku melihat sosoknya yang berjalan menghampiri meja kerjaku. Aku menatap lekat dirinya, ia nampak berbeda.

“Pria itu, tahanan kita. Memberikan sebuah petunjuk.” Aku menatap sebuah potongan kertas yang entahlah di sana tertulis beberapa kata. Aku mengerutkan keningku, bingung.

“Coba kau beritahu Jessica, ia pasti bisa memecahkannya.” Yuri terdiam. Ada apa dengan anak ini ? Bukankah biasanya ia lebih senang memecahkan petunjuk atau apalah itu ?

“Jessica ada di ruangan Inspektur Fany-ah.” Aku mengangguk pelan. Kalau seperti iitu, dia kan bisa menemuinya jika Jessica kembali nanti. Bodoh

“Ada yang ingin kukatakan padamu…” Dia menghentikan kata-katanya. Astaga seorang Kwon Yuri kenapa terlihat begitu ‘Ketakutan’ Dia menarik nafas yang menurutku sangat berat dan di hembuskannya dengan kasar. Aku menepuk pelan bahunya.

“Wae ?”

“Jessica berhasil membongkar indentitas satu anggota XYZ yang tersisa. Ia melihat jaket yang bersymbol sama, sidik jari yang sama dan criteria yang sama. Maaf kami tidak membahasnya bersamamu. Kau masih sakit 4 hari yang lalu.” Aku membelalakan mataku tidak percaya. Bagaimana bisa ?

“Siapa dia ?” Aku bertanya dengan suara yang bisa di bilang gugup. Yuri, aku melihatnya ia menelan salivanya sendiri. Ia juga gugup. Oh tuhan.

“Dia…”

FlashBack.

Jessica berjalan dengan resah di samping Yuri. Gadis itu memang nampak resah semenjak menangkap dua anggota XYZ. Ia penasaran dengan satu anggota yang masih tersisa, ia juga curiga dengan seseorang.

Yuri yang menyadari gerak-gerik Jessica yang aneh segera menghentikan langkahnya. Ia memegang lembut bahu mungil Jessica, mereka terdiam di lorong Rumah sakit. Jessica tersenyum, senyum yang Yuri tahu betul itu adalah senyuman palsu milik Jessica Jung. Jessica tak dapat berbohong padanya.

“Wae Sica-ah ? Apa yang mengganggu pikiranmu ?” Jessica terdiam dan menggenggam tangan Yuri erat. Gadis itu tiba-tiba saja memeluk tubuhnya.

“Aku curiga, tapi aku telah mendapatkan bukti.” Yuri mengerutkan keningnya tak mengerti tentang apa yang di bicarakan Jessica. Di sentuh dengan lembut punggung kekasihnya yang ada di hadapannya. Jessica menarik nafas da

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Eriika
#1
Chapter 15: Buena historia
Eriika
#2
Hsuai
Aesthetic_blue #3
Chapter 13: I love this ff :*
kpop_poppop #4
yulsic
wufanneey
#5
Chapter 1: Wah. Ada snsd fanfic, dalam bahasa pula. Harus saya list buat jadi bacaan waktu liburan nih.

Author-nim, untuk sekarang ijin subcribe dulu ya. Gomawo.
romancefanfics #6
updatee:)))
joowonlov #7
i hope you can update soon^
kpoplover38 #8
is this fic going to be long or short? anyway cant wait for the first chapter
hoseokislove #9
looking forward to the first chapter<3
kaisooshipper12 #10
ahh cant wait^^