Chapter 7

Tears of The Night
Please Subscribe to read the full chapter

Happy reading. Maaf typos bertebaran.

 

________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

Suara kipas angin yang menempel di langit-langit dan suara musik yang dimainkan oleh grup band di atas panggung begitu menganggu gendang telinganya. Berbotol-botol minuman keras dan makanan mewah di antarkan kemeja-meja pemesan oleh pelayan-pelayan seksi nan cantik tanpa henti.

Pesta ini diselenggarakan di sebuah aula yanga ada di hotel milik seseorang pengusaha yang berteman dengan keluarganya. Pesta ini diadakan untuk merayakan ulang tahun pernikahan emas mereka.

Pantaskah pesta ini di gelar, sedangkan sudah banyak korban yang berjatuhan akibat perang yang berkecamuk di negaranya?

Lihar saja tamu-tamu yang hadir dalam ruangan ini. Mereka mengenakan pakaian mahal, perhiasan yang berkilauan tertimpa cahaya lampu. Dan cerutu-cerutu impor yang di hisap oleh para pria sambil memamerkan bisnis mereka dengan teman-teman yang berada dalam satu meja.

Padahal sudah banyak penduduk yang menjadi korban perang, ada yang kehilangan anggota keluarga mereka, kehilangan tempat tinggal sehingga mereka hanya tidur di tenda-tenda pengungsi yang disediakan oleh pemerintah. 

Nichkhun muak. Sebenarnya dia ingin keluar dari ruangan ini beberapa jam yang lalu. Tapi kakek dan ayahnya menahan kepergiannya dengan mengenalkan pada seorang wanita yang cantik. 

Wanita itu duduk disebelahnya. Tangannya yang lancip dan kukunya yang bercat merah, senada dengan warna bibirnya, selalu membelai paha Nichkhun, dari lutut hingga menyerempet ke pangkal pahanya sambil berbicara dengan suara manja dan seksi. Nichkhun bergidik. Bukan karena terangsang, melainkan merasa jijik. Beberapa kali Nichkhun menangkap nada bicara wanita itu bermaksud mengajaknya bermalam di kamar yang dia sewa tidak jauh dari Club ini. Tapi Nichkhun pura-pura tidak mengerti dan selalu mengalihkan pembicaraan mereka. 

Nichkhun menguap dengan tidak sopan dan beranjak dari kursinya. Dia mengatakan pada wanita itu untuk pulang karena besok di harus kerja pagi-pagi sekali di Hotel milik keluarga. Wanita itu cemberut. Dia merasa di abaikan. Tapi Nichkhun tetap berdiri dan meninggalkannya. Dia mampir sebentar di meja orang tuanya dan mengatakan hal yang sama. Lalu dengan langkah cepat, dia meninggalkan ruangan yang membuatnya sesak.

Di dalam mobil, dia menatap kesunyian malam. Jalanan sepi. Tidak ada orang yang berlalu lalang, karena pemerintah yang berwenang membuat larangan jam malam. Hanya ada beberapa orang berseragam yang berpatroli di jalan-jalan mengamankan kota dari para pemberontak ataupun perusuh. 

Nichkhun menarik nafas panjang. Sebenarnya dia pernah mengajukan diri masuk tentara ketika dia 19 tahun. Tapi hanya satu hari dia masuk ke asrama, kakeknya mengobrak-abrik kesatuan itu dan menjemputnya dengan paksa, lalu mengirimnya ke Amerika untuk berkuliah. 

Selama 6 tahun tinggal di sana, Nichkhun melupakan niatnya yang ingin membela negaranya. Dia hanya menikmati hidupnya di Amerika yang tenang dan damai. Di Amerika jam-jam seperti ini masih ramai. Orang-orang dengan aman berjalan-jalan menikmati malam di kota yang ramai bersama pasangan ataupun keluarga. 

Sebulan yang lalu kakeknya mengirimkan surat padanya dan menyuruhnya kembali ke Korea. Kakeknya sudah tua dan menginginkannya untuk memimpin hotel keluarga mereka. 

Butuh beberpa minggu untuk meng-iyakan permintaan itu. Nichkhun tidak ingin pulang sebenarnya. Dia sudah betah tinggal di Amerika bersama paman dan bibinya. Karena paksaan dari orang tuanyalah, akhirnya dia sampai di Korea lagi seminggu yang lalu.

Malam ini, Nichkhun memutuskan untuk pulang ke hotel, dari pada kerumahnya sendiri. Karena lebih jauh, juga kepalanya terasa pusing dan dia ingin langsung bisa tidur. Besok adalah hari pertama di mulai bekerja di hotel.

Beberapa hari yang lalu kakeknya telah mengenalkannya pada semua karyawan hotel. Dari Belboy, Reseption, Juru masak, Housekeeper sampai ke General Manager.

Jadi ketika dia masuk kedalam hotel dengan sedikit sempoyongan, semua karyawan membungkuk memberi hormat, bahkan ada beberapa karyawan ingin membantu mengantar ke kamarnya di tingkat 6.

Tapi dengan halus dia menolak dan mengatakan jika dia bisa berjalan sendiri kekamarnya dan menyuruh mereka untuk melanjutkan pekerjaan mereka saja. Sambil berpegangan dinding, dia menyusuri lorong menuju kamarnya yang berada paling ujung. Tapi di tengah lorong, dia melihat seorang Belboy berdebat dengan seorang tamu. 

"Ayolah, temani aku malam ini! Aku akan membayarmu." Kata ahjusshi paruh baya itu mesum sambil menarik tangan Belboy itu.

"M....aaf. saya tidak bisa tuan. Saya sedang bertugas malam ini." jawab namja itu ketakutan.

"Oh jadi jika kau tidak bertugas, kau bisa menemani para tamu ya?" kata ahjusshi itu dengan senyum menggoda.

Nichkhun sampai ingin muntah melihat wajah ahjusshi itu.

"B...bukan begitu. Aku tidak pernah menemani tamu." 

Ahjsshi itu menyeringai, menarik dengan kuat tubuh namja itu kedalam pelukannya. Belboy itu mencoba meronta-ronta, tapi karena tubuhnya yang langsing, dia tidak cukup kuat untuk melepaskan dirinya.

"Ya! Ahjusshi mesum! Lepaskan namja itu atau saya akan memanggil security untuk mengusir anda!" teriak Nichkhun kencang.

Ahjsshi itu terkejut dan langsung melepaskan pelukannya. Sedangkan Belboy itu menjauh dan menundukkan kepalanya sambil mengcapkan terima kasih pada Nichkhun kemudian berlalu.

"Siapa kau! Berani sekali kau menghalangiku." balas tamu hotel yang tidak tahu malu itu.

"Saya pemilik hotel ini. Jika anda ingin seseorang untuk menemani anda, seharusnya anda hanya meminta pada Manager hotel. Bukannya merayu seorang karyawan yang sedang bertugas."

"Saya tidak ingin orang lain. Yang saya inginkan hanya dia." serunya dengan lantang.

"Kali ini saya memaafkan anda. Tapi jika saya melihat tuan menggoda pegawai saya lagi, saya tidak segan-segan untuk mengusir anda dari hotel saya. Mengerti!?"

Tamu itu ketakutan. Dia masuk kekamarnya dengan membanting pintu dengan keras.

Para tamu yang lain di lantai itu banyak yang keluar begitu mendengar ada keributan. Mereka berbisik-bisik dan bergumam karena merasa terganggu.

"Maafkan saya, karena telah menganggu kenyamanan istirahat anda. Mohon kembali kekamar anda masing-masing. Saya jamin keributan seperti ini tidak akan terjadi lagi." Kata Nichkhun sambil membungkukkan badannya ke semua tamu yang ada.

Mereka akhirnya masuk kekamar masing-masing dan Nichkhun kembali berjalan ke kamarnya. Dalam hati dia bertanya, siapa nama Belboy itu? Kemarin waktu berkenalan dengan para pegawai hotel, pemuda itu tidak ada, jadi dia tidak tahu namanya.

 

Tapi dua hari berikutnya, Nichkhun melihat Belboy itu kembali di goda oleh tamu hotel. Kali ini seorang Ahjumma yang sedang mencubit bokong namja itu dengan genit. Kerena  kedua tangannya sibuk membawa barang-barang, namja itu hanya bisa tersenyum dan menjauhkan dirinya dari jangkauan tangan ahjumma yang manggodanya. 

Mereka berpapasan di lobby, Nichkhun berhenti sejenak dan manatap belboy itu memasuki lift bersama tamunya. Entah mengapa Nichkhun merasa khawatir, dia berbalik dan mengikuti mereka masuk kedalam lift.

Di dalam lift belboy itu tersenyum padanya dan kembali mengucapkan terima kasih.

"Maaf, semalam saya langsung saja pergi, karena tidak ingin di ketahui oleh atasan saya lalu saya di pecat." katanya memberi alasan.

"Tidak apa-apa, itu bukan salahmu." Oh, namanya Jang Wooyoung, katanya dalam hati, ketika dia melihat nametag didadanya. Dia merasa benar mengikuti namja ini masuk ke dalam Lift. Ahjumma itu tidak bisa melancarkan rayuannya karena malu.

 

Keluar dari lift, Nichkhun kembali kekantornya dan dan memanggil seseorang.

"Taecyeon sshi, aku ingin kau memindahkan seorang belboy bernama Jang Wooyoung ke bagian reseption, mulai besok. Tolong latih dia agar bisa menguasai pekerjaannya dengan cepat." pintanya pada pegawai yang menjabat sebagai supervisor bagian operasional.

"Tuan muda, mengapa tiba-tiba?" tanya Taecyeon heran.

"Tolong jangan tanya alasannya, karena aku juga tidak mengerti dengan keputusanku ini. Aku hanya ingin melindungi hotel dari kekacauan yang akan di timbulkannya."

"Tapi Jang Wooyoung itu anak yang baik, dia tidak pernah membuat kekacauan. Hanya tamu-tamu yang kurang ajar saja yang sering menggodanya."

"Aku tahu. Makanya aku memindahkannya ke bagian reseption, daripada memecatnya. Mungkin jika dia pindah ke bagian itu, tidak ada lagi yang menggodanya."

"Terima kasih, tuan muda. Saya berjanji akan melatihnya dengan baik." Taecyoen menunduk lalu mengundurkan diri.

 

Satu minggu kemudian Nichkhun melihat Wooyoung telah berdiri di meja Reseption. Nichkhun menatapnya sebentar. Dia terlihat tampan dengan seragamnya itu. Tapi tetap saja, masih ada yang berani menggodanya. Seorang pria, masih muda, mungkin seumur dengannya sedang tersenyum menggoda pada Jang Wooyoung. Tamu itu sedang check out. Nichkhun sedikit lega karena ada meja yang memisahkan mereka, jadi tangan tamu itu tidak bisa mencolak-colek tubuh Jang Wooyoung. 

Timbul keisengannya dan ingin menggoda Jang Wooyoung. Setiap dia menginap di hotel, ada saja idenya untuk mengerjai Jang Wooyoung.

"Tirai di kamarku perlu diganti! Warnanya membuat mataku sakit!"

"Baik, tuan. Saya akan memberitahu bagian houskeeper untuk menggantinnya." jawab Jang Wooyoung sopan. "Maaf, berapa nomor kamar anda?"

 

"Handuk di kamarku habis!"

"Kipas angin di kamarku mati!"

Hal-hal sepele seperti itu pasti dia teriakkan pada Jang Wooyoung. Sudah menjadi keharusan dia menggoda Jang Wooyoung jika dia yang berjaga di bagian reception. Dia selalu datang ke meja reception dan menggoda Wooyoung. Dia suka sekali melihat muka Wooyoung yang gugup jika berhadapan dengannya. Dia hanya ingin melihat dan mendengar suara Wooyoung. Jika tidak, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. 

"Kirimi aku makanan. Aku kelaparan." teriak Nichkhun malam itu. Kemudian berlalu dengan cepat menuju kamarnya.

"Baik tuan. Makanan anda  akan segera kami antar." Balas Jang Wooyoung pelan.

 

Beberapa menit kemudian.

"Yah! Siapa yang menyuruhmu mengirimkan aku makanan Korea! Yang aku inginkan adalah makanan Amerika! Aku ingin sebuah burger sapi, dan aku ingin dagingnya dimasak setengah matang!" Nichkhun kembali berteriak melalui telepon di kamarnya.

"T...tapi anda tadi tidak mengatakan ingin makanan Amerika...."

"Seharusnya kau bertanya dulu. Cepatlah sedikit aku benar-benar kelaparan!" potongnya cepat pura-pura marah sambil membanting telepon.

 "Aish!" seru Wooyoung kesal.

"Ada apa Woo?" tanya temannya.

"Tamu itu bikin ulah lagi hyung. Sekarang dia ingin makan Burger Amerika."

'Kalau begitu, cepat hubungi bagian Dapur!" 

"Ne, hyung." jawab Wooyoung sambil menghubungi bagian dapur. "Hyung, kamar VIP 10 ingin di buatkan burger dengan daging sapi dan di masak setengah matang." katanya pada Hyung Sik si juru masak.

"Baiklah, tapi sekarang tidak ada orang yang mengantar, semua sedang sibuk."

"Oh. Aku akan mencari seorang belboy untuk mengantarkannya kekamar tamu itu." Wooyoung memutuskan hubungan. "Hyung aku akan mencari orang untuk mengantar makanan untuk tamu itu." katanya pada teman di sebelahnyaa.

"Mengapa tidak kau saja yang mengantarkannya? Aku yang akan menunggu di sini sendiri. Jangan khawatir, sekarang belum banyak tamu yang datang, jadi kau bisa pergi sebentar." kata temannya memberi ide.

"Ahh, baiklah, aku akan pergi kedapur dan mengantar makanan itu kekamar tamu." akhirnya dia memutuskan dan beranjak dari belakang meja reseption menuju dapur.

 

Sampai di dapur dia bertemu dengan Hyung Sik yang langsung menyerahkan Burger yang baru saja di buat. "Tinggal di beri saos, saosnya ada di atas meja. Kau saja yang memberikannya, aku sedang memasak pesanan tamu lain." serunya dan langsung berpaling.

"Terima kasih hyung." Wooyoung membawa burger itu ke maja lebar yang ada di tengah ruangan. Dia atas meja itu terdapat bermacam-macam bumbu masakan dari Korea maupun dari luar negeri. Wooyoung tidak mengerti bumbu apa saja dan untuk masakan apa saja bumbu di atas meja yang di susun dengan rapi. Beberapa ada yang berbahasa asing, tapi dia hanya mencari saos untuk burgernya.

Tiba-tiba muncul idenya untuk membalas perlakuan tamu yang menyebalkan itu. Dia menuangkan saos yang banyak kedalam Burger itu, lalu terkikik.

"Rasakan pembalasan dendamku!" serunya, lalu berlalu dengan cepat ke kamar tamunya yang ada di lantai 6 itu.

 

Wooyoung membuka pintu kamar VIP 10 di lantai 6 itu dengan pelan. Dia tadi sudah mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada jawaban. "Tuan, saya mengantarkan makanan anda." 

Tidak ada sahutan. Wooyoung mendengar suara gemericik air dari toilet, mungkin tamunya sedang berada di sana. Wooyoung lalu meletakkan Burger itu di atas meja yang berantakan. Dia membereskan makanan yang tidak jadi dimakan tamu hotel itu, dan membawanya keluar tanpa bertemu dengan tamu yang membuatnya jengkel. Sebenarnya dia penasaran dengan wajah tamunya, tapi dia harus segera kembali ke meja reseption.

 

Wooyoung sedang berada di ruang ganti pagi itu. Shiftnya selesai beberapa menit yang lalu dan dia sekarang akan pulang ke apartementnya yang terletak di belakang hotel. Bekerja pada shift malam, memang menyenangkan karena tidak seramai shift pagi, tapi tetap saja menguras energi dan dia butuh tidur untuk memulihkan tenaganya. 

Dua orang belboy masuk ke ruang ganti. Mereka juga sudah menyelesaikan shiftnya. M

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
anakyung #1
Chapter 8: Lanjutin rainbow in your eyes nya thooor, kereeen
jenn84869 #2
Chapter 8: Kurang panjang nih endingnya...
Mereka cute banget hahaha..
Sequel dong author
DityaHwang #3
Chapter 8: Ending yg diharapkan...
Bagus bgt thor fic ini...
Senang semuanya baik yg di bumi dan di akhirat...
Semangat buat karya selanjutnya thor....
bsujizy #4
Chapter 8: Loh ini ending? heheeeeee gabisa gituuuuu XD
hwootestjang #5
Chapter 8: Awwwwwwwww.... Sungguh aq sangat suka...
Ending nya bagus banget
adeumi
#6
Chapter 8: Weeewww happyy endiiinggg ..

Sebenernya gak rela ff ini end :(
Semangat buat author bikin ff baru lg (ngarep.com) hehe
LenkaChakhi
#7
Chapter 8: Yahhh onnie ,
Ini terlalu lama untuk update and terlalu cepat end . Dan terlalu pendek :' Masih kurang puas kangen kangenan sama ff ini mala dah end aja . Hiks.
But i love the ending ;) aku kira mereka bakalan punya anak dulu baru end ;) . Aha
Ahhh aku berharap untuk sequel onnie..
Oke yang lainya fi update jg ya onnie.
Thaks you have write great story :* ah chu:*
aririska #8
Chapter 8: aaaaahhhhh..... nice end authornim .... i love the end sooo much ...hehehe
thank's ud bikin fic in happy end ya....
klo bisa bikin sequelnya ya..hehe klo bisa kok ^_^
.
.
. ditunggu fic selanjutnya .... moga aja sequelnya taeyang termasuk di karya author selanjutnya ,,, hehehe #ngarep ...
. Fighting ...!!! ^_^
YoungieChannie
#9
Chapter 7: Nunggu ampe lumutan deh aku,akhirnya di update juga.
Abis ini update yg taeyang donk thur,kan penasaran juga ama endingnya.
nuneoTAMA #10
Chapter 7: chp 1-7 : wa;aupun mataku lelah... tapi makasih untuk ff yang bagus ini.... baca nonstop dari kemaren