That Night

Just a Little Hope (Indonesian)

[Previous Part.]

 

.

 

'Kim Sunggyu pabo..'

 

'Kim Sunggyu.. K-Kim Sunggyu..'

 

'Pecundang.'

 

.

 

 

.

 

 

.

 

-- Just a Little Hope 5 –

 

.

 

.

 

[Seoul Night Club. 10pm.]

 

"Kau mau cerita apa, hyung?" tanya Myungsoo pada Woohyun sambil menegak sojunya.

 

Woohyun terdiam, memperhatikan vodka dingin di hadapannya. "Aku sedih." ucapnya lemah.

 

"Sedih kenapa? Cerita saja pada kami.. Siapa tahu kami bisa membantumu.." tukas Sungyeol.

 

Woohyun menarik nafas lalu menegak vodkanya tanpa bersuara sedikit pun. "Uhh.." desahnya saat vodka dingin nan manis itu mengaliri kerongkongannya.

 

Sungyeol dan Myungsoo menatap Woohyun dengan tatapan iba. Ini pertama kalinya mereka melihat Woohyun seperti itu. Woohyun yang biasanya ceria dan banyak bicara, sejak tadi menjadi pendiam dan murung. Mungkin masalah yang dia hadapi benar-benar mencampur aduk perasaan dan pikiran Woohyun.

 

"Cintaku bertepuk sebelah tangan." ucap Woohyun dengan senyum lemahnya. "Dia terus saja menyebut kekasihnya.." lanjut Woohyun ironi.

 

"Ahh, pasti sangat menyakitkan!" seru Sungyeol simpati. "Tapi, salah kau juga hyung. Kenapa kau menyukai seseorang yang sudah mempunyai kekasih?" tanya Sungyeol frontal.

 

Myungsoo segera menyikut Sungyeol. "Ya! Hati-hati dengan ucapanmu! Kau membuat hyungku semakin sakit!" seru Myungsoo dengan nada yang sedikit lebih tinggi.

 

"Maaf.." Sungyeol meminta maaf pada Woohyun.

 

Woohyun mengangguk sambil tersenyum. "Tidak apa-apa, Sungyeolie. Itu pertanyaan yang bagus." ucap Woohyun. "Aku sendiri juga tidak tahu. Kenapa aku bisa menyukai seseorang yang sudah mempunyai kekasih. Bodoh sekali aku ini. Haha.." Woohyun tertawa lirih.

 

"Lebih baik kau mencari yang lain saja, hyung. Masih banyak namja dan yeoja single di dunia ini." bijak Myungsoo.

 

Woohyun terkekeh sedih. "Bicara gampang. Melakukannya susah.." sindirnya.

 

"Huh?" Myungsoo menatap Woohyun dengan tatapan bingung. "Hyung, memangnya, apa yang membuatmu menyukai orang itu?" tanya Myungsoo penasaran.

 

"Aku juga tidak tahu, Myung. Aku menyukainya tanpa alasan.." jawab Woohyun sembari menegak vodkanya.

 

"Lalu, apakah orang itu tahu jika kau menyukainya?" tanya Sungyeol yang ikut tertarik dengan cerita Woohyun.

 

Woohyun menggeleng pelan. "Sepertinya tidak." jawabnya tidak yakin.

 

"Kau terdengar tidak yakin." tukas Myungsoo.

 

"Memang."

 

"Kenapa tidak yakin?"

 

"Aku memberikan perhatian lebih padanya.. Terkadang aku berpikir jika orang itu mengetahui perasaanku tetapi dia berpura-pura tidak tahu agar tidak membuatku berharap lebih padanya.." ucap Woohyun pelan dan hampir tidak terdengar. Tapi untung saja Sungyeol mempunyai pendengaran yang sensitif sehingga dia masih bisa mendengar ucapan Woohyun yang pelan itu.

 

"Begitukah? Wah.. Sepertinya dia orang yang baik.." gumam Sungyeol sambil mengangguk mantap.

 

"Yeah, dia memang orang yang baik. Kekasihnya lah yang membuatnya menjadi orang yang tidak baik." sindir Woohyun ironi.

 

"Kekasih? Memangnya apa yang kekasihnya lakukan padanya?" tanya Sungyeol penasaran.

 

"Kekasihnya terlalu posesif hingga membuatnya kehilangan semua kebebasannya." jawab Woohyun yang terdengar marah.

 

"Ya ampun.. Kekasih macam apa itu? Dia kira kekasihnya itu 'binatang' sehingga dia harus selalu over padanya? Cih.. Orang seperti itu benar-benar memuakkan." hina Sungyeol yang mulai merasa marah.

 

"Memuakkan, 'kan? Dan aku masih tidak mengerti mengapa orang yang aku sukai itu tetap mempertahankan hubungannya dengan namja memuakkan seperti itu." Woohyun ikut menghina lalu menegak vodkanya lagi hingga habis.

 

Woohyun menuangkan vodka ketiganya di gelasnya, lalu menegaknya lagi. "Uhhh, aku benar-benar muak.." desahnya sebal. "Hm? Myungsoo.. Kenapa kau diam?" tanyanya tajam pada Myungsoo.

 

"Huh? Ah, tidak apa-apa. Aku hanya mendengarkan obrolan kalian saja." ucap Myungsoo datar lalu menegak sojunya. "Oh, ya. Apa kau membutuhkan bantuanku, sekarang?" tanya Myungsoo mengalihkan topik.

 

"Bantuan? Hm, kali ini belum ada. Nanti kalau aku membutuhkan bantuanmu, aku akan menghubungimu." jawab Woohyun yang sama datarnya dengan Myungsoo.

 

"Hyung, kalau aku boleh tahu, siapa orang yang kau sukai?" tanya Sungyeol penasaran.

 

"Kau tidak akan tahu.." jawab Woohyun singkat.

 

"Eoh? Apa dia pasienmu?"

 

"Ne.. Dia pasienku.. Pasien yang spesial. Hahah.."

 

"Oh.. Arasseo.." angguk Sungyeol sambil menegak sojunya. "Apa dia namja? Atau yeoja?"

 

"Namja."

 

"Hyung, kau gay." ledek Sungyeol sambil terkekeh.

 

"Kalian juga." Woohyun meledek balik, dan keduanya tertawa terbahak-bahak.

 

"Hyung sampai kapan kau mau bersenang-senang disini?" tanya Myungsoo setelah keduanya berhenti tertawa.

 

"Entahlah.. Tergantung moodku saja." jawab Woohyun singkat.

 

"Woohyun hyung kau hanya memesan 6 botol vodka. Apa kau tidak mau mabuk hari ini?" tanya Sungyeol sambil menunjuk ketiga botol vodka yang Woohyun pesan.

 

Woohyun mengangguk cepat. "Ne. Aku sedang tidak ingin mabuk malam ini." jawabnya.

 

"Tumben.." sahut Myungsoo. "Tumben kau tidak ingin mabuk? Biasanya kau meminum 47 atau 48 botol." sindirnya sambil menyilangkan kedua tangannya.

 

"Hmm.." dehum Woohyun pelan. "Aku ingin kembali ke rumah sakit." jawabnya.

 

"Hah? Untuk apa kembali kesana? Bukankah kau tak ada jadwal malam?" tanya Myungsoo sambil menaikan sebelah alisnya.

 

"Aku tahu.." sahut Woohyun. "Aku hanya ingin menjaga orang yang aku sukai.." lanjut Woohyun mantap.

 

"Wow.." Sungyeol berdecak kagum. "Kau benar-benar menyukai namja itu, eoh?"

 

"Ne.. Aku menyukainya. Aku akan berjuang!" seru Woohyun.

 

"Lalu, bagaimana jika namja itu tidak menyukaimu balik?" tanya Myungsoo singkat, namun mampu membuat seorang Nam Woohyun terdiam untuk beberapa menit.

 

Woohyun menegak vodkanya lagi, sambil memikirkan jawaban atas pertanyaan Myungsoo. Dia belum pernah memikirkan apa yang harus dia lakukan jika Sunggyu tidak menyukainya balik. Apa yang harus dia lakukan? Apa dia harus mempertahankannya? Atau memilih untuk mencari yang lain?

 

"Hyung? Kau tak apa?" tanya Sungyeol khawatir.

 

"Ne, tidak apa.." jawab Woohyun sambil tersenyum.

 

"Lalu apa jawabanmu? Apa yang akan kau lakukan?" tanya Myungsoo mengintrogasi.

 

Woohyun kembali terdiam. Tidak tahu apa yang harus dijawab.

 

"Ya! Myungsoo! Kau terlalu menekan Woohyun hyung!" pekik Sungyeol sambil menepuk bahu Myungsoo.

 

"Aku tidak menekannya." jawab Myungsoo datar. "Aku hanya ingin tahu persiapannya." lanjutnya.

 

"Huh? Maksudmu?" tanya Sungyeol bingung.

 

"Kalau kau berani menyukai seseorang, kau juga harus berani untuk tidak disukai. Jika tidak, maka..."

 

"STOP!" pekik Sungyeol sambil membekap mulut Myungsoo. "Hentikan ucapanmu! Kau sama sekali tidak membantu, Myungsoo!" sargah Sungyeol.

 

"Sudah, lepaskan saja.." suruh Woohyun melerai kedua dongsaengnya.

 

Sungyeol melepas bekapannya. "Maafkan aku, Myungie.." ucap Sungyeol sambil menunduk.

 

"Tidak apa." sahut Myungsoo singka sambil mengatur nafasnya.

 

"Sungguh, aku benar-benar muak dengan kekasihnya itu. Ingin sekali aku memukul wajahnya jika aku bertemu dengannya. Aku benci dengan tingkahnya yang over itu. Dia terlalu egois. Hanya ingin kesenangan dirinya sendiri tanpa mempedulikan kesenangan kekasihnya. Apa dia pantas disebut kekasih yang baik? Tidak. Dia kekasih yang buruk. Bahkan lebih buruk dari sampah." ucap Woohyun datar dengan wajah yang memerah karena menahan marah.

 

"Aku juga hyung! Aku juga ingin memukulnya jika aku bertemu dengannya! Namja kurang ajar seperti itu memang harus diberi pelajaran!" seru Sungyeol yang ikut memanas.

 

"Bagus!" Woohyun mengacungkan jempolnya pada Sungyeol. "Myungsoo, kau bagaimana? Apa kau tidak ingin untuk menghajar namja brengsek ini?" tanyanya langsung pada Myungsoo yang sedang menegak sojunya.

 

Myungsoo meletakkan gelasnya setelah menegak sojunya. "Berkelahi? Terlalu kekanakan." ucapnya datar lalu menegak sojunya lagi.

 

"Itu bukan kekanakan. Kau tahu, terkadang kita memang harus menggunakan kekerasan untuk memberi pelajaran pada seorang bajingan!"

 

"Oh ya?" Myungsoo menatap Woohyun tajam. "Kau tahu harus berurusan dengan siapa jika kau melakukan kekerasan? Polisi!" ucap Myungsoo dengan nada serius.

 

"Hah, bilang saja kau takut. Kau tahu, kita tidak akan masuk penjara hanya karena menghajar bajingan. Kita hanya menghajar. Bukan membunuhnya." balas Woohyun mempertahankan argumennya.

 

"Sudahlah kalian berdua! Kita disini untuk bersenang-senang! Bukannya menambah stress!" lerai Sungyeol.

 

"Okay, okay. Kami akan berhenti." ucap Woohyun yang kembali pada posisi santainya. "Kau, berterima kasihlah pada Sungyeol. Jika tidak, mungkin kau lah yang akan kuberi pelajaran." ucap Woohyun dengan nada yang menusuk.

 

Myungsoo menatap datar Woohyun, lalu kembali menegak sojunya. "Maafkan aku, hyung.. Aku tidak bermaksud membuatmu marah.." ucap Myungsoo sambil mengulurkan tangannya.

 

Woohyun menjabat tangan Myungsoo. "Maafkan aku juga. Aku terlalu terbawa emosi." sahutnya.

 

"Begini lebih baik.." tukas Sungyeol sambil tersenyum senang. "Ayo kita bersenang-senang! Sampai malam!" serunya sambil mengangkat gelasnya. "Ayo bersulang!"

 

"Cheeeeeers!"

 

***

 

Woohyun berdiri di depan pintu kamar Sunggyu setelah selesai bersenang-senang di club bersama kedua dongsaengnya. Woohyun ragu untuk masuk. Dia khawatir jika dirinya hanya dianggap sebagai pengganggu oleh Sunggyu.

 

Woohyun melayangkan tangannya, hendak mengetuk pintu kamar Sunggyu. Tetapi dia urungkan niatnya itu karena justru akan membuat Sunggyu semakin terganggu. Jadi, dia memilih untuk langsung memasuki kamar Sunggyu yang ternyata tidak dikunci.

 

Pintu kamar dibuka. Woohyun masuk ke kamar Sunggyu dan melihat Sunggyu yang sudah tertidur nyenyak. Woohyun menutup pintu kamar Sunggyu pelan-pelan, lalu duduk di kursi disebelah tempat tidur Sunggyu. Woohyun menatap sop yang sudah menjadi dingin dan belum sedikit pun dimakan oleh Sunggyu.

 

'Kenapa kau tidak mau makan, hyung?' batin Woohyun khawatir. 'Bagaimana kalau kau bertambah sakit?' lirihnya sedih.

 

Woohyun menggenggam lembut tangan Sunggyu yang masih memiliki bekas sayatan. "Pabo.." ucapnya pelan. "Seharusnya kau tidak melakukan ini.." lanjutnya prihatin sambil mengusap pelan bekas-bekas sayatan itu.

 

Woohyun menidurkan kepalanya di sebelah tangan Sunggyu sambil tangannya masih menggenggam tangan Sunggyu. Dia sangat lelah, dan Woohyun memilih untuk tidur bersama Sunggyu. Tidur dengan menggenggam tangan seseorang yang kau cintai.. Bukankah itu sangat manis, Nam Woohyun?

 

.

 

..

 

....

 

['Siapa.. Siapa namja itu?' batin Sunggyu saat melihat seseorang yang sangat dia kenal sedang bermesra-mesraan dengan orang lain.

 

'Kenapa..'

 

'Kenapa kau menciumnya?' ucapnya dengan suara bergetar.

 

'Kau bilang aku satu-satunya. Kau bilang hanya aku di hatimu.'

 

'Tapi apa yang ku lihat?' Sunggyu menggigit bibir bawahnya.

 

'Kenapa kau mengkhianatiku?' lirih Sunggyu sambil menyeka air matanya yang mulai mengalir dari kedua mata kecilnya.

 

'Apa salahku? A-apa salahku?'

 

'Kim Myungsoo...'

 

'Kenapa kau.. mengkhianatiku?'

 

Sunggyu berlari secepat-cepatnya meninggalkan taman dimana dirinya melihat kekasihnya sendiri mengkhianatinya. Sunggyu menyeka setiap tetes air mata yang mengalir dari pelupuk matanya. Dia menyuruh dirinya untuk tidak menangis, tetapi gagal. Air matanya terus saja mengalir membuatnya menjadi sorotan oleh para pengunjung taman itu.

 

'Myungsoo-yah.. Kenapa kau bohong??'

 

'Kalau kau mempunyai kekasih, kenapa kau tidak bilang padaku?'

 

Sunggyu terus berlari dan berlari. Tidak peduli dengan orang-orang di sekelilingnya yang hampir dia tabrak. Yang ada di pikirannya saat itu adalah, tiba di rumahnya dan menangis sekencang-kencangnya di kamarnya.

 

'Kenapa kau menyembunyikannya, Myungsoo-yah? Apa kau takut aku akan marah? Apa kau takut aku akan memutuskan hubungan kita?'

 

'Atau kau takut kekasihmu yang lain itu marah lalu memutuskanmu?'

 

Brak!

 

Sunggyu membuka kasar pintu rumahnya.

 

"Sunggyu hyung! Kau kenapa?!" pekik Sungjong khawatir dan langsung memeluknya.

 

'Sungjongie! Hyung dicampakkan...' jawab Sunggyu dalam hati.

 

"Hyung kenapa kau menangis??" tanya Sungjong panik saat hyungnya menangis di pelukannya.

 

'Kau benar, Jongie.. Myungsoo memang brengsek...!'

 

"Apa ini karena Myungsoo lagi??"

 

'Myungsoo bajingan!'

 

"Hyung, jangan menangis ku mohon.. Aku paling benci melihat hyungku menangis!"

 

'Bagaimana tidak menangis, Jongie? Hyung melihat dengan mata kepala hyung sendiri.. Myungsoo.. M-Myungsoo mencium namja lain!!"

 

"Hyung jawab aku! Kenapa hyung diam saja???!"

 

'Hyung.. H-hyung.. Hyung tidak tahan lagi.. Hyung tidak ingin bersama Myungsoo lagi..'

 

"Hyung kau menangis terlalu banyak. Apa Myungsoo brengsek itu menyakitimu lagi? Ku mohon jawab aku hyung!!" pinta Sungjong paksa.

 

Sunggyu melepas pelukannya dan mengangguk lemah sambil menyeka air matanya. 'M-Myungsoo bajingan..'

 

"Sudah kubilang beberapa kali. Akhiri saja hubungan hyung dengan Myungsoo! Myungsoo hanya menginginkan tubuhmu hyung!!"

 

'Kau benar Jongie.. Myungsoo hanya ingin tubuhku.. Dia hanya menginginkan kesucianku...'

 

"Aku mau kau putus dengannya sekarang!" tegas Sungjong sambil merebut ponsel Sunggyu.

 

Sunggyu merebut ponselnya kembali. "Andwae Sungjong!!" pekik Sunggyu sambil merebut ponselnya kembali.

 

"Hyung kau harus putus dengannya!" Sungjong merebut ponsel Sunggyu lagi.

 

"ANDWAE!!!" pekik Sunggyu sambil merebut ponselnya lagi, lalu segera berlari menuju kamarnya dengan cepat dan mengunci pintunya.

 

"Hyung! Buka pintunya! Biarkan aku memutuskan hubunganmu dengan namja brengsek itu!!" teriak Sungjong sambil menggedor pintu kamar Sunggyu.

 

Sunggyu terjatuh lemah di depan pintu kamarnya. Dia menangis semakin kencang, merasa tekanan yang benar-benar menggoyahkan perasaannya. 'Maafkan hyung, Jongie.. Bukannya hyung tidak mau mengakhiri hubungan hyung dengan Myungsoo.. Tapi itu karena..'

 

.

 

 

.

 

.

 

'Hyung sudah menjadi barang bekas!']

 

Tes.. Tes.. Tes..

 

Air mata Sunggyu mengalir dari kedua mata kecilnya yang terpejam dalam damai. Woohyun dengan lembut menyeka air mata Sunggyu dengan kedua ibu jarinya. Kedua mata kecil Sunggyu terbuka kaget saat merasakan usapan lembut yang menyeka air matanya.

 

Sunggyu menoleh ke arah Woohyun, seseorang dengan usapan lembut yang baru saja menyeka air matanya. Woohyun berhenti menyeka air mata Sunggyu, lalu menunduk dengan perasaan bersalah.

"Maafkan aku.. Sunggyu hyung.." ucapnya penuh perasaan bersalah.

 

"Aku tidak bermaksud membangunkanmu.." Woohyun mulai menjelaskan agar Sunggyu tidak salah paham. "Aku melihat kau menangis. Karena itu aku menyeka air matamu. Aku tidak melakukan apa-apa padamu, hyung.." lanjutnya.

 

Sunggyu diam, tidak memberikan jawaban apapun. Dia menatap Woohyun dengan pandangan datar, namun tersirat sesuatu yang membuat Sunggyu merasa sedikit 'luluh' pada Woohyun.

 

Woohyun menoleh untuk melihat layar ECG. Dia tersenyum kecil melihat denyut jantung Sunggyu yang sudah normal. Sunguh suatu peningkatan yang drastis!

 

"Hyung, aku tahu kau sudah bosan dengan masker penutup di wajahmu itu." ucap Woohyun mengalihkan pembicaraan. "Aku tahu jika kau ingin sekali menyingkirkan masker jelek itu dari wajahmu, 'kan?" godanya.

 

Sunggyu tetap diam, dan ekspresinya pun tidak berubah. Masih sama datarnya seperti sebelumnya.

 

"Mulai hari ini, kau tidak perlu menggunakan masker jelek itu lagi. Kau tidak perlu memerlukan tabung-tabung oxygen yang membuatmu harus membayar lebih untuk sesuatu yang seharusnya kau dapatkan secara gratis. Kau juga tidak memerlukan tempelan-tempelan ECG di tubuhmu. Kau akan merasa bebas, bukan? Kau menyukai kebebasan, 'kan?" celoteh Woohyun, mulai mengatakan hal-hal yang tidak jelas.

 

Woohyun melepas masker oxygen Sunggyu dengan pelan dan hati-hati agar tidak melukai Sunggyu. Setelah itu, dia melepas tempelan-tempelan mesin ECG dari tubuh Sunggyu. Woohyun masih dapat melihat bekas-bekas keunguan walaupun bekas-bekas itu sudah memudar. Woohyun merasa marah. Sangat marah. Dia merasa, Sunggyu tidak pantas mendapatkan bekas-bekas itu. Dia tidak pantas untuk bercinta dengan seorang bajingan yang hanya menginginkan kesuciannya. Dia tidak pantas untuk menjalani hubungan dengan seseorang yang menganggapnya seperti binatang, yang bisa dengan bebasnya mengajaknya untuk melakukan 'itu' kapan pun dan dimana pun dia mau. Kau tahu? Itu menjijikan. Sangat menjijikan!

 

"Hm?" ungkap Woohyun bingung saat Sunggyu tiba-tiba menutupi bagian tubuhnya yang tidak tertutup sehelai kain pun dengan kedua tangannya.

 

"Jangan melihatku.." ucap Sunggyu lemah sambil memalingkan pandangannya. "Aku tahu aku kotor.." ratapnya sedih.

 

"Eh?! Ahh.. b-bukan seperti itu!" pekik Woohyun sambil menggelengkan kepalanya cepat.

 

"Kau tidak perlu berbohong. Semua orang sama saja.." ucap Sunggyu bergetar, hendak menangis lagi.

 

"Kau salah paham, hyung! Bukan itu yang aku maksud!!" Woohyun mencoba membela diri, tetapi Sunggyu tidak mau mendengarkannya.

 

"Lupakan.." ucap Sunggyu sambil menyeka air matanya. "Aku ingin tidur lagi.." lanjutnya sambil memejamkan kedua matanya.

 

"Hyung.. Dengarkan penjelasanku! Aku.. Aku hanya tida———"

 

"Seharusnya kau tidak menolongku saat itu.. Aku pasti akan merasa lebih bahagia.." ucap Sunggyu pelan, tidak ingin air matanya mengalir lebih deras.

 

"Sunggyu hyung..." gumam Woohyun sedih. "Maafkan aku.." sesalnya lalu menggenggam tangan Sunggyu lagi.

 

Sunggyu menarik paksa tangannya yang digenggam Woohyun. "Kau tidak perlu bersikap baik padaku hanya karena kau merasa iba padaku, Dokter Nam." ucapnya sambil mengusap tangannya sendiri.

 

"Eh? Aku tidak seperti itu.. Kau salah jika mengira aku melakukan semua ini hanya karena merasa iba padamu. Aku melakukan ini dengan tulus.. Karena aku.. Sunggyu hyung.. Itu karena aku...."

 

"Aku mau istirahat lagi.. Aku masih belum merasa sehat." pinta Sunggyu sambil memejamkan matanya perlahan.

 

"Ne.." angguk Woohyun pelan. "Selamat tidur hyung.." ucap Woohyun dengan senyum getir.

 

Woohyun mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur, lalu dia menidurkan kepalanya di sebelah Sunggyu seperti sebelumnya. Hanya saja, kali ini dia tidak menggenggam tangan Sunggyu.

 

"Cepat sembuh.. Sunggyu hyung.." ucapnya lagi sebelum dia masuk ke alam mimpinya.

 

***

 

[Kamar Sunggyu. 4 am.]

 

Woohyun bangun sangat pagi. Hari itu dia akan pergi melayat pemakaman Seulmi dan juga hyungnya, Nam Boohyun. Dia akan pergi bersama seniornya, Seo Inguk. Woohyun memperhatikan Sunggyu yang masih tertidur nyenyak. Digenggamnya tangan Sunggyu dengan kedua tangannya, lalu menciumnya dengan lembut dan perlahan agar Sunggyu tidak bangun. Setelah puas menciumnya, Woohyun mengusap tangannya lembut dan menempelkannya di pipinya.

 

"Hyung, aku pergi dulu. Aku akan kembali sebelum kau bangun." ucap Woohyun sambil tersenyum manis.

 

"Aku janji!" serunya dalam hati sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan kamar Sunggyu dan pulang ke rumahnya.

 

***

 

Woohyun dan Inguk memakai pakaian serba hitam dengan membawa sebouquet mawar merah dan biru di tangan mereka. Mereka berdiri di depan makam dengan nisan berbentuk malaikat yang sangat indah. Makam itu adalah makam milik satu-satunya keluarga yang Woohyun punya. Ya, hyungnya, Nam Boohyun.

 

Woohyun meletakkan bouquet mawar merah di makam hyungnya, dan disusul oleh Inguk yang meletakkan bouquet mawar biru di makam sahabatnya. Mereka berdua menutup kedua mata mereka untuk berdoa dan juga merenungkan kenangan-kenangan yang mereka lalui bersama Nam Boohyun.

 

'Hyung.. Andai saja kau tidak meninggal.. Kita berdua pasti akan menjadi dokter bersama-sama..' batin Woohyun di dalam perenungannya.

 

"Kau tahu, aku punya banyak sekali cerita yang harus kau dengar. Anda saja kau masih hidup, aku yakin kau pasti akan merasa senang mendengar cerita-ceritaku. Dan aku.. Aku juga merasa senang karena aku mempunyai hyung yang mau mendengar semua ceritaku. Tapi sayang.. Sayang sekali.."

 

Tes.. Tes.. Tes..

 

Air mata Woohyun jatuh perlahan-lahan dari kedua matanya. Woohyun segera menyekanya sebelum air matanya bertambah banyak.

 

'Sayang sekali, hyung! Sayang sekali kau harus pergi!' isaknya.

 

"Woohyun-ah.." Inguk menepuk bahu Woohyun. Woohyun menoleh. "Ne.."

 

"Jangan sedih lagi.. Hyungmu tidak akan senang jika kau menangis karenanya." hibur Inguk.

 

"Arra hyung.." ucap Woohyun sambil menyeka air matanya. "Aku menangis, aku sedih. Aku sedih karena aku tidak bisa menceritakan ceritaku pada hyung kandungku sendiri." lirih Woohyun.

 

"Aku mengerti perasaanmu." Inguk menepuk bahu Woohyun lagi. "Tapi sekarang, tanpa kau menceritakannya pun hyungmu sudah tahu ceritamu. Kau tahu, hyungmu sekarang sudah menjadi malaikat di surga. Dia selalu memperhatikanmu dari atas sana. Dia pasti mengetahui semua kejadian yang kau alami sejak dia meninggal. Aku sangat yakin tentang hal itu! Dan kau juga harus yakin, Woohyunie!" hibur Inguk sambil terkekeh geli.

 

"Ne.. Kau benar, hyung! Kenapa aku tidak berpikir seperti itu? Boohyun hyung sudah menjadi malaikat dan dia pasti mencatat semua yang aku lakukan di dunia ini. Hahahah... Dan aku yakin, Boohyun hyung pasti kaget saat mengetahui kalau aku ini..." ucapan Woohyun terhenti, diganti dengan kekehan lucu Woohyun yang membuat siapa pun menjadi senang mendengarnya.

 

"Kalau kau apa?" tanya Inguk penasaran.

 

"Haha aku tidak mau memberi tahumu!" seru Woohyun sambil menjulurkan lidahnya. "Ini akan menjadi rahasia antara aku, Boohyun hyung, dan Tuhan! Inguk hyung tidak boleh tahu! Hahah!"

 

"Hah, sekarang main rahasia-rahasiaan? Tidak keren." ucap Inguk sambil terkekeh.

 

"Peduli? Haha!" Woohyun tertawa bahagia. "Hyung! Ayo kita ke makam Seulmi!" ajak Woohyun setelah puas melayati hyungnya.

 

"Ne, ayo." ucap Inguk menyetujui. Inguk mengikuti langkah Woohyun menuju makam Seulmi. Tapi baru beberapa langkah, dia berhenti dan berbalik menatap makam Boohyun.

 

'Boohyun-ah.. Kau lihat? Aku sudah menepati janjiku! Adikmu sekarang adalah seorang dokter yang hebat! Sesuai dengan permintaanmu...' batin Inguk dengan senyum bangga di wajahnya. Setelah puas, Inguk segera berlari menyusul Woohyun ke makam Seulmi.

 

***

 

Sunggyu mencoba beranjak dari tempat tidurnya. Dia merasa bosan karena sudah berhari-hari tiduran di tempat tidurnya. Dia ingin menggerakan tubuhnya yang kaku. "Uhh.." ringis Sunggyu kesakitan saat mencoba berdiri di lantai sambil memegang ujung mejanya.

 

Sunggyu menggerakan kakinya dengan perlahan sambil menahan sakit. Tap.. Tap.. Tap.. Sunggyu berjalan perlahan sambil berpegangan dengan ujung tempat tidurnya. Dia ingin ke kamar mandi.

 

Tap.. Tap.. Tap.. Langkah Sunggyu terasa berat. Sunggyu menggigit bibir bawahnya, kesakitan karena tubuhnya yang kaku. 'Tubuhku sakit..' batinnya sedih. 'Seharusnya aku tidak melawan kemarin..' sesalnya hampir menangis.

 

Sunggyu menahan rasa sakit ditubuhnya. Dia sadar dirinya hanya seorang diri saat itu. Dan jika dia jatuh, siapa yang akan menolongnya? Tidak ada. Karena itu, Sunggyu terpaksa menahan rasa sakit ditubuhnya agar bisa sampai di kamar mandi dengan selamat.

 

Sunggyu mulai menyeret tubuhnya menuju kamar mandi. Dia menyeret tubuhnya cepat agar dia bisa meraih pegangan pintu. Tapi, saat Sunggyu hendak menyentuh pegangan pintu...

 

Brakk!

 

Tubuh Sunggyu terjatuh. Terjatuh di depan kamar mandi. Sunggyu meringis karena kepalanya membentur lantai. Memang tidak terlalu keras. Tetapi, terasa sangat sakit bagi Sunggyu. Mungkinkah karena Sunggyu baru pulih?

 

'S-s-sakit...' rintih Sunggyu sambil mengigit bibir bawahnya.

 

Sunggyu mencoba untuk berdiri lagi. Tetapi justru membuat tubuh Sunggyu lebih terasa sakit dan terjatuh lagi.

 

'Uhh..' Sunggyu meringis.

 

'Sungjongie dimana kau...' lirihnya sambil menyeka air matanya.

 

'Dokter Nam kau dimana...???'

 

'T-tolong aku...'

 

***

 

Woohyun pergi ke dapur rumah sakit dengan membawa belanjaan di tangannya.

 

"Selamat pagi, Dokter Nam." sapa para juru masak di dapur itu.

 

"Selamat pagi." sapa Woohyun balik.

 

"Apa yang ingin dokter lakukan disini?" tanya ketua dapur ramah.

 

"Aku ingin memasakkan sarapan untuk pasienku." jawab Woohyun senang.

 

"Hah? Tumben?" bingungnya.

 

"Hahaha. Pasienku ini spesial. Karena itu membuatnya sarapan dengan tanganku sendiri.." kekeh Woohyun.

 

"Haah, ada-ada saja." gelak ketua dapur. "Pasti kau sedang jatuh cinta dengan pasienmu sendiri. Iya 'kan?" godanya dengan tampang geli.

 

"Ah, kau benar-benar memahamiku, Junhyung-ssi.." ucap Woohyun malu-malu.

 

"Haha, dasar anak muda.." kekehnya sambil menepuk bahu Woohyun. "Ya sudah, kau masak saja duluan. Mumpung kami masih belum memakai dapurnya." suruh Junhyung.

 

"Gomawo hyung! Kau yang terbaik!" seru Woohyun senang dan langsung berlari menuju area memasak.

 

Woohyun mengeluarkan sayur-sayuran dan juga buah-buahan yang dia beli di super market setelah dari pemakaman tadi. Dia mulai memasak untuk Sunggyu dengan hati senang. "Hyung.. Aku berani bertaruh kau akan menyukai masakanku!" batin Woohyun antusias.

 

***

 

[Seoul International High School.]

 

Myungsoo masuk ke kelasnya dengan malas. "Selamat pagi Yeolie.." sapanya pada Sungyeol sambil duduk di bangkunya. "Malam yang melelahkan. Aku kurang tidur." omelnya sambil meletakkan tasnya sembarang lalu menyilangkan kedua tangannya di atas meja untuk menyangga kepalanya.

 

Sungyeol yang sedang membaca komik, merasa kaget melihat sikap Myungsoo pagi itu. Tumben sekali namja chingunya kekurangan waktu tidur. Biasanya Myungsoo tidak pernah selelah ini meski mereka telah bersenang-senang sebelumnya.

 

"Jam berapa kau tidur?" tanya Sungyeol sambil menutup komiknya.

 

"Jam 4." jawab Myungsoo singkat dengan mata terpejam.

 

"Ya ampun! Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau baru tidur jam segitu!" pekik Sungyeol panik.

 

"Kau terdengar seperti nenekku. Berhenti mengomel!" protes Myungsoo, masih dalam posisi tidurnya.

 

"Aiss.." decak Sungyeol sebal. "Kau ini, diperhatikan malah tidak suka. Nanti kalau aku cuek, kau marah. Serba salah sekali hidupku menjadi kekasihmu.." omel Sungyeol sambil membaca komiknya lagi.

 

Myungsoo menggenggam tangan Sungyeol, membuat namja manis itu sedikit gugup. "Bukannya aku tidak suka. Tapi aku sedang ingin istirahat. Dan perhatianmu itu membuatku tidak bisa tidur, Sungyeolie.." ucap Myungsoo malas dan masih dalam posisi tidur dengan mata terpejam.

 

Sungyeol tersipu malu mendengar pengakuan Myungsoo. Tapi dengan cepat dia mengalihkan pembicaraan, tidak ingin terlena lebih larut dengan pengakuan Myungsoo. "Kenapa kau tidak bisa istirahat? Bukankah tidur termasuk salah satu hobimu?" sindir Sungyeol.

 

"Jangan tanya aku. Aku sendiri juga tidak tahu." jawabnya. "Sudahlah, berikan aku waktu untuk tidur sebentar saja. Aku benar-benar lelah!" pinta Myungsoo masih menggenggam tangan Sungyeol.

 

Sungyeol memutar matanya. "Baiklah, baiklah, tuan tampan. Kau boleh tidur sekarang. Selamat tidur!" seru Sungyeol sambil mengacak rambut Myungsoo, membuat Myungsoo memukul pelan tangan Sungyeol.

 

"Diam!"

 

***

 

Woohyun mengantarkan sarapan Sunggyu dengan hati riang. Tok.. Tok.. Tok... Woohyun mengetuk pintu kamar Sunggyu. "Sunggyu hyung!" panggilnya dari luar pintu.

 

Tetapi tidak ada jawaban dari dalam kamar Sunggyu. "Hyung?" panggil Woohyun lagi sambil mengetuk pintu. Tapi tetap tidak ada jawaban.

 

Woohyun memaksa masuk. Dia membuka sedikit pintu kamar Sunggyu meski Sunggyu belum memperbolehkannya untuk masuk. "Hyung?" bingung Woohyun saat melihat tempat tidur Sunggyu yang kosong.

 

"Hyung kau dimana?!" tanyanya panik sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Dan betapa kagetnya Woohyun saat melihat pasien spesialnya terjatuh lemah di depan kamar mandi.

 

"HYUNG!!" pekiknya gawat sambil meletakkan makanan Sunggyu di mejanya, lalu bergegas menolong Sunggyu.

 

"Hyung kau tak apa?!" tanyanya khawatir sambil memeluk Sunggyu yang menangis kesakitan.

 

'Dokter Nam?' batin Sunggyu saat tubuhnya terasa hangat. Sunggyu. Sunggyu memejamkan kedua matanya, tidak sanggup untuk menatap wajah Woohyun. Dia merasa sangat lemah.

 

Woohyun menggendong Sunggyu dengan kuat, lalu membaringkannya kembali ke tempat tidur dengan sangat hati-hati. "Hyung kau tak apa? Apa ada yang terluka?" tanya Woohyun khawatir.

 

Sunggyu tidak menjawab. Hanya menyeka air matanya yang masih mengalir.

 

"Aigo..Jangan menangis.." ucapnya sambil membantu menyeka air mata Sunggyu. "Apa ada yang sakit?" tanya Woohyun lembut.

 

Sunggyu menggeleng pelan. Woohyun tersenyum kecil sambil mengusap lembut kepala Sunggyu. "Jangan bohong, hyung.. Aku ini dokter. Kau tidak bisa membohongiku." ucap Woohyun.

 

Sunggyu meringis saat kepalanya diusap Woohyun, merasa sedikit sakit dibagian yang Woohyun usap.

 

"Untung saja benturannya tidak keras.." ucap Woohyun lega. "Ya, hyung. Kenapa kau pergi sendiri? Seharusnya kau menungguku.."

 

Sunggyu menggeleng pelan. "Aku ingin ke kamar mandi.." jawabnya pelan. "Aku ingin mencuci wajahku.."

 

"Kenapa kau tidak menungguku? Kau masih baru pulih. Tidak baik jika kau memaksakan dirimu untuk berjalan tanpa ada pengawasan dariku atau dari Inguk hyung." ucap Woohyun memperingati.

 

Sunggyu hanya mengangguk lemah mendengar peringatan Woohyun.

 

Woohyun tersenyum kecil sambil mengambil sarapan Sunggyu. "Hyung, kau belum makan sejak tadi malam. Ayo, kau makan dulu." ajak Woohyun sambil mengaduk sarapan Sunggyu.

 

Sunggyu menoleh, memandangi sarapannya yang dipegang Woohyun. "Itu.. Apa?" tanyanya gugup.

 

"Ini salad." jawab Woohyun dengan ekspresi senang.

 

"Sa-salad?" tanya Sunggyu bingung.

 

"Ne. Salad. Salad ini terbuat dari buah-buahan, sayur-sayuran, dengan tambahan susu kental dan juga mayonaise. Ayo, dicoba dulu. Kau pasti suka!" rayu Woohyun.

 

"Umm.." gumam Sunggyu. "Apa tidak masalah jika aku memakannya?" tanya Sunggyu ragu.

 

"Haha, kau lucu, Sunggyu-ssi! Tentu saja tidak! Aku ini doktermu. Tidak mungkin aku memberikan makanan yang tidak diperbolehkan untuk pasienku.." kekeh Woohyun geli.

 

Sunggyu tersenyum kecil, menyadari kebodohannya sendiri.

 

"Jadi bagaimana? Kau mau mencobanya?" tanya Woohyun sambil memperlihatkan salad segar buatannya itu.

 

Sunggyu mengangguk cepat. "Ne! Aku mau.." serunya senang.

 

Woohyun tersenyum puas. Dia lalu mebenarkan posisi sandaran Sunggyu agar Sunggyu bisa sarapan dengan nyaman. "Maaf ne, hyung. Aku benarkan dulu posisi sandaranmu.." ucap Woohyun meminta izin. Sunggyu hanya mengangguk setuju.

 

Setelah selesai membenarkan posisi Sunggyu, Woohyun mengaduk sarapan Sunggyu lagi agar susu kental dan mayonaisenya tercampur rata. "Kau mau makan yang mana dulu? Buah atau sayur?" tanya Woohyun dengan senyum lembutnya.

 

"Buah.." jawab Sunggyu cepat.

 

"Buah apa?" tanya Woohyun. "Ada apel, semangka, strawberry, kiwi, dan pisang." ucapnya menyebutkan buah-buahan yang ada di salad itu.

 

Sunggyu tampak berpikir. Kelihatannya, dia ingin bingung memilih buah mana yang harus dia makan terlebih dahulu. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya dia menentukan pilihannya. "Pisang! Aku mau pisang!" serunya senang.

 

"Pilihan yang bagus hyung! Apa kau menyukai pisang?" tanya Woohyun sambil menyuapi Sunggyu dengan pisang yang sudah dipotong-potong itu.

 

Sunggyu mengangguk cepat sambil mencerna potongan pisang itu. "Aku menyukai sesuatu yang lembut.." ucapnya malu-malu. Seketika, rasa sakit yang ada dalam diri Sunggyu menghilang bersama dengan air matanya. Sunggyu tidak lagi merasakan sakit di kepalanya. Yang dia rasakan saat ini adalah rasa bahagia oleh karena kasih sayang dari seseorang yang terus-terusan memberikannya perhatian.

 

"Kau suka yang lembut? Imut sekali.." goda Woohyun sambil tertawa kecil, membuat Sunggyu tersipu malu. "Yah, kenapa wajahmu memerah? Apa kau kepanasan?" tanya Woohyun panik.

 

Sunggyu menggeleng cepat. "Ani! Aku..Aku tidak kepanasan!" tepis Sunggyu.

 

"Lalu kenapa memerah?" tanya Woohyun bingung.

 

"Ummm.." gumam Sunggyu sambil menunduk malu.

 

"Ah, sudahlah.. Lupakan saja." ucap Woohyun. "Apa kau sudah selesai mencernanya?" tanya Woohyun.

 

Sunggyu mengangguk pelan. "Ne.."

 

"Sekarang kau mau apa?"

 

"Kiwi.."

 

"Ahh, okay! Kiwi hijau segar untuk hyung yang manis dan baik hati! Heheheh." kekeh Woohyun sambil memotong kiwi dengan sendok agar ukurannya tidak terlalu besar.

 

Sunggyu menatap saladnya dengan riang, dan menunggu dengan sabar kiwi-kiwi hijau yang sebentar lagi akan masuk ke dalam mulutnya. Hummm Yummy! benar-benar menyegarkan! Heheh.

 

***

 

Woohyun meletakkan tempat salad kosong di meja Sunggyu. Sunggyu memakan sarapannya dengan lahap hingga tak tersisa. Entah karena dia benar-benar lapar atau karena sarapannya pagi itu sangat enak.

 

"Kau makan lahap sekali." puji Woohyun sambil terkekeh.

 

"Aku suka saladnya.. Sangat yummy.." puji Sunggyu dengan pipi yang memerah, membuat Woohyun gemas dan ingin mencubitnya.

 

"Benarkah? Kau menyukainya?" tanya Woohyun.

 

Sunggyu mengangguk cepat. "Ne.. Aku menyukainya.." jawab Sunggyu.

 

"Baguslah kau menyukainya.." ucap Woohyun sambil tersenyum senang. Woohyun menatap jam dinding di kamar Sunggyu. Pukul 8 pagi. Waktunya Woohyun untuk segera kembali menjalankan kewajibannya.

 

"Hyung, aku pergi dulu. Aku harus bekerja lagi." ucap Woohyun sambil memakai jas dokternya lagi.

 

Sunggyu tampak kecewa, tapi dia berusaha untuk menyembunyikannya. "Ne.." ucap Sunggyu sambil mengangguk mengerti.

 

"Ah, hari ini jadwalku sangat penuh dari pagi hingga malam. Kau pasti akan kesepian. Jadi..." ucapan Woohyun terhenti. Woohyun mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah tablet 10 inch. "Ini.." ucapnya sambil memberikan tabletnya pada Sunggyu.

 

"Hm??" decak Sunggyu bingung.

 

"Kau mainkan saja tabletku.. Aku mempunyai banyak game disana. Kau bisa memainkan apapun sesuka hatimu. Kalau kau bosan, kau boleh mendownload game atau video atau apapun yang kau suka.." ucap Woohyun sambil tersenyum lembut.

 

"Hah?" Sunggyu semakin bingung.

 

"Dan.. ini charger dan juga headsetnya." ucap Woohyun sambil meletakkan charger dan headset tabletnya di meja Sunggyu. "Sudah ya hyung.. Aku harus cepat kembali. Annyeong!" seru Woohyun dan segera berlari meninggalkan Sunggyu yang masih kebingungan.

 

"Y-ya! Dokter Nam!" panggil Sunggyu sedikit berteriak.

 

Woohyun berhenti saat sampai di ambang pintu, lalu dia menoleh ke arah Sunggyu. "Hyung!" panggilnya. "Besok akan kubuatkan sarapan yang lebih enak lagi! Aku janji!" serunya sambil tertawa kecil, lalu segera menutup pintu kamar Sunggyu dan berlari menuju ruang kerjanya.

 

Sunggyu tertegun melihat tingkah Woohyun. Ada apa dengan Woohyun? Kenapa dia menjadi aneh seperti itu? 'Dokter Nam..' batin Sunggyu. 'Kenapa kau memperlakukanku sebaik ini? Aku bukan siapa-siapamu..' gumam Sunggyu sedih, entah apa yang membuatnya sedih.

 

Sunggyu menatap tablet yang Woohyun pinjamkan padanya. Dia menghela nafas panjang, lalu membuka menu game yang ada di tablet Woohyun, lalu memainkan salah satu game yang dia sukai di tablet Woohyun itu.

 

***

 

Brak!

 

Woohyun membuka kasar pintu ruang kerjanya, lalu menutupnya kasar dan langsung melompat ke kursinya. "Arghh!!!" pekiknya histeris sambil menepuk-nepuk pipinya gemas.

 

Seseorang membuka pintu dengan panik. "Hey, kau kenapa!" tanya seseorang itu dari ambang pintu, yang tak lain dan tak bukan adalah Seo Inguk, rekannya sendiri.

 

"HYUUUUUUUNG! AKU SANGAT SENANG!!" seru Woohyun girang sambil mengacak rambutnya sendiri.

 

Inguk membelalak tidak percaya melihat rekan juniornya yang bertingkah aneh pagi itu. "Kau tidak sedang kerasukan, 'kan?" tanyanya setengah menyindir.

 

"Tentu tidak! Aku masih sadar, hyung! Aku hanya.. Aku hanya terlalu senang!" serunya.

 

"Iya kah?" tanya Inguk ragu. "Ah, whatever." ucap Inguk sambil memutar matanya. "Yang penting kau fokus nanti pada operasimu. Jangan bermain-main saat operasi nanti!" seru Inguk memperingati.

 

Woohyun mengangguk cepat. "Tentu hyung! Aku tidak akan bermain-main!" serunya mantap.

 

"Ya sudah." ucap Inguk dengan nada malas. "Hyung mau membeli beberapa pakaian baru. Kau mau menitip?" tanya Inguk sebelum dia pergi meninggalkan Woohyun.

 

Woohyun mengangguk. "NE! Aku mau hyung! Tolong belikan aku pakaian berwarna cerah!" pesannya.

 

"Warna cerah? Hm, sepertinya kau sedang berbunga-bunga saat ini.." sindir Inguk sambil tertawa geli.

 

"Yeah, memang!" angguk Woohyun mantap.

 

"Hahaha. Ya sudah. Terus saja bersenang-senang. Aku akan pergi sekarang. Annyeong!" pamit Inguk lalu menutup pintu ruang kerja Woohyun.

 

Woohyun masih terlena dalam dunia percintaannya. Well, maklum saja. Nam Woohyun memang baru pertama kali merasakan indahnya jatuh cinta. Karena itu dia bertingkah berlebihan seperti itu.

 

"Sunggyu hyung.. Kau membuat hatiku berdegup-degup kencang!" batin Woohyun berbunga-bunga.

 

"Aku menyukaimu hyung!"

 

***

 

Sungjong berjalan menuju kamar Sunggyu dengan membawa lily putih di tangannya. Tok.. Tok.. Tok... Sungjong mengetuk pintu kamar Sunggyu.

 

"Masuk." sahut Sunggyu dari dalam kamar.

 

Sungjong membuka pintu, lalu menutupnya kembali. "Annyeong hyung!" sapanya riang sambil meletakan lily putih itu di vas bunga di meja Sunggyu. "Hm?" dehumnya. "Punya siapa itu hyung?" tanya Sungjong sambil matanya mengarah pada tablet yang dimainkan Sunggyu.

 

"Punya Dokter Nam.." jawab Sunggyu singkat, tidak berkutik dari tabletnya.

 

"Hah? Punya Dokter Nam?" sahut Sungjong bingung. "Kenapa kau meminjam tabletnya?"

 

"Aku tidak meminjamnya." tepis Sunggyu.

 

"Lalu kenapa tabletnya ada padamu, hyung?" tanya Sungjong penasaran.

 

"Dia meminjamkannya sendiri padaku.." jawab Sunggyu polos.

 

"Eh?" decak Sungjong tidak percaya. "Hyung... Hyung tidak bohong, 'kan hyung??" Sungjong memastikan.

 

"Untuk apa aku bohong? Aku tidak bohong kok. Dokter Nam memang meminjamkannya sendiri padaku.." protes Sunggyu.

 

"Untuk apa dia meminjamkannya padamu?"

 

"Agar aku..." ucapan Sunggyu terhenti.

 

"Agar kau kenapa?"

 

"Agar aku .. Tidak kesepian."

 

....

 

........

 

...........

 

Hening. Tidak ada yang bicara. Keduanya memilih untuk diam.

 

"Hyung.." Sungjong memulai pembicaraan lagi.

 

"Ne?" sahut Sunggyu.

 

"Apa kau merasa kesepian?" tanya Sungjong pelan.

 

Sunggyu menatap Sungjong dengan tatapan dalam, lalu mengangguk pelan. "Ne.."

 

"Ah, begitu.." angguk Sungjong. "Maafkan aku hyung.." ucapnya.

 

"Maaf? Maaf untuk apa?" tanya Sunggyu tidak mengerti.

 

"Maaf aku tidak punya banyak waktu untuk menemanimu disini.." jawab Sungjong sambil menunduk sedih.

 

Sunggyu menepuk-nepuk bahu adiknya sambil tersenyum lembut. "Tidak apa.. Kau harus utamakan kuliahmu. Hyung akan baik-baik saja kok.." ucap Sunggyu menghibur adiknya.

 

"Arasseo hyung.." ucap Sungjong sambil tersenyum.

 

Sunggyu tersenyum melihat dirinya berhasil menghibur adiknya. Dia membelai rambut lembut adiknya dengan sayang, sembari tersenyum kecil hingga membuat pipi chubbynya memerah.

 

"Hyung kau kenapa? Pipimu memerah.." tanya Sungjong cemas.

 

"Ah? Ania.. Aku tidak apa." jawab Sunggyu lembut.

 

Sungjong mengangguk mengerti. "Oh.." sahutnya.

 

"Sungjongie.." panggil Sunggyu pelan.

 

"Ne?" Sungjong menyahut.

 

"Dimana Myungsoo? Aku merindukannya.." ucap Sunggyu dengan suara kecil yang bahkan hampir tak terdengar.

 

"Myungsoo? Ah, aku tidak tahu. Aku tidak pernah bertemu dengannya lagi." jawab Sungjong sedikit gugup.

 

"Benarkah?" tanya Sunggyu memastikan.

 

Sungjong mengangguk mantap. "Ne. Myungsoo tidak pernah datang ke rumah kita untuk bertanya keadaanmu. Kau benar-benar dilupakan olehnya, hyung.." ucap Sungjong yang terdengar seperti memanas-manasi.

 

"Ohh.." sahut Sunggyu kecewa.

 

"Apa kau sedih?" tanya Sungjong khawatir.

 

Sunggyu mengangguk lemah. "Ne.. Aku sedih." jawabnya. "Kenapa Myungsoo tidak merindukanku? Padahal aku sudah menghilang sejak beberapa hari yang lalu.." lirih Sunggyu sedih.

 

"Aku mengerti perasaanmu, hyung.." ucap Sungjong sambil menepuk-nepuk bahu Sunggyu. "Myungsoo memang jahat.." tambahnya.

 

"Aku tahu." tukas Sunggyu singkat.

 

"Kalau hyung tahu, kenapa hyung masih bersamanya? Lebih baik hyung akhiri saja hubunganmu dengan namja jahat itu!" usul Sungjong sedikit bersemangat.

 

"Aku tidak bisa." jawab Sunggyu singkat.

 

"Eh? Kenapa?" tanya Sungjong tidak percaya.

 

Sunggyu mempausekan gamenya. "Karena aku mencintainya.." jawab Sunggyu sambil memejamkan kedua matanya.

 

"Tapi dia tidak mencintaimu, hyung!" bantah Sungjong.

 

"Aku tahu itu. Tapi, aku tidak akan meninggalkannya. Kau tahu, untukku, 1 kekasih untuk selamanya." ucap Sunggyu sambil melanjutkan gamenya.

 

"Aku tahu hyung adalah namja yang setia. Tapi jika sudah tidak cocok, untuk apa dilanjutkan?" sindir Sungjong dengan nada sinis.

 

"Tidak cocok? Itu hanya masalah waktu, Sungjongie. Mungkin sekarang Myungsoo belum terlalu mencintaiku. Tapi, mungkin di masa depan dia akan mencintaiku dengan tulus.." protes Sunggyu, mempertahankan argumennya.

 

"Dan bagaimana jika Myungsoo tidak akan pernah mencintaimu dengan tulus? Apa yang akan hyung lakukan? Menangis dan menyayat pergelangan tanganmu lagi?"

 

Deg!

 

Sunggyu terdiam mendengar ucapan Sungjong. Ucapannya begitu dalam dan sangat menyakitkan hati Sunggyu. Sunggyu menarik nafas panjang, menahan rasa sakit yang tiba-tiba datang kembali ke dalam hatinya. "Aku tidak tahu.." ucapnya lemah. "Sepertinya aku akan hidup sebagai namja tanpa harapan."

 

"Huh? Ya! Jangan berkata seperti itu! Hyung pasti menemukan harapan yang tepat untukmu! Mungkin bukan saat ini. Mungkin saja di masa yang akan datang. Tapi satu yang pasti. Kim Myungsoo, orang yang selama ini hyung cintai, dia bukanlah harapan sejatimu." ujar Sungjong sarkastik.

 

Sunggyu mencerna benar-benar ucapan adiknya. Ucapan adiknya memang benar. Myungsoo memang bukanlah harapannya. Myungsoo hanyalah seorang penjahat yang memberikannya harapan palsu. Sunggyu tidak butuh harapan palsu. Yang dia butuhkan hanyalah sebuah harapan yang sejati. Seseorang yang bisa Sunggyu percayakan untuk menaruh semua harapannya. Seseorang yang juga menaruh semua harapannya pada dirinya. Tapi.. Apakah mungkin? Apakah masih mungkin ada seseorang yang mau menaruh harapannya untuk seseorang yang sudah menjadi barang bekas seperti Sunggyu?

 

"Hyung, aku pamit dulu. Aku hampir telat." pamit Sungjong.

 

"Ne.. Hati-hati.." ucap Sunggyu memperingati.

 

Sungjong pergi meninggalkan kamar Sunggyu setelah berpamitan dengan hyungnya. Sungjong menutup pintu kamar Sunggyu dengan pelan, lalu bersandar lembut di pintu kamar Sunggyu sebelum dia pergi meninggalkan rumah sakit. 'Hyung, maafkan aku...' batin Sungjong dengan perasaan bersalah.

 

'Maaf aku membohongimu. Myungsoo.. Sebenarnya Myungsoo selalu menanyakan keadaanmu. Tapi aku... Aku selalu mengusirnya setiap kali dia datang ke rumah kita. Maafkan aku hyung.. Aku hanya tidak suka jika kau tetap bersama Myungsoo. Namja jahat itu, seharusnya tidak boleh bersamamu, hyung...' lirihnya lalu pergi meninggalkan rumah sakit.

 

***

 

Sunggyu merasa bosan, terus-terusan bermain games yang ada ditablet Woohyun. Dia ingin melakukan hal lain. Tapi apa yang seru? Mendengarkan musik? Dia sedang tidak mempunyai mood untuk mendengarkan musik. Tapi, sepertinya itu ide yang bagus. Siapa tahu saja Woohyun mempunyai lagu yang bisa membuat moodnya kembali baik.

 

Sunggyu membuka galery Woohyun untuk mencari lagu yang dapat mengembalikan mood Sunggyu. Dari semua judul lagu yang Sunggyu lihat, Sunggyu tertarik dengan salah satu lagu yang berjudul 'Cactus'. Sunggyu memasang headset dan juga chrager, lalu menekan tombol 'play' untuk memutar lagu itu.

 

Alunan intro dari lagu Cactus mulai berputar. 'Intronya bagus..' gumam Sunggyu.

 

Haetbyeoti jal deuneun, geu eoneu gosideun..

 

Jal nohadugoseo, han dare hanbeonman..itji marajwo..

 

Moreun mojaran deut hageman jugo..

 

Sunggyu terdiam, mendengar suara lembut milik namja yang menyanyikan lagu Cactus itu. Dia terdiam, apa karena lagunya menyentuh? Apa karena Sunggyu menyukai lagunya? Atau karena arti lirik lagu itu benar-benar mirip dengan kisahnya? Jawabannya iya. Tapi, ada sesuatu yang LEBIH membuatnya mematung. Suara penyanyi itu. Suara penyanyi yang sangat lembut itu, mampu menggetarkan hati Sunggyu. Sunggyu seperti sudah terhipnotis dengan kelembutan suara namja penyanyi itu.

 

"Aku.. Suka lagu ini..." gumam Sunggyu sambil tersenyum senang. Sunggyu membuka folder Woohyun yang lain. Dia ingin melihat-lihat galery foto Woohyun.

 

Sunggyu melihat satu per satu foto-foto yang dimiliki Woohyun. Ah, Nam Woohyun.. Namja itu terlalu narsis. Sunggyu terkekeh sendiri melihat sisi lain Woohyun yang ternyata berbeda 180° dari sifatnya sehari-hari.

 

Sunggyu menggeser-geser slide untuk melihat foto berikutnya sampai pada akhirnya, Sunggyu berhenti menggeser slide dan mematung saat melihat foto yang saat ini tampil di layar tablet.

 

'I-ini kan...' ucapan Sunggyu tercegat, tidak kuat melanjutkan ucapannya.

 

'Astaga.. kenapa bisa?? Kenapa Dokter Nam... bisa bersama dengannya?'

 

--------------------------------------------------------------------------------------------------

 

TBC

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
9gagger #1
Waaa! ! I really enjoy this story! I'm hsppy to have found it^^ fighting author-nim~~