White Lily

Just a Little Hope (Indonesian)

(A/N : disarankan untuk mendownload lagu didy yang Cactus agar lebih ngeresep(?) bacanya. Hehehe #promosi)

 

 

[Previous Part.]

 

.

 

"Aku tidak bisa memaafkan Myungsoo.." Woohyun menggeleng lemah.

 

"Hn? Kenapa?"

 

"Karena.."

 

"Karena apa?"

 

"Karena gara-gara Myungsoo aku kehilangan Sunggyu hyung."

 

.

 

.

 

.

 

-- Just a Little Hope 9 --

 

.

 

.

 

 

“……… Berarti, kau baru bisa memaafkan Myungsoo setelah kau mendapatkan Sunggyu kembali?” tanya Inguk serius.

 

Woohyun mengangguk mantap. “Tepat sekali.”

 

“Hmm..” Inguk mendehum sambil mengusap dagunya. “Aku akan membantumu..” ucap Inguk.

 

“Membantuku?” Woohyun menatap Inguk dengan tatapan penuh tanya. “Membantu untuk apa?”

 

“Membantu untuk mempertemukanmu dengan Sunggyu.” Jawab Inguk sambil tersenyum lembut.

 

“Kalau kau membantuku dengan menggunakan bantuan Myungsoo, maaf, aku tidak mau.” datar Woohyun sambil merubah posisinya menjadi posisi duduk.

 

“Sudah kubilang, maafkan Myungsoo! Dia itu sepupumu!” seru Inguk sedikit kesal karena Woohyun yang keras kepala.

 

“Aku tidak mau!” seru Woohyun marah. “Kau tahu, aku benar-benar muak pada Myungsoo!” pekik Woohyun dengan wajah marah.

 

“Kenapa lagi?”

 

“Lily putih yang dibawa Myungsoo saat itu..”

 

“Lily putih? Ah, aku ingat. Dia memberikannya pada Sunggyu, kan?”

 

Woohyun mengangguk. “Ne.”

 

“Memang kenapa? Apa kau cemburu karena Myungsoo memberikannya pada Sunggyu?” tanya Inguk penasaran.

 

Woohyun menggeleng pelan. “Lebih dari itu..” ucapnya lirih.

 

“Hm? Apa ?”

 

Woohyun memeluk gulingnya dengan erat sambil menahan tangis. “Hyung.. hiks..” isaknya.

 

Inguk secara refleks langsung memeluk Woohyun yang hendak menangis. “Jangan menangis.” ucapnya sambil mengusap punggung Woohyun. “Ceritakan saja semuanya padaku..”

 

Woohyun mengangguk pelan di dalam pelukan Inguk, rekannya yang sudah dia anggap seperti hyungnya sendiri. “Aku kecewa dengan Myungsoo. Sangat kecewa..” ungkapnya memulai cerita.

 

“Ada apa? Apa yang dia lakukan padamu?”

 

“Myungsoo… Hiks.. Dia bohong..” isak Woohyun sambil menyeka air matanya.

 

“Bohong kenapa?”

 

“Lily putih itu.. Aku yang membelikannya..” ucap Woohyun menggantung. “TAPI MYUNGSOO MENGAKU JIKA DIRINYALAH YANG MEMBELIKAN LILY ITU UNTUK SUNGGYU!!!!!” seru Woohyun emosi hingga membuat tangisnya pecah.

 

Woohyun menangis sekencang mungkin hingga membuat kamar itu penuh dengan tangisannya. Inguk hanya diam sambil membelai rambut Woohyun, tidak percaya jika Myungsoo tega berbohong seperti itu. Selama ini dia mengira Myungsoo adalah anak yang jujur dan tidak suka berbohong. Mengetahui jika Myungsoo berbohong, wajar saja Woohyun menjadi sangat benci dan kecewa dengan Myungsoo.

 

“Aku mengerti perasaanmu.” ujar Inguk, masih memeluk Woohyun yang menangis semakin kencang. “Maafkan aku, karena membuatmu menangis seperti ini..”

 

Woohyun menggeleng pelan. “Bukan salahmu, hyung..” ucap Woohyun sambil tersenyum.

 

Woohyun melepas pelukan Inguk. “Maaf.” ucapnya sambil menyeka air matanya. “Kau harus kembali ke rumah sakit. Sebentar lagi jadwalmu dimulai..”

 

Inguk menatap jam dinding di kamar Woohyun. “Yeah, kau benar.” Angguknya setuju seraya beranjak dari tempat tidur Woohyun. “Aku pamit. Annyeong Hyunnie.” Pamit Inguk sambil melangkah keluar kamar diikuti oleh Woohyun dibelakangnya.

 

“Hati-hati hyung..” ucap Woohyun sambil tersenyum.

 

“Ne.”

 

***

 

“Myungie, apa kau baik-baik saja?” tanya Sungyeol khawatir saat melihat Myungsoo hanya menatap makan malamnya tanpa bergerak sedikit pun.

 

Myungsoo menggeleng pelan. “Aku tak apa.” jawabnya singkat.

 

“Jangan bohong.” ucap Sungyeol dengan tatapan menyelidik.

 

“Hhh..” Myungsoo menghela nafas.

 

“Katakan padaku, ada apa denganmu?” pinta Sungyeol sambil mengelus tangan Myungsoo.

 

Myungsoo menatap tangannya yang dielus oleh kekasihnya, lalu menghela nafas lagi. “Maaf.” Ucapnya.

 

“Hm? Maaf untuk apa?” tanya Sungyeol bingung.

 

“Maaf atas kejadian kemarin.” Jawab Myungsoo datar dengan mata terpejam.

 

“Ah, jadi kau seperti ini karena masalah kemarin?.” Sungyeol mengangguk. “Tidak usah dipikirkan lagi. Aku sudah memaafkanmu.” ucap Sungyeol sambil tersenyum lembut.

 

Myungsoo mendongakan kepalanya, menatap senyum lembut dari kekasihnya itu. Myungsoo tersenyum kecil, merasa sedikit lega. “Terima kasih.” ucapnya.

 

“Haha, tidak perlu berterima kasih.” Sungyeol terkekeh.

 

“Kau terlalu baik.” tutur Myungsoo. “Sama seperti Gyu hyung..” lanjutnya.

 

“Oh..” sahut Sungyeol sambil terkekeh lemah. “Kau, apa kau sudah minta maaf pada Sunggyu hyung?”

 

“Eh?” Myungsoo membelalakan matanya bingung. “Apa.. Apa maksudmu berbicara seperti itu?”

 

“Sunggyu hyung pasti sangat sakit karena kejadian kemarin. Apalagi dia pasien.”

 

Myungsoo terhenyak mendengar ucapan Sungyeol. Dia memang sudah meminta maaf pada Sunggyu. Tapi, apakah Sunggyu juga memaafkannya?

 

Myungsoo mengangguk pelan. “Ne..” ucapnya. “Aku sudah meminta maaf..” lanjutnya ragu.

 

“Lalu, apa Sunggyu hyung juga memaafkanmu?”

 

Deg! 

 

Pertanyaan yang Myungsoo takutkan, akhirnya keluar dari mulut Sungyeol. Apa yang harus dia jawab? Dia sendiri juga tidak yakin jika Sunggyu memaafkannya atau tidak. Myungsoo menatap makanannya lagi, lalu menggeleng pelan.

 

“Hm?” Sungyeol menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

 

Myungsoo menggeleng lagi, lebih lemah dari sebelumnya. “Aku tidak tahu..” gumamnya lirih.

 

“Hhh…” Sungyeol menghela nafas perlahan. “Kau harus meminta maaf lagi padanya.” ucap Sungyeol lembut.

 

“Aku tahu.” tukas Myungsoo. “Tapi.. Aku takut jika Sunggyu hyung tidak mau bertemu lagi denganku.”

 

“Kau tak perlu khawatir.” ujar Sungyeol sambil menepuk bahu Myungsoo. “Bukankah Sunggyu adalah namja yang baik?”

 

Myungsoo tersenyum kecil mendengar ucapan Sungyeol. “Ya, dia baik.” angguknya setuju. “Tapi, aku tidak yakin. Aku juga takut bertemu dengannya. Aku takut Sunggyu hyung akan bertambah sakit jika dia melihatku. Terakhir kali melihatnya, dia benar-benar terlihat putus asa.” ucap Myungsoo getir.

 

“Kau harus menemuinya lagi.”

 

Myungsoo mendongak dan menatap Sungyeol lekat. “Haruskah?” tanya Myungsoo ragu.

 

Sungyeol mengangguk mantap. “Ne. Kau harus menemuinya. Kau tidak mau terbebani dengan perasaan bersalahmu, kan?”

 

Myungsoo mengangguk setuju. “Kau benar..” ucap Myungsoo sambil melahap makan malamnya.

 

Sungyeol tersenyum senang melihat kekasihnya yang sudah tidak bersedih lagi. Dia lalu ikut melahap makan malamnya dengan hati senang. “Lalu, kapan kau mau menemuinya?” tanya Sungyeol.

 

“Mmm..” Myungsoo tampak berpikir. “Bagaimana kalau Sabtu depan? Setelah kita menyelesaikan semua tugas-tugas kita?”

 

“Sabtu depan? OK.” Sungyeol menyanggupi.  

 

“Kita akan ke tempat Sunggyu hyung setelah kita pulang kuliah.”

 

“Ne.”

 

***

 

[Kamar Sunggyu. 08.10 pm]

 

Setelah selesai makan malam, Sunggyu kembali ke kamarnya. Malam itu dia tidur sendiri di kamarnya seperti biasa sementara Sungjong tidur di kamar sebelah.

 

“Ahh.. Sudah lama tidak tidur di tempat tidurku sendiri..” ucap Sunggyu sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya. “Aku benar-benar merindukan kamarku..” gumamnya sambil memejamkan matanya.

 

“Woohyun-ah..” secara tak sadar Sunggyu menyebut nama Woohyun dari bibir kecilnya.

 

“Hhfff..” Sunggyu menghela nafas sambil memeluk guling kesayangannya.

 

“Kenapa aku merindukanmu?” tanyanya dalam hati. “Biasanya setiap malam kau selalu datang ke kamarku dan menemaniku tidur. Tapi sekarang, kau sudah tidak ada. Tidak ada yang menemaniku lagi dan tidak ada yang akan menyeka air mataku jika tiba-tiba aku menangis dalam tidurku.” ucapnya pelan.

 

Sunggyu mengambil ponselnya yang diletakkan di mejanya. “Ahh, Sunggyu pabo!” ejeknya pada diri sendiri. “Aku tidak mempunyai nomornya.” lirih Sunggyu sambil meletakkan ponselnya kembali di mejanya.

 

“Bagaimana caranya untuk menghubungi Woohyun?” pikirnya sambil mengerjap-kerjapkan mata kecilnya.

 

“Ah, sudahlah. Untuk apa aku memikirkan Woohyun? Dia juga tidak memikirkanku.” ucapnya sambil menghela nafas lagi.

 

“Lebih baik aku tidur dan bersenang-senang saja di café langgananku besok sore.”

 

Sunggyu mematikan lampu utamanya lalu menghidupkan lampu tidurnya. Setelah itu dia tidur setelah menyelimuti dirinya dengan selimut hangatnya.

 

***

 

[Apartemen Woohyun. 08.20 pm]

 

“Aku bosan.” gerutu Woohyun sambil berguling-guling di tempat tidurnya. “Apa yang harus kulakukan??!!!” serunya bosan.

 

Woohyun beranjak dari tempat tidurnya. Dia duduk di ujung tempat tidurnya lalu mengambil ponsel yang menganggur di mejanya. Disaat bosan seperti ini biasanya Woohyun akan menghubungi Myungsoo untuk menemaninya. Tapi malam itu, dia enggan untuk menghubungi sepupunya. Dia masih kesal dengan sepupunya.

 

Merasa tidak ada harapan dari orang-orang di contact-listnya, Woohyun meletakkan ponselnya kembali di meja.

 

“Hffft.” Woohyun menghela nafas. “Membosankan sekali hidupku ini.” sindirnya sambil menguap.

 

“Biasanya aku selalu pergi ke kamar Sunggyu dan menemaninya tidur. Meski tidak ada pembicaraan, tapi itu tidak membuatku bosan. Aku malah senang melihat wajah tidurnya yang menggemaskan itu.” ucap Woohyun sambil tersenyum lucu mengingat kenangannya bersama Sunggyu.

 

“3 Jam pun terasa 3 menit jika aku berada bersama Sunggyu hyung. Ahh, hyung pujaanku. Kenapa kau harus meninggalkanku?” ucap Woohyun dengan nada bicara yang terdengar sedih.

 

Woohyun menunduk sambil memainkan ujung-ujung jarinya. “Sunggyu hyung neo eodisseo?” tanya Woohyun dalam hati.

 

“Kenapa kau memberiku pertanyaan yang aneh?” lirih Woohyun saat mengingat pertanyaan yang dilontarkan Sunggyu tadi malam.

 

“Sampai saat ini aku masih tidak mengerti maksud pertanyaanmu.” ucap Woohyun sedih.

 

“Aku merindukanmu, hyung..” ungkap Woohyun sambil mengusap hidungnya yang memerah.

 

“Apa aku masih mempunyai kesempatan untuk bertemu denganmu?” batinnya penuh tanya.

 

“Haisss! Kenapa aku malah memikirkan Sunggyu hyung?!” pekiknya sambil mengacak rambutnya asal. “Seharusnya aku melupakannya beberapa saat sampai aku bisa menenangkan diriku sendiri!” serunya sambil menarik nafas panjang.

 

Woohyun menatap jam dinding di kamarnya. Pukul 8 lebih 25 menit.

 

“Mau apa aku disini?” ucapnya malas.

 

“Membosankan.” datarnya.

 

“Lebih baik aku pergi ke club, minum-minum, dan mabuk. Itu akan sedikit membantuku melupakan semuanya!” serunya sambil tertawa senang, lalu mengambil baju pergi dari lemarinya dan bersiap untuk pergi ke club.

 

***

 

“Pagi hyung.” sapa Woohyun malas dari ambang pintu ruang kerja Inguk.

 

“Kau terlihat malas. Ada apa denganmu?” sindir Inguk.

 

“Aku hanya mengantuk.” jawab Woohyun sambil mengusap matanya.

 

“Apa kau ke club lagi?”

 

“Yeah.”

 

“Kenapa?”

 

“Karena aku bosan.”

 

“Oh..” Inguk mengangguk paham.

 

“Hyung.”

 

“Apa.”

 

“Mulai sekarang aku akan mencoba untuk fokus pada pekerjaanku.” ungkap Woohyun mantap.

 

“Hah? Apa aku tak salah dengar?” sindir Inguk sambil memutar matanya.

 

Woohyun menggeleng cepat. “Ani. Kau tak salah dengar.”

 

“Baguslah. Tapi kenapa tiba-tiba kau mengatakan hal itu?”

 

“Karena aku ingin menikahi Sunggyu hyung..” ucap Woohyun malu-malu.

 

“Hah???” Inguk menganga heran. “K-kau tidak sedang bercanda, kan?”

 

Woohyun menggeleng. “Tidak. Aku serius. Memang kenapa?”

 

“Jadi, kau ingin menjadi dokter yang sukses dan punya uang banyak hanya untuk menikahi Sunggyu?!” pekik Inguk tidak percaya.

 

“Tentu.” Woohyun tersenyum malu. “Kau pintar, hyung..” puji Woohyun senang.

 

“Hmm..” dehum Inguk sambil menyilangkan kedua tangannya dan memejamkan matanya.

 

“Bagaimana hyung?”

 

“Hm? Bagaimana apanya?”

 

“Bagaimana menurutmu? Apa menurutmu, aku dan Sunggyu hyung cocok untuk menjadi sepasang kekasih?”

 

Tanpa berpikir panjang, Inguk mengangguk dengan cepat. “Ne! Kalian cocok. Sangat cocok!”

 

“Benarkah? Jadi, kau menyetujuinya, hyung!” seru Woohyun senang sambil membelalakan matanya.

 

“Ne. Hyung setuju.” ucap Inguk sambil tersenyum lembut.

 

“Waaaaaaaaaaaaw. Gomawo hyung!!” seru Woohyun senang sambil memeluk Inguk.

 

Inguk tersenyum sambil membalas pelukan Woohyun dan mengusap punggungnya. “Berjuanglah untuk orang yang kau cintai.” bisik Inguk dan mendapat anggukan dari Woohyun.

 

“Arasseo hyung!” seru Woohyun mengerti. “Aku akan berjuang.. Aku akan fokus hingga aku dapat membanggakan Sunggyu hyung saat kami bertemu untuk kedua kalinya nanti!”

 

“Kau janji?”

 

“Ne! Aku janji!”

 

“Geurae. Aku pegang janjimu. Dan berjanjilah setelah kau mendapatkan Sunggyu, kau tidak akan mencampakkannya seperti yang Myungsoo lakukan padanya.”

 

“Aku tidak akan melakukan itu. Aku janji.”

 

***

 

Sunggyu menatap sedih lily putih yang berada di kamarnya. Lily putih itu pemberian Myungsoo, tapi entah kenapa Sunggyu memilih untuk tidak membuangnya. Bukan, bukan karena lily putih adalah favourite Sunggyu. Tapi karena.. Sunggyu tidak yakin jika Myungsoo yang memberikan lily itu padanya.

 

“Pasti ada seseorang yang memberi tahunya..” gumam Sunggyu.

 

“Aku tidak percaya dengan Myungsoo. Dia tidak tahu bunga kesukaanku..” lanjutnya.

 

“Apa mungkin seseorang mengetahui bunga kesukaanku lalu membelinya untukku tetapi menitipkan bunga itu pada Myungsoo untuk diberikan padaku?” pikir Sunggyu.

 

“Tapi siapa? Apa mungkin.. Woohyun?”

 

Sunggyu menggeleng cepat, menepis pikiran ngawurnya. Tidak mungkin Woohyun yang memberi tahu Myungsoo. Woohyun saat itu tidak tahu jika Sunggyu dan Myungsoo adalah sepasang kekasih. Jadi, sangat mustahil jika dia menuduh Woohyun yang memberi tahu Myungsoo tentang bunga favouritenya.

 

Sunggyu menatap jam dinding di kamarnya. Pukul 4 sore. Hari itu adalah hari Sabtu. Kuliahnya libur setiap hari Sabtu. Sunggyu mengganti baju rumahnya dengan baju perginya, bersiap-siap untuk pregi ke café langganannya. Sudah lama sekali Sunggyu tidak pernah mengunjungi café itu. Dia merindukan rasa cappucino yang nikmat dibubuhi dengan foam lembut diatasnya. Hmm, yummy!

 

Sunggyu mengambil kunci mobilnya, lalu menyetirnya menuju café yang menjadi favouritenya selama bertahun-tahun lamanya.

 

***

 

[Star Café. 04.35 pm]

 

Sunggyu segera duduk di pojokan yang merupakan tempat duduk favouritenya karena di tempat itulah dia bisa dengan jelas menikmati pemandangan kebun lily berwarna-warni. Café itu tingkat 2. Di lantai 1 hanya bisa melihat pemandangan jalan, sedangkan di lantai 2 bisa melihat pemandangan kebun lily yang indah milik pemilik café itu.

 

“Annyeong haseyo, Sunggyu oppa!” seru gadis pelayan yang cantik berseragam hitam putih seperti bartender.

 

“Oh! Eunji-yah!” seru Sunggyu senang melihat gadis pelayan yang cantik itu di depannya.

 

“Lama sekali tidak melihat oppa berkunjung kemari. Kemana saja oppa!” tanyanya sebal sambil mempoutkan bibirnya imut.

 

“Hahaha kau merindukan oppa??” goda Sunggyu sambil tertawa manis.

 

“Tentu! Oppa itu menyenangkan! Karena itu aku merindukan, ani, sangat merindukan oppa!” seru Eunji senang.

 

“Jinjja? Baguslah! Oppa juga merindukan Eunji-yah!” Sunggyu tertawa senang.

 

“Yah, oppa belum menjawab pertanyaanku! Kemana saja oppa selama ini??!”

 

“Aigo, mianhae Eunji-yah.. Oppa sakit!” jawab Sunggyu sambil tersenyum malu.

 

“Mwo??! Oppa sakit?! Sakit apa!?” tanya Eunji panik. “Lalu bagaimana keadaan oppa? Apa oppa sudah sembuh??”

 

“Pabo Eunji..” ledek Sunggyu sambil tertawa lebar. “Kalau oppa belum sembuh, mana mungkin oppa kemari?” canda Sunggyu.

 

“Ahh, benar!” seru Eunji sambil tertawa kecil menyadari kebodohannya.

 

“Eunji-yah, oppa pesan seperti biasa, ne? 1 Cappucino dan 1 roti panggang rasa pisang.” pesan Sunggyu sambil tersenyum manis.

 

“1 Cappucino dan roti panggang pisang.” ucap Eunji sambil mencatat pesanan Sunggyu. “Oppa kami mempunyai menu baru. Love Caramel untuk pasangan!” seru Eunji menawarkan menu baru di café itu.

 

“Love Caramel?” Sunggyu menaikkan sebelah alisnya dan mendapat anggukan dari Eunji. “Yah, Eunji-yah.. Kau ingin menyindir oppa, eoh?” ucap Sunggyu sambil mempoutkan bibirnya.

 

“Eh?? Memang kenapa oppa??” tanya Eunji polos.

 

“Yah pabo! Oppa ini single sekarang..” ucap Sunggyu lalu menghela nafas.

 

“Mwo?? Lalu, Myungsoo oppa..”

 

“Kami putus.” ucap Sunggyu cepat.

 

“Ah, mianhae oppa.. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu teringat dengan Myungsoo oppa..” Eunji menunduk, merasa bersalah karena membuat Sunggyu teringat dengan mantannya.

 

“Anio. Tidak apa! Aku senang kami berdua putus.” ucap Sunggyu sambil tersenyum ke arah Eunji, membuat Eunji tidak merasa sedih.

 

“Jinjja? Oppa senang jika oppa putus dengan Myungsoo oppa??!” seru Eunji memastikan.

 

“Eung.” Sunggyu mengangguk. “Memang kenapa?”

 

“Ani.” Eunji menggeleng cepat. “Okay oppa, aku akan membuat pesanan oppa!” seru Eunji sambil membungkuk dan menuju dapur untuk memberikan pesanan Sunggyu pada pihak dapur.

 

Sunggyu tersenyum kecil sambil memandang lily-lily berwarna-warni di kebun milik Star Café itu. Entah kenapa, dia selalu merasa tenang jika melihat lily-lily cantik itu. Terlebih jika ada kupu-kupu dan burung-burung mungil yang bermain-main disana.

 

“Love Caramel..” gumam Sunggyu sambil tersenyum. “Andai saja Woohyun menjadi milikku, aku pasti akan memesan Love Caramel untuk kami berdua..” khayalnya sambil tertawa geli.

 

“Tapi sayang, Woohyun tidak mengungkapkan perasaannya padaku kemarin. Andai saja dia mengungkapka perasaannya padaku, harapanku pasti benar-benar nyata.” ucapnya senang.

 

“Ah, bicara apa aku? Manis sekali, heheheh!” kekeh Sunggyu malu sambil mengusap kedua pipi chubbynya yang memerah.

 

***

 

Hari demi hari berlalu. Baik Woohyun maupun Sunggyu sama-sama sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Woohyun sibuk dengan pekerjaannya sebagai dokter, sementara Sunggyu sibuk dengan statusnya sebagai mahasiswa di salah satu universitas favourite di Seoul. Tapi meski mereka berdua sangat sibuk, mereka tetap tidak melupakan satu sama lain. Setiap malam sebelum tidur, mereka berdua selalu berdoa dan berharap agar Tuhan mempertemukan mereka berdua kembali. Mereka berdua berjanji, jika Tuhan memberi kesempatan kedua pada mereka, mereka berdua akan memperbaiki semuanya dan akan mengungkapkan perasaan mereka satu sama lain.

 

Saat itu malam Sabtu. Woohyun mengunjungi rumah seorang mantan pasiennya yang telah berpulang beberapa minggu lalu. Ya, dia pergi mengunjungi rumah mendiang Kim Seulmi.

 

Tok. Tok. Tok.

 

Woohyun mengetuk pintu rumah keluarga Kim. Seseorang membuka pintu rumah itu. “Ah, Dokter Nam!” seru wanita yang adalah eomma Seulmi.

 

“Annyeong, Nyonya Kim.” ucap Woohyun sambil tersenyum.

 

“Silahkan masuk..” Nyonya Kim mempersilahkan Woohyun masuk.

 

Woohyun masuk dan duduk di sofa di ruang tamu keluarga Kim. “Annyeong, Tuan Kim.” sapa Woohyun ramah pada Tuan Kim yang juga duduk di sofa ruang tamu.

 

“Wah, sudah lama sekali tidak melihatmu, Dokter Nam..” Tuan Kim menyapa Woohyun balik. “Ada apa Dokter kemari?” tanyanya.

 

Nyonya Kim duduk di sebelah suaminya. Setelah itu Woohyun memulai pembicaraannya.

 

“Tuan, Nyonya.. Maaf jika saya lancang. Tapi, bagaimana keadaan kalian setelah kepergian Seulmi?” tanya Woohyun sambil tersenyum kecil.

 

“Jujur, rumah ini terasa sangat sepi tanpa Seulmi kami. Tapi jangan khawatir, Dokter Nam. Kami sudah mulai terbiasa dengan keadaan ini.” jawab Tuan Kim sambil tersenyum.

 

“Baguslah kalau begitu.” Woohyun mengangguk sambil tersenyum. “Jujur, saya juga merindukannya. Seulmi benar-benar gadis yang sangat menyenangkan!” seru Woohyun sambil tertawa kecil.

 

“Benarkah?” tanya Nyonya Kim tak percaya.

 

“Ne, tentu saja.” Woohyun mengangguk mantap.

 

“Saya tak menyangka Dokter Nam menganggap anak kami adalah anak yang menyenangkan. Kami sebagai orang tuanya merasa sangat senang!” seru Tuan Kim senang.

 

Woohyun tertawa tulus. “Ne, mendiang Kim Seulmi memang benar-benar menyenangkan. Dia selalu menghibur saya saat saya merasa down.” ungkap Woohyun dengan suara bergetar.

 

“Bahkan setelah dia meninggal pun, dia .. dia masih mampu membuat saya kembali bangkit dan berjuang!” seru Woohyun sambil menghela nafas panjang, menenangkan dirinya agar tidak menangis.

 

“B-benarkah?!” pekik Tuan dan Nyonya Kim bersamaan.

 

Woohyun mengangguk pelan. “Ne.. Dia membuat saya semangat melalui suratnya.” ucap Woohyun sambil tersenyum. “Dia benar-benar gadis yang baik..”

 

Nyonya Kim meneteskan air mata, merasa terharu mendengar cerita Woohyun tentang anak gadisnya. Tuan Kim segera mengusap bahu istrinya untuk menenangkan istrinya. “Jangan menangis, yeobo..”

 

“Ah, maaf saya membuat Nyonya menangis.” ucap Woohyun meminta maaf. “Saya kemari karena ingin bertanya tentang seorang pelanggan café kalian..” Woohyun mengutarakan tujuannya.

 

“Pelanggan kami?” tanya Tuan Kim sambil mengernyitkan dahinya.

 

“Ne, pelanggan kalian.” ucap Woohyun mengulang permintaannya sambil mengeluarkan sepucuk kertas yang terlipat dari saku jas dokternya. “Ini, surat dari Seulmi..” Woohyun memberikan surat itu pada Tuan Kim.

 

Tuan dan Nyonya Kim membacanya. Setelah memahami isi surat itu, Tuan Kim tersenyum. “Oh, namja itu.” ucap Tuan Kim sambil tersenyum.

 

“Ne? Ada apa dengan namja itu?” tanya Woohyun penasaran.

 

“Namja itu adalah namja yang disukai Seulmi.” jawab Tuan Kim sambil tertawa kecil. “Seulmi selalu bercerita tentang namja itu pada kami.” lanjutnya.

 

“Eh?” Woohyun terhenyak. “N-namja yang disukai Seulmi?” tanyanya memastikan.

 

Tuan Kim mengangguk. “Ne, namja itu namja yang disukai Seulmi. Tapi namja itu sudah punya kekasih.” ucapnya.

 

“Ah, begitu.” Woohyun mengangguk. “Seulmi pasti sakit hati, ne..” ucapnya sedih.

 

“Kami tidak tahu pasti apakah Seulmi kami sakit hati atau tidak. Karena Seulmi selalu tersenyum setiap kali dia melihat namja itu di café kami. Meski namja itu datang bersama kekasihnya, Seulmi tetap tersenyum dan memperhatikannya dari jauh.” Nyonya Kim menjelaskan.

 

Woohyun mengangguk mengerti. “Geuraesseo..” ucapnya mengerti. “Dia sungguh gadis yang baik. Dia rela menahan sakit melihat namja yang disukainya mempunyai kekasih dengan berpura-pura tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa padanya.” salut Woohyun.

 

“Memangnya, kenapa kau ingin mengetahui tentang namja itu?” tanya Tuan Kim ingin tahu.

 

“Ah? Oh, tidak apa. Saya hanya ingin mempunyai teman baru.” jawab Woohyun.

 

“Hmm.” dehum Tuan Kim sambil mengangguk mengerti.

 

“Lalu, kapan saya bisa bertemu dengannya? Bisakah Tuan dan Nyonya Kim memberi tahu saya lebih detail tentang namja itu?” pinta Woohyun sopan.

 

“Namja itu selalu datang ke café kami setiap hari Sabtu, Minggu, dan di hari libur. Untuk ciri-cirinya, dia sama persis dengan ciri-ciri yang dikatakan Seulmi.” jawab Nyonya Kim.

 

“Dia selalu datang ke café kami sekitar pukul 04.30 sore atau pukul 05.00 sore.” Tuan Kim menimpali.

 

Woohyun mengangguk mengerti. “Saya mengerti.” ucapnya sambil tersenyum senang. “Terima kasih atas informasinya, Tuan dan Nyonya Kim.” Woohyun berdiri dan membungkuk 90° pada kedua orang tua mendiang Seulmi itu.

 

“Ne. Dan terima kasih sudah mau berkunjung ke rumah kami. Berkunjunglah kapan pun kau mau, Dokter Nam.” ucap Tuan Kim ramah.

 

“Geurae, Tuan Kim.” angguk Woohyun sambil tertawa senang.

 

“Ah, jamkkanman ne.” ucap Nyonya Kim.

 

“Ne? Ada apa, Nyonya?” tanya Woohyun dengan tatapan bingung.

 

“Seulmi mempunyai sesuatu untukmu.” ucap Nyonya Kim. “Tunggu sebentar ne, aku akan mengambilnya. Silahkan duduk kembali.” Nyonya Kim mempersilahkan Woohyun untuk duduk.

 

“Ah, geuraeyo.” ucap Woohyun lalu kembali duduk, menunggu Nyonya Kim mengambil sesuatu yang Seulmi siapkan untuk Woohyun.

 

Nyonya Kim kembali dengan membawa kotak merah berukuran sedang. “Ini, ambillah.” ucap Nyonya Kim sambil menyerahkan kotak merah itu pada Woohyun.

 

Woohyun menerima kotak itu dan memperhatikan kotak itu baik-baik.

 

“Seulmi bilang dia menyimpan foto-foto namja itu di kotak itu. Dan dia memberikannya padamu sehingga kau bisa tahu namja mana yang dimaksud Seulmi.” ucap Nyonya Kim sambil tersenyum.

 

“Ah, kamsahamnida!” seru Woohyun senang.

 

“Ne, Dokter Nam. Semoga pemberian Seulmi ini berguna untukmu menemukan namja itu.” ucap Tuan Kim.

 

“Ne! Tentu!”

 

***

 

Setelah mandi dan memakai piyama, Woohyun duduk di tepi tempat tidurnya sambil memegang kotak merah pemberian Seulmi itu. Woohyun membuka kotak itu lalu mengeluarkan foto-foto dari dalam kotak ini.

 

“Eh!! Ini ka——”

 

Woohyun tersentak tak percaya saat melihat foto-foto yang dilihatnya. Foto-foto itu adalah foto dari seorang namja yang sangat dia kenal. Ya, namja putih susu berpipi chubby, yang tak lain adalah Kim Sunggyu. Namja yang selama ini dia cari.

 

“Seulmi-yah! Aku tak percaya kau menyukai Sunggyu hyung!” pekiknya tak menyangka sambil membelalakan matanya.

 

“Jadi, selama ini kau menyimpan sakit hatimu pada Sunggyu hyung?!” serunya kacau.

 

“Seulmi-yah.. Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau tak pernah cerita pada oppa jika kau menyukai seorang namja?” lirih Woohyun sedih sambil menghela nafas.

 

Woohyun menatap ke dalam kotak itu lagi. Ada sepucuk surat di dalamnya. Woohyun mengambil surat itu lalu membacanya.

 

[Annyeong Woohyun oppa! Apa kabarmu? Apa kau baik-baik saja? Aku harap kau tidak merasa bosan membaca suratku lagi! Heheheh >_<

 

Oppa, lupakan ucapan orang tuaku! Sebenarnya, aku tidak menyukai namja gembul itu. Aku memata-matainya dan berpura-pura menjadi gadis penggemar rahasianya supaya aku bisa mengetahui namja itu lebih dalam. Aku tahu oppa menyukai seseorang yang berpipi chubby. Karena itu aku berusaha sebisaku untuk mencari tahu tentang namja itu dari temanku, Jung Eunji.

 

Namja itu bernama Kim Sunggyu. Dia namja yang baik, sangat baik! Dia pernah membantuku memperbaiki sepedaku beberapa bulan lalu saat tiba-tiba rantai sepedaku lepas. Kau tahu, ekspresi seriusnya saat memperbaiki sepedaku waktu itu sangat lucu! Pipi gembulnya membulat dengan rona merah di wajahnya karena kepanasan dan kelelahan. Tapi sayang, aku tidak memfotonya. Dia akan memarahiku jika aku memfotonya karena kata Eunji, Sunggyu oppa tidak suka difoto.

 

Oppa, kata Eunji , Sunggyu oppa sudah mempunyai kekasih. Kekasihnya sangat tampan! Dia namja yang tinggi dengan mata elang, hidung mancung, dan bibir tipis. Benar-benar sempurna! Namja itu dingin, tapi romantis! Dia typeku! Tapi sayang, dia sudah berpacaran dengan Sunggyu oppa! Hihihi^^ Tapi jangan khawatir oppa, mungkin Sunggyu oppa sudah putus dengan namja dingin itu saat oppa bertemu dengannya. Dan jika mereka berdua masih berpacaran, yah, oppa bersabar saja. Jika jodoh pasti tidak akan kemana, kok! ^^

 

Sunggyu oppa sangat menyukai lagu yang manis. Jadi, jika oppa ingin menarik perhatiannya, mainkanlah lagu yang manis menggunakan piano yang berada di lantai 2 caféku. Sunggyu oppa duduk di pojokan di lantai 2, tempat dimana dia bisa melihat secara jelas kebun lily yang kurawat. Karena itu, saat oppa ke caféku, pergilah ke lantai 2 dan lihatlah di tempat duduk paling pojok. Oppa akan menemukannya!^^

 

Aku pikir semua info yang kuberikan sudah cukup bagi oppa untuk menemukannya. Aku harap oppa dan Sunggyu oppa bisa menjadi pasangan kekasih! Kalian berdua sangat cocok. Yeah, aku tidak tahu jika oppa akan menyukainya atau tidak. Tapi firasatku berkata jika kalian berdua akan menjadi pasangan yang serasi!

 

Ah, aku sudah mulai mengantuk. Mianhae oppa, aku tidak bisa menulis banyak lagi. Aku sangat lelah hari ini karena jadwal sekolah yang padat. 1 Saja pesanku untuk oppa. Tolong, jika oppa dan Sunggyu oppa menjadi pasangan kekasih, tolong jangan sakiti Sunggyu oppa! Sunggyu oppa adalah namja yang sangat baik. Jika oppa menyakitinya, aku akan marah pada oppa!

 

Annyeong oppa, selamat malam. –Kim Seulmi^-^]

 

Woohyun tertegun membaca surat Seulmi. Dia tidak menyangka ternyata yang selama ini Seulmi lakukan adalah untuk dirinya dan bukan untuk diri Seulmi sendiri. Seulmi benar-benar gadis yang sangat baik. Kepergiannya benar-benar disayangkan. Andai saja Seulmi tidak meninggal, pasti Seulmi akan senang karena Woohyun memang mencintai Sunggyu dan dia tidak akan menyakiti Sunggyu.

 

Woohyun melipat kertas itu dengan rapi, lalu memasukkannya lagi ke dalam kotak beserta dengan foto-foto Sunggyu. Woohyun menyimpan kotak itu di lemarinya. Setelah itu dia merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya.

 

 

“Haaah.” Woohyun menarik nafas panjang. “Sunggyu hyung.. Aku tak menyangka ternyata kita sangat dekat.” ucap Woohyun sambil tersenyum kecil.

 

“Seulmi, Eunji, Myungsoo.. Aku mengenal mereka bertiga selama bertahun-tahun. Tapi kenapa aku tidak mengenalmu? Aku benar-benar pabo..” ejek Woohyun sambil mengetuk pelan kepalanya sendiri.

 

“Tapi tak apa. Yang penting sekarang kita sudah saling mengenal dan besok aku akan mengutarakan perasaanku padamu. Aku tidak mau kehilangan dirimu untuk kedua kalinya, hyung!” seru Woohyun senang sambil tersenyum lebar.

 

“Tapi, bagaimana caranya untuk membuat kejutan untuk Sunggyu hyung?” Woohyun menatap langit-langit kamarnya sambil memikirkan cara untuk membuat sebuah kejutan untuk Sunggyu.

 

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Woohyun mempunyai sebuah ide. “Aha!” serunya sambil mencetikkan jari.

 

“Aku punya ide bagus!” ungkapnya senang. “Besok sore aku akan membuat Sunggyu hyung merasa spesial di depan orang banyak!” serunya sambil mengganti lampu kamar dengan lampu tidur lalu tidur untuk mengumpulkan tenaganya.

 

***

 

Hari Sabtu. Woohyun mengambil izin kerja pada hari itu untuk mempersiapkan kejutannya untuk Sunggyu. Setelah mati-matian mendapat izin dari Inguk selaku ketua dokter di rumah sakit itu, Woohyun pun segera pergi ke toko bunga untuk membeli 100 bouquet lily putih.

 

Setelah membeli lily, Woohyun segera menuju Star Café tempat dirinya akan bertemu dengan calon kekasihnya.

 


“Eunji-yah!” panggil Woohyun pada Eunji.

 

Eunji menoleh dan terkejut saat melihat namja tampan di hadapannya itu. “Woohyun oppa!” serunya senang sambil memeluk Woohyun. “Oppa bogoshipeo!”

 

“Nado bogoshipeo, Eunji-yah!” seru Woohyun sambil membalas pelukan Eunji.

 

“Oppa sudah lama sekali kita tidak bertemu, ne!” ucap Eunji sekedar basa-basi. Eunji adalah salah satu pasien Woohyun. Woohyun menangani Eunji saat Eunji kecelakaan beberapa bulan silam.

 

“Ne! Haha. Bagaimana kakimu? Apa masih ada keluhan?” tanya Woohyun perhatain.

 

Eunji menggeleng cepat. “Anio oppa. Kakiku normal seperti biasa!” jawab Eunji cepat.

 

“Baguslah!” seru Woohyun senang. “Eum, Eunji-yah, oppa boleh minta tolong?” tanya Woohyun setengah berbisik.

 

“Apa itu?”

 

“Begini.” Woohyun mendekatkan bibirnya ke telinga Eunji. Eunji mengangguk setiap kali dia mengerti dengan rencana Woohyun.

 

“Bagaimana? Kau mengerti?” tanya Woohyun memastikan.

 

“Eung!” Eunji mengangguk mantap. “Aku mengerti!” serunya senang.

 

“Bagus. Sekarang lakukan persiapan!” Woohyun mengomando, lalu dengan sigap Eunji mempersiapkan semua yang dibutuhkan Woohyun dengan bantuan dari para pekerja di café itu dan juga para pengunjung café.

 

***

 

Tok. Tok. Tok.

 

Seseorang mengetuk pintu rumah Sunggyu dan Sungjong. Sungjong membuka pintu kamar. Dia sedikit malas meladeni tamunya yang diketahui adalah namja brengsek yang menyakiti hyungnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Kim Myungsoo, dan juga pacarnya Lee Sungyeol.

 

“Mau apa kau kemari?” tanya Sungjong judes.

 

“Aku ingin meminta maaf pada Sunggyu hyung..” ucap Myungsoo datar.

 

“Sunggyu hyung baru saja pergi.” sahut Sungjong datar dan langsung menutup pintu rumah. Tetapi Myungsoo menahannya.

 

“Biarkan aku menjelaskan sesuatu!” pintanya.

 

“Menjelaskan apa? Menjelaskan kekasihmu ini?” sinis Sunjong sambil memandang tajam ke arah Sungyeol.

 

“Bukan itu!” tepis Myungsoo.

 

“Lalu apa?”

 

“Makannya berikan aku waktu untuk menjelaskan!”

 

“Hffft.” Sungjong menarik nafas malas. “Okay. 2 Menit.”

 

“Ne.” Myungsoo memulai ucapannya. “Tolong sampaikan ini pada Sunggyu hyung. Aku benar-benar menyesal karena menyelingkuhinya bahkan sampai mengambil kesuciannya. Aku juga sangat menyesal karena gara-gara aku, Sunggyu hyung nekad bunuh diri.”

 

“Okay, akan kusampaikan. Sekarang silahkan pergi sebelum aku berteriak.” ancam Sungjong sambil menutup pintunya lagi.

 

“Tunggu! Masih ada yang lebih penting dari itu!” seru Myungsoo sambil menahan pintu lagi.

 

“Apa?”

 

“Lily itu.. Sebenarnya bukan aku yang membelinya untuk Sunggyu hyung. Woohyun hyung lah yang membelikannya untuk Sunggyu hyung!” seru Myungsoo sambil menelan salivanya.

 

Ekspresi Sungjong berubah. Wajahnya memerah mendengar ucapan terakhir Myungsoo. “Jadi kau berbohong?!” pekik Sungjong dengan nada tingginya.

 

“M-mianhae! Aku sangat menyesal!” pinta Myungsoo sambil menunduk.

 

“Kau benar-benar bajingan, Kim Myungsoo.” hina Sungjong datar.

 

“Hey! Jangan menghinanya! Dia sudah minta maaf!” seru Sungyeol membela kekasihnya.

 

“Kau diamlah!” sentak Sungjong ketus.

 

“Maaf, tolong sampaikan pada Sunggyu hyung..” pinta Myungsoo dengan wajah tertuduh. “Aku tidak mau Woohyun hyung ikut terluka karena ulahku. Aku juga tidak mau Sunggyu hyung salah paham tentang lily itu. Sekali lagi, tolong sampaikan permintaan maafku..” ucap Myungsoo tulus hingga wajahnya memerah.

 

Sungjong memutar bola matanya. “Kenapa tidak kau sampaikans aja sendiri permintaan maafmu pada Sunggyu hyung? Kau laki-laki, bukan? Kenapa penakut seperti banci? Huh.” hina Sungjong dan berhasil membuat wajah Myungsoo memerah malu.

 

“Ya! Hati-hatilah kalau bicara!” pekik Sungyeol tak terima.

 

“Cih.” decak Sungjong malas.

 

“Maafkan aku, Jongie. Aku hanya tidak mau membuat Sunggyu hyung semakin sakit dengan melihatku. Jadi tolong, sampaikan maafku pada Sunggyu hyung..” pinta Myungsoo memelas.

 

“Hff.” Sungjong menarik nafas. “Okay.. Aku akan menyampaikannya.” ucapnya pelan. “Sekarang silahkan pergi selama aku masih bersikap lembut.”

 

“Ne.. Gomawo, Sungjongie..” ucap Myungsoo sambil tersenyum. Setelah itu dia pergi dari rumah Sungjong dan Sunggyu bersama Sungyeol.

 

***

 

[Star Café. Pukul 04.45 pm]

 

Sunggyu baru saja memasuki bibir pintu café itu.

 

“Hyung ini untukmu!” ucap seorang namja sambil memberikan sebouquet lily putih pada Sunggyu.

 

“Eh?? Apa ini???” tanya Sunggyu bingung.

 

“Terima saja.” ucap namja itu sambil tersenyum.

 

“Gomawo.” Sunggyu menerima bouquet lily itu dengan bingung. Dilihatnya sekelilingnya, namun tidak ada satu pengunjung pun yang merasa aneh.

 

Sunggyu menepis pikiran anehnya lalu memilih untuk menuju ke tangga untuk naik ke lantai 2.

 

“Oppa, ini untukmu!” seorang gadis sekolahan memberikan bouquet lily pada Sunggyu.

 

“Eh???” pekik Sunggyu bingung. “Ada apa denganmu??” tanya Sunggyu bingung.

 

“Terima saja, oppa!” serunya senang.

 

Sunggyu menerima bouquet lily itu masih dengan ekspresi bingungnya. “Ada apa dengan orang-orang ini?” gumam Sunggyu bingung.

 

Sunggyu naik menuju lantai 2. Setelah sampai di lantai 2, seorang pelayan memberikan Sunggyu bouquet lily lagi. “Untuk anda, Sunggyu-ssi.” ucap pelayan pria itu.

 

“Hah?? Lagi?” Sunggyu menaikkan sebelah alisnya.

 

Pelayan pria itu mengangguk mengiyakan. “Terimalah, Tuan.” ucapnya sambil menyerahkan lily itu. Sunggyu menerima lily itu, dengan ekspresi yang semakin bingung.

 

“Sebenarnya ada apa dengan orang-orang ini? Kenapa mereka semua memberiku lily putih?” tanyanya bingung pada dirinya sendiri.

 

Sunggyu berjalan menuju tempat duduk di pojokan, tempat favouritnya. Betapa terkejutnya Sunggyu saat melihat lily-lily putih yang bertebaran di sekeliling tempat duduknya, ditambah dengan menu Love Caramel yang menjadi pesanan special untuk para kekasih.

 

“Sunggyu oppa apa kau merasa senang?” tanya Eunji dari belakang.

 

Sunggyu segera berbalik dan menatap Eunji yang saat ini sedang tersenyum manis. “Namja yang mencintai dirimu benar-benar manis! Aku menjadi iri..” ucapnya sambil menghela nafas iri.

 

“Ya! Eunji-yah! Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi!” pekik Sunggyu sambil menggoncang-goncangkan tubuh Eunji, membuat gadis cantik itu tersentak kaget.

 

“Aigo oppa berhenti menggoncang-goncangkan tubuhku!” pekik Eunji.

 

“Mianhae!” seru Sunggyu seraya berhenti menggoncang-goncangkan tubuh Eunji. “Sekarang beri tahu aku, sebenarnya ada apa disini??” tanya Sunggyu penasaran dengan kedua mata sipitnya yang membelalak lucu, membuat Eunji tertawa geli.

 

“Ya! Jangan tertawa!” pekiknya.

 

“Hehehe. Oppa ingin tahu?” tanya Eunji setelah berhasil menghentikan tawanya.

 

“Tentu saja!” jawab Sunggyu cepat. “Sekarang beri tahu aku. Kenapa orang-orang memberikanku lily??” tanyanya tak sabaran.

 

“Oppa benar-benar ingin tahu?” goda Eunji membuat Sunggyu ingin sekali menjitak gadis cantik berseragam bartender itu.

 

“Aigo! Cepatlah! Jangan membuatku penasaran! Beri tahu aku siapa sebenarnya yang merencanakan ini semua!”

 

“Aiss oppa kau menyeramkan!” seru Eunji sambil menggelengkan kepalanya.

 

“Beri tahu aku, Jung Eunji!”

 

Eunji menyilangkan kedua tangannya, lalu menatap Sunggyu dengan senyum manis di wajahnya.

 

“Apa? Kenapa ekspresimu seperti itu?” tanya Sunggyu tak sabaran.

 

“Lihat ke arah piano.” suruh Eunji sambil melirik ke arah piano, memberi isyarat pada Sunggyu agar menoleh ke arah piano.

 

Seorang namja berkemeja putih mulai memainkan sebuah intro lagu. Sunggyu hanya bisa melihat punggung namja itu, karena posisi piano yang sengaja di pindah sehingga membuat siapa pun yang memainkannya membelakangi pengunjung.

 

Alunan piano yang indah membuat Sunggyu sedikit tenang. Namun, Sunggyu tiba-tiba teringat dengan intro lagu ini. Dia pernah mendengarnya. Ya, dia pernah mendengarnya. Dia pernah mendengarnya di tablet milik Nam Woohyun, dokter muda yang merawatnya sekaligus yang menjadi harapan sejatinya.

 

Haetbyeoti jal deuneun geu eoneu gosideun (Di tempat manapun yang cerah)

 

Jal nohadugoseo (Tinggalkan aku dengan baik)

 

Han dare hanbeonman itji marajwo (Jangan lupakan aku sekali saja dalam sebulan)

 

Moreun mojaran deut hageman jugo (Berikan aku air agar tak kekurangan)

 

Sunggyu tertegun mendengar lagu itu. Ya, lagu itu, memang benar lagu itu! Lagu itulah yang Sunggyu dengar dari tablet Woohyun. Semua dimainkan dengan sama persis seperti yang Sunggyu dengar dari tablet Woohyun. Intro, harmoni, dan juga suara namja itu.. Benar-benar mirip seperti aslinya!

 

Chagaun moseube musimhae boigo,  Gasiga todaseo eodubge boyeodo (Penampilanku yang dingin terlihat sederhana dan Aku terlihat suram karena duri yang muncul)

 

Geokjeonghajima (Jangan khawatir)

 

Inae yeppeun kkocheul piul tenikka (Bunga yang indah akan mekar sebentar lagi)

 

“W-Woohyun-ah..” bibir mungil Sunggyu bergetar saat dia menyadari jika namja yang saat ini bernyanyi sambil bermain piano adalah Nam Woohyun, namja yang sudah berhari-hari ini selalu diingatnya.

 

Eonjenga maeumi tachineun nal itnageona (Jika suatu hari nanti hatimu terluka)

 

Iyu eobtneun nunmuri geureul ttaemyeon (dan tanpa alasan air matamu menetes)

 

Nareul gieokhae (ingatlah aku)

 

Geudae-ege jageun wiroga doe-eojulge (Aku akan menjadi sedikit kenyamanan untukmu)

 

Tes. Tes. Tes.

 

Air mata Sunggyu perlahan-lahan jatuh dari kedua iris indahnya. Sunggyu menangis, mendengar nyanyian Woohyun yang dinyanyikan dengan tulus. Perasaan yang semuanya ditumpahkan hingga membuat hati Sunggyu tersentuh. Bukan hanya liriknya yang membuat Sunggyu tersentuh. Melainkan ketulusan Woohyun dalam menyanyikan lagu ini dan usahanya untuk menyiapkan semua ini untuknya.

 

Nae meori wiro nunmureul tteolgwo (Air mata yang menetes di atas kepalaku)

 

Soksanghaetdeon maeumdeulkkajido,  utneun moseubi bichul ttaekkaji (Sampai hatimu sedih bahkan saat dimana wajahmu tersenyum cerah)

 

Sori eobsi meogeumgo isseulge (Diam-diam aku aku akan menyimpan air mataku)

 

“Woohyun-ah!!! Hiks!!” Sunggyu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Sunggyu menangis tersedu-sedu melihat ketulusan Sunggyu. Jujur, bagi Sunggyu, ini pertama kalinya dia merasakan ada seseorang yang menyayanginya dengan tulus. Seseorang yang tidak peduli dengan keadaannya sebagai orang yang sudah ternodai. Seseorang yang akan menjaga dan menyayanginya sampai selama-lamanya.

 

Eunji menepuk bahu Sunggyu. “Oppa, kau sudah menemukan seseorang yang tepat untukmu.” ucapnya sambil tersenyum manis, lalu berjalan mendekati namja yang memainkan piano itu.

 

Geu ttaega uri hamkke haesseotdeon nal geu ttaega (Saat itu, hari dimana kita bersama)

 

Tasineun ol su eobtneun nari doemyeon (Jika saat itu tak akan bisa datang lagi)

 

Hanjikhaesseotdeon geudaeui nunmul ango (Aku akan menahan air matamu yang telah lama ku simpan)

 

Bomeseo isseulge (Dan ada di dalam mimpimu)

 

“Gyu? Gyuyie?” panggil Woohyun setelah posisinya digantikan oleh Eunji. “Uljima, Gyuyie!” seru Woohyun sambil menyingkirkan tangan Sunggyu yang menutupi wajah manis namja chubby itu.

 

Sunggyu masih menangis. Dia menunduk berusaha menutupi wajahnya.

 

Eonjenga maeumi tachineun nal itnageona (Jika suatu hari nanti hatimu terluka)

 

Iyu eobtneun nunmuri geureul ttaemyeon (dan tanpa alasan air matamu menetes)

 

“Nareul gieokhae (ingatlah aku), Geudae-ege jageun wiroga doe-eojulge (Aku akan menjadi sedikit kenyamanan untukmu).” Woohyun ikut menyanyikan lagu itu bersama dengan Eunji yang menyanyikannya sambil bermain piano.

 

Sunggyu semakin menangis. Woohyun tersenyum kecil lalu memeluk Sunggyu sangat erat. Sangat erat hingga tidak ingin melepaskan namja chubby di pelukannya ini.

 

“Sunggyu hyung.. Saranghae..” ucap Woohyun sambil menyingkirkan poni yang menutupi dahi Sunggyu, lalu mengecupnya dengan sayang.

 

Sunggyu masih menangis, tidak merespon saat Woohyun mengecup dahinya. Oh, ralat. Sunggyu merespon kecupan Woohyun. Namun bukan dengan kata-kata. Namun dengan rona merah padam di seluruh wajahnya.

 

Woohyun tersenyum melihat ekspresi malu dari namja chubby di pelukannya. “Bome seo isseulge (Dan berdiri di musim semi).” Woohyun bernyanyi lagi.

 

“Bome seo isseulge (Dan berdiri di musim semi)... ”

 

“Bome seo isseulge (Dan berdiri di musim semi)...”

 

Woohyun melepas pelukannya, lalu mengambil sebouquet mawar merah dari seorang gadis pelayan di café itu.

 

“Sunggyu hyung..” Woohyun berlutut sambil menyodorkan mawar merah itu pada Sunggyu.

 

“Maukah kau menjadi kekasihku? Aku janji akan melindungimu, menyayangimu, dan mencintaimu. Aku janji tidak akan selingkuh. Aku janji tidak akan menyakitimu. Aku janji akan membuatmu bahagia bersamaku.” ungkap Woohyun tulus pada Sunggyu yang saat ini sedang menyeka air matanya.

 

“Hyung, jika kau menerimaku, ambilah mawar merah ini. Jika kau menolakku, kau boleh membuang mawar ini.” ucap Woohyun.

 

“Terima! Terima! Terima!” sorak para pengunjung café antusias. Mereka semua menyetujui hubungan mereka berdua.

 

Sunggyu menatap mawar merah itu. Lalu, dia mengambil mawar merah itu dan segera menutupi wajahnya yang sekarang sangat merah seperti kepiting rebus dengan mawar merah yang diambilnya dari tangan Woohyun.

 

Woohyun tersenyum lebar saat Sunggyu mengambil mawar merahnya.

 

“Hore!!!!!” serempak, para pengunjung baik di lantai 2 maupun lantai 1 pun berkumpul di lantai 2 dan bersorak gembira melihat Sunggyu menerima cinta Woohyun. Mereka semua sangat gembira melihat betapa tulusnya cinta seorang Nam Woohyun pada Kim Sunggyu.

 

“Hyung!!” Woohyun melompat bahagia dan langsung memeluk Sunggyu sangat erat. Sunggyu membalas pelukan Woohyun sambil menggenggam mawar merah pemberian Woohyun.

 

“Woohyun-ah aku sangat senang!” seru Sunggyu yang terdengar ingin menangis lagi.

 

“Aku juga sangat senang hyung!” Woohyun mengecup pipi chubby Sunggyu, membuat namja chubby itu kembali memerah.

 

“Terima kasih, Woohyun-ah..” ucap Sunggyu senang hingga menangis lagi. “Terima kasih karena kau sudah membuktikan jika kau lah harapan sejatiku..”

 

“Ne.. Terima kasih juga karena kau telah menerima cintaku, Sunggyu hyung. Aku akan menjadi harapan sejatimu, dan selalu menjadi harapan sejatimu. Saranghaeyo, Sunggyu hyung. Jinjja jinjja saranghae!”

 

“Nado, Woohyun-ah!”

 

“Cium! Cium! Cium!” sorak para pengunjung sambil bertepuk tangan riang, membuat kedua pasangan baru itu tersipu malu.

 

Woohyun menatap Sunggyu dengan gugup. Ya, mereka berdua gugup untuk berciuman di depan orang banyak. Tapi, inilah satu-satunya kesempatan untuk menunjukkan jika mereka berdua memang benar-benar serius menjalin hubungan mereka.

 

Woohyun mendekatkan bibirnya pada bibir Sunggyu. Sunggyu memejamkan matanya, dan..

 

Chuu~

 

Bibir tipis Sunggyu bertemu dengan bibir tebal Woohyun. Mereka berdua merasakan kehangatan dari bibir pasangan mereka masing-masing.

 

“Mmmh.” Woohyun melepas ciumannya yang merupakan ciuman pertamanya.

 

“Whoaaah manis sekali!!!”

 

“Benar-benar pasangan yang disatukan Tuhan!”

 

“Cepatlah menikah!”

 

“Aku mau ciuman yang lain!!”

 

“Ya!!”

 

Hahaha. Kira-kira seperti itulah komentar para pengunjung café itu. Mereka semua sangat antusias menyambut pasangan baru ini. Woohyun dan Sunggyu saling bertatapan, kemudian mereka menatap para pengunjung yang sedang menatapnya dengan tatapan bahagia.

 

“Yeorobun!” seru Woohyun dengan tawa bahagianya.

 

“Mulai hari ini, aku, Nam Woohyun, akan melindungi dan mencintai Kim Sunggyu hingga akhir! Ini janjiku!!” serunya bersemangat dan dilangsung diresponi dengan ribuan tepuk tangan dari para pengunjung.

 

“Selamat! Selamat!”

 

“Hidup WooGyu!”

 

“Whoaaa!!! Hore!!!”

 

Woohyun tertawa lalu menatap namja manis yang kini sudah resmi menjadi kekasihnya dengan disaksikan puluhan pengunjung di café itu. Woohyun mencubit pelan hidung Sunggyu, membuatnya meringis manja.

 

Woohyun memeluk Sunggyu lagi, lalu mencium bibir Sunggyu dengan ciuman yang lebih lembut, lebih hangat, dan lebih dalam dari sebelumnya.

 

“Saranghae, Kim Sunggyu. Aku mencintaimu selalu dan selamanya.”

 

~ END ~

 

Whoaaah akhirnya tamat! Lunas sudah utang author sama reader nim!! wahh, author sampai senyum-senyum sendiri ngetik adegannya didy nembak mimy. author jadi iri, pgn bgt ditembak sama cowok romantis kaya didy ToT

 

Anyway, thankyou buat semua yang sudah like, comment, dan juga yang sider~ Semoga kalian semua suka, ne, dengan Ffnya. Dan untuk para anak WooGYu, mari kita berpesta! –lempar cactus satu-satu- XDDD Whoaaaah ~ >_<

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
9gagger #1
Waaa! ! I really enjoy this story! I'm hsppy to have found it^^ fighting author-nim~~