Hope

Just a Little Hope (Indonesian)

[Previous Part.]

 

.

 

"S-Sunggyu hyung... Maafkan aku!"

 

"Ani.. Tidak perlu dipikirkan, Myungsoo. Aku tidak apa, hehe."

 

"Jangan.. Jangan berpura-pura, hyung. Aku tidak suka kau berbohong untuk membuatku tidak merasa bersalah."

 

"Saranghae.."

 

"Nado saranghae, hyung.."

 

Brak!

 

"MYUNGSOO! KAU SELINGKUH!"

 

.

 

.

 

.

 

-- Just a Little Hope 7 –

 

.

 

.

 

"MYUNGSOO! KAU SELINGKUH!" pekiknya marah.

 

"S-Sungyeolie!" seru Myungsoo sambil melepas pelukannya. "Aku bisa jelaskan!" pekiknya kalap.

 

"KITA PUTUS!" jerit Sungyeol sambil menangis. "Selamat tinggal Kim Myungsoo!" serunya lalu berlari meninggalkan kamar Sunggyu.

 

"Sungyeolie tunggu!" seru Myungsoo hendak mengejar Sungyeol, tapi Sunggyu menahannya.

 

"Jangan tinggalkan aku.." ucap Sunggyu lirih.

 

Myungsoo terdiam sambil menoleh ke arah Sunggyu yang menatapnya dengan tatapan memelas. Myungsoo bingung. Siapa yang harus dia pilih? Keduanya sama-sama kekasihnya. Apakah dia harus memilih Sungyeol, namja yang masih belum setahun dia cintai? Atau apakah dia harus memilih Sunggyu, namja manis yang sudah menjalin hubungan dengannya lebih dari 1 tahun yang juga saat ini tengah terbaring lemah di rumah sakit? Sungguh pilihan yang sulit. Tapi Myungsoo harus memilih.

 

"Kau berjanji tidak akan meninggalkan ku, 'kan, Myungsoo?" ucap Sunggyu meyakinkan Myungsoo.

 

Myungsoo tertegun. Dia memang pernah berjanji seperti itu pada Sunggyu. Myungsoo ingin sekali diam bersama Sunggyu. Tapi, kenapa hati kecilnya menyuruhnya untuk mengejar Sungyeol?

 

"M-maafkan aku hyung! Aku harus mengejar Sungyeol!" seru Myungsoo sambil melepas tangan Sunggyu dari tangannya.

 

"Jangan tinggalkan aku!" pekik Sunggyu sambil memperkuat genggamannya, membuat darahnya semakin banyak keluar dari pergelangannya.

 

Myungsoo merasa perih melihat keadaan Sunggyu. Dia tahu dia memang bukan kekasih yang baik untuk Sunggyu. Dia selalu menuduh Sunggyu berbohong padanya. Padahal, dialah orang yang selalu membohongi Sunggyu. Myungsoo sangat menyesal. Dia tidak sanggup lagi mengingat kejahatannya pada Sunggyu. Myungsoo selalu melarang Sunggyu untuk berteman dan hanya ingin Sunggyu menjadi hak miliknya. Myungsoo selalu mengancam Sunggyu, membuat kekasihnya yang polos itu menjadi tertekan dan selalu dalam keadaan ketakutan bersamanya. Apa dia masih pantas disebut kekasih yang baik?

 

Myungsoo menggigit bibir bawahnya, dan melepas pegangan Sunggyu lagi. Dia memilih Sungyeol daripada Sunggyu. Dia tidak ingin menambah penderitaan Sunggyu. Dia sudah sangat menyesal. Menyesal karena telah merubah Sunggyu yang ceria menjadi Sunggyu yang menyedihkan seperti itu. Dia benar-benar menyesal... Sangat menyesal. Andai saja waktu bisa diputar kembali...

 

"Maafkan aku hyung.. Maafkan aku!!" ucap Myungsoo sambil berbalik dan memeluk Sunggyu lagi. "Tapi, aku tidak mampu menanggung rasa bersalahku.." lanjutnya lirih.

 

"Kita.. K-kita.." ucapan Myungsoo tercegat.

 

Sunggyu memeluk Myungsoo lebih erat. "Aku tidak mau kita——"

 

"Putus."

 

Sunggyu terdiam mendengar ucapan Myungsoo barusan. Putus? Kenapa, kenapa putus?

 

"Maafkan aku hyung.. Tapi ini yang terbaik." ucap Myungsoo sambil mendorong tubuh Sunggyu yang lemah dan segera berlari mengejar Sungyeol.

 

Sunggyu mematung di tempatnya. Dia dan Myungsoo, benar-benar putus? Putus? Sunggyu sangat terpukul. Myungsoo mengingkari janjinya sendiri.

 

"Myungsoo kau jahat.." gumam Sunggyu perih.

 

"Kau yang berjanji, tapi kaulah yang mengingkarinya."

 

"Kau jahat.."

 

"Sangat jahat...."

 

"Hiks.."

 

"Perih.. Pergelanganku perih..."

 

"Seseorang tolong aku.."

 

"Perih.."

 

"P-PERIH!!!"

 

***

 

"M-Myungsoo menyelingkuhiku!" pekik Sungyeol disela-sela tangisannya.

 

Woohyun menepuk-nepuk bahu Sungyeol. "Sabarlah.. Kita akan mendengar penjelasan Myungsoo nanti." ucap Woohyun berusaha menghibur Sungyeol yang menangis di ruang kerjanya.

 

"Aku tidak butuh penjelasan Myungsoo. Aku sudah putus dengannya.." jawab Sungyeol sambil mengacak rambutnya frustasi.

 

"Jangan putus.." ucap Woohyun.

 

"Kenapa?"

 

"Aku tahu kau masih mencintainya."

 

"Aku akan melupakannya secepatnya."

 

"Tidak perlu memaksakan dirimu."

 

"Tapi.. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku kecewa dengan Myungsoo. Aku sakit hati! Aku ingin pergi dari Seoul dan pergi ke tempat dimana aku tidak akan bertemu dengan Myungsoo lagi!" pekik Sungyeol panjang lebar.

 

"Aku mengerti perasaanmu.." Woohyun menepuk bahu Sungyeol lagi. "Aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Bahkan lebih buruk." ucap Woohyun.

 

"Huh? Apa itu?!" tanya Sungyeol penasaran.

 

"Aku menyukai seseorang." Woohyun memulai ceritanya. "Tapi orang yang aku suka sudah memiliki kekasih. Tetapi kekasihnya itu mengkhianatinya. Orang yang aku suka sudah mengetahui tentang itu. Tapi, dia membiarkan kekasihnya mengkhianatinya dan berpura-pura tidak tahu mengenai hal itu. Benar-benar orang yang bodoh." ucap Woohyun sambil tersenyum simpul.

 

"Tapi aku lebih bodoh. Karena aku menyukai orang bodoh itu." lanjut Woohyun sambil terkekeh.

 

"Kasihan sekali orang yang kau suka itu.." ucap Sungyeol sambil menyeka air matanya. "Apa orang yang kau suka itu, pasienmu di kamar D - 1?"

 

"Ya. Kau benar. Dia pasienku. Namja manis yang diselingkuhi oleh sepupuku sendiri." ucap Woohyun tajam. "Brengsek." umpatnya.

 

Sungyeol terhenyak dan terdiam untuk beberapa detik. "Hyung.." panggilnya.

 

"Ne?" sahut Woohyun.

 

"Aku harus pergi. Aku harus meminta maaf pada pasienmu itu.." lirih Sungyeol lalu beranjak dari sofanya. "Aku akan menyuruhnya untuk tidak marah pada Myungsoo.. K-karena aku dan Myungsoo.. sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi!" isaknya penuh emosi, lalu berlari menuju kamar D - 1 lagi.

 

"Ya! Lee Sungyeol! Tunggu aku!" seru Woohyun lalu mengejar Sungyeol.

 

***

 

Tap.. Tap.. Tap..

 

Sungyeol berlari menuju kamar D - 1 tempat Sunggyu dirawat, diikuti oleh Woohyun yang juga berlari. 'Maafkan aku, pasien Woohyun hyung. Maafkan aku!' batin Sungyeol lirih sambil sesekali menyeka matanya.

 

Sungyeol yang berlari, tiba-tiba menghentikan langkahnya saat seseorang yang dulu dia sebut 'kekasih' itu berdiri di depannya. "Minggir!" seru Sungyeol emosi sambil mendorong Myungsoo.

 

"Dengarkan aku dulu!" pekik Myungsoo sambil menarik tangan Sungyeol.

 

"Tidak ada yang perlu aku dengar! Kita sudah putus!" seru Sungyeol lalu mendorong Myungsoo lagi dan segera berlari meninggalkan Myungsoo.

 

"Sungyeolie!" Myungsoo menahan tangan Sungyeol.

 

"Lepaskan." suruh Sungyeol datar.

 

"Tidak mau."

 

"LEPASKAN!!" jeritnya.

 

"TIDAK AKAN!!" Myungsoo ikut menjerit.

 

"Ya. Kalian! Jangan ribut di rumah sakit!" marah Woohyun sambil menatap kedua dongsaengnya dengan tatapan tajam. "Cari saja tempat lain untuk membicarakan masalah kalian lagi!" serunya lalu dengan cepat dia berlari meninggalkan kedua dongsaengnya. Woohyun menuju kamar D - 1, kamar dimana Sunggyu dirawat. Woohyun merasakan ada sesuatu yang buruk terjadi pada orang yang dia sukai itu.

 

---

 

"Sunggyu hyung!" Woohyun berteriak histeris saat melihat Sunggyu yang menangis sambil memegangi pergelangan tangannya yang mengeluarkan banyak darah. Woohyun menutup pintu kamar dan langsung memeluk Sunggyu sangat erat, seperti tidak ingin melepaskannya lagi.

 

"Sunggyu hyung neo gwaenchanha?" tanyanya cemas sambil mengusap rambut lembut Sunggyu.

 

Tidak ada jawaban dari Sunggyu. Hanya terdengar isakan tangis dari namja manis itu.

 

"Sunggyu hyung.. Jawab aku.." pinta Woohyun sambil memeluk Sunggyu semakin erat.

 

"D-Dokter Nam..." panggil Sunggyu lemah. "Sakit sekali.." lirih Sunggyu.

 

Woohyun membelai rambut Sunggyu. "Aku disini, Sunggyu hyung.. Ceritakan semuanya padaku.." ucap Woohyun lembut sambil mengecup kepala Sunggyu.

 

"Pergelangan tanganku.." ucap Sunggyu lemah.

 

"P-pergelangan tangan?" sahut Woohyun bingung.

 

"Pergelangan tanganku perih.. Sakit sekali, Dokter... Hiks.." isak Sunggyu sambil memeluk punggung Woohyun.

 

"!!!!" Woohyun dengan cepat melepas Sunggyu dari pelukannya, lalu memegang tangan Sunggyu untuk melihat pergelangan tangannya. "Astaga!" decak Woohyun panik. "K-kenapa bisa robek?!" tanyanya tak percaya.

 

"Sakit.. Hiks.. Sakit sekali.." ringis Sunggyu sambil menyeka air matanya.

 

"Kau tunggu disini! Aku akan mengambil alkohol!" seru Woohyun lalu beranjak pergi untuk mengambil alkohol. Tetapi Sunggyu dengan cepat menahannya.

 

"Jangan pergi.." ucapnya lemah. "Jangan tinggalkan aku.."

 

Woohyun terdiam untuk beberapa detik, kemudian dia memegang kedua bahu Sunggyu sambil tersenyum. "Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku janji." ucapnya.

 

Sunggyu menggeleng pelan. "Aku tidak mau." ucapnya sambil memeluk Woohyun.

 

Woohyun terkejut saat Sunggyu memeluknya. Dia tidak menyangka jika Sunggyu yang selama ini bersikap dingin padanya, tiba-tiba memeluknya dan menyuruhnya untuk tidak meninggalkannya. Bagi Woohyun, ini benar-benar seperti mimpi.

 

"Kenapa kau tidak mau? Aku hanya ingin mengambil alkohol.." ucap Woohyun sambil membelai rambut Sunggyu.

 

"Myungsoo berjanji padaku kalau dia tidak akan meninggalkanku. Tapi apa? Pada akhirnya dia meninggalkanku!!" isaknya lirih.

 

Woohyun terdiam. "Sunggyu hyung.." panggilnya datar.

 

"Ne.."

 

"Jangan samakan aku dengan Myungsoo!" pekik Woohyun tidak terima. "Aku bukan bajingan seperti dia. Dan jika aku berjanji, aku pasti akan tepati." ucapnya meyakinkan Sunggyu.

 

Sunggyu mendongakan kepalanya untuk menatap Woohyun. "Apa.. Apa kau bisa dipercaya?" tanyanya ragu.

 

Woohyun mengangguk. "Tentu."

 

"Apa aku bisa mempercayaimu?" tanya Sunggyu lagi, meyakinkan dirinya.

 

Woohyun mengangguk lagi. "Ya. Kau bisa mempercayaiku kapan pun kau mau." jawab Woohyun mantap.

 

Sunggyu tertawa kecil. "Sudahlah, lupakan saja." ucapnya sambil melepas pelukannya.

 

"Eh?" Woohyun menyahut bingung. "Kenapa?"

 

"Aku tidak punya harapan." ucap Sunggyu putus asa.

 

"Akulah harapanmu." Woohyun menyahut, meyakinkan Sunggyu.

 

Sunggyu menatap Woohyun beberapa detik sebelum akhirnya dia tersenyum pasrah. "Jangan memberiku harapan palsu." ucapnya sedih. "Aku tidak mau dipermainkan lagi.."

 

"Jangan samakan aku dengan Myungsoo!" pekik Woohyun menaikkan nada suaranya.

 

Sunggyu tertegun mendengar ucapan Woohyun. Kenapa begitu yakin? Apa yang bisa kau harapkan dari seorang Kim Sunggyu, Nam Woohyun? Sunggyu sudah mati. Diri Sunggyu yang sebenarnya sudah mati. Yang hidup saat ini hanyalah topeng yang Sunggyu dapat setelah mati. Dan, kau masih berharap pada topeng itu? Benar-benar menyedihkan.

 

"Aku akan mengambil alkohol. Dan aku akan kembali untuk membuktikan janji yang ku katakan tadi!" seru Woohyun lalu berlari meninggalkan Sunggyu.

 

Kali ini Sunggyu diam, tidak menahan Woohyun. Sunggyu menutup pergelangan tangannya yang semakin lama semakin perih. "Uhh.." ringisnya.

 

'Aku akan memberikan kesempatan terakhirku untukmu, Dokter Nam.' batin Sunggyu sambil memeluk kedua lututnya.

 

'Aku mohon jangan kecewakan aku..'

 

***

 

"Aku sudah putus." ucap Myungsoo datar sambil menyetir mobilnya.

 

"Untuk apa kau memutuskannya? Apa kau tak kasihan padanya?" tanya Sungyeol, sama datarnya dengan Myungsoo.

 

"..... Tidak."

 

"Kau kejam."

 

"Aku tahu."

 

"Turunkan aku."

 

"Huh?" Myungsoo menoleh datar ke arah Sungyeol.

 

"Turunkan aku. Aku tidak mau mengenal orang yang kejam seperti kau."

 

".........." Myungsoo menghiraukan permintaan Sungyeol dan tetap menyetir mobilnya.

 

"Ya! Apa kau tuli?! Turunkan aku!" pekik Sungyeol.

 

"Tidak mau." sahut Myungsoo.

 

"Kenapa?"

 

"Karena aku mencintaimu."

 

"Huh? Omong kosong apalagi?!" seru Sungyeol frustasi.

 

"Aku serius."

 

"Aku yakin kau juga pasti mengatakan hal yang sama pada kekasihmu, bukan?"

 

"........"

 

"Maafkan aku, Myungsoo. Aku tidak mau berakhir seperti kekasihmu itu."

 

"Bisakah kau berhenti membicarakannya? Aku muak!" pekik Myungsoo yang konsentrasinya terganggu.

 

"Kenapa? Kau masih mencintainya? Seharusnya kau tidak memutuskann——"

 

"DIAM!" teriak Myungsoo emosi. "KAU TAHU?! AKU MEMUTUSKANNYA DEMI KAU! AKU MEMILIH KAU DARIPADA DIA PADAHAL AKU TAHU DIA MASUK RUMAH SAKIT KARENAKU. DAN SEKARANG KAU TERUS SAJA MENYALAHKAN SEMUANYA PADAKU?!" marah Myungsoo.

 

"OKAY. MUNGKIN BENAR. SEMUA YANG KULAKUKAN MEMANG SALAH BAGIMU. BAHKAN MENCINTAIMU PUN TETAP SAJA KAU ANGGAP SALAH!!" pekik Myungsoo hampir menangis.

 

Sungyeol terhenyak mendengar penjelasan Myungsoo. Seketika, dia berpikir jika dia telah jahat pada Myungsoo. Tapi, dia merasa kasihan pada namja yang diselingkuhi Myungsoo. Bagaimana nasibnya? Dia pasti sangat sakit..

 

"Okay Myungsoo.. Maafkan aku.." ucap Sungyeol pelan. "Aku juga.. Mencintaimu.." lanjutnya.

 

"Apa artinya.. Kita balikan?" tanya Myungsoo penuh harap.

 

Sungyeol menghela nafas. "Ne. Kita balikan."

 

***

 

"Ahh.. P-perih Dokter.." ringis Sunggyu saat Woohyun membersihkan pergelangan tangan Sunggyu dengan alkohol.

 

Woohyun memegang tangan sebelah kanan Sunggyu, lalu meletakkannya di bahunya. "Kalau terasa perih, kau peluk saja aku." ucap Woohyun sambil tersenyum

 

Sunggyu hanya mengangguk paham. "Ne.." ucapnya.

 

Woohyun membersihkan pergelangan tangan Sunggyu lagi. "Auhh." ringis Sunggyu sambil memperkuat pelukannya di leher Woohyun.

 

"Sabar, ne. Sebentar lagi selesai." ucap Woohyun masih membersihkan pergelangan Sunggyu.

 

Sunggyu menyangga kepalanya di bahu Woohyun, lalu memejamkan matanya. Dia tidak berani melihat pergelangannya yang dibersihkan Woohyun. "Pelan-pelan, Dokter.." pintanya.

 

Woohyun mengusap pergelangan Sunggyu dengan kapas yang sudah diberi obat. "A-a-arkhh!!" pekik Sunggyu kesakitan.

 

"Yap. Sudah selesai." ucap Woohyun setelah selesai memberikan obat merah pada Sunggyu. Woohyun mengusap punggung Sunggyu sambil tersenyum lembut. "Sudah merasa lebih baik?" tanya Woohyun.

 

Sunggyu mengangguk pelan. "Ne, Dokter.." jawab Sunggyu.

 

"Baguslah.." Woohyun tersenyum senang. "Oh, iya. Jangan memanggilku Dokter.. Panggil saja aku Woohyun." ucap Woohyun.

 

"Ne, Do— maksudku, Woohyun-ah.." sahut Sunggyu senang.

 

"Aku suka." ucap Woohyun sambil menepuk-nepuk punggung Sunggyu.

 

"Suka?" tanya Sunggyu bingung.

 

"Aku suka saat kau memanggilku 'Woohyun-ah'." jawab Woohyun.

 

"Oh..." sahut Sunggyu singkat.

 

"Hyung, aku masih ada pekerjaan. Tidak apa 'kan, jika aku meninggalkanmu untuk beberapa jam saja? Setelah selesai aku akan kembali menjengukmu. Aku janji."

 

Sunggyu mengangguk setuju. "Ne. Aku akan menunggumu." ucap Sunggyu sambil tersenyum.

 

Woohyun tersenyum kecil, lalu pergi meninggalkan kamar Sunggyu untuk melanjutkan tugasnya yang tertunda. 'Kau bisa mengharapkanku, Sunggyu hyung. Aku akan menepati janjiku.' janji Woohyun dalam hati.

 

***

 

[Sore hari. Pukul 7 pm.]

 

Sunggyu sedang tidur dengan kedua tangan diluruskan. Sungjong, adik angkat Sunggyu, memasukki kamar tempat Sunggyu di rawat. Dia membelalakan matanya bingung saat melihat bunga lily putih yang tergeletak di lantai kamar hyungnya.

 

Sungjong mengambil lily putih itu dari lantai, lalu meletakkannya di meja Sunggyu. Dia menatap hyungnya dengan wajah senang. Senang karena keadaan hyungnya sudah kembali normal. Kulit pucat Sunggyu sudah kembali menjadi putih susu, bibirnya yang pucat kembali menjadi semerah cherry, dan tubuhnya yang kurus sekarang sudah mulai menggendut seperti sebelum dia frustasi karena namja bernama Kim Myungsoo itu.

 

Sungjong duduk di sebelah hyungnya. Tangannya membelai lembut rambut halus hyungnya itu. Dia tersenyum karena kata Woohyun, hyungnya boleh kembali pulang besok. Sungjong benar-benar bahagia. Tetapi kebahagiaan Sungjong tidak bertahan lama. Matanya kini teralih pada tablet yang ada di sebelah Sunggyu. Sungjong mengambil tablet itu, dan betapa emosinya dia melihat foto namja yang dia benci selama ini terpampang di layar tablet itu.

 

"Kenapa namja jahat ini ada disini?!" pekiknya geram. Sungjong hendak melempar tablet itu, namun dia urungkan niatnya saat dia sadar jika tablet itu bukanlah milik hyungnya.

 

"Tunggu.." ucap Sungjong sambil menatap layar tablet itu lagi. "Ini bukan punya hyung. Tapi, kenapa ada di kamar hyung? Punya siapa ini?" tanyanya bingung.

 

Sungjong menggeser layar tablet untuk melihat foto-foto yang lain. Banyak sekali foto-foto Myungsoo dan seorang namja tinggi nan manis yang diketahui bernama Sungyeol itu. Awalnya Sungjong tidak peduli dengan namja manis itu. Tapi lama kelamaan, Sungjong mengetahui jika ada hubungan lain antara Myungsoo dan namja itu. Mungkinkah, namja itu selingkuhan Myungsoo?

 

Sungjong mengerutkan dahinya saat dia melihat foto Woohyun berdua bersama Myungsoo dan juga namja tinggi itu. Difoto itu, terlihat mereka bertiga sedang merayakan ulang tahun Myungsoo. Dan.. Semakin kuatlah dugaan Sungjong jika namja tinggi itu adalah selingkuhan Myungsoo. Difoto selanjutnya, tampak foto namja tinggi itu yang mencium pipi Myungsoo dengan Woohyun yang mengambil foto mereka sambil berpose 'V' dengan wajah ceria.

 

"Eoh, kenapa ada Dokter Nam disini?" tanyanya bingung sambil mengusap dagunya. "Apa jangan-jangan..."

 

"Namanya seperti nama sepupuku."

 

"Ah!" pekik Sungjong saat dia mengingat sesuatu. "Benar. Sepupu Dokter Nam!"

 

"Myungsoo sepupuku itu sudah mempunyai kekasih."

 

"Hmm.."

 

"Dan kekasihnya bukan Sunggyu."

 

"Aku tahu!" pekik Sungjong lagi. "Ternyata, Myungsoo menyelingkuhi hyungku. Kurang ajar!" geram Sungjong sambil mengepalkan tangannya.

 

"Awas kau Kim Myungsoo. Akan kuhajar kau sampai mati!" pekiknya emosi.

 

Emosi Sungjong mereda saat dia menatap hyungnya dengan tatapan sedih. "Hyung, apa kau seperti ini karena tahu jika Myungsoo menyelingkuhimu?" tanya Sungjong lirih. "Kenapa kau tak pernah memberitahuku? Jika saja kau memberitahuku, aku pasti akan menghajarnya dan kau tidak akan berakhir seperti ini.." lanjutnya.

 

"Kau hampir mati." ucapnya sedih.

 

"Tapi untung saja Dokter Nam bisa menyelamatkanmu. Kalau tidak.. Mungkin penjahat bernama Myungsoo itu sudah mati ditanganku sendiri.." ucap Sungjong penuh kebencian.

 

Sunggyu menggeliat pelan, sepertinya sudah mulai bangun. Sungjong diam karena tidak ingin membuat hyungnya bangun dengan suaranya. Tapi, memang sudah waktunya bagi Sunggyu untuk bangun dari tidurnya. "Uhh.." lenguh Sunggyu sambil mengusap kedua matanya.

 

"Annyeong hyung." sapa Sungjong senang saat melihat hyungnya.

 

"Eum? Sungjongie?" ucap Sunggyu dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.

 

"Ne, hyung. Ini Sungjongie.." Sungjong menggenggam tangan hyungnya. "Aku sangat rindu dengan hyung!" serunya sambil mengusap tangan Sunggyu.

 

"Hyung juga rindu dengan Sungjongie.." ucap Sunggyu sambil tersenyum manis.

 

"Um?" Sungjong menghentikan usapannya saat melihat pergelangan Sunggyu.

 

"Nde?" sahut Sunggyu bingung.

 

"Tangan hyung.. Kenapa ada obat merah?" tanya Sungjong khawatir.

 

"Ahh... Tidak apa.. Tadi lukaku robek, jadi Dokter Nam memberiku obat merah." jawab Sunggyu sambil menututup pergelangan tangannya.

 

"Hah? Kenapa bisa robek?!" pekik Sungjong.

 

"Hyung juga tidak tahu, Jongie.." bohong Sunggyu. "Sudahlah, tidak usah dipikirkan.. Yang penting sudah diobati.." ujar Sunggyu mengalihkan pembicaraan.

 

"Ne.. Oh, ya hyung. Tadi aku bertemu Dokter Nam. Katanya, kau boleh pulang besok pagi. Kau pasti senang, 'kan!" seru Sungjong senang.

 

"Ah? Jinjja?" tanya Sunggyu dengan mata membelalak, merasa tidak percaya mendengar ucapan Sungjong.

 

"Ne! Tentu saja!" Sungjong menyahut mantap.

 

"Oh.." ucap Sunggyu singkat, tampak tidak terlalu senang.

 

"Um? kenapa hyung? Kau terlihat tidak senang." tanya Sungjong skeptis.

 

"Ani.. Tidak apa." Sunggyu menggeleng.

 

"Ya sudah hyung. Biarkan aku mengemasi barang-barangmu ne!" seru Sungjong semangat sambil beranjak hendak mengemasi barang-barang Sunggyu. Tapi dengan cepat Sunggyu menahannya.

 

"Sungjongie." ucap Sunggyu.

 

"Ne?" tanya Sungjong dengan tatapan bingung.

 

"Dimana kau menyembunyikan ponselku?" tanya Sunggyu datar.

 

"E-Eh?" gugup Sungjong kelabakan.

 

"Tidak perlu takut." ucap Sunggyu. "Aku hanya ingin menghapus nomor Myungsoo dari ponselku." lanjut Sunggyu sambil tersenyum.

 

Mendengar ucapan hyungnya, Sungjong menjadi bingung sekaligus gembira. "Wow!" decaknya senang. "Bagus hyung! Aku sangat senang jika kau mau melupakan namja jahat itu!" serunya.

 

"Ne, haha." kekeh Sunggyu sambil menggaruk kepalanya.

 

"Ini ponselmu." ucap Sungjong sambil menyerahkan ponsel hyungnya.

 

Sunggyu menerima ponselnya, lalu mencari kontak Myungsoo untuk dihapus dari ponselnya.

 

"Memangnya, ada apa hyung? Kenapa tiba-tiba kau ingin menghapus kontaknya?" tanya Sungjong penasaran. "Apa karena kau tahu jika Myungsoo menyelingkuhimu?"

 

Sunggyu menghentikan aktivitasnya, sambil memandang dingin layar ponselnya. Sungjong juga ikut terdiam. Dia berpikir jika kata-katanya mungkin menyakiti hati hyungnya. "Hyung, mianhae.." ucapnya meminta maaf.

 

Sunggyu tersadar dari lamunannya. "Eh? Untuk apa?" tanya Sunggyu bingung.

 

"Maaf kata-kataku menyakitkanmu.." jawab Sungjong sambil menunduk.

 

"Ah." Sunggyu mengangguk. "Tidak usah dipikirkan." ucap Sunggyu sambil membelai rambut Sungjong. "Aku sudah tahu sejak lama." ucapnya lagi.

 

"M-mwo?! Hyung sudah mengetahuinya sejak lama?!" pekik Sungjong, meyakinkan pertanyaannya.

 

Sunggyu mengangguk pelan. "Ne.." ucapnya lemah. "Dan karena itulah, aku hendak mengakhiri hidupku.."

 

"Wah, kurang ajar!" geram Sungjong sambil mengepalkan kedua tangannya. "Namja itu benar-benar kurang ajar! Sudah menodaimu sekarang malah bermain dengan namja lain. Benar-benar uhh bajingan!" maki Sungjong emosi.

 

"Sudah. Tidak usah dipikirkan. Hyung sudah selesai dengan Myungsoo.." ucap Sunggyu menenangkan adiknya.

 

"Mwo? Selesai? Hyung putus?!" pekik Sungjong tak percaya.

 

"Ne.." jawab Sunggyu.

 

"Akhirnya!! Akhirnya kalian putus juga! Aku sangat senang!" decak Sungjong senang seraya memeluk Sunggyu dengan erat.

 

Sunggyu tersenyum lalu membalas pelukan adiknya sambil mengusap punggungnya. "Kau sangat senang."

 

"Tentu! Hyung tahu 'kan jika aku sangat membenci Myungsoo? Dia itu bajingan paling jahat yang pernah aku temui!" umpat Sungjong.

 

Sunggyu hanya tertawa kecil sambil masih mengusap punggung Sungjong. Sungjong melepas pelukannya lalu menatap hyungnya dengan tatapan serius. "Apa Myungsoo yang memutuskanmu?" tanyanya datar.

 

Sunggyu mengangguk. "Ne." jawabnya lalu tersenyum. "Tadi siang dia datang kemari, untuk memberiku lily putih itu.." lanjut Sunggyu sambil menatap lily putih yang Myungsoo bawa di mejanya.

 

"Huh?" Sungjong menoleh ke arah lily putih itu. "Lily ini.. Myungsoo yang bawa?" tanya Sungjong dengan pandangan tak percaya.

 

"Ne." angguk Sunggyu.

 

"Tidak mungkin.." tepis Sungjong sambil menggeleng. "Sejak kapan Myungsoo tahu bunga kesukaan hyung? Bukankah Myungsoo tidak pernah peduli dengan hyung?"

 

"Hyung juga tidak tahu, Jongie.."

 

"Lalu, bagaimana bisa?"

 

"Entahlah. Mungkin seseorang memberitahunya." jawab Sunggyu santai.

 

"Siapa?"

 

"Tidak tahu." sahut Sunggyu sambil menghela nafas. "Lupakan saja."

 

"Huh?"

 

"Lupakan saja tentang Myungsoo. Aku sudah muak mendengar namanya." ucap Sunggyu sambil merubah posisi tidurnya menjadi posisi duduk.

 

"Geurae.." angguk Sungjong cepat. "Aku sangat bahagia sekarang. Akhirnya, aku mendapatkan kembali hyungku yang sudah lama menghilang!" seru Sungjong senang.

 

"Hahah. Ne. Hyung juga senang..."

 

"Hyung bisa bermain seperti dulu lagi!" seru Sungjong.

 

"Punya banyak teman lagi!" Sunggyu menambahkan.

 

"Tidak ada yang mengaturmu!"

 

"Tidak ada yang cemburu jika aku bepergian dengan teman-temanku!"

 

"Benar! Dan tidak ada orang yang akan menyakitimu lagi."

 

“Tepat!”

 

***

 

[Kita harus bertemu. Aku ke apartemenmu sekarang.]

 

Begitulah isi pesan singkat Woohyun untuk sepupunya yang mengacaukan semuanya tadi siang. Woohyun melepas jas dokternya, meletakkannya di jok mobilnya, lalu menyetir mobilnya dengan wajah marah. Woohyun masih marah dengan kejadian tadi siang. Dia kecewa dengan sepupunya yang ternyata adalah seorang penyelingkuh. Dia juga marah pada Myungsoo karena dia menyelingkuhi 2 orang dan salah satu orang yang dia selingkuhi adalah Sunggyu, pasiennya yang dia sukai.

 

Woohyun benar-benar kacau. Dia tidak bisa berkonsentrasi dengan menyetirnya. Yang ada dipikirannya hanyalah keinginan yang sangat besar untuk menghajar sepupunya sendiri. Sepupunya yang sangat dia percayai, sepupunya yang sangat dia sayangi, sepupunya yang saat ini, atau lebih tepatnya selama ini berpura-pura baik pada kekasihnya sendiri padahal dia menyimpan kekasih yang lain. Dan yang lebih menyedihkan adalah, selingkuhannya itu, sudah hampir mati karena ulahnya sendiri. Beruntung masih bisa diselamatkan. Jika tidak? Apa yang akan terjadi dengan selingkuhannya itu? Mati sia-sia karena dikhianati kekasihnya sendiri? Hah.

 

Woohyun menyetir dengan kencang. Dia ingin cepat-cepat bertemu dengan Myungsoo dan menghajarnya tanpa ampun. Woohyun pernah mengatakan jika dia tidak akan memaafkan bajingan yang telah membuat Sunggyu putus asa tanpa harapan. Sekarang, dia benar-benar menepati ucapannya itu. Dia benar-benar tidak akan memaafkan Myungsoo walau sepupunya itu bersujud meminta pengampunannya.

 

[Apartemen Myungsoo.]

 

Woohyun memarkirkan mobilnya di parkiran apartemen Myungsoo. Brak! Woohyun menutup pintu mobilnya dengan kasar, lalu berlari menuju kamar Myungsoo dengan wajah marah.

 

Tok. Tok. Tok.

 

Woohyun menggedor kasar pintu kamar Myungsoo. Myungsoo membuka pintunya, dan mempersilahkan hyungnya masuk. Woohyun masuk ke kamar Myungsoo, lalu menutup pintu kamarnya dengan paksa serta menguncinya. Myungsoo menatap Woohyun dengan tatapan takut.

 

Woohyun berbalik, dan menatap Myungsoo dengan tatapan kebencian. Hari itu, untuk pertama kalinya Myungsoo melihat kebencian dari tatapan hyungnya. Tatapan yang mungkin hanya diperlihatkan jika hyungnya benar-benar membenci seseorang.

 

Myungsoo mundur beberapa langkah, merasa jika hyungnya akan menerkamnya kapan pun dia mau. Woohyun tetap diam bersandar pada pintu kamar Myungsoo sambil menatap Myungsoo dengan tatapan kebenciannya. Perlahan Woohyun mendekati Myungsoo. Secara refleks, Myungsoo ikut mundur mengikuti langkah hyungnya.

 

Keringat dingin mulai mengalir dari kepala Myungsoo. Myungsoo benar-benar takut. Dia takut dengan apa yang Woohyun akan lakukan padanya. Dia sangat tahu karakter hyungnya. Dan dia tahu, jika hyungnya sudah marah, lawan atau kawan pun bisa saja di’bunuh'nya.

 

"KAU BAJINGAN KECIL!!!" bentak Woohyun setelah berhasil menarik Myungsoo dan mencengkeram kerah Myungsoo.

 

"UH-UHHH!!" sesak Myungsoo, kesusahan bernafas karena Woohyun mencengekeramnya sangat kuat.

 

"KENAPA KAU MELAKUKAN ITU?! KENAPA KAU MENGKHIANATI KEKASIHMU SENDIRI HAH!!!" sentaknya dengan tatapan penuh dengan kebencian. Woohyun memperkuat cengkeramannya hingga veinnya terlihat jelas di tangannya.

 

"!!!!!" Myungsoo tidak bisa menjawab. Yang hanya bisa dia lakukan adalah, berusaha sekuat mungkin untuk melepas cengkeraman Woohyun dari kerahnya. Dia benar-benar tidak bisa bernafas karena cengkeraman hyungnya.

 

"KAU TIDAK TAHU SEBERAPA MENDERITANYA SUNGGYU KARENAMU?! DIA HAMPIR MATI, KAU TAHU. HAMPIR MATI!!" bentaknya lagi sambil membanting tubuh Myungsoo ke lantai.

 

"UHKK!!" pekik Myungsoo saat badannya menghantam lantai kamarnya. Perlahan-lahan darah segar mengalir dari pelipisnya yang menghantam lantai. Kemudian diikuti oleh darah yang keluar dari hidungnya.

 

Woohyun menarik kerah Myungsoo lagi, lalu dia menatap Myungsoo dengan marah. "DIMANA OTAKMU ITU?! KENAPA KAU SANGAT BODOH HINGGA KAU MENGKHIANATI SESEORANG YANG MENCINTAIMU DENGAN TULUS?!"

 

"DIMANA PERASAANMU? KENAPA KAU SANGAT TEGA MENCAMPAKKANNYA SETELAH KAU MENODAINYA?"

 

"KAU MONSTER, KIM MYUNGSOO."

 

"KAU MONSTER KECIL."

 

"AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU."

 

"TIDAK AKAN."

 

"MESKI KAU DATANG PADAKU DENGAN BERSUJUD HINGGA MENANGIS DARAH, AKU TETAP TIDAK AKAN MEMAAFKANMU."

 

"CAMKAN ITU!"

 

BRUGH!!

 

BRUGH!!

 

BRUGHH!!!

 

Woohyun meninju wajah Myungsoo berulang kali hingga menghantam lantai lagi. Setelah itu dia pergi tanpa merasa bersalah setelah menghajar sepupunya habis-habisan. Woohyun membuka kunci pintu. Sungyeol sudah berdiri di hadapannya.

 

"W-Woohyun hyung?" ucapnya ketakutan karena wajah marah Woohyun.

 

Woohyun tidak mempedulikan Sungyeol dan langsung pergi meninggalkan kamar Myungsoo tanpa mengatakan satu kata pun pada Sungyeol. Sungyeol membelalakan matanya saat melihat kekasihnya tergeletak dengan darah yang mengaliri bagian kepalanya. "Myungsoo!" pekiknya dan langsung memeluk kekasihnya.

 

"Myungsoo-yah... A-apa yang dilakukan Woohyun hyung padamu!" tanyanya panik.

 

Myungsoo tidak menjawab. Dia hanya menatap Sungyeol dingin, tetapi terlihat ada rasa penyesalan dan bersalah dari tatapan dinginnya.

 

"Myungsoo-yah! Myungsoo-yah jawab aku! Myungsoo-yah!!!"

 

***

 

Woohyun segera masuk ke ruang kerjanya setelah sampai di rumah sakit. Hari itu Woohyun benar-benar kacau. Dia bahkan tidak bisa berpikir jernih. Dia ingin beristirahat untuk mendinginkan kepalanya yang hampir meledak karena panasnya keadaan yang dia alami hari itu.

 

Woohyun mengusap wajahnya sambil menghela nafas frustasi. Sudah pukul 8 malam tetapi Woohyun belum merasa lapar. Woohyun mengambil ponselnya hendak mengirimkan pesan singkat untuk orang tua Myungsoo. Dia ingin melapor pada kedua orang tua Myungsoo jika dirinya sudah tidak bisa mengurus Myungsoo lagi. Dia bahkan sudah tidak sanggup untuk menatap wajah sepupunya lagi. Dia tidak mau mempunyai sepupu seorang bajingan.

 

Tok.. Tok.. Tok..

 

Seseorang mengetuk pintu ruang kerja Woohyun. Woohyun menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan untuk mengurangi emosinya.

 

"Masuk." suruhnya singkat.

 

Kepala Sungjong menyembul dari balik pintu. "Dokter Nam.." panggil Sungjong.

 

"Ada apa." tanya Woohyun singkat.

 

"Hyungku mencarimu.." jawab Sungjong.

 

"Hm? Mencariku?" sahut Woohyun sedikit merasa senang.

 

"Ne.. Aku ingin pulang. Dan hyung menyuruhku untuk memanggilmu. Dia ingin kau menemaninya.." ucap Sungjong.

 

"Ah, arasseo." angguk Woohyun. "Aku akan kesana sebentar lagi. Kau hati-hatilah di jalan!" ucap Woohyun sambil tersenyum.

 

"Ne. Aku akan hati-hati. Annyeong hyung!" seru Sungjong kemudian pergi meninggalkan ruang kerja Woohyun dan segera pulang.

 

Woohyun menegak soft-drink­nya. "Ahh.." desah Woohyun, menghembuskan semua kekesalannya hari ini. Dilihatnya lagi pesan singkatnya yang belum terkirim, lalu dia menghapus pesannya dan memilih untuk tidak memberitahukan kedua orang tua Myungsoo. Dia merasa kasihan dengan Myungsoo jika sampai kedua orang tuanya tahu jika anaknya adalah seorang bajingan. Lebih baik, cukup dirinya, Sunggyu, Sungyeol, dan Myungsoo sendiri yang mengetahui hal ini.

 

Woohyun beranjak dari tempat duduknya, lalu pergi menuju kamar Sunggyu setelah membenahi penampilannya agar tampak segar.

 

***

 

Tok.. Tok.. Tok..

 

Woohyun mengetuk pintu.

 

"Masuk." suruh Sunggyu.

 

Woohyun membuka pintu kamar Sunggyu, dan melihat Sunggyu yang sedang duduk sambil memainkan tabletnya. "Aku datang karena Sungjong bilang kau mencariku." ucap Woohyun dari ambang pintu.

 

Sunggyu tersenyum. "Ne. Aku memang mencarimu." sahutnya sambil mempause gamenya.

 

Woohyun membalas senyuman Sunggyu, lalu menutup pintu kamar dan berjalan mendekati Sunggyu. "Kenapa mencariku?" tanya Woohyun sambil duduk di sebelah Sunggyu.

 

"Apa benar besok aku sudah boleh pulang?" tanyanya meyakinkan.

 

Woohyun mengangguk cepat. "Ne. Kau sudah boleh pulang besok. Kondisi tubuhmu sudah benar-benar pulih." jawab Woohyun sambil tersenyum.

 

"Oh.. Begitu.." sahut Sunggyu sambil mengangguk lemah. "Aku senang.." ucapnya menggantung.

 

"Hm? Ya, aku tahu. Kau pasti senang karena kau bisa bebas dari suasana rumah sakit yang membosankan ini." tutur Woohyun sambil tertawa kecil.

 

Sunggyu ikut tertawa. "Kau benar." ucap Sunggyu. "Aku bisa menghirup udara kebebasan diluar sana." Sunggyu tersenyum senang hingga kedua matanya tak terlihat.

 

Woohyun menatap Sunggyu yang tersenyum manis di depannya. Dia ikut tersenyum, senyum kebahagiaan yang tulus dari dalam hatinya. "Aku juga turut senang." ucapnya.

 

"Dokter Nam, eum, maksudku Woohyun-ah.. Terima kasih atas semuanya." ucap Sunggyu sambil menunduk malu.

 

"Eum? Semua?" tanya Woohyun sambil menaikkan sebelah alisnya.

 

"Terima kasih untuk semua yang kau lakukan untukku. Kau sangat peduli padaku. Kau bahkan membuatkan sarapan untukku." lanjut Sunggyu sambil memainkan jemarinya.

 

"Ah? Itu bukan apa-apa. Bukankah sudah menjadi kewajibanku untuk peduli dengan pasiennya?" ucap Woohyun sambil terkekeh.

 

"Aku tahu." sahut Sunggyu. "Tapi, apakah membuatkan sarapan untuk pasien yang seharusnya dilakukan oleh para juru masak termasuk salah satu kewajiban seorang dokter?" serang Sunggyu dan berhasil membuat Woohyun diam.

 

Woohyun diam sejenak, memikirkan jawaban yang pantas untuk menjawab Sunggyu. "Kurasa, itu termasuk kewajiban seorang dokter." jawab Woohyun yang berhasil menemukan jawaban. "Dokter lebih tahu makanan apa yang harus dimakan atau tidak oleh pasiennya." lanjutnya lagi sebelum Sunggyu memotong ucapannya.

 

"Bukankah juru dapur juga mengetahuinya?" Sunggyu menyerang balik.

 

"Juru dapur tidak sedetail itu mengetahui makanan yang pantas untuk pasien."

 

"Oh? Haha." Sunggyu terkekeh lagi.

 

"Kenapa tertawa?" tanya Woohyun bingung.

 

"Lupakan." ucap Sunggyu sambil kembali memainkan gamenya.

 

Woohyun menatap Sunggyu dengan tatapan bingung. "Ya.. Jangan membuatku bingung." pintanya.

 

"Tidak ada yang perlu kau bingungkan." sahut Sunggyu, masih memainkan gamenya.

 

"Aku tidak mengerti kenapa kau tertawa dengan jawabanku. Apa jawabanku lucu bagimu?" tanya Woohyun tak mengerti.

 

"Ya. Jawabanmu lucu. Sangat lucu." jawab Sunggyu datar.

 

"Lucu? Apa yang membuatmu lucu?" tanya Woohyun semakin penasaran.

 

Sunggyu menghela nafas, dan memilih untuk melanjutkan gamenya tanpa menjawab pertanyaan Woohyun.

 

"Yah, hyung.. Beritahu aku!" pinta Woohyun tidak sabar.

 

Sunggyu tidak mempedulikan Woohyun. Dia tetap asyik memainkan gamenya.

 

Woohyun semakin geram. Dia sedang frustasi, dan pasien yang dia anggap 'spesial' juga membuatnya kesal. Karena tidak ingin marah-marah pada pasiennya, Woohyun memilih untuk pergi meninggalkan kamar Sunggyu.

 

"Kenapa.." ucap Sunggyu menggantung. Langkah Woohyun terhenti saat dia hendak membuka pintu.

 

"Huh?" decak Woohyun bingung sambil menoleh ke arah Sunggyu yang pandangannya masih fokus pada gamenya.

 

"Kenapa tidak kau katakan saja jika kau hanya ingin memberikanku sebuah harapan?"

 

Deg!

 

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

TBC

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
9gagger #1
Waaa! ! I really enjoy this story! I'm hsppy to have found it^^ fighting author-nim~~