Love Me? Or Not?

Just a Little Hope (Indonesian)

[Previous Part.]

 

.

 

"Aku tidak mengerti kenapa kau tertawa dengan jawabanku. Apa jawabanku lucu bagimu?"

 

"Ya. Jawabanmu lucu. Sangat lucu."

 

"Lucu? Apa yang membuatmu lucu?"

 

.

 

..

 

....

 

 

"Kenapa tidak kau katakan saja jika kau hanya ingin memberikanku sebuah harapan?"

 

.

 

.

 

.

 

-- Just a Little Hope 8 --

 

.

 

.

 

 

"Kenapa tidak kau katakan saja jika kau hanya ingin memberikanku sebuah harapan?"

 

"Eh?" pekik Woohyun bingung dengan ucapan Sunggyu.

 

Sunggyu meletakkan gamenya, lalu menatap Woohyun. "Kau melakukan itu agar aku mempunyai harapan untuk hidup, 'kan?" tanya Sunggyu sinis.

 

"Yeah, kau benar. Aku melakukannya agar kau bisa bertahan untuk hidup dan memulai kehidupanmu yang baru dengan orang-orang yang mencintaimu." jawab Woohyun mulai serius.

 

"Oh?" sinis Sunggyu lalu kembali memainkan gamenya. "Apa kau benar-benar tidak mengerti dengan maksudku?"

 

Woohyun diam sejenak untuk mencerna setiap ucapan Sunggyu. Semakin dicerna Woohyun menjadi semakin tidak mengerti. "Apa maksudmu, hyung?" tanyanya.

 

Sunggyu tersenyum simpul, pertanda dia tidak suka dengan jawaban Woohyun. "Kau benar-benar tidak mengerti.." ucap Sunggyu lagi.

 

"Jelaskan padaku maksud dari ucapanmu itu hyung!" seru Woohyun dari tempatnya berdiri.

 

"Aku sudah memberi tahumu sebelumnya." sahut Sunggyu, tidak mau menjelaskan maksud ucapannya secara langsung.

 

"Memberi tahu apa?" tanya Woohyun yang semakin bingung.

 

"Harapanku." jawab Sunggyu singkat.

 

"Eh? Hyung, tolong jelaskan. Aku semakin tidak mengerti maksud ucapanmu.."

 

"Kau bilang kau memberikanku harapan agar aku bisa bertahan hidup dan memulai kehidupan baruku bersama orang-orang yang mencintaiku, bukan?" ucap Sunggyu meyakinkan.

 

"Ne, tentu saja. Aku ingin kau tetap hidup dan melupakan mantanmu yang menyakitimu itu. Kau tahu, aku sangat tidak terima jika kau mati sia-sia hanya karena mantanmu itu!" seru Woohyun.

 

"Haha." Sunggyu tertawa lagi. "Aku tahu kau sangat peduli dan baik padaku hingga kau memberikan sebuah harapan untukku. Tapi, aku ingin harapan itu sepenuhnya menjadi milikku."

 

"Hah? Hyung.. Apalagi yang kau ucapkan? Tak bisakah kau memberitahuku langsung pada intinya? Ucapanmu berbelit-belit. Aku tidak bisa mencernanya sekarang!" seru Woohyun sambil mengacak rambutnya frustasi.

 

"Ya sudah.. Cerna saja besok." ucap Sunggyu santai sambil tertawa kecil.

 

Woohyun menarik nafas, lalu menghembuskannya perlahan. "Geurae." sahutnya kecil. "Aku akan kembali setelah mengerti maksudmu." lanjutnya lalu membuka pintu kamar, hendak pergi meninggalkan kamar Sunggyu.

 

"Besok kesempatan terakhirmu bertemu denganku." ucap Sunggyu sebelum Woohyun keluar dari kamarnya. "Jika kau masih belum menemukan maksudku, kau benar-benar akan kehilangan diriku." lanjut Sunggyu dengan senyum kecilnya.

 

"Eh?" Woohyun menoleh lagi. "Kau benar-benar membingungkan, hyung!"

 

"Haha." tawa Sunggyu. "Sampai jumpa besok pagi. Aku akan pulang sekitar pukul 10. Pastikan kau datang tepat waktu. Jika tidak, aku akan pergi." ucap Sunggyu dengan senyum lebarnya.

 

Woohyun mengangguk mengerti, lalu pamit untuk kembali ke ruang kerjanya.

 

Sunggyu sendirian di kamarnya di hari terakhir sambil memainkan gamenya. Sunggyu sedih karena dia tidak akan bertemu dengan dokter yang selalu peduli padanya. Dia juga sedih karena saat dia pergi meninggalkan rumah sakit ini, dokter itu akan melupakannya. Atau mungkin sebaliknya?

 

Sunggyu menghela nafas panjang. 'Kenapa kau tidak mengerti maksudku?' gumamnya sedih.

 

'Harapan yang kau berikan..'

 

'Membuatku senang.'

 

'Tapi sayang.. Harapan itu..'

 

'Palsu.'

 

***

 

"Kenapa tidak kau katakan saja jika kau hanya ingin memberikanku sebuah harapan?"

 

Woohyun kembali mengingat ucapan Sunggyu.

 

"Harapanku."

 

Woohyun mengusap wajahnya. 'Harapan? Ada apa dengan harapannya?' batinnya bingung.

 

 

"Aku tahu kau sangat peduli dan baik padaku hingga kau memberikan sebuah harapan untukku. Tapi, aku ingin harapan itu sepenuhnya menjadi milikku."

 

'Sepenuhnya menjadi miliknya? Harapan apa yang dia maksud?'

 

"Jika kau masih belum menemukan maksudku, kau benar-benar akan kehilangan diriku."

 

"Arkhh!!" pekik Woohyun frustasi sambil mengacak rambutnya. Dia masih belum bisa mencerna ucapan-ucapan Sunggyu yang dia dengar tadi. Apa maksud Sunggyu? Kenapa tiba-tiba Sunggyu berbicara tentang harapan? Apa ada yang Sunggyu inginkan dari Woohyun karena telah membuatnya putus dengan Myungsoo? Oh, atau Sunggyu ingin menggunakan Woohyun untuk membalaskan dendamnya pada Myungsoo? Ani. Tidak mungkin. Sunggyu bukan namja jahat. Lalu apa? Apa yang dia inginkan dari Woohyun?

 

"Aku tidak ingin kehilangan Sunggyu hyung.." ucap Woohyun lemah ditengah-tengah frustasinya. "Aku harus mengerti maksud hyung.." ucapnya lagi sambil mengepalkan tangannya.

 

Woohyun mencoba untuk mengingat semua ucapan yang Sunggyu katakan padanya, lalu mencernanya dengan teliti. Tapi, tidak membuahkan hasil. Woohyun tidak menemukan jawaban dari maksud Sunggyu.

 

"Ahh!" decaknya kesal. "Aku tidak menemukan jawabannya..." lirihnya.

 

'Bagaimana ini? Jika aku tidak menemukan jawabannya, aku akan kehilangan Sunggyu hyung..' batinnya bingung.

 

Tik.. Tik.. Tik..

 

Detik demi detik berlalu dan kini jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam. Woohyun mulai mengantuk. Matanya hanya terbuka seperempat, tapi dia paksakan untuk tetap terbuka sampai dia menemukan jawabannya.

 

"Uhh.." Woohyun mengusap kedua matanya yang mulai tertutup. "Aku belum boleh tidur.. Belum boleh.." ucapnya masih mengusap matanya.

 

"Belum boleh.. Belum boleh.. Belum boleh.." Woohyun mengulangi ucapannya.

 

"Belum bo...leh.."

 

"Be..lum.."

 

"Be...."

 

"Lu———..."

 

Akhirnya Woohyun tertidur juga. Woohyun tidur di mejanya. Memang bukan posisi yang bagus. Tapi karena sudah terlalu mengantuk, yah, mau bagaimana lagi?

 

***

 

Keesokan paginya. Pukul 09.30 am.

 

Sungjong dan Sunggyu merapi-rapikan barang-barang Sunggyu dan juga kamar Sunggyu. Sungjong sangat senang dan antusias karena hyungnya akan kembali ke rumah mereka hari itu.

 

"Hyung, sudah selesai!" seru Sungjong senang setelah selesai merapikan barang-barang Sunggyu.

 

"Ne." sahut Sunggyu yang sedang memasukkan lily-lily putih itu ke dalam plastik besar agar lebih cantik dan mudah dibawa.

 

"Hyung kau masih mau menunggu Dokter Nam?" tanya Sungjong sambil menatap punggung hyungnya.

 

"Ne. Hyung masih punya janji dengannya." jawab Sunggyu sambil berbalik, menunjukkan senyum manisnya pada adiknya.

 

"Oh, arasseo.." angguk Sungjong mengerti. "Kalau begitu aku masukkan barang-barang hyung ke dalam mobil, ne?" Sungjong menawarkan diri.

 

"Apa kau tidak keberatan membawa barang-barangku?" tanya Sunggyu perhatian.

 

"Nah. Tidak apa. Adikmu ini kuat kok!" seru Sungjong sambil tertawa kecil.

 

"Ya sudah kalau begitu." ucap Sunggyu.

 

"Hyung, aku bawakan bungamu juga."

 

"Tidak usah. Aku akan membawakan bunga ini sendiri."

 

"Geurae!" seru Sungjong. "Hyung, aku duluan ne!" lanjutnya sambil menenteng tas berisi perlengkapan Sunggyu.

 

"Ne. Hati-hati."

 

"Okay!"

 

Sungjong membawa barang-barang hyungnya menuju mobilnya. Beberapa menit setelah Sungjong turun, Woohyun masuk ke dalam kamar Sunggyu. "Sudah bersiap-siap, ne." ucap Woohyun sekedar basa-basi.

 

"Ne." angguk Sunggyu masih memegang lily-lily putih itu.

 

"Kau suka lily-lily putih itu?" ucap Woohyun sinis sambil berjalan mendekati Sunggyu.

 

Sunggyu diam sejenak sambil menatap Woohyun yang mendekatinya, lalu tersenyum kecil. "Ne.. Aku suka” jawab Sunggyu awkward. “Meski orang yang memberikannya untukku adalah mantanku sendiri." jawab Sunggyu sambil menatap sayu lily putih itu.

 

"Hm?" Woohyun menatap Sunggyu dengan tatapan tak percaya.

 

"Ada apa?" tanya Sunggyu bingung.

 

"Siapa yang memberikan lily itu padamu?" Woohyun menaikkan suaranya.

 

"Eh?" pekik Sunggyu bingung. "Um, Myungsoo. Kenapa?" tanyanya bingung.

 

"Myungsoo yang memberikan lily itu padamu?!" pekik Woohyun sedikit emosi.

 

"Ne." angguk Sunggyu. "Memang kenapa?"

 

"Cih." decaknya sebal. “Dugaanku memang tidak pernah salah.” gumamnya pelan.

 

"Hah?"

 

"Lily itu.. A——." Woohyun menghentikan ucapannya, tidak ingin Sunggyu tahu jika dialah yang sebenarnya membelikan lily itu untuk Sunggyu. Dia hanya menyuruh Myungsoo untuk mengantarnya pada Sunggyu. Dia sudah menduga jika Myungsoo pasti akan mengaku jika dialah yang membeli lily putih itu pada Sunggyu. Dan ternyata benar. Myungsoo benar-benar mengclaime lily putih itu. Dasar Myungsoo, bajingan kecil.

 

"Eh? Kenapa lily ini?" tanya Sunggyu semakin tidak mengerti.

 

"Ani, lupakan." tepis Woohyun.

 

"Geurae.." sahut Sunggyu. "Lalu, bagaimana? Kau sudah paham maksudku?"

 

Deg!

 

Waktunya sudah tiba. Waktu yang sejak semalam ditakutkan oleh Woohyun. Woohyun diam, tidak merespon apa-apa.

 

"Woohyun-ah?" panggil Sunggyu lembut. "Apa kau sudah paham maksudku?" tanyanya.

 

Woohyun menatap Sunggyu dengan sedikit gemetar. Dia takut, takut dengan konsekuensi yang harus dia dapat karena tidak bisa menemukan maksud Sunggyu.

 

"Woohyun-ah? Apa kau baik-baik saja?" Sunggyu melayangkan tangannya di depan Woohyun. "Apa kau sudah mengetahuinya?"

 

Woohyun menggeleng pelan. "Maaf.." ucapnya. "Aku belum menemukannya." lanjutnya dengan suara bergetar.

 

Sunggyu terdiam mendengar jawaban Woohyun, lalu kemudian dia tersenyum kecil. "Ah, geuraesseo.." angguknya. "Kau kehilangan kesempatnmu, Woohyun-ah. Maaf, aku harus kehilanganmu." ucap Sunggyu sambil beranjak dari tempatnya.

 

"Tunggu." Woohyun menahan Sunggyu.

 

"Hm?"

 

"Tolong.. Beri aku kesempatan! Aku akan mencerna ucapanmu lagi!" pinta Woohyun dengan mata berbinar.

 

"Maafkan aku, Woohyun-ah. Aku tidak bisa mentolerir. Itu sudah konsekuensimu." ucap Sunggyu sambil melepas genggaman Woohyun dari tangannya.

 

"Ku mohon.. 1 kali lagi!" Woohyun memelas.

 

Sunggyu menggeleng. "Maaf, aku tidak bisa."

 

Sunggyu kembali melangkah meninggalkan Woohyun. Dia ingin pergi, pergi dan menghilang dari kehidupan Woohyun. Dia tidak ingin hidup dengan harapan palsu. Dia ingin hidup dengan harapan yang pasti dan nyata.

 

"Sunggyu hyung.." panggil Woohyun sambil menahan air matanya.

 

"Ne?" sahut Sunggyu, menghentikan langkahnya.

 

"Kenapa.. Kenapa tiba-tiba kau memperlakukanku seperti ini?" tanyanya sambil menusap matanya.

 

"Hah? Aku? Memangnya, apa yang aku lakukan padamu?" tanya Sunggyu bingung.

 

"Kenapa tiba-tiba kau menyuruhku untuk mengerti maksud ucapanmu dan memberikan konsekuensi seperti ini padaku? Apa kau.. Apa kau sengaja melakukan ini agar kau bisa menghilang dariku? Apa kau ingin menyalahkanku karena gara-gara aku, kau kehilangan orang yang kau cintai?"

 

"Huh? Kau salah, Woohyun-ah. Bukan itu yang ku maksud.." tepis Sunggyu.

 

"Aku tahu aku salah. Tapi kau tahu, aku melakukannya untuk kebaikanmu! Aku tidak mau kau terus menerus menderita karena sepupuku itu. Aku tidak mau kau putus asa. Aku ingin kau hidup dan berjuang!" seru Woohyun sambil menggigit bibir bawahnya agar tangisnya tidak pecah.

 

"Tidak usah berlebihan.. Aku mengerti." ucap Sunggyu sambil tersenyum lagi.

 

"Berjuang, Kim Sunggyu. Berjuanglah! Masa depanmu.. Masih p-panjang!" seru Woohyun sambil mengepalkan kedua tangannya.

 

Sunggyu terdiam melihat Woohyun yang bergetar di tempatnya. Dia mengembangkan senyumnya lagi, lalu dengan mantap dia mengangguk dan berkata, "Aku akan berjuang! Terima kasih sudah selalu mensupportku selama ini! Aku tidak akan melupakanmu, Dokter Nam!" seru Sunggyu sambil berbalik dan mengacungkan kelingkingnya.

 

"Aku.. Aku pamit." ucap Sunggyu masih mengacungkan kelingkingnya. "Annyeong, Woohyun-ah. Kau dokter yang hebat!" puji Sunggyu dan setelah itu dia pergi meninggalkan Woohyun yang masih mematung sambil memandang perih tangannya yang mengepal keras hingga veinnya terlihat.

 

"Aku.. Aku membiarkan orang yang kucintai pergi untuk selama-lamanya." gumam Woohyun menyesal.

 

Woohyun terjatuh dengan posisi berlutut sambil menggenggam tangan kanannya. Dia menyesal, sangat menyesal karena membiarkan orang yang dicintainya pergi meninggalkannya. Dia bahkan belum sempat mengutarakan perasaannya pada Sunggyu. Tangisan Woohyun pecah. Woohyun menangis sangat kencang untuk pertama kalinya. Bahkan lebih kencang daripada saat dia menangisi kepergian Seulmi.

 

Woohyun sadar, sadar jika selama ini dia bukan hanya menyukai Sunggyu. Lebih dari itu, Woohyun mencintai Sunggyu. Sangat mencintainya. Cinta Woohyun pada Sunggyu sangatlah tulus. Dia bahkan tidak peduli jika Sunggyu sudah ternodai. Dia sangat mencintai Sunggyu dan sangat ingin menjadikan Sunggyu sepenuhnya miliknya.

 

"S-Sunggyu hyung.. Apa tak ada sedikit tempat untukku di hatimu? Apakah aku tidak mempunyai sedikit harapan untuk bisa memilikimu seperti yang pernah Myungsoo dapatkan dulu?" lirihnya pedih sambil membiarkan air matanya mengalir membasahi wajah tampannya.

 

"Aku janji.. Ketika aku sudah mendapatkanmu, aku akan mempertahankanmu dan tidak akan pernah kulepaskan." janjinya pada diri sendiri.

 

"Aku janji, Kim Sunggyu."

 

"Aku berjanji pada diriku sendiri."

 

"Aku, Nam Woohyun. Aku mencintai Kim Sunggyu..."

 

"Saranghaeyo, Kim Sunggyu.."

 

***

 

Sunggyu berjalan menuju parkiran dengan kepala tertunduk untuk menyembunyikan mata merahnya. Dilihatnya lily putih di tangannya lekat-lekat, beberapa detik kemudian tetes-tetes air mata turun dari kedua mata Sunggyu membasahi kelopak-kelopak lily yang masih belum sepenuhnya mekar.

 

“Woohyun-ah, kenapa kau tak mengerti maksudku?” batin Sunggyu sedih.

 

"Aku tidak punya harapan."

 

"Akulah harapanmu."

 

“Kau sendiri yang menyebut dirimu adalah harapanku. Tapi kenapa kau tidak menjadi harapanku? Kenapa kau membiarkanku terjebak dalam harapanku yang tak pasti?” gumam Sunggyu lirih.

 

‘Apa kau mempermainkanku, Woohyun-ah?’

 

‘Apa kau hanya memberikanku harapan palsu?’

 

***

 

"Hm?" pekik Sungjong saat memperhatikan hyungnya yang diam membisu. "Hyung kau terlihat bosan. Ada apa?" tanya Sungjong yang sedang menyetir.

 

"Ah? Oh, tidak apa." jawab Sunggyu singkat.

 

"Jangan bohong, hyung." serang Sungjong.

 

"Huh." Sunggyu menghela nafas. "Sepertinya aku memang tidak bisa berbohong dengan adikku sendiri." ucap Sunggyu sambil tersenyum sinis. Sungjong hanya tertawa mendengar ucapan hyungnya.

 

"Menurutmu, bagaimana jika seseorang memberikan harapan padamu, tetapi orang itu tidak sepenuhnya memberikan harapan untukmu. Atau bisa dikatakan, orang itu hanya memberikan setengah atau mungkin seperempat harapannya untukmu." Sunggyu mulai berceloteh.

 

"Eh? Pertanyaan apa itu, hyung? Rumit sekali kedengarannya." ucap Sungjong.

 

"Memang. Dan itulah yang ada dipikiranku sekarang." lanjut Sunggyu.

 

"Hmm.. Aku tidak terlalu mengerti. Tapi bagiku, orang itu tidak sungguh-sungguh memberikanmu harapan. Ya, seperti pemberi harapan palsu." Sungjong menjawab pertanyaan hyungnya dengan santai.

 

"Haha. 'PHP', ya? Itu sangat tren dikalangan anak muda. 'PHP', Pemberi Harapan Palsu." ucap Sunggyu sambil tertawa.

 

"Kenapa hyung? Apa kau korban 'PHP'?" ledek Sungjong sambil terkekeh.

 

"Aiss, kau ini!" sebal Sunggyu sambil mencubit pinggang Sungjong.

 

"Auhh!" ringis Sungjong saat pinggangnya dicubit oleh hyungnya. "Appo..."

 

"Makannya jangan meledekku." ucap Sunggyu sambil memejamkan kedua matanya.

 

"Tapi memang benar, 'kan hyung?" goda Sungjong lagi.

 

"Cih. Kau ini." decak Sunggyu sebal dan hanya menerima tawaan dari Sungjong. "Tapi, mungkin iya."

 

"Hah? Serius, hyung?! Kau tidak sedang bercanda, 'kan?!" pekik Sungjong tak percaya sambil menatap aneh hyungnya untuk beberapa detik sebelum dia kembali menatap lurus jalan raya.

 

"Memangnya aku ini terlihat sedang bercanda?" sindir Sunggyu sambil menatap malas jalanan yang dia tatap.

 

"Hahaha. Memangnya kau korban 'PHP'nya siapa?" tanya Sungjong ingin tahu.

 

"Mau tahu saja." ketus Sunggyu.

 

Sungjong tertawa lagi. "Apa itu Dokter Nam?"

 

"................." Sunggyu diam, tidak mau menjawab pertanyaan Sungjong.

 

"Bukan, ya?"

 

".................."

 

"Padahal aku sangat berharap jika kau dan Dokter Nam menjadi pasangan kekasih. Dokter Nam benar-benar peduli denganmu. Sangat jauh berbeda dari sepupunya." ucap Sungjong, sedikit menyinggung Myungsoo.

 

"Ah, kau benar." sahut Sunggyu masih menatap jalanan.

 

"Hm?"

 

"Dokter Nam memang sangat jauh dari Myungsoo." ucapnya.

 

"Lalu? Kenapa kau tidak pacaran saja dengannya?" tanya Sungjong mengompori.

 

"Aku tidak bisa." jawab Sunggyu singkat.

 

"Kenapa?"

 

"Dokter Nam tidak menyukaiku.." ucap Sunggyu lemah.

 

"Huh? Kenapa kau berpikir seperti itu?" tanya Sungjong penasaran.

 

"Karena dia tidak peka!" seru Sunggyu sebal sambil menggembungkan pipi chubbynya.

 

Sungjong tertawa melihat tingkah kekanakan hyungnya yang menggemaskan itu. Sungjong sangat senang. Senang karena akhirnya hyungnya kembali seperti dulu lagi. Sunggyu hyung yang menyenangkan. Sunggyu hyung yang menggemaskan. Dan Sunggyu hyung yang suka bermain.

 

"Hahahaha. Kau saja yang tidak menyadarinya, hyung!" Sungjong menepuk-nepuk bahu Sunggyu. "Cobalah bersabar. Nanti juga kau akan sadar." ucap Sungjong.

 

"Huhhh." sebal Sunggyu.

 

"Tapi, aku harus berterima kasih pada Dokter Nam." ucap Sungjong sambil tersenyum senang.

 

"Hah? Berterima kasih untuk apa?" tanya Sunggyu penasaran.

 

"Berterima kasih karena dia telah mengembalikan hyungku seperti dulu lagi." jawab Sungjong santai.

 

"Hah? Maksudmu?!" tanya Sunggyu tak mengerti.

 

"Begini. Dulu aku pernah meminta bantuan Woohyun hyung untuk mengembalikanmu seperti semula. Dan ternyata berhasil! Dokter Nam memang benar-benar dokter yang hebat!" puji Sungjong masih tersenyum.

 

"Oh.. Jadi selama ini dia peduli denganku karena kau menyuruhnya?"

 

"Eh? Aku memang menyuruhnya.. Tapi aku tidak pernah menyuruhnya untuk menemanimu tidur, membuatkan sarapan untukmu, membelikan makan malam untukmu, dan lain-lain."

 

"Hah? Kenapa kau tahu?!"

 

"Kau kira orang-orang rumah sakit tidak memperhatikan kalian berdua?" sindir Sungjong sambil menahan tawa.

 

"Apa?! Orang-orang rumah sakit yang membocorkannya? Aiss, sial!" pekik Sunggyu kesal sambil menyilangkan kedua tangannya dan mempoutkan bibir tipisnya.

 

"Seharusnya kau berterima kasih pada mereka hyung. Tanpa mereka aku tidak akan tahu apa-apa tentang kalian. Haha!" pekik Sungjong senang.

 

"Diam!" suruh Sunggyu yang masih kesal.

 

"Sudahlah.. Tidak usah ditutup-tutupi. Kalian berdua sama-sama suka, 'kan?" goda Sungjong.

 

"Tidak usah ikut campur urusan percintaanku!" seru Sunggyu.

 

"Haha. Tenang saja hyung. Aku tidak akan ikut campur urusan percintaanmu selama orang yang kau cintai adalah Dokter Nam. Aku percaya penuh padanya."

 

"Hm? Kenapa kau bisa mempercayainya? Kau kan jarang mengobrol dengannya."

 

"Karena cara dia menatapmu sama seperti cara appamu menatap kita berdua.."

 

"Eh? Aku tidak mengerti.."

 

"Nanti juga kau mengerti."

 

"Oh.. Geuraesseo.."

 

***

 

Woohyun masih menangis di ruang kerjanya. Di sebelahnya ada Inguk yang sedaritadi menepuk-nepuk punggung Woohyun. "Sudahlah, berhenti menangis." ucap Inguk menenangkan Woohyun.

 

"Bagaimana aku tidak menangis?! Orang yang ku cintai sudah pergi.." lirih Woohyun.

 

"Pergi kemana?"

 

"Entahlah.."

 

"Dia masih hidup, 'kan?"

 

"Hah? Kau ingin dia mati?! Jelaslah masih hidup!" pekik Woohyun emosi.

 

"Haiss, jangan emosi dulu. Maksudku, selama dia masih hidup, kau tidak perlu khawatir." ucap Inguk menjelaskan.

 

"Kenapa?" tanya Woohyun sambil menyeka air matanya.

 

"Karena kau masih punya kesempatan untuk bertemu dengannya." jawab Inguk sambil menepuk bahu Woohyun.

 

"Tapi aku tidak tahu kemana dia pergi.."

 

"Kejar."

 

"Hah?"

 

"Kalau kau benar-benar mencintainya, kejar dia! Jangan sampai dia pergi terlalu jauh. Jika sudah terlalu jauh, kau tidak akan bisa mengejarnya lagi." ucap Inguk bijak.

 

"Kau benar." Woohyun mengangguk. "Tapi, aku harus mencarinya kemana?" tanya Woohyun bingung.

 

"Ya, itu sih, kau sendiri yang punya urusan." jawab Inguk santai.

 

"Aissh. Kau tidak membantu." sebal Woohyun.

 

"Aku sudah membantumu dengan kata-kata bijakku."

 

"Jangan membuatku tertawa."

 

"Itulah tujuanku. Bukankah orang yang bersedih harus dibuat tertawa untuk melupakan kesedihannya?"

 

"Mulutmu manis sekali." sindir Woohyun sambil tertawa kecil. Dia sepertinya sudah tidak sedih lagi karena dia masih punya kesempatan untuk mengejar Sunggyu mumpung Sunggyu belum pergi terlalu jauh.

 

Woohyun beranjak dari tempat duduknya.

 

"Mau kemana?" tanya Inguk.

 

"Kamar mandi. Kenapa? Mau ikut?"

 

"Tidak terima kasih."

 

Woohyun pergi menuju kamar mandi yang terdapat di dalam ruangannya untuk mencuci wajahnya yang kacau karena menangis terlalu lama. Setelah selesai membasuh wajahnya hingga terlihat segar lagi, Woohyun kembali ke tempat duduknya.

 

“Lama sekali kau kembali. Apa saja yang kau lakukan di kamar mandi?” tanya Inguk ingin tahu.

 

“Bukan urusanmu, hyung.” ketus Woohyun sambil menghela nafas dan menyilangkan kedua tangannya.

 

Inguk tersenyum kecil sambil mengangguk mengerti. “Lalu sekarang, apa yang ingin kau lakukan?” tanyanya penasaran dengan langkah yang akan diambil Woohyun.

 

“Aku masih belum tahu..” jawab Woohyun pasrah. “Aku bahkan tidak tahu nomor ponselnya..” lirihnya menyadari kebodohannya karena tidak pernah menanyakan nomor ponsel Sunggyu.

 

“Itu masalah gampang. Kau tanya saja sepupumu.” ucap Inguk memberi solusi.

 

“Myungsoo? Uhh, andwae! Aku tidak mau berhubungan dengan bajingan itu lagi!” seru Woohyun jengkel.

 

“Sepertinya kau benar-benar membenci Myungsoo sekarang..”

 

“Ya. Memang.”

 

“Kalau seperti ini terus bagaimana caranya kau bisa mengejar Sunggyu? Ingat. Untuk mendapatkan sesuatu yang kau inginkan, kau harus mau mengorbankan sesuatu. Dan, kau harus mengorbankan egomu demi mendapatkan Sunggyu kembali.” ucap Inguk bijak.

 

Woohyun terdiam mendengar ucapan Inguk. Ucapan Inguk memang ada benarnya. Tapi, apakah dirinya bisa membuang egonya? Dia sangat kecewa dengan Myungsoo yang tak hanya membuat Sunggyu menderita tetapi Myungsoo juga bahkan membohongi Sunggyu dan juga dirinya. Woohyun tak habis pikir, kenapa Myungsoo bisa seberani itu membohongi mereka berdua.

 

“Bagaimana? Apa kau akan membuang egomu?” tanya Inguk membuyarkan pikiran Woohyun.

 

Woohyun menggeleng pelan. “Aku belum tahu.” ucapnya datar sambil bersandar di kursi empuknya dan memejamkan mata. “Untuk sementara ini aku akan melupakan Sunggyu.”

 

“Huh? Kenapa kau ingin melupakan Sunggyu? Apa kau akan menyerah?” tanya Inguk dengan tatapan khawatir. Khawatir jika Woohyun menyerah dan tidak fokus dengan pekerjaannya seperti saat dirinya kehilangan Seulmi beberapa hari lalu.

 

“Aku tidak akan menyerah.” sahut Woohyun datar. “Aku akan berjuang untuk mendapatkan Sunggyu hyung kembali.”

 

“Tapi, kenapa kau ingin melupakannya?”

 

“Karena aku..” Woohyun menghentikan ucapannya sambil membuka kedua matanya dan menatap Inguk dengan tatapan lembut. “Karena aku ingin menenangkan diriku terlebih dahulu.” ucapnya sambil tersenyum lembut.

 

“Ah, geuraesseo..” Inguk mengangguk mengerti. “Memang seharusnya seperti itu. Kau harus menenangkan pikiranmu terlebih dahulu. Setelah pikiranmu tenang, baru kau bisa memikirkan cara untuk bertemu dengan Sunggyu lagi.”

 

“Aku tahu.” ucap Woohyun sambil tertawa kecil. “Aku ini pintar.” bangganya dan langsung mendapat tatapan aneh dari Inguk.

 

“Haha, benar sekali!” seru Inguk yang kali ini setuju dengan ucapan Woohyun. Untuk kali ini Inguk setuju jika Woohyun itu pintar.

 

Woohyun bangkit dari duduknya. “Mau kemana?” tanya Inguk.

 

“Aku mau melakukan pengecheckan pada pasien-pasienku.” jawab Woohyun sambil merapikan jas dokternya.

 

“Oh, ya sudah.” angguk Inguk. “Kau harus fokus!” Inguk memperingatkan. “Jangan memikirkan masalahmu. Pikirkan pasienmu terlebih dahulu. Utamakan keselamatannya!” ingatnya lagi.

 

“Lama-lama kau seperti Boohyun hyung. Bawel sekali!” ledek Woohyun sambil tertawa kecil dan mendapat tatapan mematikan dari Inguk. Setelah itu mereka berdua pergi meninggalkan ruang kerja Woohyun bersama-sama.

 

***

 

Sungjong turun ke dapur, mencari hyungnya yang masih memasak. "Hyung.." panggilnya manja sambil memeluk hyungnya dari belakang.

 

"Ne?" tanya Sunggyu, masih fokus dengan memasaknya.

 

"Kapan selesainya? Aku sudah sangat lapar." rajuk Sungjong.

 

"Sebentar lagi selesai, ne. Kau tunggu saja dulu.." suruh Sunggyu.

 

"Andwae hyung!" tolak Sungjong sambil mempererat pelukannya.

 

"Jangan memeluk hyung. Hyung tidak bisa memasak." ucapnya sambil melepas pelukan Sungjong.

 

"Andwae hyung!" Sungjong mempererat pelukannya. "Kau tahu, melihatmu kembali seperti dulu lagi benar-benar membuatku merasa jika hari ini adalah pertama kalinya aku bertemu denganmu!" seru Sungjong terharu.

 

"Kau terlalu berlebihan. Cepat lepaskan hyungmu atau hyungmu tidak akan melanjutkan masakannya." ancam Sunggyu.

 

"Ais ais hyung.. Kau ini cepat sekali marah. Seperti biasa, haha." tawa Sungjong sambil melepas pelukannya dan kemudian duduk di meja makan. "Cepatlah memasak. Adikmu sudah sangat lapar!" protes Sungjong.

 

"Geurae geurae!" sahut Sunggyu sambil membulatkan ujung jempol dan ujung telunjuknya, membentuk sign 'OK'.

 

Sungjong tertawa senang. "Hyung, apa kau benar-benar menyukai Dokter Nam?" tanya Sungjong setelah berhenti tertawa.

 

Sunggyu terhenyak sejenak mendengar pertanyaan adiknya. Dia memilih diam tidak menjawab pertanyaan adiknya.

 

"Hyung?" panggil Sungjong yang menanti jawaban.

 

"Eum." dehum Sunggyu.

 

"'Eum'? Apa itu berarti kau memang menyukainya?"

 

"Kurasa begitu." jawab Sunggyu singkat, masih fokus dengan memasaknya.

 

"Ah, baguslah." ucap Sungjong dengan nada senang.

 

"Hm?" Sunggyu menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa bagus?" tanyanya penasaran sambil menoleh ke arah Sungjong.

 

"Karena aku pikir kalian berdua cocok." jawab Sungjong dengan senyum manisnya.

 

Sunggyu diam, mencerna ucapan adiknya. "Kau pikir begitu?" tanyanya sambil tersenyum lembut.

 

Sungjong mengangguk mantap. "Tentu, hyung! Kau tahu, kalian berdua memang diciptakan untuk bersatu!" seru Sungjong antusias.

 

Sudut bibir Sunggyu mulai membentuk sebuah lengkungan kecil. Sunggyu tersenyum, sedikit terhibur dengan ucapan adiknya. "Sepertinya hyung sudah gila." ucap Sunggyu.

 

"Hah? Apa maksudmu hyung?" tanya Sungjong tak mengerti.

 

"Hyung membuka hati hyung lagi untuk yang kedua kalinya." jawab Sunggyu sambil memindahkan masakannya dari wajan ke piring.

 

"Memangnya kenapa, hyung? Bagiku itu wajar." sahut Sungjong yang masih bingung.

 

Sunggyu meletakkan kedua piring berisi nasi goreng di meja mereka, kemudian duduk berhadapan dengan Sungjong. "Kau ingat, dulu hyung pernah mengatakan jika hyung tidak bisa hidup tanpa Myungsoo? Hyung bahkan pernah bilang jika Myungsoo adalah oxygen kedua bagi hyung." ungkap Sunggyu sambil memberikan sendok garpu di piring mereka berdua.

 

"Hmm." dehum Sungjong sambil mengangguk, pertanda dia ingat dengan perkataan hyungnya. "Lalu?"

 

"Huh? Kenapa masih bertanya? Kau tak paham maksud hyung?" tanya Sunggyu dengan nada yang sedikit menaik.

 

Sungjong menggeleng polos. "Tidak paham."

 

"Tidakkah kau pikir ini lucu? Hyung pernah bilang jika hyung tidak bisa hidup tanpa Myungsoo dan sekarang, coba kau lihat hyung. Hyung masih bisa hidup tanpa Myungsoo. Bahkan 2 kali, tidak, bahkan 10 kali lebih hidup daripada saat hyung bersama Myungsoo. Luar biasa, bukan?" tutur Sunggyu sambil tersenyum lemah.

 

Sungjong hanya mengangguk mengerti.

 

"Dan sekarang, hyung benar-benar berpikir, apakah hyung sudah gila saat menerima Myungsoo sebagai kekasih hyung? Apa saat itu hyung sedang mabuk? Atau Myungsoo memasukkan sesuatu dalam minuman hyung hingga hyung menerimanya?" Sunggyu berspekulasi.

 

"Ah, sudah lah. Tidak ada yang harus dipikirkan. Semuanya sudah selesai." ucap Sunggyu datar dan mulai melahap nasi gorengnya. "Hey, kenapa diam? Kenapa kau tak memakan makan malammu?"

 

"Ani hyung." sahut Sungjong sambil menyendok makan malamnya. "Aku hanya senang kau sudah sadar." lanjutnya.

 

"Apa?" sahut Sunggyu bingung.

 

"Aku senang akhirnya kau sadar kalau Myungsoo bukanlah orang yang kau cintai." ucap Sungjong sambil melahap nasi gorengnya.

 

"Oh, hahaha." kekeh Sunggyu renyah.

 

"Lalu, apa kau sudah beralih?"

 

"Hm?"

 

"Dokter Nam.. Kau menyukainya 'kan?"

 

"Ahh, mungkin."

 

"Kenapa mungkin?"

 

"Belum pasti."

 

"Kenapa?"

 

"....... Tidak tahu."

 

***

 

[Apartemen Woohyun. 07.30 pm]

 

"Hey." Inguk mencolek pinggang Woohyun yang sedang tidur dalam posisi tengkurap di tempat tidurnya. "Sampai kapan kau akan tiduran dan tidak memasakkan makan malam untukku?" lanjutnya yang semakin dalam mencolek pinggang Woohyun. “Jam kerjaku akan mulai setengah jam lagi.”

 

"Jangan menggangguku, hyung! Aku sedang sedih." pekik Woohyun malas.

 

"Bukankah kau sudah kembali senang tadi siang?" tanya Inguk dengan tatapan tak percaya.

 

"Memang."

 

"Lalu, kenapa kau sekarang sedih?"

 

"Karena aku kehilangan kesempatan." jawab Woohyun pelan hampir tak terdengar. "Kesempatan untuk mengejar harapanku." lanjutnya getir.

 

Inguk menepuk-nepuk bahu Woohyun setelah mendengar ucapannya. "Kau tak akan kehilangannya. Aku jamin.." hiburnya.

 

"Cih. Kenapa begitu yakin?" decak Woohyun meremehkan.

 

"Seperti yang kubilang tadi. Sunggyu masih hidup dan dia masih di Korea. Jadi, masih sangat besar kesempatanmu untuk bertemu dengannya."

 

"Haha, kau benar." ucap Woohyun sambil membalik tubuhnya. "Tapi bagaimana aku mencarinya? Aku tidak tahu apa-apa." pasrah Woohyun.

 

"Sudah kubilang. Tanyakan saja pada Myungsoo. Dia kan mantan Sunggyu." jawab Inguk santai.

 

"Kalau saja aku tidak sebal padanya juga aku sudah pasti akan bertanya padanya." tukas Woohyun dengan nada datar setelah mendengar kata 'Myungsoo'.

 

"Wow. Kenapa kau menjadi semarah itu pada Myungsoo? Sunggyu saja tidak marah kok." solot Inguk.

 

"Sunggyu hyung itu terlalu baik. Karena itu dia tidak marah." Woohyun tidak mau kalah.

 

"Terus? Kenapa jadi kau yang marah? Memangnya Myungsoo menyelingkuhimu? Tidak, kan?"

 

"Lama-lama kau menyebalkan." decak Woohyun sebal sambil menutup telinganya dengan guling.

 

Inguk terkekeh melihat tingkah Woohyun yang kekanakan. Diambilnya guling yang menutupi telinga Woohyun hingga mendapat perlawanan dari namja tampan itu, lalu dilemparnya guling itu sembarang setelah berhasil terlepas dari tangan Woohyun. "Aku akan membantumu." ucap Inguk sambil tersenyum lembut.

 

"Bantu apa? Kau bahkan tidak pernah berbicara dengan Sunggyu hyung!" pekik Woohyun.

 

"Memang tidak pernah. Tapi aku bisa meminta bantuan Myungsoo."

 

"Huh. Myungsoo lagi." decak Woohyun tidak suka.

 

"Hey, ayolah. Kalian berdua sangat dekat sebelumnya. Jangan sampai kalian menjadi jauh hanya karena masalah seperti ini!" seru Inguk sambil menepuk kepala Woohyun.

 

"Salahnya mengkhianati Sunggyu hyung dan Sungyeol."

 

"Myungsoo juga manusia. Masih bisa berbuat kesalahan."

 

"Aku tahu. Tapi dia kelewatan. Sunggyu hyung bahkan pernah mati karenanya."

 

"Tidak usah diungkit lagi masalah itu. Yang penting sekarang dia hidup lagi, kan."

 

"Yeah."

 

"Jadi, bagaimana?" tanya Inguk sambil mencolek pipi Woohyun.

 

"Apanya bagaimana?!" pekik Woohyun sambil menepis colekan Inguk.

 

"Apa kau akan berdamai dengan Myungsoo lagi? Kasihan sepupumu. Dia pasti down karena masalah ini."

 

"Bukan urusanku. Lagipula itu konsekuensinya."

 

"Ayolah, Woohyunie. Apa kau tak memikirkan perasaan Myungsoo? Dia mungkin memang bajingan. Tapi, bajingan juga manusia. Punya hati, perasaan, dan penyesalan." ucap Inguk lembut, memberi pengertian pada Woohyun yang keras kepala.

 

"Aku tetap tidak mau." sahut Woohyun yang masih keras kepala.

 

"Hhf.." Inguk menghela nafas. "Ayolah, aku tak suka melihat kalian berdua bermusuhan seperti ini. Pikirkan perasaan orang tua Myungsoo. Pikirkan juga perasaan Boohyun dan kedua orang tuamu. Mereka pasti sangat kecewa melihat kalian seperti ini.."

 

".............."

 

Inguk tersenyum kecil seraya menepuk-nepuk kepala Woohyun. "Sudah, besok kita akan ke apartemen Myungsoo. Kau minta maaflah padanya." Inguk menasehati.

 

 

Woohyun menggeleng lemah. "Aku tidak bisa memaafkan Myungsoo.."

 

"Hn? Kenapa?" tanya Inguk bingung.

 

"Karena.." Woohyun membulatkan posisi tidurnya hingga dia bisa memeluk lututnya sendiri.

 

"Karena apa?"

 

"Karena gara-gara Myungsoo aku kehilangan Sunggyu hyung."

 

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

TBC

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
9gagger #1
Waaa! ! I really enjoy this story! I'm hsppy to have found it^^ fighting author-nim~~