Chapter 3

Tears of The Night
Please Subscribe to read the full chapter

 

Selamat membaca.

 

________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

Hari ini tunangannya datang dari New York.

Nichkhun sudah menunggu di Incheon satu jam yang lalu. Hari ini dia tidak bekerja, dan mungkin selama tunangannya berada di Korea, dia tidak akan pergi bekerja karena harus menemani tunangannya tersebut.

Pengeras suara mengumumkan jika pesawat yang dia tunggu sedang mendarat. Dan setengah jam kemudian tunangannya keluar dari sebuah ruangan.

Penampilannya bak seorang Diva. Mengenakan hot pant putih pendek, kaos tipis abu berdada rendah, dan lehernya menggantung beberapa kalung sebagai asesorisnya. Memakai kaca mata hitam. Hight heels putih dan jaket panjang putih sampai ke paha. Ditambah syal berbulu berwarna putih yang melilit lehernya. Dia menyeret sebuah koper mewah pada tangan kanannya.

Sungguh perbedaan yang kontras dengan penampilan Wooyoung.

Tunggu! mengapa dia membandingan tunangannya dengan Wooyoung? tanyanya dalam hati.

"Khun!" dia berseru, berlari ke arah Nichkhun, dan memeluknya.

"Hei, selamat datang." sapa Nichkhun dan membalas pelukan itu.

"Ayo, kita pergi ke mobilku, mommy sudah tidak sabar untuk bertemu denganmu," ajak Nichkhun setelah dia melepaskan pelukan mereka.

"Bagaimana keadaan uncle dan auntie? Aku merindukan mereka."

"Mereka baik, dan mereka merindukan kau juga," Jawab Nichkhun sambil tersenyum. Mereka berjalan bersisian dengan tangan Nichkhun di pundak tunangannya.

"Hah, baru pertama kali aku menginjakkan kakiku ke Korea, walaupun aku lahir di sini." kata Tiffanny dengan riang. "Kau harus membawaku berkeliling kota, selama aku berada di sini."

"Baiklah. Aku jamin kau akan menikmati kota ini, dan tidak akan melupakan." jawab Nichkhun terkekeh.

 

Sampai di rumahnya, Nichkhun melihat kedua orang tuanya sedang menunggu mereka di depan pintu. 

Tunangannya memeluk kedua orang tunya bergantian, lalu masuk kerumah. Ibunya sudah meyiapkan beberapa makanan untuk menyambut tunangannya. Nichkhun membawa barang bawaan kekamar tamu dan menyusul mereka ke ruang makan.

"Khun mengapa kau membawa barang Tiffanny ke kamar tamu? Apakah kau tidak menginap dan membiarkannya tidur sendirian di kamar itu?" tanya ayahnya sambil menyeret kursi dan duduk diatasnya.

Nichkhun dan Tiffanny berpandangan sejenak, lalu tersenyum sebelum menjawab.

"Uhm. Uncle, aku dan Nichkhun ingin memberitahukan kalian sesuatu. Tapi sebelumnya kita harus makan, karena aku sangat kelaparan, dan lagi sepertinya masakan auntie sangat menggugah selera." jawab Tiffanny dan langsung di tertawakan Mr. dan Mrs. Horvejkhul.

Mereka menikmati hidangan sambil mengobrol, berbicara tentang kesibukan Tiffanny dan menceritakan tentang pekerjaan Nichkhun.

"Jadi, apa yang ingin kalian sampaikan pada kami? Apakah kalian memutuskan untuk menikah?" tanya Mr. Horvrjkhul sambil tersenyum kecil.

Nichkhun dan Tiffanny, kembali bertatapan. Nichkhun menganggukkan kepalanya pada Tiffanny sebagai isyarat agar dia yang menjawab pertanyaan itu.

"Uncle, aku memutuskan untuk mengakhiri pertunangan kami." Tiffanny berkata sambil menghela nafas panjang lalu melanjutkan bicaranya. "Maaf, aku menemukan seseorang yang lebih mencintaiku. Dan tolong jangan salahkan Nichkhun, karena dia tidak bersalah dalam masalah ini." 

Mr. dan Mrs. Horvejkhul terbelalak kaget. "Mwo!?" teriak mereka serentak.

"Kami memutuskan ini sudah lama, sebelum keluarga kita pindah ke Korea." kata Nichkhun.

"Mengapa baru sekarang kalian memberitahu kami? Dan Tiff, apakah orang tuamu tahu tentang ini?" tanya Mrs. Horvejkhul.

"Aku sudah memberitahu mereka, dan mereka berkata jika aku yang harus menjelaskannya sendiri pada uncle dan auntie. Mereka akan datang kesini untuk meminta maaf. Tapi sebelum mereka datang, aku ingin mengatakannya dulu pada uncle dan auntie. Dan juga untuk meminta maaf karena kami telah mengecewakan kalian berdua."

"Kalau itu memang sudah keputusan kalian berdua, kami tidak bisa melarang. Uncle juga tidak ingin hubungan kalian berjalan karena keterpaksaan, dan membuat kalian tidak bahagia. Uncle senang kalia telah berani mengutarakan keinginan kalian dan tidak menutupinya hanya untuk membahagiakan kami, dan orang tuamu." kata Mr. Horvejkhul sambil tersenyum lembut.

"Auntie juga senang. Asalkan kalian bahagia, auntie menerima keputusan kalian. Sekarang bukan jamannya Romeo dan Juliet. Kalian bebas menentukan jodoh kalian sendiri."

"Terima kasih dad, mom." kata Nichkhun tersenyum pada kedua orang tuanya.

"Terima kasih uncle, auntie. Tapi aku ingin keluarga kita tetap menjadi teman baik. Dan jika aku menikah, aku ingin uncle dan auntie datang." kata Tiffanny sambil menghapus airmatanya yang jatuh ke pipinya.

"Itu sudah pasti. Asal kami diundang, kami akan datang." kata Mrs. Horvejkhul yang langsung di sambut dengan tawa oleh semuanya.

 

________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

"Untunglah orang tuamu menerima keputusan kita, awalnya aku sangat gugup dan takut jika mereka akan menentangnya." kata Tiffanny.

Mereka sedang berjalan-jalan di Mall. Tiffanny ingin di ajak berkeliling dan membeli sesuatu sebelum dia pulang ke New York.

"Karena itu semua keinginanmu, jadi mereka menerimanya. Coba kalau itu keinginanku, mereka pasti akan marah besar." 

Mereka berdua tertawa, dengan kenyataan yang di katakan Nichkhun tadi.

"Sekarang ayo bawa aku ke setiap sudut Mall ini, aku ingin tahu seperti apa Mall terbesar dan termewah di kota Seoul ini."

"Kau terlalu memuji, Mall ini tidak sebesar dan semewah yang kau bayangkan." kata Nichkhun sambil tersenyum miris.

Dibanding dengan keluarganya, keluarga Tiffanny, lebih kaya. Ayah tiri Tiffanny adalah seorang Konglomerat lokal, dan sekarang menjabat menjadi Walikota New York. Mereka di jodohkan sewaktu keluarga mereka masih tinggal di Amerika. Sekarang keluarga Horvejkhul telah kembali dan menetap di Korea lagi.

Mereka berkeliling sambil bergandengan tangan, keluar masuk butik dan toko yang ada dalam Mall itu. Mereka sedang memilih baju di dalam butik, yang pernah Nichkhun lihat. Nichkhun meminta kepada pramuniaga toko untuk membungkus baju yang dia inginkan lalu membayarnya di kasir.

 

"Aku dengar itu tunangannya yang tinggal di Amerika." bisik salah seorang pramuniaga pada temannya.

"Oh My God! Mereka benar-benar pasangan yang serasi." 

"Dan aku dengar juga, mereka sebentar lagi akan menikah." 

"Pantas saja dia tidak menanggapi rayuan kita dan para pengunjung. Ternyata dia sudah punya tunangan secantik itu. Ah aku iri dengan tunangannya."

"Jangan bermimpi. Kita tidak sepadan dengan Nichkhun sshi. Aku sudah cukup senang, karena dia baik terhadap kita dan tidak sombong. Dia selalu membalas sapaan kita dan tersenyum pada kita. Itu sudah cukup bagiku.

Mereka berbisik-bisik dan tertawa cekikikan beberapa saat. Lalu membubarkan diri.

 

Di tangan Tiffanny, sudah banyak kantong belanjaan, tapi dia masih semangat untuk mencari barang yang dia inginkan. Mereka akhirnya makan siang di cafe, dan menitipkan semua barang di dalam kantor Nichkhun. Setelah itu Nichkhun mengajak Tiffanny untuk menonton film.

 

Tanpa Nichkhun sadari, seseorang menatapnya dari kejauhan.

"Khunnie!" bisik Wooyoung lirih. Ditatapnya kepergian Nichkhun dengan pandangan sedih. Lalu dia mengikuti pasangan itu diam-diam sampai meninggalkan Mall.

 

Hari sudah gelap ketika mereka keluar dari Mall itu. Nichkhun langsung membawa mobilnya pulang ke rumah orang tuanya, karena mereka menginginkan untuk makan malam bersama di malam terakhir Tiffanny di Korea.

Mereka berada dalam mobil dengan suasana nyaman dan sunyi. 

"Baju itu, bukankah terlalu kecil untukmu?" tanya Tiffanny memecahkan kesunyian di antara mereka.

"Itu bukan untukku, baju itu akan aku hadiahkan untuk kenalanku." jawab Nichkhun sambil tersenyum manis.

"Pacarmu?" tanya Tiffanny sambil tersenyum simpul.

"Bukan, hanya seorang teman." Nichkhun menjawab dengan cepat masih dengan senyum. 

"Jika hanya seorang teman, mengapa kau tersenyum sangat manis seperti itu?"

Nichkhun tidak menjawab, tapi senyuman di wajahnya tidak hilang. 

"Aku sudah menyangka jika kau memiliki sebuah rahasia. Kau tidak pernah menanggapi setiap rayuan wanita di sekitarmu. Aku selalu bertanya dalam hati, mengapa kau menerima perjodohan kita. Awalnya aku gembira, tapi beberapa waktu kemudian aku meragukan hubungan ini. Kau tidak pernah menyentuhku kecuali bergandengan tangan. Kau hanya menganggapku seorang teman, atau lebih parahnya lagi kau menganggapku seperti adikmu sendiri. Kau sangat perhatian padaku, selalu menyayangiku, tapi perasaanmu tidak lebih dari itu." Tiffanny berkata sambil menghapus setetes airmata yang jatuh kepipinya dengan jarinya.

"Makanya aku memilih mengakhirinya, karena jika kita teruskan, akan menyakiti kita berdua." Tiffanny berkata lalu di menangis.

Nichkhun membawa mobilnya kepinggir jalan, dan berhenti sebentar untuk memberi rasa nyaman. Di peluknya tubuh Tiffanny yang bergetar karena menangis dengan kedua tangannya.

"Sshtt. Maaf." Nichkhun mengelus punggung Tiffanny dengan lembut untuk menenangkannya. 

Tapi bukannya menjadi tenang, Tiffanny malah menangis kencang dalam pelukan Nichkhun.

Setetelah beberapa saat Tiffanny melepaskan pelukannya. Dia sudah tenang sedikit. Ditatapnya mata Nichkhun, dan Nichkhun pun menatap matanya. Akhirnya mereka tertawa bersama.

"Maaf, aku mengotori bajumu." kata Tiffanny setelah mereka selesai tertawa.

"Maaf aku tidak bisa membalas perasaanmu." balas Nichkhun.

Mereka kembali tertawa.

"Apa kau sudah tenang?" tanya Nichkhun.

"Uhm. Tiffanny menganggukkan kepala.

"Kalau begitu, kita pulang sekarang, Mommy pasti sudah menyiapkan sesuatu untuk kita makan malam ini." 

"Oke."

 

________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

Sudah satu bulan Nichkhun tidak pernah bertemu Wooyoung. Dia merasa kehilangan. Terakhir dia ditinggalkan sendirian tidur di atas tempat tidur di toko perlengkapan rumah tangga. Nichkhun terbangun ketika karyawan toko itu sudah datang dan terkejut melihatnya berbaring di salah satu tempat tidur mereka.

Nichkhun harus meminta maaf pada Manager toko, dan menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada malam sebelumnya dan menawarkan ganti rugi dengan membeli tempat tidur itu. Tapi manager toko menolaknya dengan mengatakan tidak ada yang lecet ataupun rusak pada benda itu. Dan tempat tidur itu masih bisa di jual dengan harga tingg

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
anakyung #1
Chapter 8: Lanjutin rainbow in your eyes nya thooor, kereeen
jenn84869 #2
Chapter 8: Kurang panjang nih endingnya...
Mereka cute banget hahaha..
Sequel dong author
DityaHwang #3
Chapter 8: Ending yg diharapkan...
Bagus bgt thor fic ini...
Senang semuanya baik yg di bumi dan di akhirat...
Semangat buat karya selanjutnya thor....
bsujizy #4
Chapter 8: Loh ini ending? heheeeeee gabisa gituuuuu XD
hwootestjang #5
Chapter 8: Awwwwwwwww.... Sungguh aq sangat suka...
Ending nya bagus banget
adeumi
#6
Chapter 8: Weeewww happyy endiiinggg ..

Sebenernya gak rela ff ini end :(
Semangat buat author bikin ff baru lg (ngarep.com) hehe
LenkaChakhi
#7
Chapter 8: Yahhh onnie ,
Ini terlalu lama untuk update and terlalu cepat end . Dan terlalu pendek :' Masih kurang puas kangen kangenan sama ff ini mala dah end aja . Hiks.
But i love the ending ;) aku kira mereka bakalan punya anak dulu baru end ;) . Aha
Ahhh aku berharap untuk sequel onnie..
Oke yang lainya fi update jg ya onnie.
Thaks you have write great story :* ah chu:*
aririska #8
Chapter 8: aaaaahhhhh..... nice end authornim .... i love the end sooo much ...hehehe
thank's ud bikin fic in happy end ya....
klo bisa bikin sequelnya ya..hehe klo bisa kok ^_^
.
.
. ditunggu fic selanjutnya .... moga aja sequelnya taeyang termasuk di karya author selanjutnya ,,, hehehe #ngarep ...
. Fighting ...!!! ^_^
YoungieChannie
#9
Chapter 7: Nunggu ampe lumutan deh aku,akhirnya di update juga.
Abis ini update yg taeyang donk thur,kan penasaran juga ama endingnya.
nuneoTAMA #10
Chapter 7: chp 1-7 : wa;aupun mataku lelah... tapi makasih untuk ff yang bagus ini.... baca nonstop dari kemaren