Not a Daydream (1)

Guardians

"Benarkah? Aku bisa pergi?" Seru Arantia begitu ia mendengar bahwa ia bisa pergi ke Korea untuk sekolah di sana.

 

"Tapi kau harus siap dengan perbedaan umurmu. Kau tetap harus masuk ke SMA dulu. Jangan lupa tujuan kita yang sebenarnya. Kau harus menemukan mereka semua," kata ibunya.

 

"Tenang saja. Aku akan berjuang!" Kata Arantia.

 

***

 

"Nama koreamu jadi Song Soo Kyung," kata petugas kantor imigran dalam bahasa inggris begitu Arantia sedang mengurus surat kepindahannya ke Korea sesudah tiba di sana.

 

"Baiklah. Terima kasih."

 

"Mulai besok kau akan masuk sekolah!" Seru Hyemi, mentornya selama ia di Korea.

 

"Bahasa korea-ku belum baik," balas Soo Kyung.

 

"Kau pasti bisa! Kau bisa bertanya padaku," kata Hyemi.

 

***

 

"Sekarang kita kedatangan murid baru dari Indonesia. Namanya Song Soo Kyung. Silahkan masuk," kata seorang guru sambil mempersilakan Soo Kyung masuk.

 

"Annyeonghaseo. Namaku Song Soo Kyung. Gamsa hamnida," kata Soo Kyung dengan aksen korea yang belum terlalu bagus.

 

"Apa kau bisa bahasa inggris?" Tanya seorang namja yang duduk di baris kedua.

 

"Bahasa inggris? Lumayan," jawab Soo Kyung singkat.

 

"So, how does it feel to be here?" Tanya namja lain di sampingnya yang seakan ingin menguji Soo Kyung.

 

"It feels nice to be here. What's your name? Your english is good," jawab Soo Kyung dalam bahasa inggris yang memukau satu kelas karena pengucapannya sempurna.

 

"Baiklah Soo Kyung. Kau bisa duduk di baris ketiga sana."

 

"Halo! Namaku Minwa. Senang bisa bertemu," kata seorang yeoja yang menyapa Soo Kyung di saat istirahat.

 

"Maaf kalau bahasa koreaku belum begitu baik," jawab Soo Kyung.

 

"Tidak apa-apa. Tapi boleh tidak belajar bahasa inggris denganmu?" Tanya Minwa dengan bahasa inggris aksen korea.

 

"Ne, aku akan mengajarimu."

 

Seketika itu Soo Kyung menjadi populer karena kemampuannya dalam bahasa inggris. Namun ia akan selalu ingat untuk tujuan apa sebenarnya ia ke Korea.

 

"Mungkin aku bisa menemukan salah satunya di sini," gumam Soo Kyung dalam bahasa Indonesia agar tak ada yang bisa mengerti.

 

"Jongin oppa!" Seru beberapa yeoja yang sedang ikut dalam kerumunan karena seseorang.

 

"Jongin? Siapa dia?" Tanya Soo Kyung ke Minwa.

 

"Dia penari terhebat di sekolah ini. Semua gadis memujanya," jawab Minwa.

 

"Sounds interesting," komentar Soo Kyung.

 

Soo Kyung lalu mulai memperhatikan gerak gerik Jongin selama beberapa hari. Tapi tidak ada ke-aneh-an yang diharapkan sampai hari ketujuh ia mengamatinya.

 

"Jongin? Bagaimana kau bisa ke sini dalam waktu singkat?" Tanya Minwa.

 

"Aku tidak tahu. Rasanya seperti berpindah dengan cepat."

 

"Mungkin hanya perasaanmu saja," balas Minwa.

 

"Mungkin."

 

"Akhirnya! Satu sudah kutemukan!" Seru Soo Kyung.

 

***

 

"Jongin-ssi!" Panggil Soo Kyung yang langsung mendapat tatapan sinis dari beberapa yeoja yang ada di dekat situ.

 

"Ada apa?" Tanyanya.

 

"Boleh ikut denganku sebentar?"

 

Jongin mengangguk dan mengikuti Soo Kyung sampai ke aula.

 

"Time to see your destiny," kata Soo Kyung yang membuat Jongin kaget.

 

Seketika itu juga ruang aula berubah menjadi seperti ruang angkasa.

 

"Planet ini memang diciptakan untuk manusia dengan segala keajaibannya. Namun tidak semua orang menggunakannya dengan baik. Beberapa menghasilkan kekuatan jahat untuk memusnahkan semua kebahagiaan. Seiring berjalannya waktu, mereka akan semakin kuat. Dan aku, adalah seseorang yang diutus untuk menemukan ke-12 kesatria untuk menyelamatkan dunia dan memusnahkan yang jahat," jelas Soo Kyung.

 

"Memangnya apa yang bisa kulakukan?" Tanya Jongin.

 

"Kau pernah mengalami kejadian aneh? Bisa berpindah dengan cepat? Atau semacamnya?"

 

"Memang sering. Tapi aku tak tahu artinya," jawab Jongin.

 

"Kekuatanmu adalah teleportation. Berpindah ke satu tempat ke tempat lain memang keahlianmu. Namun kekuatanmu belum terlatih. Maka ikutlah ke asrama khusus," kata Soo Kyung yang tiba-tiba memindahkan mereka ke sebuah padang rumput yang sejuk.

 

"Asramamu ada di sana," lanjut Soo Kyung.

 

"Aku tidak ingin berdiam diri saja di sana. Aku ingin ikut denganmu mencari mereka," jawab Jongin yang sebetulnya belum bisa menerima semua hal aneh ini.

 

"Baiklah kalau itu yang kau mau. Tapi kau harus siap dengan perubahan yang cepat dan selalu fleksibel," kata Soo Kyung yang bersiap menjentikkan jarinya untuk berpindah dari sekolah itu.

 

"Kali ini kita akan kemana?" Tanya Jongin.

 

"Kita lihat nanti," jawab Soo Kyung dengan senyum misteriusnya.

 

***

 

"Jongin, bangun," kata Soo Kyung.

 

"Dimana ini?" Tanyanya kaget begitu ia terbangun di sebuah kamar.

 

"Sebuah tempat wisata akuarium. Entah kenapa ibuku mengirim kita ke sini. Tentunya ada seseorang di sini," jawab Jongin.

 

"Aku bingung. Mengapa kau cepat sekali menerima kenyataan?" kata Soo Kyung.

 

"Aku merasa berbeda di sana. Bertemu denganmu yang mempunyai kemampuan berbeda membuatku tidak merasa sendiri," jawabnya.

 

"Bagus. Ayo kita mulai bekerja. Oh ya, jangan sampai kekuatanmu itu diketahui orang," kata Soo Kyung.

 

"Memangnya kita bekerja apa di sini?"

 

"Pemberi makan hiu," jawab Soo Kyung yang membuat Jongin merinding.

 

"Ah Soo Kyung-ssi. Sudah saatnya kau mengambil alih untuk makan siang," kata seorang rekan Soo Kyung.

 

"Jongin, kau sebaiknya mengelilingi tempat ini saja. Cari seseorang yang menarik perhatianmu," kata Soo Kyung disertai dengan anggukan Jongin yang wajahnya lega karena tidak perlu turun memberi makan hiu.

 

Jongin lalu berkeliling akuarium dan mencari-cari hal bagus yang belum pernah ia lihat.

 

"Wah! Bagaimana kau bisa keluar?" Tanya seseorang yang membuat Jongin menoleh.

 

Namja itu tiba-tiba mengambil satu bola air dan menyelimuti tubuh seekor ikan yang tadi tidak sengaja melompat keluar akuarium. Perlahan namja itu menurunkan bola air yang berisi ikan tadi ke dalam akuarium tempat ikan itu tinggal. Jongin yang tersadar langsung mencari Soo Kyung.

 

"Apa? Bola air? Kita menemukan satu," kata Soo Kyung yang langsung mencoba mencari namja itu.

 

"Itu dia," bisik Jongin begitu ia sampai di tempat tadi.

 

"Bagaimana kita harus menyapanya? Ah ya," kata Soo Kyung sambil berjalan mendekati namja itu.

 

"Manusia itu memang terlahir sama secara fisik. Namun beberapa ada yang memiliki kekuatan lebih," kata Soo Kyung sambil membuat bola air di samping namja tadi.

 

"Kau... kau bisa membuatnya juga?" Tanyanya bingung.

 

"Aku pencari 12 kesatria. Kau adalah salah satunya," jelas Soo Kyung yang telah memindahkan mereka bertiga ke dimensi ruang angkasa.

 

"Kekuatanmu adalah water. Manipulasi air adalah keahlianmu. Mengontrol elemen alam itu merupakan sesuatu yang baik. Namun bisa mematikan jika tidak dipelajari dengan baik. Ah ya, boleh aku tahu namamu?"

 

"Namaku Suho. Dimana aku bisa belajar?" Tanyanya.

 

"Kau dan Jongin akan tinggal di asrama dulu. Aku akan cepat kembali setelah menemukan 10 orang lagi," jawab Soo Kyung.

 

"Jongin, tolong antar Suho-ssi ke sana ya," pinta Soo Kyung.

 

"Baiklah," kata Jongin.

 

"Kemana kau akan pergi selanjutnya?" Tanya Suho.

 

"Aku tidak tahu. Nah, saatnya berpindah. Sampai jumpa," jawab Soo Kyung yang lalu menjentikkan jarinya dan menghilang.

 

"Kenapa mereka cepat sekali menerima kenyataan?" Gumam Soo Kyung selagi ia berjalan di antara dua gedung.

 

"Dimana ini?" Tanyanya bingung sampai ia keluar dari antara kedua gedung itu.

 

"London. Astaga."

 

"Look out!" Seru seseorang yang mengagetkan Soo Kyung.

 

Soo Kyung langsung melakukan teleportasi ke pinggir agar ia selamat. Pengendara kereta kuda tadi langsung berhenti dan turun.

 

"Are you okay?" Tanyanya.

 

"My legs kinda hurt," jawab Soo Kyung saat melihat kakinya tergores sedikit.

 

"Kalau begitu ikut aku. Akan kuobati begitu sampai di rumah," kata laki-laki itu.

 

Soo Kyung yang melihat sinar berbeda di mata laki-laki itu langsung naik ke sebelahnya.

 

"Ternyata ada seseorang di sini," gumam Soo Kyung.

 

"Oh ya, namaku Kris," sapanya.

 

"Namaku Arantia," jawab Soo Kyung yang memakai nama biasanya karena ia takut kalau Kris bingung dengan nama korea-nya.

 

"Sudah sampai. Apa kau masih bisa berjalan?" Tanyanya.

 

"Masih."

 

Soo Kyung masuk ke sebuah rumah sederhana yang kental sekali gaya western-nya. Dia lalu duduk di salah satu kursi dan Kris mengambil air hangat serta kain.

 

"Terima kasih," kata Soo Kyung yang lalu membasuh lukanya dengan air hangat.

 

Soo Kyung lalu melihat sesuatu yang berbeda pada laki-laki itu. Tidak biasanya seorang laki-laki memakai kalung kalau di London.

 

"Kalungmu itu...," kata Soo Kyung.

 

"Ah ini. Pemberian ayahku," jawabnya sambil menyentuh kalung berbandul naga itu.

 

"Di sini agak dingin. Baiklah kalau begitu," kata Soo Kyung yang lalu menyalakan api dengan pyromatic-nya.

 

"Bagaimana caranya kau melakukan itu?" Tanya Kris.

 

"Kemampuan otak," jawab Soo Kyung.

 

"Kalau begitu lihat ini," kata Kris sambil membuat api yang tadi dibuat Soo Kyung semakin besar.

 

"Sudah kuduga. Kau salah satu dari mereka. Kalau begitu ikuti aku," kata Soo Kyung sambil menggandeng Kris.

 

Dalam sekejap, mereka langsung sampai di depan asrama tempat Jongin dan Suho tadi. Soo Kyung yang mendadak lemas langsung dipapah Kris yang kebingungan.

 

"Soo Kyung nuna!" Seru Jongin yang langsung membantu Kris membawanya.

 

"Ada apa ini?" Tanya Suho.

 

"Dia sepertinya kelelahan," jawab Kris.

 

Soo Kyung lalu dibaringkan di kamarnya. Wajahnya pucat. Jongin langsung membuatkan teh hangat dan menaruhnya di meja kecil samping ranjang.

 

"Dimana... ini?" Gumam Soo Kyung.

 

"Kau sudah aman di asrama," jawab Suho.

 

"Kau tadi memanggilnya Soo Kyung? Bukankah namanya Arantia?" Tanya Kris.

 

"Tunggu, kau sedari tadi bicara bahasa inggris kan? Tapi kenapa kami bisa mengerti?" Tanya Suho.

 

"Ini keajaiban asrama. Semua orang bisa saling mengerti dengan mudah," jawab Soo Kyung.

 

"Aku hanya kelelahan karena menggunakan teleportasi terlalu banyak," kata Soo Kyung lagi begitu ia melihat wajah khawatir Jongin.

 

"Sudah ada kami bertiga. Selanjutnya siapa lagi?" Tanya Suho.

 

"Aku akan segera mencarinya," jawab Soo Kyung yang hendak bangun.

 

"Tidak. Kali ini biar kami yang mencarinya," kata Jongin.

 

"Kalian yakin kuat? Menemukan mereka kadang tidak mudah," kata Soo Kyung.

 

"Kau mungkin bisa ikut. Tapi Jongin yang akan memindahkan kita," kata Kris.

 

"Setuju. Ayo berangkat," kata Jongin yang mulai bersemangat untuk menunjukkan kemampuannya.

 

***

 

"Astaga," gumam Suho begitu mereka tiba di kota yang padat dan penuh lampion merah.

 

"China," kata Kris.

 

"Dimana kita bisa menemukan seseorang yang mempunyai talenta khusus di kota sepadat ini?" Tanya Jongin.

 

"Mungkin bisa ke sana," kata Soo Kyung sambil menunjuk ke sebuah poster sirkus dengan bintang utama orang yang bisa mengangkat barang tanpa menyentuhnya.

 

"Ide bagus," jawab Jongin yang langsung menggandeng Soo Kyung untuk menjaganya.

 

"Ayo pergi," balas Kris.

 

Tanpa sadar, ada seseorang yang mengikuti mereka. Pria berjubah hitam itu selalu menjaga jarak dengan mereka. Ia tahu kemana mereka akan pergi dan dengan tujuan apa.

 

"Dia sudah menemukan kesatria lain. Gerak mereka cepat juga," kata orang itu.

 

"Cepat halangi mereka!"

 

Orang itu langsung cepat-cepat mengikuti mereka berempat.

 

"Ramai sekali," kata Soo Kyung.

 

"Ayo nonton sirkus!" Seru Jongin senang sambil mencari tempat duduk.

 

Mereka akhirnya duduk untuk menonton sirkus. Jongin sangat senang menontonnya. Namun Soo Kyung, Suho, dan Kris tetap waspada.

 

"Sambutlah! Luhan si manusia ajaib!"

 

Luhan lalu keluar dan mendatangi piano di tengah panggung. Ia cukup mengangkat tangannya dan tiba-tiba piano itu mulai melayang.

 

"Kekuatan yang hebat," gumam Suho.

 

"Kalau begitu. Ayo ke belakang panggung," kata Soo Kyung yang langsung menarik Jongin untuk pergi kebelakang panggung.

 

Orang yang tadi mengikuti mereka langsung berdiri begitu melihat targetnya pergi.

 

"Kami adalah teman Luhan," kata Kris begitu ia sampai di belakang panggung.

 

"Kami membawa bunga untuknya," kata Soo Kyung sambil menunjukkan rangkaian bunga yang tadi sempat ia beli.

 

"Pintunya ada di sebelah sana," kata penjaga.

 

"Terima kasih," jawab Suho.

 

"Permisi," sapa Jongin.

 

"Ya? Siapa di sana?" Tanya Luhan.

 

"Saatnya mulai," kata Soo Kyung yang langsung menutup pintu begitu mereka semua masuk.

 

"Siapa kalian?" Tanya Luhan kaget sambil mengangkat kursi yang ada di sana dengan kekuatannya.

 

"Mengangkat kursi dan piano saja?" Tanya Soo Kyung yang mengejutkan Luhan saat meja rias lengkap dengan lampu dibelakangnya melayang karena kekuatan Soo Kyung.

 

"Kau juga punya kekuatan yang sama?" Tanya Luhan.

 

"Benar sekali. Jongin, kau bisa memindahkan kita semua?" Tanya Soo Kyung.

 

"Aku takut kekuatanku tidak cukup," kata Jongin.

 

"Baiklah. Kau, Suho, dan Luhan pergi dulu. Aku akan berjalan bersama Kris. Siapa tahu kita menemukan orang lain," kata Soo Kyung.

 

"Tidak secepat itu," kata seseorang yang muncul dari kabut hitam yang menyelusup masuk dari bahwa pintu.

 

"Rupanya gangguan sudah datang," kata Soo Kyung.

 

"Dia seorang yang sama sepertimu, Suho," lanjut Soo Kyung.

 

Suho langsung maju dengan pisau airnya dan menghantam orang itu. Namun ternyata level pria itu hampir sama dengannya. Pertarungan sengit terjadi di antara mereka berdua. Jongin, Luhan, dan Kris sudah lebih dulu berpindah ke asrama atas perintah Soo Kyung.

 

"Matilah kau," kata Soo Kyung yang lalu melakukan teleport ke belakang pria hitam itu selagi ia bertarung dengan Suho, membekukan air dan memotong leher orang itu.

 

"Kerja bagus, Suho-ssi," puji Soo Kyung.

 

"Terima kasih. Kau semakin pucat saja. Kalau begitu kita makan untuk mengembalikan energimu," komentar Suho.

 

Mereka lalu keluar dan mencari restoran kecil di sana.

 

"Siapa orang tadi?" Tanya Suho.

 

"Mereka adalah musuh utama kerajaan. Kemampuan mereka sama seperti kalian karena mereka adalah penghianat yang membuat kerajaan sendiri," jawab Soo Kyung di sela-sela makannya.

 

"Xiumin! Tolong antarkan es ini ke meja di sana!" Seru koki restoran ke seorang pelayan.

 

"Baik!" Seru Xiumin sambil mengangkat nampan berisi es.

 

"Sudah mencair, hemm...," kata Xiumin sambil memegang gelas itu.

 

"Yak sudah beres," lanjutnya sambil membawa es beku sempurna ke seorang pemesan.

 

Radar Soo Kyung langsung terbukti benar begitu melihat kejadian kecil itu.

 

"Ada apa?" Tanya Suho.

 

"Kita menemukan satu. Nanti kita harus mengikutinya," jawab Soo Kyung.

 

"Baiklah! Aku pulang dulu!" Pamit Xiumin yang membuat Suho langsung memberitahu Soo Kyung untuk mulai mengikutinya.

 

Xiumin berjalan santai di tengah kota. Dia sebenarnya menyadari kalau ada orang yang mengikutinya. Tapi ia tidak menaruh curiga yang berlebihan sampai ia masuk ke sebuah gang dan orang-orang itu masih mengikutinya.

 

"Siapa kalian?!" Hardik Xiumin yang langsung membekukan kaki Suho dan Soo Kyung disaat ia menginjak genangan air di gang itu.

 

Soo Kyung hanya tertawa dan mengeluarkan apinya untuk melelehkan es itu. Xiumin langsung kaget saat ia bertemu dengan orang yang memiliki kekuatan juga.

 

"Aku mencarimu, Xiumin-gege," sapa Soo Kyung ramah yang langsung memindahkan mereka bertiga ke depan asrama.

 

"Kau tahu namaku?!" Tanyanya kaget.

 

"Tentu saja. Aku mengetahuinya," kata Soo Kyung.

 

"Perkenalkan. Namaku Suho. Ini ada Jongin, Kris, Luhan. Yang menemukanmu ini adalah Soo Kyung," kata Suho.

 

"Salam kenal! Wah! Sekarang kita ada dimana? Boleh aku melihat-lihat?" Tanya Xiumin.

 

"Ikutlah dengan kami!" Seru Luhan dan Jongin.

 

"Hati-hati dengan kemampuan membekukannya itu kalau kau tidak mau mati beku," kata Soo Kyung ke Suho.

 

"Tenang saja. Bagaimana? Apa mau mencari orang lagi?" Tanyanya.

 

"Sebaiknya kau istirahat," kata Kris.

 

"Baiklah, kali ini aku akan mematuhi kalian," kata Soo Kyung sambil masuk ke dalam asrama.

 

Tiba-tiba ada cahaya yang mengagetkan Kris dan Suho sebelum mereka berjalan mengikuti Soo Kyung.

 

"Anakku! Bagaimana keadaannya?" Tanya seorang wanita tua yang langsung memeluk Soo Kyung.

 

"Baik-baik saja. Ah ya, perkenalkan. Ini Suho, Kris, Jongin, Luhan, dan Xiumin. Tentu kau pasti bisa mengetahui kekuatan mereka," jawab Soo Kyung.

 

"Teman-teman. Ini ibuku, ratu dari kerajaan ini. Dia yang mengutusku untuk mencari kalian semua," kata Soo Kyung sambil membantu ibunya menurunkan beberapa barang.

 

"Kalian semua sungguh mempesona. Ikutlah makan malam dan tunjukkan kemampuan kalian," kata Ibu Soo Kyung.

 

"Baik!" Jawab mereka berlima serempak.

 

"Anak baik."

 

***

 

"Baiklah, Jongin sayang, silahkan," kata Ibu Soo Kyung begitu mereka selesai makan malam.

 

Jongin lalu maju dan mulai melakukan teleport ke sana kemari. Kemampuannya sudah meningkat karena ia bisa memindahkan lima orang sekaligus.

 

"Bagus sekali, Jongin. Nah Suho, silahkan."

 

Suho lalu membuat beberapa bola air dan meluncurkannya cepat ke sebuah lilin yang langsung terbelah. Dia bahkan sudah bisa mengambil lilin dengan bantuan air.

 

"Kerja yang sangat rapi. Kau memang berbakat," puji Ibu Soo Kyung yang sangat senang.

 

Kris lalu maju dan memainkan api dengan mudahnya. Ia menyalakan api unggun dan mematangkan daging mentah dengan kemampuannya itu.

 

"Ah ya. Aku ada kejutan," kata Kris.

 

"Apa itu? Aku suka kejutan!" Seru ibu Soo Kyung.

 

Kris lalu masuk dan membawa peliharaan terbarunya. Ternyata itu adalah seekor naga usia remaja yang ia temukan di bawah ranjangnya. Naga biasanya tidak mudah bermain dengan manusia. Namun dengan Kris, naga itu sangat baik.

 

"Kau sudah mengeksplorasi bakatmu Kris. Bagus sekali," puji sang Ratu.

 

"Terima kasih," jawab Kris.

 

"Giliranku! Maafkan sebelumnya, Yang Mulia," kata Luhan yang mengejutkan Ratu karena berhasil membuat kursi beserta sang Ratu terangkat sampai tingginya setengah ruang makan.

 

"Ini seru sekali! Kau hebat," kata Sang Ratu begitu ia menjejak lantai.

 

"Nah sekarang giliranku!" Seru Xiumin sambil mengambil segelas susu dan langsung membekukannya.

 

"Oh ya. Kalian mau bermain ice skating?" Tanya Xiumin.

 

"Bisakah? Ini masih musim semi lho," kata sang Ratu.

 

"Silahkan lihat ke danau di dekat asrama," kata Xiumin yang membuat mereka semua memenuhi jendela.

 

"Asyik! Aku ingin berseluncur," seru Luhan sambil mengambil sepatu es yang ada di lemari dengan psikokinetis-nya.

 

"Aku tentu akan tiba sebelum kalian," kata Jongin yang langsung melakukan teleportasi.

 

"Hebat sekali! Kau mendidik mereka dengan baik, Soo Kyung," kata sang Ratu.

 

"Aku belum mengajari mereka macam-macam. Mereka sudah bisa sendiri. Memang berbakat," jawab Soo Kyung.

 

"Nah bolehkah aku bertanya?" Kata Suho.

 

"Mengapa kau bisa menguasai semua kekuatan itu tanpa kecuali?"

 

"Dia sudah kudidik keras dari dulu. Semua waktunya hanya untuk belajar. Dia keturunan murni karena dapat menguasai semua elemen dan kekuatan," kata sang Ratu.

 

Soo Kyung hanya terdiam mengingat masa-masa dimana ia dibina dengan keras. Namun ia tidak menyerah, senyumnya mengembang setiap ia berhasil melakukan hal baru. Dia akhirnya sadar bahwa inilah takdirnya dan ia tak akan menyerah juga pada kekuatan gelap yang telah memusnahkan ayahnya dulu.

 

"Aku pergi dulu," kata Soo Kyung.

 

"Mencari salah satu dari mereka lagi?" Tanya ibunya.

 

"Benar sekali."

 

"Kris, Suho, ikutlah dengannya," kata sang Ratu.

 

"Kalian sebaiknya di sini. Belajar untuk menguasai kekuatan kalian. Ibu, kau tahu kan bahwa aku bukan seorang gadis yang lemah?" kata Soo Kyung.

 

"Baiklah jika itu maumu," jawab ibunya sambil tersenyum.

 

"Sampai jumpa," kata Soo Kyung yang lalu menghilang.

 

"Dia anak yang kuat," komentar Kris.

 

"Tak ada yang bisa mengganggunya saat ini. Namun aku khawatir kondisi fisiknya menurun apabila dia memforsir dirinya."

 

"Aku akan memberitahu Jongin agar ia bisa bersiap-siap apabila kita harus menyusul," kata Suho.

 

***

 

Soo Kyung duduk di pinggir taman tempat ia sampai dari teleportasi. Entah kemana ia harus pergi sekarang. Bahkan ia tidak tahu ia ada dimana sekarang.

 

"Cahaya apa itu?" Tanyanya kaget saat melihat sebuah cahaya dari balik pepohonan.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet