Regret

Just a Little Hope (Indonesian)

[Previous Part.]

 

.

 

 Aku gagal...'

 

Tes.. Tes .. Tes..

 

'Hyung.. Maafkan aku.. Semoga kau... S-s-semoga kau.. Semoga kau bahagia di surga!'

 

.

 

Deg!

 

.

 

..

 

...

 

Woohyun terhenyak saat dia mendengar sesuatu. Bukankah itu suara detakan? Apa Sunggyu hidup lagi? Ah, tidak mungkin. Dia hanya berimajinasi. Sunggyu sudah mati dan sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup. Jadi, suara detakan itu.. Mungkin itu suara detak jantungnya sendiri.

 

Woohyun mencium Sunggyu lebih dalam. Entah kenapa, Woohyun merasakan bibir Sunggyu semakin lama semakin manis. Dan tubuhnya juga semakin lama semakin hangat. Woohyun tersenyum lembut merasakan manisnya bibir Sunggyu dan juga hangatnya tubuh Sunggyu. Dia berharap, apa yang dia rasakan saat ini bukanlah suatu imajinasi. Dia berharap, jika apa yang dia rasakan itu benar-benar nyata dan dia bisa merasakannya sampai selama-lamanya. Dia berharap, jika saja Sunggyu masih hidup…

 

Woohyun melepaskan ciumannya setelah dia bisa menerima kepergian Sunggyu. Tapi, betapa terkejutnya dia saat melihat air mata yang mengalir dari kedua mata Sunggyu yang setengah terbuka. Woohyun menganga tak percaya dengan apa yang dia lihat. Sunggyu.. Sunggyu hidup lagi?

 

"H-h-hyung! K-kau hidup?!" pekiknya tak percaya saat melihat namja manis yang seharusnya sudah menjadi mayat itu tiba-tiba membuka matanya.

 

'A-apa?! S-Sunggyu hidup kembali?!' pekik Inguk kaget. 'I-i-ini mustahil!' batin Inguk tidak percaya.

 

"HYUNG!!! KAU HIDUP!!!" seru Woohyun senang sambil memeluk tubuh Sunggyu lebih erat. "Aku tahu ini akan terjadi. Aku tahu keajaiban akan datang padamu, hyung!" girangnya sambil menangis. "Aku.. Senang sekali.. Hyung.."

 

Sunggyu masih diam. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dimana dia? Dan siapa namja yang memeluknya sambil menangis ini? Entahlah, Sunggyu tidak tahu apa-apa. Yang dia tahu hanyalah, namja yang memeluknya sambil menangis itu adalah namja yang menciumnya saat dia membuka matanya tadi.

 

Woohyun menempelkan telinganya di dada Sunggyu, dan betapa bahagianya dia saat mendengar suara detakan dari dalam dada Sunggyu. Woohyun tersenyum bahagia hingga air matanya mengalir. 'Hyung, terima kasih sudah memberiku kesempatan. Aku janji, aku akan merawatmu dengan yang terbaik yang aku punya..' batin Woohyun senang sebelum akhirnya dia terjatuh dan pingsan dengan posisi masih memeluk namja manis bernama Kim Sunggyu.

 

 Inguk segera memasuki kamar mayat untuk memindahkan tubuh Woohyun yang pingsan. Inguk menatih Woohyun di bahunya, lalu menyandarkannya di lemari pendingin. Inguk mengambil kain panjang, lalu menggunakannya untuk menutupi tubuh Sunggyu yang telanjang tanpa sehelai kain.

 

"S-Sunggyu-yah.." panggil Inguk datar.

 

Sunggyu diam tidak menjawab. Mungkin karena kondisi Sunggyu yang masih belum stabil dan juga rasa terkejut dengan apa yang dia lihat saat ini. Inguk keluar dari kamar mayat untuk memanggil para medis agar membantunya untuk memindahkan Sunggyu ke kamarnya lagi.

 

"Ya! Kalian! Bantu aku!" seru Inguk pada para medis.

 

Para medis segera menuju ke tempat dimana Inguk berada. "Membantu apa?" tanya Hyunseung.

 

"Tolong pindahkan Sunggyu ke kamarnya lagi. Dia hidup!" seru Inguk mantap.

 

"M-mwo?! S-Sunggyu hidup lagi?!" pekik para medis tak percaya.

 

"Ya. Dia hidup lagi. Kalian bisa lihat sendiri!" ucap Inguk sambil menunjuk keranda tempat dimana Sunggyu berbaring.

 

Para medis segera mengecheck ke dalam kamar mayat untuk membuktikan jika Sunggyu benar-benar hidup. Dan memang benar. Sunggyu hidup lagi. Para medis membelalakan matanya, senang karena untuk pertama kalinya, keajaiban terjadi di rumah sakit itu.

 

"Inguk-ssi! B-bagaimana ini bisa terjadi?!" tanya Key penasaran.

 

"Tanyakan saja padanya.." sahut Inguk sambil menunjuk Woohyun yang duduk tak sadarkan diri dengan bersandar di lemari pendingin.

 

"Jadi.. Woohyun-ssi yang membuatnya hidup kembali?" tanya Key lagi.

 

"Ne. Dia yang membuat Sunggyu hidup kembali. Sekarang, dia mungkin kelelahan karena bekerja terlalu keras." ucap Inguk. "Ya sudah, kalian cepat bawa Sunggyu ke kamarnya lagi dan pasangkan tabung oxygen padanya!" perintah Inguk.

 

"Ne!" sahut para medis serempak, lalu mendorong keranda Sunggyu menuju kamarnya lagi.

 

Inguk berjongkok, menyetarakan tingginya dengan Woohyun yang terduduk tak sadarkan diri. "Kau, tak kusangka kau bisa membuatnya hidup lagi. Keinginanmu keras. Mungkin karena itu, Tuhan mendengar permohonanmu." ucap Inguk sambil menepuk-nepuk kepala Woohyun.

 

'Boohyun-ah. Kau lihat? Adikmu seorang dokter yang berbakat!' batin Inguk. 'Jika saja kau tidak meninggal, kau pasti akan tertawa bahagia melihat keberhasilan adikmu ini..' gumamnya sambil menggendong Woohyun di punggungnya.

 

'Kau bebas dari perjanjian kita.' ucap Inguk sambil tersenyum

 

'Mulai sekarang aku akan merawat Sunggyu. Kau boleh melakukan apapun yang kau mau.' lanjutnya sambil berjalan menuju ruang kerja Woohyun.

 

***

 

Woohyun terbangun dari tidurnya. Dia tidur dengan posisi duduk bersandar di kursi empuknya di ruang kerjanya. Woohyun menatap jam dindingnya. Pukul 2 pagi. Dan itu artinya, dia melewatkan prosesi pemakaman Seulmi.

 

Woohyun mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Dia merasa bersalah kepada keluarga Seulmi karena sudah melanggar janjinya untuk datang ke prosesi pemakaman Seulmi. Tetapi, di sisi lain, Woohyun merasa bahagia karena dia berhasil menyelamatkan 1 nyawa dari kematian.

 

Woohyun beranjak dari kursinya, keluar meninggalkan ruang kerjanya. Dia berjalan di tengah sepinya suasana rumah sakit malam itu. Dia berjalan menuju ruang pasiennya, Kim Sunggyu di kamar D - 1. Woohyun berhenti saat dia berdiri di depan pintu kamar D - 1. Woohyun melayangkan tangannya hendak mengetuk pintu kamar, tetapi dia urungkan niatnya karena takut mengganggu istirahat Sunggyu.

 

Woohyun membuka pintu kamar perlahan, lalu masuk ke dalamnya tanpa suara agar tidak membangunkan Sunggyu. Woohyun menutup pintu pelan, lalu berjalan pelan menuju tempat tidur Sunggyu.

 

Sunggyu tertidur lelap. Wajahnya masih terlihat datar dengan alat-alat bantu pernafasan juga masih menempel di tubuhnya. Tapi Woohyun masih bersyukur karena walaupun wajahnya masih datar dan masih memerlukan bantuan alat-alat pernafasan, tetapi tubuhnya sudah tidak terlalu terlihat pucat lagi. Dia terlihat lebih hangat.. Lebih cerah.

 

Woohyun menatap rekaman layar ECG. Dia sedikit tersenyum karena denyut jantung Sunggyu sudah mulai membaik. Woohyun duduk di kursi di sebelah tempat tidur Sunggyu. Malam itu Woohyun akan tidur di kamar Sunggyu. Dia ingin menjaga Sunggyu sepanjang malam.

 

Woohyun menatap wajah Sunggyu yang sebagian tertutup oleh masker oxygen. Woohyun merasa malu jika mengingat kejadian barusan. Kejadian saat dirinya yang secara tiba-tiba mencium bibir Sunggyu untuk memberinya nafas buatan. Woohyun sendiri pun tidak tahu kenapa dia bisa melakukan hal itu. Dia bahkan tidak mempunyai pikiran untuk mencium Sunggyu. Dia melakukannya dengan tiba-tiba. Entah apa yang mendorongnya untuk melakukan itu, tapi Woohyun bersyukur karena setelah dirinya mencium Sunggyu, Sunggyu menjadi hidup kembali.

 

Pandangan Woohyun kini tertuju pada ponsel Sunggyu yang digeletakkan di atas meja. Woohyun mengambilnya, dan seperti biasa, sesorang dengan nama yang sama menyepam inbox dan panggilan Sunggyu. Woohyun menekan tombol 'balas', lalu mengetikkan pesannya.

 

'Kekasihmu sekarat dan kau tidak mengetahuinya? Wah, sepertinya kau sudah tidak dianggap lagi oleh kekasihmu sendiri.'

 

Woohyun hendak menekan tombol 'kirim'. Tetapi, dia berhenti sebentar untuk berpikir. Jika dia mengirimkan pesan itu, apa yang akan terjadi pada Sunggyu? Apa kekasihnya akan datang ke rumah sakit lalu menangisi Sunggyu jika aku memberi tahunya? Atau, dia akan memukulku jika aku memberitahunya kalau aku mencium kekasihnya? Ah, lebih baik aku tidak mengirimnya. Sungjong membenci kekasih Sunggyu itu pasti ada alasannya. Dan Sunggyu mencoba bunuh diri juga pasti ada alasannya. Ada apa sebenarnya dengan Sunggyu? Kenapa dia mencoba menghilang dari kekasihnya? Hmmm.. Rumit!

 

Woohyun meletakkan ponsel Sunggyu ke tempat semula. Kali ini, dia kembali fokus pada Sunggyu. Dia memperhatikan namja manis itu terus menerus. Sepertinya, Woohyun mulai sedikit menaruh perasaan dengan namja manis yang kembali dari kematian itu.

 

Woohyun menyilangkan kedua tangannya disebelah Sunggyu. Kepalanya ditumpukan pada kedua tangannya yang menyilang agar dia bisa tidur dengan nyaman bersama Sunggyu. Woohyun tersenyum bahagia, merasa nyaman saat berada berdua bersama Sunggyu. Kedua mata Woohyun perlahan-lahan terpejam, hingga akhirnya matanya benar-benar terpejam dan masuk ke alam tidurnya.

 

Kau memang hidup kembali. Tapi ini bukanlah akhir. batin Woohyun.

 

Inilah awal kita..

 

***

 

Keesokan paginya. 10 a.m.

 

Sunggyu membuka matanya perlahan. Dia mengedip-ngedipkan matanya saat pandangannya masih saru. Pandangan Sunggyu saru, meskipun sekarang dia sudah bisa melihat sekelilingnya dengan jelas.

 

Pintu kamar Sunggyu terbuka, dan muncullah Sungjong dan juga Woohyun.

 

"Selamat pagi hyung!" seru Sungjong senang dan langsung memeluk Sunggyu.

 

Sunggyu tetap diam. Kesadarannya masih belum 100% pulih.

 

"Hyung aku senang kau bisa hidup kembali! Kau harus berterima kasih pada Dokter Nam, hyung!" seru Sungjong lagi sambil tertawa senang.

 

Woohyun terkekeh mendengar ucapan Sungjong. "Sunggyu hyung, kau harus melakukan donor darah." ucap Woohyun sambil menunjukkan 1 kantong infus yang berisi darah milik Sungjong.

 

"Aku mendonorkan darahku untukmu agar kau cepat sembuh hyung!" seru Sungjong senang sambil menggenggam tangan hyungnya.

 

Sunggyu masih terdiam, tidak memberikan respon apapun.

 

“Appa dan eomma tadi malam kembali menjengukmu setelah mendengar kabar kalau kau hidup lagi. Tapi sekarang appa dan eomma sudah kembail ke Taiwan.” ucap Sungjong lagi tapi masih tidak direspon oleh Sunggyu.

 

"Hyung? Kenapa hyung diam saja?" tanya Sungjong bingung. "Dokter Nam.. bagaimana? Kenapa hyungku tidak menjawabku?"

 

"Hyungmu masih belum pulih total, Sungjong-ah. Kau tunggu saja. Nanti jika dia sudah sembuh total, dia akan kembali seperti semula kok, hehe." Woohyun menjelaskan.

 

"Ah, arasseo.." angguk Sungjong.

 

Woohyun mencabut jarum infus yang berisi sari-sari makanan dari pergelangan Sunggyu, lalu menggantinya dengan infus yang berisi darah Sungjong. Woohyun melakukannya perlahan dan sangat hati-hati agar Sunggyu tidak kesakitan.

 

"Tahan ya, hyung.. Hanya sakit sedikit kok.." ucap Woohyun saat menyuntikkan jarum infus di pergelangan Sunggyu.

 

"Uhh.." ringis Sunggyu pelan.

 

"Ahh, sakit ya? Maafkan aku ne! Maaf sekali!" seru Woohyun khawatir sambil mengusap lembut tangan Sunggyu.

 

Sungjong tersenyum kecil melihat perlakuan Woohyun pada hyungnya. Dia senang karena Woohyun sangat peduli dengan hyungnya. Dan Sungjong sangat berharap jika Woohyun bisa membuat hyungnya melupakan bajingan bernama Kim Myungsoo itu.

 

"Hyung, Dokter, aku kuliah dulu. Nanti setelah pulang aku akan kembali kesini lagi.." pamit Sungjong.

 

"Ah, arasseo. Kau berhati-hatilah." ucap Woohyun sambil tersenyum pada Sungjong.

 

"Ne, Dokter Nam.. Aku mohon tolong rawat hyungku, ne. Aku berharap banyak padamu!" ucap Sungjong. "Sunggyu hyung, aku pergi dulu. Baik-baiklah dengan Dokter Nam. Annyeong!" pamitnya lalu segera pergi meninggalkan kamar Sunggyu dan berangkat ke universitasnya.

 

"Adikmu sangat sayang padamu..." ucap Woohyun pada Sunggyu yang kembali diam. Woohyun menatap layar ECG lagi, dan dia tersenyum karena denyut jantung Sunggyu lebih baik dari saat terakhir dia mengechecknya.

 

"Kau akan segera sembuh. Jangan khawatir, aku akan merawatmu.." ucap Woohyun sambil tersenyum. "Aku akan pergi sebentar untuk memesan sarapanmu pada pihak dapur. Kau tunggu yang sabar, ne? Tidak akan lama kok. Hehe.." kekeh Woohyun lalu segera berlari keluar meninggalkan kamar Sunggyu.

 

Sunggyu mengalihkan pandangannya pada sosok Woohyun yang semakin lama menghilang dari pandangannya dengan tatapan sayu. Setelah sosok Woohyun menghilang dari pandangannya, Sunggyu memejamkan kedua matanya untuk kembali beristirahat.

 

***

 

"Woohyun-ah.." panggil Inguk saat berpapasan dengan Woohyun.

 

"Inguk hyung? Ada apa?" tanya Woohyun penasaran.

 

"Ada yang ingin aku bicarakan."

 

"Wah, sayang sekali hyung. Aku sedang terburu-buru. Bisakah kita berbicara nanti saja?" tawar Woohyun.

 

"Ah, tidak perlu. Aku hanya ingin memberi tahumu jika perjanjian kita sudah selesai. Dan kau tidak perlu lagi merawat Sunggyu. Aku yang akan merawatnya." Inguk menjelaskan.

 

"M-mwo? Kau yang akan merawat Sunggyu?!" pekiknya kaget.

 

"Ne, benar. Kenapa kau terkejut?" tanya Inguk bingung.

 

"Tidak perlu hyung! Aku yang akan merawat Sunggyu hyung! Lupakan saja soal cuti 3 hariku! Aku tidak butuh cutiku lagi. Yang aku butuhkan sekarang adalah Sunggyu hyung!" seru Woohyun mantap.

 

"Hah? Ada apa denganmu? Waktu itu kau sendiri yang keberatan dengan tawaranku. Tapi sekarang kenapa kau malah keukeuh ingin merawatnya?" tanya Inguk dengan tatapan bingung.

 

"Err, aku mengubah pikiranku. Aku akan merawatnya. Kau tidak perlu mengkhawatirkan Sunggyu lagi. Aku yang akan mengurusnya." ucap Woohyun meyakinkan Inguk.

 

"Oh, arasseo. Ya sudah, aku serahkan semua padamu. Aku harap, kau tidak akan ceroboh lagi seperti kemarin. Syukur saja Sunggyu bisa hidup lagi. Kau tahu, itu sebuah keajaiban!"

 

"Ne, aku tahu." angguk Woohyun. "Aku pergi dulu. Annyeong!" pamit Woohyun dan langsung berlari untuk memesan sarapan.

 

"Woohyun-ah!" panggil Inguk lagi.

 

"Apa?!" sahut Woohyun dari kejauhan.

 

"4 Pasienmu sudah ku operasi. Dan mereka semua selamat!" seru Inguk antusias.

 

Woohyun terdiam, sangat senang saat mengetahui keempat pasien yang seharusnya dia operasi ternyata sudah berhasil dioperasi. 'Syukurlah..' batin Woohyun senang.

 

"Terima kasih hyung! Kau yang terbaik!" seru Woohyun sambil tertawa, lalu segera berlari menuju dapur.

 

***

 

Myungsoo berulang kali mengecheck ponselnya, mengecheck jika kekasihnya membalas pesannya. Sudah 2 hari kekasihnya tidak membalasnya. Myungsoo benar-benar khawatir.

 

"Sayangku, kau dimana?" ucap Myungsoo sedih sambil menegak susunya.

 

"Kenapa kau tidak pernah membalasku?" lirih Myungsoo. "Apa kau sudah mengetahuinya?" lanjutnya khawatir.

 

Naekkeo haja! Naega neol saranghae, eoh?

 

Ringtone Myungsoo berbunyi. Myungsoo dengan cepat meraih ponselnya untuk mengecheck siapa yang mengirimnya pesan. Dia berharap jika kekasihnya yang mengirimnya pesan. Tapi sayang, tidak sesuai harapan.

 

'Myung! Aku butuh bantuanmu!'

 

"Cih. Bantuan apa lagi." respon Myungsoo datar pada orang yang mengirimnya pesan yang adalah kakak sepupunya.

 

'Bantuan apa hyung?'

 

Myungsoo menegak susunya lagi, sembari menunggu balasan dari kakak sepupunya.

 

'Ada seseorang yang aku suka. Tapi, kau tahu kan, aku ini tidak bisa bebas pergi keluar? Dan aku ingin kau membantuku untuk membelikan beberapa barang yang aku butuhkan. Tenang saja, aku akan mentraktirmu makan jika aku sudah pulang.'

 

'Huh? Orang yang disuka?' batin Myungsoo sambil terkekeh geli.

 

'Kasmaran, huh?'

 

'Yeah bisa dibilang begitu XD. Jadi bagaimana? Kau mau membantuku kan?'

 

'Baiklah, baiklah.. Aku akan membantumu. Beritahu aku apa saja yang harus aku beli?'

 

'Ya, belum tahu. Ini baru rencana. :3'

 

“Cih. Sok imut.”

 

'Huh? Menyebalkan.'

 

'Ya! Kim Myungsoo! Jangan marah-marah! Nanti cepat mati.'

 

'Apa pedulimu.'

 

'Wah, judes =_='

 

'Sudah ya, aku mau kuliah. Lanjut nanti. Annyeong.'

 

'Annyeong Myungsoo! Belajar yang rajin!'

 

"Hhhh.." Myungsoo menghela nafas. Sedikit kecewa karena waktunya terbuang sia-sia untuk membalas pesan sepupunya yang tidak jelas itu.

 

"Cih. Kenapa harus menyuruhku, sih? Menyebalkan." kesal Myungsoo sambil bergegas menuju mobilnya. "Kenapa pula harus kau yang mengirimku pesan? Yang aku nanti-nantikan sejak kemarin adalah Gyuyieku!" decaknya sebal sambil mengemudikan mobilnya dengan cepat.

 

***

 

Tok.. Tok.. Tok.. Woohyun mengetuk pintu sambil membawa sarapan Sunggyu. "Hyung! Aku masuk ne!" ucap Woohyun meminta izin sebelum masuk ke dalam kamar Sunggyu.

 

Woohyun masuk ke kamar Sunggyu, lalu menutup pintunya dan duduk di sebelah Sunggyu. "Hyung! Aku bawakan bubur. Kau sudah bisa melepas masker oxygenmu. Tapi hanya untuk saat makan saja, ne." ucap Woohyun sambil tersenyum manis.

 

Woohyun melepas masker oxygen Sunggyu perlahan. "Hyung, maaf ne, aku melepasnya. Kau harus makan. Sudah berhari-hari kau tidak makan secara langsung. Pasti kau sangata kelaparan, 'kan?" goda Woohyun sambil melepas masker oxygen Sunggyu. Sunggyu terdiam, membiarkan Woohyun melepas alat bantu pernafasannya.

 

"Hyung, maaf ne.." ucap Woohyun sambil mengatur sandaran tempat tidur Sunggyu agar Sunggyu bisa sarapan lebih nyaman.

 

Sunggyu tersentak kaget saat sandaran tempat tidurnya bergerak.

 

"Umm.. Maaf hyung.." Woohyun meminta maaf lagi lalu kembali duduk sembari mengaduk bubur agar semua bumbunya tercampur. "Katakan Aaaa." ucap Woohyun sambil menyodorkan sendok berisi bubur di depan mulut Sunggyu.

 

Sunggyu masih mengatupkan kedua bibirnya dan hanya menatap datar sendok berisi bubur di hadapannya. Dari tatapannya itu, ingin rasanya Sunggyu memberi tahu Woohyun jika dia tidak ingin memakannya. Woohyun tersenyum kecil. Di pikirannya, mungkin karena Sunggyu belum mengenal dirinya, karena itu Sunggyu enggan untuk disuapi olehnya. Mungkin Sunggyu takut jika dirinya memasukkan sesuatu di dalam sarapannya itu.

 

"Ini hanya bubur." ucap Woohyun dengan senyum awkwardnya. "Aku tidak memasukkan apa-apa disini." lanjutnya.

 

Sunggyu tetap diam, seolah tidak peduli dengan ucapan Woohyun. Mungkin di pikirannya, tidak mungkin orang yang ingin mencelakakannya berkata terus terang jika dia memasukkan racun atau obat yang berbahaya di dalam buburnya itu. Atau mungkin tidak? Who knows what is that thing inside his mind?

 

"Hhhh..." Woohyun menghela nafas panjang sambil kembali meletakkan sendok ke dalam mangkok yang berisi bubur itu.

 

"Sunggyu hyung.." panggil Woohyun pelan. "Aku tahu ini canggung. Tapi, maafkan aku." ucap Woohyun sambil menunduk.

 

Sunggyu masih diam. Tidak ada respon dari namja manis berkulit putih susu itu.

 

"Aku tahu aku tidak seharusnya menciummu saat itu. Apalagi kau sudah mempunyai kekasih. Tapi.. Sunggyu hyung.. Aku tidak tahu kenapa, tapi, instingku mengatakan kalau aku harus ..harus.. harus menciummu.. D-dan kau jangan salah paham! Aku tidak melakukannya demi kesenanganku sendiri. Aku melakukannya karena aku merasa menyesal telah membuat 1 nyawa terhilang lagi. Aku.. Aku.. Aku tidak berniat untuk melakukan sesuatu yang mesum padamu. Maafkan aku hyung! Jangan.. J-jangan berpikiran yang aneh-aneh tentangku! Aku bukan orang jahat! Aku hanya.. Aku hanya dokter yang gagal.. Ukh!!" pekik Woohyun terbata-bata. Kedua tangannya meremas-remas ujung jas putihnya.

 

Sunggyu membelalakan matanya, lalu menoleh ke arah Woohyun dan menatapnya datar. "Kau.." ucap Sunggyu lemah.

 

Woohyun terkejut saat mendengar pasiennya berbicara padanya. Woohyun menatap pasiennya dengan ekspresi antara senang dan terkejut.

 

"Darimana kau tahu.." Sunggyu tidak melanjutkan ucapannya, lalu kembali mengalihkan tatapannya dari Woohyun.

 

Woohyun bingung. Ada apa dengan pasiennya? Apa ada yang salah padanya? Kenapa tiba-tiba Sunggyu tidak melanjutkan ucapannya?

 

"Umm.. Tahu apa, hyung?" tanya Woohyun awkward.

 

"............"

 

"Hyung?"

 

"..........."

 

"Hyung kenapa kau tidak menjawabku? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?" tanya Woohyun khawatir.

 

Sunggyu menghela nafas pelan. "Tidak apa." ucapnya cepat.

 

"Ah, arasseo.." angguk Woohyun. "Hyung, ayo dimakan sarapanmu. Kau harus banyak makan supaya cepat sembuh." rayu Woohyun sambil menyodorkan semangkok bubur itu di depan Sunggyu.

 

Sunggyu meraih mangkok bubur itu, hendak memakannya sendiri. "Eh? Hyung! Tanganmu masih belum kuat untuk memegang bubur itu!" seru Woohyun khawatir saat Sunggyu meraih bubur dari tangannya.

 

Sunggyu tidak mempedulikan Woohyun dan tetap meraih mangkoknya. Dia menyuap bubur itu dengan sendok. Saat hendak memasukkannya ke mulutnya,.. "Uhh.." ringis Sunggyu saat merasa tangannya menjadi kaku.

 

Woohyun dengan sigap menggenggami tangan Sunggyu agar buburnya tidak tumpah di bajunya. "Sudah ku bilang 'kan, hyung. Tanganmu masih belum kuat!" ucap Woohyun memperingati.

 

Sunggyu menunduk, menatap tangannya yang digenggam oleh Woohyun.

 

"M-maaf!" seru Woohyun sambil melepas perlahan genggamannya. "Maaf hyung! Itu tidak seperti yang kau kira! Aku hanya me----"

 

"Maaf.." ucap Sunggyu lemah, memotong ucapan Woohyun.

 

"Eh?" sahut Woohyun bingung.

 

Sunggyu semakin menundukkan kepalanya. "Maaf.. Aku merepotkanmu.." ucapnya.

 

Woohyun terdiam. Kemudian dia mengambil mangkok bubur yang berada di tangan Sunggyu yang dia pangku di pahanya. "Tidak apa." Woohyun menggeleng sambil tersenyum manis. "Aku tahu kau masih mencurigaiku karena bagimu aku ini adalah seorang dokter mesum yang meninggalkan tanggung jawabnya untuk kepentingannya sendiri. Tapi, tak tahukah kau jika aku meninggalkan kewajibanku karena aku telah kehilangan satu nyawa di tanganku sendiri?" ucap Woohyun dengan pandangan kosong.

 

Sunggyu terdiam mendengar ucapan Woohyun. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkan Woohyun. Tetapi Sunggyu merasa dari ucapan Woohyun barusan itu, Woohyun mengira jika Sunggyu sedang menghakiminya karena kelalaiannya. Dan maksud dari ucapannya itu adalah untuk menunjukkan jika dia mempunyai suatu alasan yang kuat yang membuatnya melalaikan kewajibannya sebagai seorang dokter.

 

"Kau tahu, aku harus melewatkan suatu momen terakhir dari orang yang paling kusayang? Semuanya untuk kau, Kim Sunggyu-ssi. Hanya untuk kau!" pekik Woohyun datar seperti orang yang putus asa.

 

Sunggyu terhenyak. Ingin sekali dia berteriak untuk menghentikan Woohyun dari ucapan-ucapannya yang membuatnya bingung. Tapi apa daya, Sunggyu masih lemah. Berbicara dengan suara yang normal saja dia belum bisa, apalagi berteriak? Hm.

 

'Dokter..' batin Sunggyu dalam hati. 'Aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan..' batinnya sambil menatap Woohyun dengan tatapan dalam. 'Tolong berhenti mengucapkan sesuatu yang tidak ku mengerti!'

 

"Hm?" Woohyun menatap Sunggyu dengan tatapan datarnya. "Tidak perlu menatapku seperti itu, Sunggyu-ssi. Aku tahu kau mengetahuinya." ucap Woohyun dengan senyum lembutnya.

 

Sunggyu masih menatap Woohyun dengan tatapan yang sama seperti sebelumnya. 'Tolong berhenti mengucapkan sesuatu yang tidak ku mengerti!' batin Sunggyu, mengulang ucapannya yang sebelumnya.

 

"Jangan membuatku semakin merasa bersalah, hyung. Ku mohon.." pinta Woohyun memelas.

 

Sunggyu mengalihkan pandangannya. Bukannya dia ingin mengacuhkan Woohyun, tapi karena dia tidak mampu melihat pandangan Woohyun yang seperti orang putus asa itu. Sunggyu kasihan melihat Woohyun yang terus-terusan menyalahkan dirinya atas kelalaiannya yang bahkan Sunggyu sendiri pun tidak tahu.

 

Sunggyu menarik nafas perlahan. "Tolong hentikan.." ucap Sunggyu lemah. "Aku sama sekali tidak mengerti maksud ucapanmu.." lanjut Sunggyu dengan suara yang lebih lemah.

 

"Eh? AH, maaf hyung! Aku ngelantur!" pekik Woohyun yang baru sadar jika dirinya sudah berbicara keluar dari topik yang seharusnya dia bicarakan. Woohyun mengaduk buburnya lagi. "Hyung, ayo makan. Aku tidak bisa berlama-lama disini. Jadi, aku mohon cepatlah makan agar aku bisa pergi dengan tenang!" pinta Woohyun memelas.

 

"Pergi?" Sunggyu menaikkan sebelah alisnya. "Kemana?"

 

"Um, kembali ke pekerjaanku." jawab Woohyun.

 

"Ohh.." sahut Sunggyu singkat.

 

Woohyun menyuap bubur yang sudah mulai dingin dengan sendoknya, lalu mulai menyuapi Sunggyu. "Aaa." ucap Woohyun mengisyaratkan agar Sunggyu membuka mulutnya.

 

Sunggyu membuka mulutnya perlahan, lalu mulai mencerna bubur yang masuk ke dalam mulutnya.

 

"Bagaimana? Enak?" tanya Woohyun sambil tersenyum.

 

Sunggyu mengangguk pelan. "Enak."

 

"Baguslah kalau enak. Kau makanlah dengan lahap. Dan kalau kau ingin tambah, katakan saja padaku. Aku akan mengambilkannya lagi untukmu." ucap Woohyun menawarkan diri.

 

"Ne.." sahut Sunggyu mengerti.

 

"Apa sudah kau cerna dengan baik?" tanya Woohyun pada Sunggyu yang mulutnya tidak terlihat sedang mencerna buburnya.

 

"Sudah.." jawab Sunggyu singkat.

 

"Mau minum?"

 

"Ne."

 

Woohyun memberi Sunggyu minum, lalu menyuapi Sunggyu lagi. Setelah selesai dicerna, Woohyun menyuapi Sunggyu lagi. Begitu seterusnya sampai bubur itu habis. Woohyun tersenyum senang saat Sunggyu berhasil menghabiskan semangkok bubur itu. Woohyun menatap layar ECG lagi untuk mengecheck keadaan Sunggyu. "Kau tahu, keadaanmu itu meningkat sangat cepat." ucap Woohyun yang masih menatap layar ECG.

 

Sunggyu terdiam, tidak memberikan respon apapun.

 

"Rasanya, baru semalam kau berada dalam kematianmu. Dan sekarang, kau hidup. Keadaanmu juga sudah meningkat 35%." Woohyun tersenyum bahagia.

 

Woohyun menatap jam tangannya. "Hyung, aku harus pergi. Kita bertemu nanti dan ku harap kita punya banyak waktu untuk bercerita!" seru Woohyun semangat.

 

Sunggyu hanya mengangguk merespon seruan Woohyun. Woohyun mengambil tissue, lalu mengelap mulut Sunggyu. Sunggyu menepis tangan Woohyun perlahan saat dia hendak mengelap mulutnya dengan tissue.

 

"Ng?" Woohyun menatap Sunggyu dengan tatapan penuh tanya.

 

"Maaf.." ucap Sunggyu lagi sambil meletakkan tangannya kembali dan memperbolehkan Woohyun untuk mengelap mulutnya.

 

Woohyun mengelap mulut Sunggyu dengan lembut. Kedua mata mereka saling bertatapan, membuat keduanya seperti membeku. Woohyun menatap kedua manik coklat Sunggyu lekat-lekat. Dia bisa melihat kesedihan yang amat dalam dari namja manis itu. Begitu juga dengan Sunggyu. Dia juga melihat kesedihan yang sama dalamnya seperti dirinya dari namja tampan yang menjadi dokternya itu.

 

"Um, dokter.." ucap Sunggu pelan.

 

"Eh? Ah, maafkan aku!" pekik Woohyun gugup dan langsung mengalihkan pandangannya.

 

"Tidak apa.."

 

Woohyun tersenyum kecil. "Maaf, lagi-lagi aku membuatmu berpikiran macam-macam tentangku." ucap Woohyun sambil mengambil masker oxygen Sunggyu, lalu memakaikannya dengan hati-hati pada Sunggyu. Setelah memakaikan masker Sunggyu, Woohyun menurunkan posisi sandaran agar Sunggyu bisa beristirahat dengan nyaman.

 

"Aku pergi dulu, ne. Annyeong." ucap Woohyun sambil tersenyum kecil lalu pergi meninggalkan kamar Sunggyu.

 

Sunggyu diam tidak merespon. Hanya diam mematung menatap punggung Woohyun yang semakin lama semakin menjauh, dan akhirnya menghilang. Dan disaat itulah, satu kata keluar dari bibir mungil Sunggyu. "J-jangan.. Pergi...."

 

***

 

Woohyun menutup rapat pintu kamar Sunggyu, lalu bersandar pada dinding sambil memejamkan kedua matanya dan menarik nafas panjang. "Hhhh.." helanya.

 

'Aku tahu aku tidak seharusnya menciummu saat itu.' Woohyun mulai mengingat ucapannya sendiri.

 

'Apalagi kau sudah mempunyai kekasih.'

 

'Kau sudah mempunyai kekasih...'

 

'Sudah mempunyai kekasih...'

 

'Mempunyai kekasih....'

 

'Kekasih....'

 

.

..

...

 

"Ukh!" decak Woohyun marah.

 

'Kenapa...' Woohyun mulai bergumam.

 

'Ada apa denganku?'

 

'Kenapa aku merasa...'

 

'Kenapa aku....'

 

'Kenapa.....'

 

'Sakit?' ringis Woohyun pedih sambil memegang dadanya, lalu dia segera pergi meninggalkan tempat itu dengan hati yang sangat remuk.

 

 

TBC

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
9gagger #1
Waaa! ! I really enjoy this story! I'm hsppy to have found it^^ fighting author-nim~~