Final Chapter

Perfection
Please Subscribe to read the full chapter

Author POV.

Tiffany membelalakan matanya tak percaya, Taeyeon terkena tembak dan membuat tubuh mungil kekasihnya menghajar lantai. Lalu dengan cepat ia melihat Yoona yang bersimpuh di samping Taeyeon. Mencoba menyadarkan gadis itu yang tengah memejamkan mata.

“Unnie!! Ya! Unnie!” Ia menepuk pelan wajah Taeyeon yang tengah memejamkan matanya. Perlahan air matanya menetes saat melihat bahu Taeyeon yang terluka dan mengeluarkan darah.

“Unnie-ah~” Suaranya berubah parau seketika. Tepukannya di wajah Taeyeon kini terasa pelan tidak se-semangat tadi. Tangannya mulai gemetar dan mata Yoona terpejam sesaat, ketika ia membuka mata ia menyadari bahwa Taeyeon tengah membuka matanya sambil tersenyum.

“Hei.” Sapa Taeyeon pelan. Yoona mengusap air matanya dan berusaha tak menjatuhkan air matanya lagi namun tampaknya ia terlalu terharu melihat Taeyeon yang masih tersadar.

“Unnie aku kira kau su-“

“Mati? Aku tidak bisa mati semudah itu.” Taeyeon memasang cengirannya.“Aish jangan menangis. Gwenchana.” Lanjut Taeyeon sambil berdiri dengan bantuan Yoona. Matanya menangkap dua pistol yang ada di sudut Gudang, ia kemudian berlari mengambil dua benda itu lalu melemparkan salah satunya pada Yoona.

“Turun kau! Menyerahlah.. kau tidak akan bisa menang melawan kami.” Yoona berujar dengan suara yang sedikit bergetar. Efek dari tangisannya tadi, kemudian ia melirik Taeyeon yang dengan cepat menodongkan pistolnya ke arah Taemin. Lalu ia pun melakukan hal yang sama.

“2 VS 1. Jangan bercanda Taemin segeralah menyerah.” Taeyeon menunjukan senyum tipisnya. Taemin hanya bisa mengangkat tangannya sambil menuruni anak tangga itu dengan tangan yang tetap terangkat. Perlahan ia berlutut di hadapan Yoona dan Taeyeon. Taeyeon mundur beberapa langkah sedangkan Yoona dengan cepat berdiri di belakang Taemin. Tatapan mereka penuh siaga Taeyeon terus menggenggam pistolnya dengan erat.

“Yoong lepaskan Tiffany.” Suruh Taeyeon dengan suara pelan, Yoona langsung mengangguk dan berlari cepat menaiki anak tangga dan melepaskan semua ikatan Tiffany juga penutup mulut yang di pakaikan dengan paksa oleh Taemin pada Tiffany. Tiffany gadis itu memandangi Yoona dengan matanya yang sudah berkaca-kaca, Yoona tersenyum tipis untuk menangkan Tiffany.

“Unnie gwenchanayo ? Dahimu masih sakit ?” Yoona langsung mengusap pelan kening Tiffany dan mengelusnya. Tiffany hanya tersenyum dan membalas pertanyaannya dengan suara yang lemah, Yoona mengangguk untuk merespon perkataan Tiffany.

Tiffany segera bangun dan hendak menuruni anak tangga tersebut tapi Yoona melarangnya, gadis yang lebih muda darinya itu hanya memandang matanya penuh arti sebelum akhirnya menganggukan kepala dengan perlahan meminta persetujuan Tiffany.

Sedangkan dilantai bawah, Taeyeon mulai berdeham pelan untuk memulai berbicara pada Taemin.

“Kenapa kau bisa berada dalam asuhannya. Bukankah kau seharusnya masih di penjara ?” Tanya Taeyeon dengan santai. Taemin langsung mendongakan kepalanya dan menatap Taeyeon, sedetik kemudia ia tersenyum.

“Apakah aku harus memberitahunya ?” Taemin membalikan pertanyaan Taeyeon, dengan gerakan cepat dan akurat ia memutar kakinya untuk menyelengkat kaki Taeyeon. Taeyeon memebelalakan matanya, Sedetik kemudian tubuh Taeyeon terjatuh dan kini Taemin berdiri dihadapannya lalu mengeluarkan sesuatu di balik sakunya. Sebuah pistol. Namun dengan cepat Taeyeon langsung kembali berdiri dan malayangkan beberapa tendangan ke arah Taemin. Tapi Taemin tak kalah cepat, ia menangkap satu kaki Taeyeon dan membanting tubuh Taeyeon ke belakang. Tentu saja hal itu membuat Taeyeon mengerang kesakitan saat punggungnya dengan terpaksa menghajar lantai sangat keras, ia mengerang lirih sembari terbaring di lantai. Lalu Taemin menghampirinya dengan senyuman tipis terukir di wajahnya.

“You die Kim Taeyeon.” Taemin berucap pelan sambil menodongkan pistolnya dan bersiap menembak Taeyeon. Ia menarik pelatuk pistolnya dengan gerakan perlahan dan..

DOR!

Taemin memutar badannya dengan cepat dan kini pistol yang digenggamnya mengeluarkan asap dan tepat mengarah pada Yoona. Tubuh Yoona tersentak ke belakang dan perlahan jatuh di samping Tiffany, Taemin menembakan pelurunya pada Yoona yang berada di lantai atas.

“SIAL!!” Taeyeon langsung menerjang Taemin dari belakang tak perduli jika saja Taemin menembakan peluru padanya. Dengan hitungan detik Taeyeon meluncurkan tinjuannya yang mengarah pada Taemin. Satu tinjuan Taeyeon tepat mengenai wajah Taemin membuat lelaki itu mau tak mau terjatuh karena begitu kerasnya pukulan Taeyeon.

Tapi Taemin langsung bangkit dan membalas pukulan Taeyeon, kini mereka berdua tengah beradu fisik dengan sengit. Sedangkan Tiffany menopang tubuh Yoona yang kini tertembak di sekitar bagian perut. Helaan nafas Yoona terdengar sangat berat membuat Tiffany takut.

“Yoona-ah, kau harus kuat.” Ucap Tiffany pelan. Yoona tersenyum sebelum akhirnya mengangguk lemah, satu tangannya menekan bagian perutnya yang terluka. Tiffany ikut menempatkan satu tangannya disana, lalu mengelusnya perlahan. Berusaha menenangkan Yoona.

“Te-Tentu saja.” Balas Yoona.

Kembali pada Taeyeon kini gadis itu tengah terkapar di lantai dengan bibir yang berdarah, membuatnya bisa merasakan darah pada indera perasanya. Taemin berada tak jauh darinya, lelaki itu berusaha berdiri dengan tumpuan lututnya. Namun dengan cepat Taeyeon bangkit dan menendang kepala lelaki itu hingga tak sadarkan diri.

“Hah… hah… Mianhae.” Gumam Taeyeon sambil mengatur nafasnya yang memburu lalu detik berikutnya ia memborgol tangan Taemin dengan borgol kepunyaan Tiffany yang pernah ia pinta. Kakinya melangkah dan menaiki anak tangga dengan perlahan, kemudian ia melihat kekasihnya dan Yoona yang tengah berbaring. Ia ikut berlutut di samping Yoona, satu tangannya memegang bahunya yang terluka.

“Un-Unnie bagaimana dengan Sooyoung, Jessica unnie dan Siwon oppa..” Yoona bertanya pelan sambil meringis kesakitan. Taeyeon terdiam sebentar untuk berpikir kemudian Tiffany menepuk pelan tubuhnya. Secepat mungkin Taeyeon menolehkan kepalanya pada Tiffany.

“Kita bisa hubungi Yuri dan meminta bantuannya. Atau rekan kerjaku yang lain.”

***

Jessica menghela nafas berat saat secara tiba-tiba banyak penjaga yang menghadang langkah mereka. Kemudian ia menolehkan kepalanya menatap Sooyoung dengan tatapan aneh, gadis tinggi itu hanya menatap para penjaga tanpa ekspresi. Sooyoung Nampak seperti orang bodoh saat ini.

“Ssst!! Jangshin!” Jessica berbisik pelan pada Sooyoung, kini gadis tinggi itu mendekatkan dirinya pada Jessica.

“Kau ingin aku melemparkan peledak ? Jangan gila.” Ucap Sooyoung setelah mendengar apa yang di inginkan Jessica. Kemudian ia tertawa pelan sambil menggelengkan kepala, Jessica menatapnya heran. “Aku lupa memberitahumu ya ?” Lanjut Sooyoung.

“Di sekitar ruangan ini tersembunyi beberapa gas yang membuat peledak berskala kecil bisa menjadi berbahaya dan fatal. Kalau aku melemparkannya…” Sooyoung menghentikan kalimatnya lalu jari telunjuknya menunjuk ke wajah Jessica. “You die, I die, and we all die! Hooray!” Lanjut Sooyoung dengan gaya aneh lalu dengan secepat kilat menembakkan pelurunya pada segerombolan penjaga.

Jessica terbengong sesaat walau pada akhirnya ia tersadar dan ikut menembakkan pelurunya pada penjaga. Dengan cepat ruangan itu menjadi arena baku tembak antara penjaga dan dua gadis yang tak lain adalah Jessica dan Sooyoung. Mereka berdua saling berpandangan sebelum akhirnya terpecah dan mencari tempat berlindung.

Kini Jessica tengah bersembunyi di balik dinding yang sekiranya bisa melindunginya dari hantaman peluru yang di berikan oleh penjaga itu. Ia merunduk dan menutup kupingnya, saat beberapa peluru menghantam dinding yang kini menjadi pelindungnya.

Jessica lalu menghela nafas pelan dan langsung menembakan pelurunya pada penjaga yang masih tersisa, tembakan akurat Jessica berhasil merobohkan tiga penjaga dan kini ia langsung berlari menghampiri Sooyoung yang tengah menembakan pelurunya.

“Tinggal tiga orang lagi.” Ucap Sooyoung saat menyadari Jessica berada di belakangnya, Jessica berdecak pelan sambil menatap pistol yang di pakainya. Dengan gerakan cepat ia memukul-mukul pistolnya dengan kepalan tangannya sendiri.

“Peluru ku habis.” Jessica berkata dengan pelan, Sooyoung membelalakan matanya saat sadar mereka telah di kepung dengan tiga penjaga tadi. “Rambutku juga terkena banyak debu, aku harus segera ke salon.” Lanjut Jessica.

“Je-Jessica… lihat-“ Kalimat Sooyoung terpotong dengan bentakan pelan Jessica.

“Yah.. lihat bahkan pipiku tergores.” Jessica masih melanjutkan aktifitas anehnya di tengah keadaan mendesak. Lalu ia terdiam saat menatap Sooyoung yang kini menggenggam erat lengannya.

“YA! Kalian berdua menyerahlah.” Teriak salah satu penjaga.

“YA!! SHUT UP!” Jessica membuka satu sepatunya dan melemparkannya pada penjaga yang tadi berteriak padanya. Sooyoung membelalakan matanya dengan lebar lalu menatap gadis yang kini berdiri tanpa satu alas kaki.

“Je-Jessica. Lihat mereka mengepung kita!!” Ucap Sooyoung dengan heboh. Itu karena peluru yang tersisa di pistolnya hanya satu buah, dan ia tak bisa mengisi peluru dengan cepat di tengah keadaan seperti ini.

“Aish.. kau ini. Kau kan masih mempunyai peluru.” Jessica berucap pelan sambil bersiap dengan sebilah pisau. Sooyoung hanya menggelengkan kepala pelan.

“Hanya tersisa satu butir peluru di dalam sini.” Bisiknya pelan sambil menunjuk pistolnya. Dua penjaga yang masih tersisa itu masih berjaga-jaga sambil memegang pistol mereka masing-masing.

“Bisakah kau bekerja sama denganku ? Kau tembak dia dan aku lemparkan pisau ini pada penjaga yang satunya.” Jessica berbisik pelan dan membuat rencana dadakan dengan Sooyoung. Ia lalu mengeluarkan pisau dari tas yang di bawanya. Gadis tinggi itu hanya mengangguk dan memahami setiap perkataan Jessica. “Aku akan memberi aba-aba. 5 detik dari sekarang.” Lanjut Jessica.

1..

2..

3..

4..

5..

DOR!

“Kyaa!!! Charanta!!” Jessica berteriak senang saat pisau yang di lemparkannya mengenai satu penjaga dan kini menusuk perut si penjaga yang perlahan terkapar. Sooyoung menghela nafas pelan saat tembakannya tepat pada sasaran.

“Aku rasa tidak ada lagi penjaga. Kita harus menemukan Dongmin dan kemana Siwon Op-“ Kalimat Sooyoung terpotong saat di belakangnya sudah ada Siwon yang tersenyum lebar kemudian matanya menatap Jessica yang tengah membersihkan rambutnya dari debu.

“Kurasa Taeyeon tidak

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Eriika
#1
Chapter 15: Buena historia
Eriika
#2
Hsuai
Aesthetic_blue #3
Chapter 13: I love this ff :*
kpop_poppop #4
yulsic
wufanneey
#5
Chapter 1: Wah. Ada snsd fanfic, dalam bahasa pula. Harus saya list buat jadi bacaan waktu liburan nih.

Author-nim, untuk sekarang ijin subcribe dulu ya. Gomawo.
romancefanfics #6
updatee:)))
joowonlov #7
i hope you can update soon^
kpoplover38 #8
is this fic going to be long or short? anyway cant wait for the first chapter
hoseokislove #9
looking forward to the first chapter<3
kaisooshipper12 #10
ahh cant wait^^