Chapter 2

Tears of The Night
Please Subscribe to read the full chapter

 

Sorry, for any typos. Happy reading.

 

________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

"Dia tidak datang."

Nichkhun berkata lirih pada diri sendiri. Dia berbaring di tempat tidur, sambil melihat langit dari jendela besar di kamarnya. Pandangan kosong, sudah lima hari dia berbaring di tempat tidurnya karena demam.

"Sayang, siapa yang tidak datang?" tanya ibunya lembut, sambil membelai kepalanya dengan kasih sayang.

"Wooyoung. Dia tidak datang." dia menjawab dengan berbisik.

"Jadi, malam itu kau sedang menunggunya? Bukankah aku melarangmu untuk berhubungan dengannya lagi?" teriak ayahnya.

Ayahnya marah karena Nichkhun ditemukan pingsan oleh pengawal mereka di atas jembatan sungai Han, pada malam bersalju itu. Tubuhnya tidak kuat menahan hawa dingin karena dia berdiri dibawah hujan salju, hampir lima jam. Nichkhun menghilang dari kamarnya, karena dia sedang di kurung ayahnya. Ayahnya ingin membawanya ke Amerika. Tapi dia melarikan diri untuk menjemput kekasihnya, dan ingin membawanya ke Amerika untuk menikah di sana.

"Tapi, dia tidak datang." ujarnya lirih. Pandangannya masih kosong. Tapi air matanya mengalir kepelipisnya, lalu dia terisak kecil.

"Oh, daddy senang dia tidak jadi datang. Dia hanya ingin mempermainkanmu. Beruntung kau di temukan oleh Chansung cepat, kalau tidak kau bisa mati di atas jembatan itu." teriak ayahnya lagi. Dia berjalan mondar-mandir dalam kamar itu karena kesal.

"Sayang, kau tidak boleh berkata begitu pada anak kita. Khun, bukankah kami tidak menyetujui hubunganmu dengan pemuda itu? Sekarang lihat, dia hanya membuatmu menderita." kata ibunya.

"Tapi aku begitu mencintainya. Aku tidak bisa hidup tanpa dirinya." kata Nichkhun masih terisak. 

"Lalu, mengapa dia tidak muncul? Mungkin dia tidak mencintaimu, dan sekarang dia pergi bersama orang lain yang lebih kaya dari kita." teriak ayahnya lagi.

"Dia mencintaiku!" teriak Nichkhun.

"Dia mencintaiku juga. Makanya aku ingin membawanya ke Amerika dan hidup berdua di sana." Nichkhun memelankan suaranya.

"Mwo!" teriak ibu dan ayahnya berbarengan.

"Plak!" 

Dengan keras, ayahnya menampar pipinya yang masih bersimbah air mata.

"Kau, benar-benar anak yang tidak berguna." kata ayahnya penuh amarah.

"Suruh pelayan membereskan barang-barangnya. Besok dia harus sudah berada di kapal yang akan membawanya ke Amerika." ujar ayahnya dingin.

"Aku tidak mau pergi, tanpa dirinya! Lebih baik aku mati!"  teriak Nichkhun lagi.

"Ada apa ini? Mengapa pagi-pagi begini sudah ada keributan di kamar cucuku tersayang." Mr. Horvejkhul tiba-tiba masuk dalam kamar itu.

"Grandpa!" Nichkhun berteriak, dia langsung berdiri dari tempat tidur dan memeluk kakeknya.

"Aku, tidak ingin pergi ke Amerika, grandpa. Aku tidak ingin pergi ke Amerika tanpa Wooyoung."

"Sst. Cucuku yang malang." Kakeknya memeluk tubuh Nichkhun dengan erat, dan membawanya kembali ke tempat tidur lalu duduk.

"Tinggalkan kami berdua, aku ingin berbicara berdua saja dengan cucuku." kata kakeknya pada ayah dan ibunya.

"Tapi ayah..." kata ayahnya.

"Please." kata kakeknya dingin. Siapapun tidak ada yang membantah, jika kakeknya berkata dengan nada seperti itu. Dingin dan menakutkan.

Kedua orang tuanya beranjak dari kamar itu dengan enggan, mereka melihat Nichkhun dan Mr. Horvejkhul bergantian, lalu keluar dari kamar itu setelah menutup pintunya.

Kakeknya menatap Nichkhun dengan sayang. Lalu mencium keningnya. 

"Katakan pada grandpa, mengapa kau tidak ingin pergi ke Amerika? Kau tahu, sekarang perang dimana-mana, grandpa tidak ingin cucu tersayang grandpa terluka." 

"Aku akan pergi jika bersamanya. Aku juga mengkhwatirkan dirinya grandpa. Aku akan mencarinya." 

"Baiklah kalau begitu. Aku akan memberimu waktu satu minggu. Kau boleh mencarinya bersama Chansung. Jika dalam waktu satu minggu kau tidak menemukannya, kau harus mau berangkat ke Amerika." kata kakeknya dengan tegas.

"Satu minggu? Grandpa, aku tidak bisa menemukannya dengan waktu sesingkat itu. Setidaknya butuh waktu berbulan-bulan untuk menemukan seseorang di negara yang sedang dilanda perang seperti ini." Nichkhun menolak dengan halus ide kakeknya itu.

"Satu bulan. Dan ini final. Jika kau menemukannya, kau boleh membawanya ke Amerika, tapi jika kau gagal, kau harus pergi ke Amerika, dan kau harus setuju untuk menikah, dengan yeoja pilihan kakek."

"Mwo?" tanya Nichkhun bingung.

"Menikah?" tanya Nichkhun lagi sambil membelalakkan matanya.

"Tidak sekarang. Tapi Grandpa sangat bahagia jika kau bisa menikah dengan seorang yeoja, dan memberikan Grandpa cicit yang banyak. Karena Grandpa hanya memiliki anak tunggal dan cucu tunggal. Jadi Grandpa ingin kau memberikan granpa cicit-cicit yang banyak untuk meneruskan keturunan Horvejkhul." kata kakeknya dengan senyum lembut.

Nichkhun menatap kakeknya, dia ingin menolak keinginan kakeknya itu, tapi melihat kakeknya yang tersenyum sangat lembut dan penuh kasih sayang padanya, Nichkhun akhirnya hanya bisa mengangguk pelan.

Mr. Horvejkhul tersenyum kecil melihat anggukan Nichkhun, dia bernapas lega. "Sekarang kau harus beristirahat, tubuhmu masih demam." bujuk kakeknya.

Nichkhun kembali mengangguk dan membaringkan tubuhnya. 

Kakeknya dengan lembut, menyelimuti tubuhnya, lalu pergi dari kamar itu.

 

Setelah keluar dari kamar cucunya, Mr. Horvejkhul bertemu dengan anak dan menantunya di ruang kerjanya.

"Aku ingin kalian bertiga pindah dari Korea dan tinggal di Amerika. Persiapkan surat-surat yang di butuhkan untuk kepindahan kalian dalam satu bulan. Dan jangan pernah kembali ke sini, sebelum Nichkhun menikah dan memiliki anak-anak. Aku tidak ingin dia bertemu dengan namja itu dan berhubungan lagi dengannya." katanya dengan nada dingin.

"Tapi dad, jika kami meninggalkan Korea, bagaimana dengan daddy?" tanya anaknya.

"Kalian tidak perlu khawatir, aku bisa mengurus diriku sendiri di sini." jawab Mr. Horvejkhul sambil tersenyum kecil.

"Bagaimana dengan Nichkhun dan hubungannya dengan pemuda itu? Bagaimana bisa dia setuju untuk pindah, tanpa pemuda itu. Dia tadi berkata pada kami, jika dia memilih untuk mati, kalau dia tidak bisa pergi dengannya." 

Mr. Horvejkhul tertawa, mendengar perkataan menantunya. 

"Kalian tidak perlu mengkhawatirkan cucuku, karena aku sudah membereskan pemuda itu."

"Maksud daddy?"

Mr. Horvejkhul tidak menjawab pertanyaan anaknya, dia bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruangan itu.

 

________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

Satu bulan berlalu....

 

Nichkhun menatap kerumunan orang di bawah, dia berdiri di atas kapal yang akan membawanya ke Amerika. Sudah satu bulan dia mencari Wooyoung, tapi tidak ada jejak apapun dengan menghilangnya kekasih tercintanya itu. Dan sekarang dia berdiri di atas kapal ini hanya karena ingin menepati janji pada kakeknya..

Nichkhun yang di temani Chansung, mencari Wooyoung ke apartementnya dan ke Busan tempat asalnya, tapi orang tuanya berkata jika Wooyoung pergi bersama kekasihnya ke luar negeri dan tinggal di sana. Wooyoung menulis surat dan baru tiga hari yang lalu sampai ke tangan orang tuanya. Dalam surat itu Wooyoung mengatakan jika dia akan pergi keluar negeri bersama kekasihnya. Dia memohon maaf, karena meninggalkan keluarganya dan memohon restu agar dia bisa hidup bahagia disana.

Siapa kekasih yang Wooyoung maksud dalam surat itu? Nichkhun terus bertanya dalam hati, setelah meninggalkan rumah Wooyoung dan Busan. Bukankah dia yang menjadi pacar Wooyoung selama ini? Ataukah Wooyoung memang pergi dengan orang lain, seperti ayahnya katakan? 

Tapi Nichkhun percaya pada Wooyoung, Wooyoung hanya mencintainya dan dia juga mencintai Wooyoung. 

"Tuan muda, daddy anda menyuruh saya untuk membawamu kekamar. Cuaca sudah sangat dingin, mereka takut anda jatuh sakit lagi."

Chansung berkata dari belakang tubuhnya. Nichkhun tidak bisa melepaskan pandangannya pada daratan Korea yang akan dia tinggalkan. Dia merasa ada yang tertinggal di sana, hati dan jiwanya. Saat ini hanya raganya saja yang pergi. 

"Chan, boleh aku bertanya padamu?"

"Ya, tuan?"

"Seberapa jauh kau loyal terhadapku?"

"Maksud tuan?"

"Jika kau bisa memilih, kau akan patuh dengan perintahku atau kakekku?" 

"Kakek anda membayar saya untuk melindungi tuan, jadi saya akan memastikan tuan mudalah yang menjadi prioritas utama saya." jawab Chansung cepat.

"Jadi kau lebih loyal pada siapa?"

"Pertanyaan itu sangat sulit untuk di jawab, karena saya tidak ingin menjadi seorang pengkhianat bagi anda berdua." jawab Chansung mantap.

"Aku tahu, kau pasti akan menjawab seperti itu." kata Nichkhun, dia kecewa dengan jawaban Chansung.

"Tapi mengapa anda bertanya seperti itu?" tanya Chansung bingung.

"Aku rasa ada keanehan dengan menghilangnya Wooyoung. Tapi aku tidak punya waktu untuk mencarinya karena aku telah berjanji pada kakek. Aku meminta tolong padamu untuk mencarinya sampai ketemu lalu membawanya ke Amerika."

"Kalau itu keinginan tuan, saya akan melaksanakannya. Tapi bagaimana dengan keselamatan diri tuan sendiri, saya tidak ingin terjadi sesuatau pada tuan."

"Jangan khawatir denganku Chan, karena aku akan tinggal di negara yang aman. Tapi aku sangat mengkhawatirkan Wooyoung, aku takut terjadi sesuatu pada dirinya."

"Kalau begitu, saya pergi tuan. Jaga diri anda dengan baik. Saya berjanji akan membawa Wooyoung pada anda." Kata Chansung sambil membungkukkan badannya.

"Tapi Chan, aku mohon padamu, jangan sampai masalah ini kakekku mengetahuinya. Aku tidak ingin pencarian ini sampai ketelinganya atau orang tuaku."

"Baik tuan." jawab Chansung sambil berlalu dari hadapan Nichkhun.

Nichkhun masih menatap kepergian Chansung, sampai tubuhnya tidak terlihat lagi.

Setelah kepergian Chansung, Nichkhun masih tinggal untuk sementara di atas kapal, sampai kapal itu meninggalkan Korea, Nichkhun menatap langit yang telah berubah warna, karena hari telah menjelang sore. Angin laut yang dingin menerpa wajahnya, Nichkhun memejamkan matanya. Tanpa sadar airmatanya turun kepipinya.

"Woo, aku merindukanmu, aku harap Chansung dapat menemukanmu dan kita bisa berkumpul kembali." bisiknya lembut.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
anakyung #1
Chapter 8: Lanjutin rainbow in your eyes nya thooor, kereeen
jenn84869 #2
Chapter 8: Kurang panjang nih endingnya...
Mereka cute banget hahaha..
Sequel dong author
DityaHwang #3
Chapter 8: Ending yg diharapkan...
Bagus bgt thor fic ini...
Senang semuanya baik yg di bumi dan di akhirat...
Semangat buat karya selanjutnya thor....
bsujizy #4
Chapter 8: Loh ini ending? heheeeeee gabisa gituuuuu XD
hwootestjang #5
Chapter 8: Awwwwwwwww.... Sungguh aq sangat suka...
Ending nya bagus banget
adeumi
#6
Chapter 8: Weeewww happyy endiiinggg ..

Sebenernya gak rela ff ini end :(
Semangat buat author bikin ff baru lg (ngarep.com) hehe
LenkaChakhi
#7
Chapter 8: Yahhh onnie ,
Ini terlalu lama untuk update and terlalu cepat end . Dan terlalu pendek :' Masih kurang puas kangen kangenan sama ff ini mala dah end aja . Hiks.
But i love the ending ;) aku kira mereka bakalan punya anak dulu baru end ;) . Aha
Ahhh aku berharap untuk sequel onnie..
Oke yang lainya fi update jg ya onnie.
Thaks you have write great story :* ah chu:*
aririska #8
Chapter 8: aaaaahhhhh..... nice end authornim .... i love the end sooo much ...hehehe
thank's ud bikin fic in happy end ya....
klo bisa bikin sequelnya ya..hehe klo bisa kok ^_^
.
.
. ditunggu fic selanjutnya .... moga aja sequelnya taeyang termasuk di karya author selanjutnya ,,, hehehe #ngarep ...
. Fighting ...!!! ^_^
YoungieChannie
#9
Chapter 7: Nunggu ampe lumutan deh aku,akhirnya di update juga.
Abis ini update yg taeyang donk thur,kan penasaran juga ama endingnya.
nuneoTAMA #10
Chapter 7: chp 1-7 : wa;aupun mataku lelah... tapi makasih untuk ff yang bagus ini.... baca nonstop dari kemaren