Chapter 3

Daddy's Daughter
Please Subscribe to read the full chapter

Chapter 3

 

Apgujeong Apartment

Sudah terhitung sebelas hari semenjak Park Chanyeol kembali. Pria satu itu sudah mulai menjalani kehidupannya secara normal. Tinggal di apartment mewahnya, tidur di ranjang empuknya, dan juga menikmati setiap waktu yang ada dengan berdiam diri disana. Tidak ada lagi syuting, rekaman, latihan, atau apapun itu yang menyangkut masalah pekerjaan. Semenjak sadar dari koma, Chanyeol sama sekali tidak ingin memulai aktivitasnya seperti sedia kala, kecuali kembali tinggal di apartmentnya.

Apartment bernuansa putih yang dipadu dengan warna biru dongker di beberapa bagian itu terasa begitu luas. Chanyeol memang sengaja membeli apartment itu untuk dirinya sendiri—entah sejak kapan. Tapi yang menjadi masalahnya saat ini adalah penghuni apartment itu sendiri.

Chanyeol merasa dia tidak amnesia untuk mengingat bagaimana kehidupannya sehari-hari di dalam apartment yang terletak di lantai 23 tersebut. Chanyeol masih ingat dengan jelas, bagaimana ia terbangun di ranjang putih empuknya, menikmati sinar matahari dipagi hari dari balkon kamarnya, membersihkan diri hingga keluar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan ala kadarnya.

Pria 27 tahun itu sangat sadar. Ia bahkan bisa mengingat semua itu dengan jelas. Rutinitasnya setiap hari yang akan terus berulang seperti itu, tanpa satupun yang terlewatkan. Bahkan Chanyeol sangat mengingat dengan jelas, ada sesosok anak perempuan yang selalu menemaninya sarapan di meja makan ataupun di ruang TV.

Park Yun.

Putri kecilnya itu adalah satu-satunya orang yang selalu menemani Chanyeol di apartment. Walau terkadang Minseok juga sering menginap di apartmentnya, tetap saja bagi Chanyeol keberadaan Yun jauh lebih berarti.

Apartment akan terasa sangat sepi jika tidak Yun. Bahkan Chanyeol merasa asing dengan tempat tinggalnya saat ini karena ia tidak bisa mendengar celotehan panjang Yun yang meminta di sisirkan rambutnya, protes Yun karena roti panggangnya sudah gosong, ataupun teriakan cerewetnya yang selalu minta di antar ke sekolah sekalipun Chanyeol sibuk.

Semuanya. Semuanya seakan menghilang dari sekitar Chanyeol.

Walaupun terkadang waktu mereka lebih banyak di habiskan untuk saling mengomentari satu sama lain, tetap saja kasih sayang seorang Park Chanyeol tidak akan berkurang sedikitpun pada putri kecil yang ia miliki satu-satunya di dunia ini.

“Yun.. kau dimana?” suara huskynya terdengar sangat memilukan.

Pria tampan itu masih setia berbaring di atas ranjang mungil milik putrinya. Sesekali ia terisak menyadari bahwa saat ini tidak ada lagi sosok kecil yang selalu berada dalam pelukannya. Sosok itu telah hilang.

Park Yun telah meninggalkan Chanyeol sendirian.

Mata Chanyeol sudah berubah merah sepenuhnya dengan dikelilingi garis hitam yang begitu tebal. Wajahnya pucat pasi, hidungnya  memerah dan juga tubuh yang terlihat semakin kurus. Saat ini Chanyeol lebih mirip seperti mayat hidup.

Di sebelah tangan besarnya tergenggam sebuah bingkai foto. Foto berukuran sedang yang menampilkan sosok Yun dengan gaun cantik dan juga senyuman manisnya menghadap ke arah kamera. Chanyeol bahkan masih ingat dengan jelas bahwa foto itu ia ambil ketika Yun berusia 6 tahun. Saat itu, Chanyeol yang baru saja kembali dari Jepang dengan sengaja membelikan gaun cantik berwarna peach itu untuk Yun. Ia pikir Yun akan menyukainya.

Dan benar saja. Chanyeol memang tipikal ayah idaman yang selalu tahu apa dan bagaimana selera sang putri. Saat menerima bungkusan berisi gaun selutut itu Yun terlihat sangat gembira. Berkali-kali ia memeluk tubuh tinggi ayahnya. Setelah itu ia segera mencobanya. Untuk beberapa saat Chanyeol meyakini dalam hati jika Yun adalah satu-satunya gadis yang paling cantik di dunia ini.

Gaun model baby doll tersebut terlihat sangat pas di tubuh putrinya. Pada dasarnya Yun memang  sudah cantik, namun akan semakin cantik lagi jika ia memakai gaun itu. Sungguh! Hari itu adalah hari yang paling membahagiakan bagi Chanyeol. Semua kerja kerasnya selama ini seolah terbayarkan dengan senyuman manis Yun yang selalu menyambutnya di pintu apartment.

Tapi..

... apa yang bisa Chanyeol lakukan sekarang ketika Yun sudang meninggalkannya?

.

.

.

Daddy’s Daughter

Youngieomma & DantExo

.

.

.

 

Minseok datang membawa sebuah baki yang berisi semangkuk nasi putih hangat, sup rumput laut, dan juga jus jeruk segar untuk Chanyeol. Sebelum benar-benar melangkah masuk, ia terlebih dulu mengetuk daun pintu putih di hadapannya. Tanpa ada jawaban apapun, Minseok pun melanjutkan langkahnya. Satu hal yang pertama kali ia temukan di dalam kamar bernuansa pink itu adalah aroma cherry yang begitu menguar dari berbagai sudut ruangan. Ia yakin jika Chanyeol sengaja menyemprotkan parfum beraroma cherry disana.

Khas Park Yun sekali, batinnya.

Sekelebat bayangan bagaimana cerianya Yun setiap kali melihat Minseok datang dengan menenteng kantung plastik berisi ayam goreng melintas di otaknya. Bisa di bilang, hubungan Minseok dan gadis kecil berusia 7 tahun itu sangat dekat. Tanpa bisa di cegah, sudut bibir Minseok terangkat menyunggingkan sebuah senyuman tipis namun terasa hangat.

Dia mengingat dengan baik bagaimana cara Yun memanggilnya dengan sebutan ‘Minnie oppa’—di usia 4 tahun, namun berubah menjadi ‘Minnie ahjussi’ ketika ia tahu bahwa Minseok lebih pantas menjadi pamannya daripada seorang kakak.

Benar-benar Park Yun yang polos.

“Park Yun.. Appa merindukanmu, sayang..”

Lamunan Minseok buyar sudah. Kini ia beralih menatap sendu Chanyeol yang masih setia dengan bingkai foto Yun dalam pelukannya. Pria tinggi itu meringkuk di atas ranjang mungil Yun. Hal itu membuat Minseok kembali sadar. Park Yun tidak ada lagi di dunia ini. Park Yun telah tiada di muka bumi. Dan Park Yun tidak akan pernah bisa kembali lagi.

Melihat bagaimana terpuruknya Chanyeol membuat Minseok meneteskan airmatanya. Chanyeol sudah ia anggap seperti adik sendiri, dan melihat bagaimana menderitanya pria itu membuat hati Minseok berkedut. Seperti inikah takdir Tuhan membawa Chanyeol? Setelah sekian lama Tuhan mengirimkan malaikat kecil berhati putih semacam Yun di dalam hidup Chanyeol, kemudian dengan mudahnya Tuhan mengambilnya kembali.

Minseok memang tidak pernah tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang anak. Tapi, ia tahu betul bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang ia cintai. Dulu di usia muda, bahkan Minseok harus rela kehilangan ibunya karena sebuah penyakit kronis yang di derita beliau bertahun-tahun. Minseok memang pernah merasakan keterpurukan yang sama—bahkan melebihi apa yang Chanyeol rasakan. Tetapi dengan semangat hidup yang ia pupuk sedikit demi sedikit, akhirnya Minseok pun dapat kembali melanjutkan hidup.

Kita memang boleh terpuruk, tapi jangan jadikan hal itu sebagai alasan untuk menghentikan hidup yang telah Tuhan berikan.

“Yeol-ah..”

Pria berusia kepala tiga itu beranjak, meletakkan baki di atas meja belajar Yun lalu beralih mendudukkan diri di tepi ranjang. Matanya menatap nanar sosok Chanyeol yang masih enggan bergeming selain terus memanggil nama Park Yun.

“Apakah Appa memiliki salah padamu, nak? Kenapa.. kau pergi, Yun? Kenapa kau meninggalkan Appa sendirian disini?”

“Yeol-ah.. kumohon hentikan. Jangan memulainya lagi.” Sahut Minseok.

Chanyeol masih belum menjawab. Dia hanya menggerakkan kepalanya untuk semakin dalam mengendus bantal pink yang selalu digunakan Yun untuk tidur. Kenyataan yang baru ia dengar beberapa hari lalu, rasanya terlalu menggelikan untuk ia terima. Jelas-jelas sebelum ini Chanyeol merasakan kehadiran Yun di sekitarnya—sama seperti biasanya. Dan disaat ia kembali terbangun, seolah-olah dunia berputar sangat cepat hingga membuat segala sesuatu berubah—termasuk Yun.

“Yun.. Appa mohon.. kembalilah..” ucap Chanyeol di tengah-tengah isakannya.

Minseok memejamkan matanya, berusaha agar tidak mengeluarkan airmata lebih banyak lagi. Di saat-saat seperti ini seharusnya ia harus bisa lebih tegar. Ia harus kuat berdiri dengan kedua kakinya untuk menopang Chanyeol yang tengah terpuruk. Minseok tahu hal itu tidak mudah, tapi akan semakin tidak mudah lagi jika ia terus membiarkan Chanyeol tenggelam dalam keterpurukannya. Bahkan setelah Chanyeol melihat dengan mata kepalanya sendiri pusaran Yun beberapa hari lalu.

“Park Chanyeol sadarlah! Putrimu sudah tiada. Yun sudah hidup di surga sana. Sadarlah akan hal itu, Yeol!”

Mendengar hal itu, Chanyeol menyunggingkan senyum mirisnya di bibir, “Park Yun pasti kembali. Dia hanya sedang pergi ke rumah Cheonsa untuk bermain bersama.”

Minseok mengusap wajahnya kasar. Dia benar-benar sudah tidak sabar untuk terus menghadapi  Chanyeol dalam keadaan seperti ini. Minseok tidak mau dibuat gila oleh Chanyeol!

“Yeol, sampai kapanpun kau menangis, itu tidak akan berarti! Tuhan sudah menggariskan takdirnya sedemikian rupa, lalu apa yang bisa kau lakukan?! Jangan menyengsarakan dirimu sendiri dengan tangisan yang tidak ada gunanya itu. Kau harus sadar siapa dirimu sebenarnya, Park Chanyeol!!” napas Minseok memburu, menatap Chanyeol yang masih memunggunginya dengan sendu.

“Siapa aku sebenarnya Hyung? Siapa?..” Chanyeol mengubah posisinya menjadi terduduk. Bingkai foto milik Yun masih ia dekap di depan dada erat-erat seolah tengah memeluk Yun sesungguhnya.

“Yeol-ah..”

“...aku? Aku adalah ayah Park Yun! Aku adalah satu-satunya orang yang menyayangi Yun lebih dari siapapun. Yun milikku dan aku miliknya!”

Minseok berkali-kali menelan ludahnya getir. Ini sangatlah menyesakkan. Di hadapannya Chanyeol seperti seorang pesakitan. Pria itu terlihat seperti mayat hidup. Terus mengeluarkan airmata hingga kering, memanggil-manggil putri kecilnya yang sangat mustahil untuk kembali, dan sama sekali tidak memikirkan dirinya sendiri.

Yang ada di pikiran Chanyeol hanya Park Yun, Park Yun dan Park Yun.

Ya Tuhan! Kuatkan Minseok untuk hal ini.

Menghela napas sejenak, kemudian Minseok kembali membuka mulut, “Aku sudah menyiapkan makan siang untukmu. Makanlah dengan baik agar tubuhmu tidak selemah ini.” ada nada putus asa di dalam ucapannya itu.

Ya. Tentu saja. Minseok merasa percuma saja ia mencoba menjelaskan hal yang sama berpuluh-puluh kali kepada Chanyeol. Pria bermarga Park itu mungkin masih merasa terguncang jiwanya hingga mengalami depresi seperti ini. Bagaimanapun caranya, Minseok tetap berusaha untuk sabar.

“Hyung..”

Sebelum benar-benar melangkah keluar dari kamar itu, Minseok membalikkan tubuhnya saat suara Chanyeol mengintrupsi.

“Ada apa?”

Pria tinggi itu menatap datar Minseok kemudian tersenyum miring seraya berkata, “Yun juga harus kau siapkan makanan. Bisakah aku meminta tolong hal itu padamu? Dia kelaparan.” Sebelah tangannya mengacung memperlihatkan foto Yun dalam bingkai yang ia genggam ke arah Minseok.

“DEMI TUHAN PARK CHANYEOL!!”

Minseok mengambil langkah secepat dan selebar mungkin hingga ia kembali berdiri di dekat ranjang. Rahangnya mengeras, giginya bergemeletuk menandakan betapa kuatnya ia untuk menahan emosi saat ini. Tapi rasanya semua itu sia-sia. Pertahanan Minseok hancur lebur dengan merebut bingkai foto itu dari tangan Chanyeol.

PRAAANG!!

“Yun sudah meninggal! Kau melihat makamnya sendiri bukan?! Dia tidak akan pernah kembali untuk selamanya, Park Chanyeol!”

Mata tajam Chanyeol menatap nanar bingkai foto yang sudah pecah di sudut ruangan. Dia kembali menangis, meremas sprai soft pink yang membalut ranjang mungil itu hingga terdapat beberapa bagian yang sobek.

“Tidak! Itu tidak benar! Park Yun masih hidup! Park Yun-ku akan kembali!!”

Dengan serampangan Chanyeol berlari, menyapukan serpihan kaca di lantai itu tanpa menghiraukan kaki dan telapak tangannya yang terluka. Dia terus menangis sambil mengais foto Yun yang tergeletak di sana. Chanyeol memeluk lembaran foto berukuran sedang itu hingga beberapa bagiannya terkena darah segar dari tangan Chanyeol yang terkena serpihan kaca.

“Yun.. kau tidak apa? Kau tidak terluka kan? Maafkan Appa.. maaf.. maaf..”

Kedua kaki Minseok bergetar hebat melihat pemandangan menyedihkan di hadapan matanya saat ini. Sejujurnya Minseok sudah tidak sanggup untuk melihat keadaan Chanyeol yang seperti ini.

Ia takut hal-hal buruk akan kembali terjadi. Minseok takut jika nanti Chanyeol akan kembali mencoba untuk membunuh dirinya sendiri.Tapi rasanya sangat sulit untuk tidak mempedulikannya. Bagaimanapun ia sudah terlalu dekat dengan Chanyeol. Ia mengerti tentang segala hal yang menyangkut Chanyeol.

Bahkan untuk menyadarkannya kembali ke dalam kenyataan rasanya sangat sulit. Chanyeol terlalu terpuruk dalam kesedihannya dan Minseok tidak tahu harus melakukan apa lagi.

“Aku pergi..”

 

~Daddy’s Daughter~

 

 

Baru saja Minseok hendak menutup lembaran map di atas meja, terdengar bel pintu yang berbunyi nyaring. Minseok sedikit memanjangkan lehernya, menerka-nerka siapa gerangan yang datang di sore hari panas seperti saat ini. Seingatnya ia tidak membuat janji dengan siapapun. Jika itu adalah orang kantor, Minseok pikir sangat mustahil. Atau keluarga Chanyeol? Oh rasanya itu lebih tidak mungkin lagi.

Minseok memutuskan untuk menilik terlebih dulu saat bel pintu kembali berbunyi. Buru-buru Minseok mempercepat langkahnya kemudian melihat ke arah interkom yang terpasang tepat di sebelah daun pintu. Seulas senyum terpatri di wajahnya ketika melihat seorang pria tengah menunggu di luar sana.

“Yixing..”

“Eo, apa kabar, Minseok hyung?” pria berwajah malaikat itu sontak membungkukkan badan 90° saat melihat Minseok membukakan pintu.

 “Masuklah..”

Mengangguk pelan, pria bernama lengkap Zhang Yixing itu mengikuti langkah Minseok di depannya kemudian mendudukkan diri di salah satu sofa yang ada. Minseok tersenyum maklum sambil membereskan map-map beserta beberapa lembar kertas dengan tulisan tercetak rapi diatas meja kemudian menyimpannya di laci nakas dekat TV.

“Apa yang membawamu datang kemari, Yixing-ah?” ada nada sedikit curiga di dalam ucapan Minseok.

Sekali lagi pria satu itu mengulum senyum malaikatnya, “Semenjak Chanyeol keluar dari rumah sakit, aku tidak memiliki banyak waktu untuk datang. Karena itu, hari ini aku berusaha agar sempat berkunjung. Aku harap Hyung tidak keberatan akan hal itu.”

 “Tentu saja tidak. Aku justru senang kau datang.” Tawa Minseok terdengar hambar.

“Aku merasa tidak enak membiarkan Chanyeol terus dalam keadaan seperti ini. Temanku itu sangat menyedihkan.” Ujarnya mena

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
byundobi_
#1
Chapter 8: Park chan you really stupid heollll berkali-kali dikasih kesempatan masih juga belum mengerti doh!! gemes juga jadinya pengen ngejitak pcy, kalo aku yang jadi time traveller nya mungkin pcy udah aku jitak --" yah sayang tao jadi time travellernya mana tega seorang panda ngejitak manusia *bhak/?*
aku baru nemu disini karakter chanyeol bener-bener kacau, beneran kacau banget dia disiniiii huhuhu bikin aku greget sama karakternya dia disini.
youngieomma masih tetep dengan gaya bahasa yang paling bisa dimengerti walaupun konflik cerita ini sangat rumit, bahkan ini lebih rumit dari daffodil *hihihi* dan sekarang aku harus kembali menebak lagi apa yang sebenarnya terjadi di fanfic ini hahaha sebelum nemu di aff ini aku tahu youngieomma sejak baca fanfic youngieomma di ffindo emang ya author ini kelihatan paling sibuk banget dari author yg lain wkwk makanya jarang update cepet tapi aku bakalan nunggu fanfic ini update lagi kok hehehe eomma fighting!!~♡ kkkk^^ btw ini fanfic kolaborasi eomma dengan author Dantexo apa gimana? Yah pokonya sukses lah buat kedua author hihihihi dan aku juga suka gaya penulisan author dantexo terlihat sama namun ada perbedaan sedikit dari youngieomma mungkin itu yang menjadi ciri khas masing2 author ya hehehe maaf komennya sebanyak ini ㅠㅠ
Keep hwaiting author-deul^^
keyhobbs
#2
Chapter 8: ahh!!!park chan gagal lagi?ya ampun....aku jd greget sendiri pas bacanya,terus itu d kasih ingatan yg mata sama Tao?duh penasaran,update soon dong,please....^^
SungRaa #3
Chapter 8: eh gagal lagi??

yaampun jelek banget si cy, padahal udah di booking restoran pizza nya

aaaaaaaaaaaaaa, gagal

terus itu dikasih tao apa? ingatan yg mana?
aigo aigoo

lanjut :D
SungRaa #4
Chapter 7: bayangin baek di omelin ama cy, kkkkkkk

aduh park yun kasian banget ya disini

si lay bener ada niat jahat g ya?

lanjut ^^
frdeela #5
Chapter 7: Baekhyun ksna marah....
Hmmm... aku rasa yg kejam itu yixing.. jng2 dia yg merencanakan pmbunuhan yun.. Dan eve adalah IBU dr yun,istri chanyeol dulu... lanjut eomma gak sabaaarrr.... waiting!!
FitrianiNs #6
Chapter 6: baekhyun kayaknya baik,tapi siapa dia sbnarnya?
Aduh,chanyeol bikin geregetan aja..
UtauTsukiyomi
#7
Chapter 7: kampret si chanyeol bikin kesel dihhh
karin_kim #8
Chapter 7: brengsek banget si chanyeol, bodoh egois dan tidak peka
ihhh..kubanting juga ni hape bayangin chanyeol yg bikin gedek
FitrianiNs #9
Chapter 5: Gagal? Lagi?
Masa Chanyeol gagal lagi?
Apa karena Yun tetap tidak tersenyum dalam foto yg pertama itu?