Chapter 8

Daddy's Daughter
Please Subscribe to read the full chapter

Daddy’s Daughter

.

.

.

Chapter 8

.

.

.

.

12 Maret 2014

Chanyeol berdecak, menatap Yun yang lebih dulu masuk ke dalam Lobby Apartement sambil menangis.

Melirik sekilas pada Baekhyun yang kini terlihat menunduk dengan peluh mendominasi wajahnya akibat terkejut dan merasa ketakutan karena teriakan Chanyeol,

" Kau—aku akan membuat perhitungan padamu! Sayangnya, tidak untuk hari ini—Jangan dekati Yun lagi!"

Chanyeol berkata, mendorong tubuh kecil Baekhyun dengan satu jari. Baekhyun terdorong ke belakang, ujung matanya menangkap sosok Chanyeol yang berlari meninggalkannya.

Chanyeol harus mengejar Yun dan meminta maaf pada gadis kecilnya.

Sungguh, Chanyeol benar-benar merasa khawatir karena ketika dia datang ke sekolah Yun tidak berada disana. Sekolahnya sudah kosong dan dia sama sekali tidak bisa menghubungi ponsel bocah tersebut.

Saat Chanyeol melihat Yun bersama Byun Baekhyun, pikiran buruk merasukinya, itulah mengapa tanpa sadar dia membentak Baekhyun tepat di depan Yun.

Chanyeol melihat Yun berdiri di depan lift dengan pipi yang basah, menggenggam tali tas punggungnya dengan erat. Chanyeol mendengus, mengenakkan masker dan topi, masih tetap berusaha menyembunyikan identitasnya. Dia berdiri di samping Yun.

Yun tidak menghiraukannya, gadis kecil itu menghapus airmatanya kasar. Dia tahu, ayahnya tidak mungkin berbicara dengannya di tempat umum sekarang juga.

Dan tentu saja, Chanyeol hanya berdiri kaku di samping Yun tanpa berbicara. Beberapa orang datang dan berdiri di samping ayah serta anak tersebut.

Lift terbuka, Yun masuk dan Chanyeol mengikuti. Mengambil tempat paling belakang dalam lift, dia bisa leluasa mengawasi Yun. Yun terlihat melirik Chanyeol sekilas dan menghela napas. Chanyeol tidak dapat berbuat apa-apa jika mereka sedang berada di antara kerumunan orang, jangankan untuk berbicara dengan Yun, mendekatkan jarakpun dia tidak berani. Chanyeol sangat takut seseorang menyadari kalau Yun adalah putrinya yang selama ini dia sembunyikan.

Orang-orang di dalam lift mulai keluar satu persatu, meninggalkan Yun dan Chanyeol berdua disana.

" Yun, ada yang Appa ingin bicarakan.."

Yun tidak menjawab, dia masih menatap nomor-nomor bersinar di tombol lift.

" Yun, dengarkan Appa dulu.." Chanyeol bergerak sedikit dari tempatnya, hendak mendekat pada Yun ketika suara kecil Yun yang setengah berbisik terdengar.

" Jangan dekati aku Appa, disini ada CCTV.. Aku akan turun di lantai apartement kita, Appa sebaiknya turun di lantai lain.."

Chanyeol tersentak mendengar ucapan itu keluar dari bibir mungil Yun dengan nada sangat dingin. Chanyeol menelan ludahnya. Yun keluar dari dalam lift ketika pintu itu terbuka, Chanyeol bisa melihat putri kecilnya melirik dari ujung matanya saat pintu lift tertutup.

Chanyeol tidak bergerak, Yun seperti menekan tombol STOP tak kasat mata padanya. Rasa bersalah menjalari hatinya, Chanyeol tahu Yun pasti sangat kecewa dengan perlakuannya selama ini di depan publik. Tapi, Chanyeol yakin suatu hari nanti Yun mengerti mengapa dia melakukannya.

Segalanya hanya agar Yun bahagia.

Iya,

Dia hanya ingin putri kecilnya menjauh dari dunia penuh sesak ini. Seharusnya, Yun tahu itu.

TING!

Pintu lift terbuka, Chanyeol keluar dari sana, berjalan gontai menuju pintu darurat. Menuruni anak tangga menuju lantai dimana apartemennya berada.

Jujur,

Chanyeol juga lelah harus selalu bermain hide and seek dengan para wartawan.

Jujur,

Dia juga ingin memamerkan secantik apa wajah putrinya pada publik.

Tapi,

Apa yang harus dia lakukan?

Dia tidak ingin putri kecilnya terluka karena ucapan-ucapan orang yang tidak bertanggung jawab. Chanyeol tidak ingin harta berharga miliknya di komentari macam-macam.

Chanyeol mencintai putri kecilnya, karena itulah dia mau bersusah payah kembali pada hari-hari sebelum kematian Yun. Dia ingin Yun kembali.

Dia ingin memperbaiki segala kesalahannya, waktu-waktu yang terbuang dan janji-janji yang tanpa dia sadari teringkari oleh mulutnya sendiri.

Chanyeol ingin membuat Yun bahagia.

Menyentuh knop pintu darurat, Chanyeol keluar dari sana, berjalan menuju pintu Apartemennya. Membuka dengan perlahan, Apartemen mewah itu terlihat gelap. Sepatu Yun di lepas sembarang.

Chanyeol melangkah, masuk ke dalam, merasakan udara dingin mendominasi atmosfir ruangan tersebut.

" Yun.." Dia memanggil.

Isakan terdengar dari kamar Yun. Chanyeol bisa melihat lampu kamar gadis kecilnya menyala, perlahan, dia masuk kesana. Mendapati Yun yang meringkuk di atas kasur, menutupi dirinya di balik selimut.

" Yun.."

" Appa mengingkari janji lagi.."

" Appa mohon, maafkan appa..." Chanyeol berbisik, berdiri di sebelah kasur Yun.

" Appa selalu berjanji, tapi tidak satupun yang Appa tepati.."

Tenggorokan Chanyeol tercekat. Apalagi yang harus dia katakan? Segala kata-kata yang dia ingin ucapkan menjadi basi seketika, segalanya akan terlihat seperti sebuah alasan saja bagi Yun.

" Yun appa benar-benar meminta maaf padamu karena terlambat datang. Tapi, appa sudah mencoba untuk pergi lebih awal.."

Yun terdiam sebentar, kepalanya menyembul dari balik selimut, dia bisa melihat Chanyeol berdiri di samping tempat tidurnya dengan tampang sendu.

" Appa datang?"

Chanyeol mengangguk.

" Appa datang kesana.."

Yun mengerjapkan matanya.

" Appa datang terlambat ke sekolahmu dan tidak menemukanmu dimanapun.. Appa sudah benar-benar berusaha untuk datang tepat waktu.." Chanyeol berkata panjang lebar, menjelaskan pada Yun bahwa dia benar pergi ke sekolah bocah itu. Meskipun terlambat.

Yun menatapnya.

" Appa tidak berbohong?"

Chanyeol menyentuh puncak kepala gadis kecilnya.

" Mungkin Appa memang tidak pernah menepati janji, tapi Appa tidak pernah berbohong.."

Yun terdiam, masih menatap Chanyeol di balik selimutnya. Menebak-nebak apakah ayahnya tengah berbohong atau tidak mengenai kedatangannya ke sekolah Yun.

Gadis kecil itu menurunkan selimutnya, merangkak di tempat tidur, mendekat pada Chanyeol yang kini telah duduk di pinggiran kasur.

Yun menatap ayahnya, perlahan memeluk pinggang Chanyeol, menenggelamkan kepalanya pada perut ayahnya. Menggigit bibirnya, dia mulai berkata,

" Teman-teman menertawakanku.."

Chanyeol tidak merespon, mengelus rambut Yun dengan lembut.

" Ketika aku memperlihatkan foto Appa pada mereka hari ini.."

Tenggorokan Chanyeol tercekat, gerakan tangannya berhenti, sesuatu mendesak keluar dari dalam hatinya, sesuatu yang tidak nyaman.

" Maafkan Appa, Yun.." Dia berbisik.

Yun terdiam.

" Mungkin, Yun tidak perlu—membawa foto Appa ke sekolah.." Yun berkata dengan terbata, suaranya bergetar.

" Teman-teman meneriaki Yun pembohong—karena membawa foto Appa.." Gadis kecil itu terus meracau, mengatakan apa yang ada di hatinya. Chanyeol semakin sakit, rasa yang menggerogoti dadanya tidak bisa dia jelaskan pada dirinya sendiri.

Dan,

Airmatanya menetes.

" Maafkan Appa, Yun.."

Yun tidak menjawab, matanya mulai basah.

" Yun tidak perlu eomma, Yun hanya perlu Appa..bisakah—Appa tetap di sisi Yun? Bisakah—Appa memperkenalkan Yun pada oranglain? Appa—benarkah Yun anak Appa?"

Dan,

Chanyeol memeluk putrinya dengan erat, mengangguk di iringi airmatanya yang telah mengalir.

" Maafkan Appa Yun.. Maafkan Appa.." Chanyeol berbisik. Yun menangis. Chanyeol menangis. Ayah dan anak itu menangis.

Apa yang harus Chanyeol lakukan?

Apakah ini sangat menyakitkan untuk Yun?

Apakah bayinya merasa tidak di akui?

Apa yang harus Chanyeol perbuat?

Haruskah dia menyerah untuk tetap tidak memperlihatkan Yun pada media?

Tidak ada jawaban,

Dalam isakan tangis tersebut suara kecil Yun mengalun, Chanyeol tidak mendengarnya karena suara itu nyaris seperti bisikkan untuk Yun sendiri.

" Aku, memaafkan Appa kali ini.."

Dan sebuah senyum terukir di bibir gadis kecil itu.

.

.

.

.

13 Maret 2014, 08 : 00 AM

Chanyeol membuka matanya perlahan, sebuah cahaya menyilaukan terasa menusuk matanya, mengerjap, dia merasa mengenali cahaya itu.

Kedip.

Kedip.

Chanyeol terkejut, melompat dari tempatnya.

Dia berusaha membuka matanya lebih lebar, dia tahu cahaya itu, dia tahu, dia mengenalnya, hatinya begemuruh, masih berusaha mengembalikan kesadarannya dari tidur yang nyenyak.

Ketika pandangannya mulai bisa beradaptasi, Chanyeol terdiam. Dahinya berkerut, menoleh ke kanan dan kiri, ia berada di ruangannya sendiri, kamarnya.

Kenapa?

Chanyeol turun dari tempat tidur, melangkah ke arah gorden yang telah terbuka lebar, menerima terpaan sinar matahari langsung ke wajahnya. Dia masih bingung mengapa dia ada di kamarnya, mengapa dia tidak terbangun di dalam ruangan putih tanpa batas tersebut?

Mengingat.

Mengingat.

Chanyeol berlari menuju laci di nakas sebelah kasurnya. Membukanya, dia mengambil amplop coklat berisi tujuh foto bersama Yun dan mengeluarkannya dengan tergesa.

Chanyeol terbelalak melihatnya.

Berubah!

Salah satu foto berubah!

Dia mengubahnya!

Wajah Yun tersenyum!

Chanyeol membekap mulutnya sendiri, dia hampir teriak kegirangan karena melihat salah satu foto telah dia ubah.

Semalam,

Dia dan Yun menangis bersama, Chanyeol meminta maaf dan Yun hanya terdiam. Tidak ada kata-kata yang terlontar dari mulut keduanya sampai akhirnya Yun tertidur.

Jadi,

Chanyeol mengira hari ini dia akan kembali terbangun di ruangan putih tanpa batas lagi karena gagal membuat Yun tersenyum, tapi nyatanya tidak! Itu berarti Yun memaafkannya. Yun memaafkan dia kali ini.

Chanyeol tersenyum.

Dia jadi termotivasi untuk membuat Yun semakin banyak tersenyum untuknya. Chanyeol harus mengembalikan Yun dalam keadaan hidup!

" Appa?" Suara Yun membuat Chanyeol terkejut, menoleh, dia mendapati Yun berada di balik pintu menatapnya dengan kening berkerut.

" Appa sedang apa?" Tanya Yun.

" A-ah tidak Yun, tidak apa-apa.." Chanyeol tergagap, membereskan ketujuh foto dengan tergesa.

Yun terdiam, menutup pintu kamar Chanyeol tanpa bertanya lebih lanjut. Gadis kecil itu berjalan menuju dapur, memakai celemeknya, Yun membuka kulkas, menatap beberapa bahan yang mungkin dengan tangan mungilnya bisa diubah menjadi sarapan yang lezat.

Roti tawar, keju, selada, telur, sosis dan ham.

Yun menghela.

" Kau akan membuat sarapan?" Chanyeol berkata di balik punggung Yun. Yun menoleh, mendapati wajah bangun tidur ayahnya dengan rambut berantakan hanya beberapa inci dari wajahnya sendiri.

Yun menghela, wajahnya sejajar dengan wajah ayahnya yang berjongkok. Yun membereskan rambut Chanyeol.

" Lihat ini Appa! Bagaimana kalau seseorang melihat wajah dan rambut appa seperti ini? Yun bertaruh semua fans appa akan pergi.."

Chanyeol terkekeh mendengar ucapan Yun, sikap putri kecilnya begitu dewasa dan dia senang melihatnya.

Chanyeol menatap Yun yang masih sibuk membereskan rambutnya.

" Yun.."

" Ya?"

" Mau makan malam bersama appa?" Tanya Chanyeol, tersenyum lebar di depan Yun yang sekarang tengah terdiam. Jari jemarinya berhenti menyisir rambut Chanyeol, matanya membulat sempurna.

Ajakan ayahnya untuk makan malam bersama terdengar lebih baik di banding sebuah tawaran memakan lima belas puding dalam sehari.

" Appa benar-benar akan mengajak Yun makan malam?" Tanya Yun.

Chanyeol mengangguk.

" Benar-benar?"

" Benar-benar.."

" Tidak mengingkari lagi?"

Chanyeol mengangguk mantap.

Kemudian Yun berjingkrak, memeluk leher ayahnya, mendekap dengan erat. Melupakan niatnya untuk membuat sarapan, Yun berlari ke kamar, membawa beberapa lembar selebaran Restoran yang ia dapat ketika pergi bersama Baekhyun.

Yun menarik lengan Chanyeol, membuat ayahnya duduk di meja makan, gadis kecil itu menjelaskan pada Chanyeol restoran-restoran yang bagus dan baik menurut pendapatnya. Chanyeol tersenyum, mendengarkan dengan senang celotehan putri kecilnya.

.

.

.

.

13 Maret 2014, 11 : 00 AM, UK ENTERTAINMENT

Chanyeol keluar dari mobilnya, menatap gedung menjulang tinggi di hadapannya. Lagi-lagi dia harus kembali ke tempat ini, menjalankan tugasnya sebagai seorang entertainer.

Dia masuk dengan perasaan malas menuju Lobby, menatap ke sekeliling, tidak seperti biasanya suasana kantor agak sedikit lengang. Entah para hoobae atau sunbaenya berada dimana, Chanyeol hanya berlalu menuju Lift dan masuk kesana.

Chanyeol membuka amplop berisi foto yang dia simpan di saku celana jeansnya. Menatap salah satu foto yang tertera hari ini. Foto Yun yang cemberut bersamanya di sebuah restoran sushi.

Chanyeol berusaha mengingat apa yang terjadi sehingga dia bisa melupakan kejadian penting dengan Yun.

Lift berdenting. Chanyeol memasukkan fotonya ke dalam saku. Ia keluar dan mendapati Siwon tengah berjalan melewati Lift.

" Ah! Bos.." Dia menginterupsi langkah Siwon.

Pria tampan dengan lesung pipi itu menoleh.

" Ah! Kau sudah datang?"

Chanyeol mengangguk kaku.

" Minseok ada di dalam ruangan, kau masuk duluan, ada yang perlu kubereskan sebentar.." Ujar Siwon. Chanyeol meng-iya-kan ucapan bosnya dan berlalu menuju ruangan meeting.

Disana, Minseok tengah sibuk menghapus papan tulis.

" Hyeong.." Chanyeol memanggil Minseok, Minseok menoleh, tersenyum, menampilkan deretan giginya yang rapi.

" Kau datang?" Ucap pria yang lebih tua dua tahun dari Chanyeol itu.

Chanyeol menutup pintu ruangan, duduk di salah satu kursi dekat Minseok.

" Apa yang akan kita lakukan disini?" Tanya Chanyeol.

Minseok menyelesaikan tugasnya menghapus papan tulis, duduk di sebelah Chanyeol. Menghela napas. Sepertinya sesuatu yang tidak terlalu baik akan menjadi bahan pemabahasan hari ini.

" Kita akan membahas perilisan album barumu musim dingin ini.."

Chanyeol berkerut.

" Albumnya akan dirilis tahun ini?" Tanyanya. Heran. Setahunya album ketiga akan dirilis tahun depan di musim panas.

Minseok mengangguk.

" Bukankah aku baru saja akan mengadakan World Tour Concert untuk album sebelumnya?" Chanyeol menerka.

Minseok baru saja akan menjawab ketika pintu di buka dan Siwon muncul dari sana membawa beberapa berkas.

" Ini Repackage.." Siwon berkata, berjalan dan duduk di sebelah Chanyeol.

" Repackage?"

" Iya, kita tambahkan dua lagu baru di dalam albumnya.."

Chanyeol mengerenyitkan dahinya. Dia tidak mengerti maksud perkataan Siwon.

" Permainan marketing Chanyeol, agar penjualan albummu dua kali lipat lebih banyak.." Ujar Siwon, melipat kedua tangannya di dada, bersandar pada kursi.

" Jadi, seluruh lagunya sama? Hanya di tambah dua lagu saja?" Chanyeol meyakinkan apa yang di pikirkannya.

" Yes." Siwon menjawab mantap, tersenyum dan menampilkan lesung pipinya yang dalam.

Chanyeol melirik Minseok yang mengangkat bahu, ketika mulutnya terbuka untuk bertanya lebih jauh tentang rencana perilisan album Repackagenya, Siwon menyela.

" Aku akan memberikan lagunya padamu nanti, sekarang aku ingin kita membahas masalah perilisan album repackage ini.." Siwon mulai menyebar berkas-berkas yang tadi ia bawa.

" Oh ya, kau akan duet bersama dengan Jongin dan Sehun di salah satu lagu.."

Chanyeol terbelalak, menatap Siwon dengan mata yang hampir keluar karena ucapan bosnya tersebut.

Tidakkah bosnya tahu betapa ia membenci dua makhluk sialan itu?

Dan apa katanya tadi?

Duet?

Berkolaborasi?

Chanyeol harus tertawa terbahak-bahak atau menangis?

" Itu tidak mungkin.."

" Itu sangat mungkin.." Siwon berkata, menatap mata Chanyeol.

" Ini album ketigamu Chanyeol, kau harus membuat gebrakan baru. Kau juga harus mempertahankan imejmu, oh ayolah, kau harus perlihatkan pada publik kalau kau masih berteman cukup akrab dengan mereka meskipun sesuatu terjadi sehingga kau harus keluar lebih dulu dari agensi mereka.." Pria tampan itu menutup ucapannya, mengangkat sebelah alisnya, menunggu persetujuan Chanyeol.

Chanyeol terdiam sebentar, mendengus, dia menggeleng.

" Maafkan aku hyeong, tapi kurasa aku benar-benar tidak ingin bersama dengan kedua orang sialan itu.." Chanyeol berkata dengan nada dingin pada Siwon.

Siwon berkedip.

Senyum sinis terukir di wajahnya, ujung bibirnya terangkat.

" Kau bilang sialan? Bukankah kau yang lebih sialan? Kau meninggalkan mereka Chanyeol.."

Chanyeol terkejut mendengar ucapan Siwon. Bosnya itu memang mengetahui alasan mengapa Chanyeol memilih keluar dari Pearl di tengah kejayaan boyband mereka saat itu.

Minseok menegang, merasakan atmosfir menyesakkan dari kedua belah pihak di hadapannya.

" Karena seorang perempuan kau lebih memilih untuk meninggalkan teman-teman yang sudah seperti saudara untukmu.."

Chanyeol menelan ludahnya kasar.

" Hentikan—" Dia berbisik, tangannya mengepal.

" Kau egois Chanyeol, kau lebih mementingkan sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk dirimu.." Siwon kembali bersuara.

" Hentikan—" Chanyeol berusaha mengendalikan amarahnya yang sudah sedikit menguasai h

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
byundobi_
#1
Chapter 8: Park chan you really stupid heollll berkali-kali dikasih kesempatan masih juga belum mengerti doh!! gemes juga jadinya pengen ngejitak pcy, kalo aku yang jadi time traveller nya mungkin pcy udah aku jitak --" yah sayang tao jadi time travellernya mana tega seorang panda ngejitak manusia *bhak/?*
aku baru nemu disini karakter chanyeol bener-bener kacau, beneran kacau banget dia disiniiii huhuhu bikin aku greget sama karakternya dia disini.
youngieomma masih tetep dengan gaya bahasa yang paling bisa dimengerti walaupun konflik cerita ini sangat rumit, bahkan ini lebih rumit dari daffodil *hihihi* dan sekarang aku harus kembali menebak lagi apa yang sebenarnya terjadi di fanfic ini hahaha sebelum nemu di aff ini aku tahu youngieomma sejak baca fanfic youngieomma di ffindo emang ya author ini kelihatan paling sibuk banget dari author yg lain wkwk makanya jarang update cepet tapi aku bakalan nunggu fanfic ini update lagi kok hehehe eomma fighting!!~♡ kkkk^^ btw ini fanfic kolaborasi eomma dengan author Dantexo apa gimana? Yah pokonya sukses lah buat kedua author hihihihi dan aku juga suka gaya penulisan author dantexo terlihat sama namun ada perbedaan sedikit dari youngieomma mungkin itu yang menjadi ciri khas masing2 author ya hehehe maaf komennya sebanyak ini ㅠㅠ
Keep hwaiting author-deul^^
keyhobbs
#2
Chapter 8: ahh!!!park chan gagal lagi?ya ampun....aku jd greget sendiri pas bacanya,terus itu d kasih ingatan yg mata sama Tao?duh penasaran,update soon dong,please....^^
SungRaa #3
Chapter 8: eh gagal lagi??

yaampun jelek banget si cy, padahal udah di booking restoran pizza nya

aaaaaaaaaaaaaa, gagal

terus itu dikasih tao apa? ingatan yg mana?
aigo aigoo

lanjut :D
SungRaa #4
Chapter 7: bayangin baek di omelin ama cy, kkkkkkk

aduh park yun kasian banget ya disini

si lay bener ada niat jahat g ya?

lanjut ^^
frdeela #5
Chapter 7: Baekhyun ksna marah....
Hmmm... aku rasa yg kejam itu yixing.. jng2 dia yg merencanakan pmbunuhan yun.. Dan eve adalah IBU dr yun,istri chanyeol dulu... lanjut eomma gak sabaaarrr.... waiting!!
FitrianiNs #6
Chapter 6: baekhyun kayaknya baik,tapi siapa dia sbnarnya?
Aduh,chanyeol bikin geregetan aja..
UtauTsukiyomi
#7
Chapter 7: kampret si chanyeol bikin kesel dihhh
karin_kim #8
Chapter 7: brengsek banget si chanyeol, bodoh egois dan tidak peka
ihhh..kubanting juga ni hape bayangin chanyeol yg bikin gedek
FitrianiNs #9
Chapter 5: Gagal? Lagi?
Masa Chanyeol gagal lagi?
Apa karena Yun tetap tidak tersenyum dalam foto yg pertama itu?