Penolakan di awal perjumpaan.

Affairs of The Heart

-Flashback-

" Dia menggunakan kursi roda, karena kedua kakinya telah di amputasi. Tapi senyuman tak pernah lepas dari bibirnya. Bahkan aku lupa menanyakan siapa namanya. Maafkan ibu, Kyungsoo. Mungkin amplop itu jawaban dari semua rasa penasaranmu, bukalah. Itu milikmu."

Setelah mengatakan itu orang tua Kyungsoo pamit keluar. Ruangan itu nampak hening setelah kedua orang tua Kyungsoo meninggalkannya sendiri dengan peninggalan yang di berikan pemuda pendonor jantung tersebut.

Kyungsoo masih terpaku mencerna setiap kata yang tadi diucapkan kedua orang tuanya. Dengan sangat perlahan Kyungsoo mulai membuka amplop hijau itu. Di temukannya dua buah lembar surat dan dua buah foto polaroid. Tidak di hiraukannya foto polaroid tersebut, dia hanya ingin membaca isi pesan yang tertulis dalam surat tersebut.

" Kepada Do Kyungsoo,

Hai Kyungsoo, kau pasti belum mengenalku kan? Tapi aku sudah lebih dahulu mengenalmu dari Seohyun Seongsaenim. Maafkan aku yang kurang sopan mencari tahu tentangmu dari orang lain. Aku hanya ingin sedikit membantumu dengan kekurangan yang aku miliki. Sebelum itu, kita bersahabat ya? Seohyun noona bilang kau belum pernah menjalin hubungan persahabatan dengan siapapun karena sesuatu membatasimu untuk bersosialisasi. Sebenarnya, apa yang kau alami tidak seharusnya menjadikanmu tertutup dari dunia luar. Tapi aku mengerti, kekhawatiran kedua orang tuamu akan kondisimu. Jadi sekarang aku adalah sahabat pertamamu. Aku tidak menerima penolakan! Hehe..

Namaku Xi Luhan, dari namaku kau pasti bisa menebak bahwa aku bukan orang Korea kan, yap! Aku orang China, tapi aku kecil dan tumbuh besar di Korea. Aku juga bersekolah disini, dan mempunyai impian menjadi dancer hebat. Aku sangat mencintai seni. Tau kenapa? Ibuku adalah seorang pemain Gayageum dan penyanyi di sebuah opera tradisional milik negara. Ibuku berdarah Korea. Dan Ayahku China. Darah seni Ibuku menurun kepadaku. Aku juga sangat menyukai bernyanyi tapi aku lebih suka menari.

Aku mendengar dari Seohyun noona, kau juga sangat suka bernyanyi. Benarkah? Seohyun noona juga bilang suaramu itu indah Kyungsoo. Ahh~ aku jadi ingin sekali mendengar kau bernyanyi. Maukah kau bernyanyi untukku? Walaupun itu kau lakukan di atas pusaraku, aku pasti bisa mendengarnya!

Oh iya! Kau juga pandai menabuh Drum dan memainkan biola. Apakah itu benar? Bahkan dia bilang kau juga bisa menari. Ohh Kyungsoo kau daebakk! Dan aku tau bagaimana perasaanmu selama ini. Dengan bakat yang begitu banyak yang Tuhan  titipkan untukmu, Dia juga memberimu dinding batasan yang cukup kokoh. Aku juga merasakan itu Kyungsoo.

Perlahan, dalam cobaan yang aku alami, aku merasa sama berada di tempatmu. Tak bisa menggapai mimpi besarku, padahal itu sudah ada di depan mataku.

Tapi kau beda Kyungsoo! Kau masih punya kesempatan. Setidaknya kondisi fisikmu sempurna. Tidak sepertiku! Setelah kecelakaan naas beberapa bulan lalu, dokter mengamputasi kedua kakiku. Aku sangat terpukul, dan jiwaku mulai terguncang setelah pemotongan kedua kakiku.

Mungkin jika aku bukan seorang murid dari sekolah seni terkemuka aku tidak akan terpukul begitu dalam.

Aku bersekolah di Saint Maria school of art. Itu sekolah impianmu bukan, Kyungsoo? Dan itu juga sekolah impianku. Aku memiliki prestasi yang banyak selama tahun ajaran pertama. Aku adalah salah satu dancer dan singer terbaik sekolah kami.

Aku memiliki banyak teman, dan salah satunya ada yang sangat istimewa. Dia teman sekamarku. Dan juga teman sekelasku. Awal bertemu saat penerimaan siswa baru dia sangat lucu, pemalu dan sedikit galak. Hehe, aku jadi tersenyum membayangkan pertemuan pertama kami.

Kau tahu Kyungsoo, seiring waktu pada tahun ajaran pertama dia merebut semua perhatianku. Sekolah menjadikan kami couple dancer. Hal itu menjadikan kami sering bertemu, di kelas, di asrama, bahkan di tempat latihan. Dia sangat pandai saat menari. Gerakannya indah. Setiap gerakan yang dia ciptakan membuatku tersihir.

Kulitnya berwarna coklat, garis wajahnya, matanya yang tajam, hidungnya, bibir penuhnya, dan bahunya yang tegas membuatku gila! Aku jatuh cinta padanya Kyungsoo! Dia segalanya bagiku!

Mungkin kau akan terkejut mendengarku mencintai seorang namja. Tapi inilah cinta! Datangnya tak bisa tertebak bukan? Jika aku bertanya padamu, apa yang kau lakukan ketika cinta menjeratmu? Apa yang akan kau jawab Kyungsoo? Jawabannya hanya satu. Kau harus menyerahkan jiwamu seutuhnya. Melihat seseorang yang kau cintai bahagia sangat menyenangkan kan? Kyungsoo.

Dan hal yang tak kuduga terjadi. Dia, Jongin. Dia membalas cintaku. Duniaku seakan berwarna Kyungsoo. Kau tahu, ketika seseorang membalas cintamu, membalas semua perhatianmu, rasanya seperti kau telah memiliki semua yang berharga di dunia. Akhirnya aku temukan tujuan hidupku. Dia Jongin-ku, nafasku, dan alasan mengapa aku mau menari pada kompetisi menari nasional yang diadakan di Busan.

Seharusnya aku dan Jongin yang mengikuti kompetisi tersebut. Namun, Jongin harus mengikuti pelatihan nasional yang negara adakan untuk kompetisi internasional. Aku sangat bangga terhadapnya. Dia Jongin-ku, yang setiap malam memelukku sebelum aku terlelap.

Tiga hari sebelum kompetisiku di mulai, Jongin berpamitan padaku. Dia akan mengikuti karantina di Seoul selama seminggu sebelum kompetisi internasionalnya dimulai. Aku sempat sedih karena akan berpisah dengannya, tapi ini untuk kebaikanku, juga untuk kebaikannya. Inilah tujuan kami. Toh, ini hanya beberapa hari, setelah itu kita akan bersama lagi. Itulah yang ada di benakku.

Jongin berjanji akan membawa medali emas untukku. Dan kita akan lulus bersama-sama, melewati ujian demi ujian di sekolah, masuk universitas bersama, menjadi dancer terbaik, lalu menikah. Mimpi yang sederhana bukan? Tapi Tuhan berkehendak lain. Itu adalah terakhir kalinya aku menghabiskan waktu bersama Jongin.

Malam sesudah keberangkatan Jongin. Aku hendak pulang ke rumahku, untuk bertemu dengan adikku yang baru saja tiba di Korea, adikku bersekolah di Jepang. Adikku bilang dia sangat merindukanku, dan sangat mengkhawatirkanku. Aku tidak tahu bahwa itu adalah pertanda darinya. Dia mempunyai firasat, dan aku sama sekali tidak menangkap firasat tersebut.

Karena sangat tergesa-gesa dan tidak sabar untuk segera sampai halte bus yang diseberang jalan, aku tidak memperhatikan tanda lampu pejalan kaki telah menunjukkan berhenti menyebrang. Yang aku ingat sebuah truk melesat menuju ke arahku, dan refleksku sangat buruk. Aku terhempas beberapa meter ke depan, itu tidak meninggalkan efek apapun padaku, aku tidak merasakan sakit sama sekali. Tapi tiba-tiba dari arah berlawanan muncul sebuah mobil yang menghantam kedua kakiku. Dan setelah kejadian itu aku tidak sadarkan diri dan mendapati kedua kakiku telah diamputasi. Aku koma selama seminggu.

Aku memandang sendu orang-orang yang berada di depanku saat aku terbangun dari koma. Aku mencari Jongin saat itu. Tapi dia tidak ada. Hari ini adalah kompetisi menarinya. Aku memohon pada kedua orang tuaku, Seohyun noona, adikku, dan juga sahabat-sahabat dekatku  untuk tidak memberi tahu Jongin tentang hal ini. Aku tak mau dia khawatir tentang keadaanku yang sudah mengenaskan ini. Aku ingin Jongin berhasil dalam kompetisi, ini adalah mimpinya.

Dan, benar saja! Jongin meraih medali emas. Aku sangat senang, bangga dan terharu. Aku melihatnya dari televisi di rumah sakit. Dia tersenyum bahagia, begitu tampan dan bercahaya. Jongin mengucapkan terima kasih pada semua orang yang telah membantunya, akupun terkejut ketika dia mengatakan bahwa dia mencintaiku di depan televisi, di hadapan semua media. Aku bahagia mendengarnya, tapi perasaan lain mulai timbul. Perasaan takut menghantuiku. Aku takut jika dia mengetahui aku lumpuh, aku sudah cacat. Aku takut jika dia kecewa dengan keadaanku, dan dia akan meninggalkanku. Aku menangis hingga pingsan saat itu. Rasa takut kehilangan Jongin, dan rasa bersalah terhadap janji dan mimpi kami semakin dalam.

Dan aku putuskan untuk tidak menemuinya lagi. Aku berhenti dari sekolah. Dan tidak bertemu dengannya lagi. Dan sejak saat itu aku dan semua orang yang dekat dengan kami merahasiakan keberadaanku, keadaanku, dan peristiwa yang terjadi padaku. Dan aku sudah mendengar, Jongin, tidak mau lagi menari. Dia bahkan sering menyendiri dan terlihat murung. Itulah yang Seohyun noona katakan padaku. Aku semakin merasa bersalah padanya. Hatiku sakit.

Hingga aku memutuskan hal ini. Setelah berbulan-bulan aku di rumah sakit ini untuk memulihkan mentalku. Aku bertemu denganmu Kyungsoo. Seohyun noona yang mempertemukan kita. Menceritakan keadaanmu. Akupun mengerti. Aku akan membantumu, dan itu keputusanku.

Tidakkah kau mengerti Kyungsoo? Aku sangat mencintainya hingga aku tak sanggup untuk melepasnya, aku bahkan sangat pengecut, aku meninggalkannya tanpa kata-kata dan alasan yang jelas. Dia bahkan tak tahu apa yang terjadi padaku saat ini. Aku berpesan pada adikku, untuk tidak memberitahu Jongin hingga saatnya tiba. Hingga aku sudah jauh di dunia sana. Mungkin Jongin akan diberitahu tentang kematianku. Tapi tidak tentang pendonoran jantungku.

Kyungsoo, maukah kau melakukan sesuatu untukku?

Ini impian terakhirku Kyungsoo

Maukah kau membuat seorang Jongin bahagia lagi?

Maukah kau memberikan alasan agar dia menari lagi?

Maukah kau menjaganya Kyungsoo?

Menjaga agar kebahagiaannya tidak ternoda lagi oleh rasa kecewa?

Kyungsoo, terima kasih telah menjadi sahabatku. Aku percayakan semua padamu. Maafkan aku, mungkin aku egois, di awal persahabatan kita aku meminta hal yang berat padamu.

Terima kasih Kyungsoo, kejarlah impianmu dan berjanjilah untukku. Aku menyayangimu.

Sahabatmu,

Xi Luhan "

Kyungsoo terhenyak, bibirnya bergetar menggumamkan kata-kata terima kasih. Air matanya tidak tertahan lagi, Kyungsoo mulai terisak. Dia memeluk, mengecup, dan kembali menatap tulisan indah tersebut hingga kertasnya basah oleh air matanya.

" Terima kasih... terima kasih, aku akan memenuhi keinginan terakhirmu. Aku berjanji. Aku berjanji untukmu, apakah kau mendengarku dari sana Luhan? "

End Flashback

 

-oOo-

 

Chapter 2

" Kau .."

Pemuda yang berkulit lebih gelap menunjuk pemuda mungil bermata bulat di hadapannya. Pemuda mungil yang di tunjuk masih terpana akan pesonanya. Suara berat pemuda berkulit gelap tersebut seperti mantra menyihir sang pemuda mungil hingga terpaku. Pemuda mungil bermata bulat bernama Do Kyungsoo kemudian mengerjapkan matanya, masih terpana oleh wajah pemuda berkulit gelap dihadapannya, dia Kim Jongin.

" Sedang apa kau di kamarku?

.. KELUAR! "

Kyungsoo tetap terpaku memandang Jongin dengan mata bulatnya. Kyungsoo benar-benar seperti tersihir oleh tatapan Jongin yang tajam. Dalam situasi seperti ini seharusnya Kyungsoo menyadari bahwa kehadirannya membuat Jongin tidak nyaman. Terlihat dari wajah dingin Jongin dan suaranya yang membentak Kyungsoo. Jongin seperti tidak menginginkan kehadirannya.

Lagi-lagi Jongin memutar matanya malas. Dia bergerak menuju meja belajar Kyungsoo. Sementara Kyungsoo masih diam terpaku menatap pergerakan Jongin. Kyungsoo merasakan lidahnya kelu, dia tidak bisa menggerakan tubuhnya bebas. Jantung di dadanya semakin cepat bedegup, apa yang di perintahkan otaknya tidak di respon oleh tubuhnya.

Jongin mengangkut semua buku dan barang-barang yang berada di atas meja tersebut lalu memasukkannya ke dalam koper yang ada di hadapan Kyungsoo. Gerakannya terhenti melihat sebuah kotak pot yang serupa seperti miliknya. Tangan Jongin bergetar menyentuh kotak pot dihadapannya. Pandangannya berubah menjadi sendu, Jongin kembali mengingat sesuatu yang hilang dalam hidupnya, sesuatu yang sangat berarti. Dia tertunduk lalu berdecak dan mengusap wajahnya kasar.

Mata Jongin mulai memandang dingin Kyungsoo. Jongin mengampiri pemuda bermata bulat yang tengah menganga menatapnya. Jongin menunduk menyamakan posisinya dengan Kyungsoo yang berjongkok menatapnya. Tanpa sadar Kyungsoo memiringkan wajahnya, matanya masih terpesona dengan wajah dingin Jongin.

" Kau.. dari mana kau mendapatkan kotak pot itu? "

Pertanyaan Jongin membangunkan Kyungsoo dari lamunannya. Kyungsoo mengerjap lucu lalu mengerutkan keningnya belum menangkap pertanyaan tersebut. Jongin semakin mendekatkan wajah Kyungsoo, dan dengan refleks Kyungsoo menjauhkan wajahnya dari wajah Jongin. Wajah Kyungsoo sudah memerah sempurna, wajah Jongin kini tepat ada dihadapannya. Dalam jarak sedekat ini wajah Jongin semakin tampan dan indah, itu membuat batin Kyungsoo terus bergemuruh. Bahkan Kyungsoo bisa merasakan hembusan nafas Jongin yang menderu dan wangi parfum maskulinnya.

" DARI MANA KAU MENDAPATKANNYA ?! "

Kali ini Jongin bertanya lebih keras dan berteriak tepat di hadapan Kyungsoo. Kyungsoo terperanjat kaget lalu jatuh terjungkal kebelakang. Beruntung di belakangnya ada sebuah sofa jadi kepalanya tidak terbentur lantai karena punggungnya terlebih dahulu membentur sofa.

" A-apa kau gila berteriak di depan wajahku?! "

Kyungsoo mengusap punggungnya yang terbentur sofa tadi. Dan Kyungsoo tersadar oleh pertanyaan Jongin beberapa saat tadi. Dia mulai mencari beberapa alasan yang masuk akal untuk menjawab pertanyaan Jongin. Mana mungkin dia menjawab kalau itu pemberian terakhir dari Luhan. Bisa-bisa dia langsung dihujani pertanyaan oleh Jongin. Dia tidak mau memberitahu Jongin yang sebenarnya sekarang. Dia ingin melihat Jongin menari lagi, menjadi Jongin yang Luhan ceritakan. Dia ingin Jongin bersinar lagi seperti dulu. Tampak dia menunduk menggigit bibir bawahnya, Kyungsoo gugup. Sementara Jongin masih menatapnya dengan tatapan menuntut jawaban.

" Itu pemberian dari seorang teman. " Jawab Kyungsoo singkat lalu bangkit dari tempatnya terjatuh tanpa menatap pria yang ada di hadapannya. Kyungsoo menghampiri meja belajarnya hendak merapikan kembali beberapa barang. Mata bulat Kyungsoo semakin membulat ketika melihat meja belajar yang barusan dia tata sekarang sudah kosong, hanya kotak pot yang ada di atas meja tersebut.

" H-hei? Kemana buku-buku ku? " Kyungsoo masih terheran lalu memeriksa setiap sudut meja belajar tersebut, termasuk membuka laci-lacinya. Kyungsoo menoleh kearah Jongin yang masih berdiri diam dan memutar matanya malas. Kyungsoo hendak bertanya namun Jongin memotongnya dengan perkataan kasar dan dingin.

" Keluar dari kamarku! "

Dengan mimik wajah yang masih datar dan dingin Jongin membawa koper dan tas Kyungsoo lalu melemparkannya keluar kamar. Dengan memasang wajah tanpa rasa bersalah, Jongin kembali menghampiri Kyungsoo ysng masih terperanjat kaget melihat apa yang dilakukan Jongin barusan. Dengan refleks Kyungsoo mendorong bahu Jongin. Sontak Jongin kembali menyerang Kyungsoo dengan menarik tangannya kasar dan mendorongnya keluar kamar. Baru saja Kyungsoo ingin menerobos masuk ke kamar, Jongin langsung membanting pintu kamar itu.

BLAM!

DUG! DUG! DUG!

" YA! A-apa yang kau lakukan! itu juga kamarku! Kau tidak bisa seenaknya TUAN BERWAJAH BEKU! "

" YA! JONGIN-SSHIIII BUKA PINTUNYAA! "

" KIM JONGIN-SSHIII! "

DUG! DUG! DUG!

Kyungsoo berteriak-teriak di depan pintu kamar tersebut sambil menggedor pintunya. Kyungsoo tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti ini dari Jongin. Jika Jongin selalu berdiam diri dari siapapun dan bersikap dingin terhadapnya, Kyungsoo bisa memahaminya. Mungkin, kehilangan Luhan sangat membuat Jongin terpukul. Tapi sikap Jongin barusan sangat diluar nalar Kyungsoo. Jongin sangat kasar dan tidak bersahabat. Bagaimana Kyungsoo bisa mengutarakan pesan dari Luhan? bagaimana jika Kyungsoo mengatakan Luhan meninggal karena mendonorkan jantungnya untuk Kyungsoo? Apa Jongin bisa menerimanya? Paling tidak menjadi temannya walaupun tidak terlalu dekat, bagi Kyungsoo tidak masalah. Tapi, baru mendapati Kyungsoo menjadi teman sekamarnya saja dia sudah bersikap seperti ini.

' Bagaimana ini ? '

Ucap Kyungsoo dalam hati. Karena merasa lelah tidak mendapat jawaban dari dalam kamar, Kyungsoo jatuh terduduk bersandar pada daun pintu kamarnya seraya memeluk kedua lututnya ke dada. Kyungsoo menatap pilu tas dan kopernya. Ini baru beberapa jam dia berada di sekitar Jongin, tapi Jongin sudah menunjukkan rasa tidak suka terhadapnya. Bahkan Jongin belum mengenal dirinya yang sepenuhnya. Yang Jongin tahu, Kyungsoo hanya anak baru di sekolahnya. Bahkan, Kyungsoo belum pernah merepotkan Jongin sebelumnya, mengapa Jongin bersikap seperti ini? Apa dia selalu seperti ini jika dengan orang lain? Kyungsoo masih memilah-milah pertanyaan demi pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya. Sampai akhirnya dari ujung lorong asrama muncul satu sosok pemuda tampan dengan senyum seindah malaikat dan wajah yang tenang menghampirinya. Pemuda barusan mengangkat koper dan tas Kyungsoo yang berserakan dan membawanya ke hadapan Kyungsoo.

" Apa yang kau lakukan disini? " Tanya pemuda tersebut sambil tersenyum manis lalu membantu Kyungsoo untuk berdiri. Kyungsoo hanya diam, lalu tersenyum kecil. Kyungsoo merasa malu sekali ada yang melihatnya dengan kondisi seperti ini. Kyungsoo lalu menunduk dan berterima kasih pada pemuda yang barusan membantunya. Pemuda tersebut masih tersenyum memandang Kyungsoo yang sedang merapikan beberapa barang yang berkeluaran dari dalam kopernya. Lalu Kyungsoo menatap lagi pintu di belakangnya dengan wajah lelah.

" Sepertinya kau murid baru disini? Apa yang kau lakukan di depan kamar Kai? "

Ucapan pemuda itu membuat Kyungsoo terperanjat lalu mengalihkan pandanganya pada pemuda yang menyebut kamarnya dan Jongin dengan kamar Kai . Siapa yang Kai yang dia maksud.

" Kai ? Kai siapa Sunbaenim? " Kyungsoo mengutarakan pemikirannya kepada pemuda yang dia pikir adalah kakak kelasnya. Karena dari penampilan dan seragam yang pemuda itu pakai sangat berbeda dengan yang di pakai Kyungsoo. Pemuda itu memakai seragam murid ajaran tahun ketiga.

Murid ajaran tahun pertama atau kelas satu memakai kemeja berwarna krem lembut dengan jas abu-abu dan celana panjang berwarna mocca. Murid ajaran tahun kedua atau kelas dua seperti Kyungsoo, memakai kemeja merah muda dengan jas abu-abu dan celana panjang berwarna merah maroon. Dan murid ajaran tahun ketiga atau kelas tiga memakai kemeja berwarna biru muda dengan jas abu-abu dan celana panjang berwarna biru tua.

" Kai, dia Kim Jongin. Itu adalah kamarnya. Sedang apa kau di sini? Siapa namamu? "

Kyungsoo masih belum mengerti, mengapa kakak kelasnya ini memanggil Jongin dengan sebutan Kai. Tapi otaknya terasa lelah untuk memikirkan hal lain, yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar dirinya bisa di terima berada di sekitar Jongin. Sesaat Kyungsoo berpikir untuk meminta bantuan pada kakak kelasnya ini, tapi rasanya masih sangat canggung. Bertemu dengan orang baru tapi sudah merepotkan rasanya tidak sopan. Akhirnya Kyungsoo memperkenalkan dirinya.

" Aku Do Kyungsoo, aku siswa baru di 2.4 . Dan ini kamarku juga, tapi .. "

Kini Kyungsoo tertunduk malu. Malu akan mengatakan kalau dia di usir dengan tidak terhormat dari kamarnya sendiri tanpa sebab. Kakak kelas yang di hadapan Kyungsoo tersenyum penuh arti. Lalu memegang kedua bahu Kyungsoo agar dia mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk. Sepertinya dia mengerti apa yang akan dikatakan Kyungsoo selanjutnya. Kyungsoo menatapnya penuh harap agar bisa menolongnya. Mata bulatnya semakin lucu saat menatap sang kakak kelas seperti itu.

" Ayo masuk. Akan ku berikan dia pengertian. Ini sudah keputusan sekolah bukan? Dia tak boleh seenaknya. Selalu saja begini! "

Bingo!

Akhirnya, tanpa memintapun kakak kelasnya mau membantunya. Apa kakak kelasnya ini bisa membaca pikirannya? Ah tapi sepertinya Kyungsoo tidak ingin memikirkan hal itu sekarang. Senyum manisnya barusan mengembang lebih manis lagi hingga mata bulatnya semakin membulat lucu.

" Benarkah? "

" Apa aku terlihat seperti main-main? Ayo masuk, akan ku bantu membawa barang-barangmu. "

Kakak kelasnya membantu membawa koper Kyungsoo. Sebelumnya Kyungsoo berterima kasih kepada kakak kelasnya itu dan beberapa kali menundukkan kepalanya. Kakak kelasnya menatap lucu tingkah Kyungsoo barusan lalu tertawa kecil sambil mengetuk kamar Jongin. Beberapa ketukan Jongin tidak membukakan pintunya. Ketukan terakhir, karena tidak mendapat respon dari Jongin dengan keras kakak kelasnya itu meneriaki Jongin.

" YA! KAI! KKAMJONG BUKA PINTUNYA! "

Kyungsoo sampai menutup telinganya ketika suara kakak kelasnya itu terdengar seperti hendak merobohkan pintu di depannya.

Kreett!

Akhirnya Jongin membuka pintu kamarnya lalu menatap Kyungsoo yang bersembunyi di belakang kakak kelasnya . Kyungsoo tersenyum penuh kemenangan. Senyumnya manis sekali, hingga matanya seolah ikut melengkung tersenyum. Jongin mendengus sebal kepada kakak kelas yang ada di depan Kyungsoo. Keningnya berkerut, wajahnya semakin tertekuk, dengan sangat terpaksa dia membiarkan Kyungsoo dan kakak kelasnya itu masuk ke dalam kamarnya.

" Kau tidak berubah Kai.. kau tak boleh seperti ini terus. Dia juga berhak memakai kamar ini. Semua ini sudah keputusan sekolah bukan? "

Kakak kelas yang dihadapan Kyungsoo terus membelanya dengan wajah serius dan berbicara lembut terhadap Jongin. Kyungsoo menangkap apa yang di katakan oleh keduanya, sesaat wajah Jongin berubah seperti anak kecil yang memohon pada kakak kelasnya, agar dia tidak sekamar dengan Kyungsoo. Entahlah, Kyungsoo juga merasa keduanya begitu akrab dan dekat. Bahkan Jongin tidak ragu merengek manja pada kakak kelas berwajah tenang ini. Dan panggilan ' Kai ' yang di berikan kakak kelasnya kepada Jongin terlihat sangat khusus mengingat Luhan tidak pernah memanggil Jongin dengan sebutan ' Kai ' dalam suratnya.

" Junmyun Hyung, jebal! Bilang pada Appa! Aku mau memakai kamar ini sendiri. Aku tidak sudi berbagi dengan orang asing seperti dia! "

Kini Jongin melirik Kyungsoo yang sedari tadi berdiri di belakang kakak kelasnya. Sepertinya tuan muda Kim Jongin benar-benar tidak ingin Kyungsoo berada disekitarnya. Dan pada kenyataannya Jongin adalah anak dari ketua yayasan di sekolahnya ini. Dan kakak kelas yang ada di hadapan Kyungsoo adalah kakak kandung dari Jongin. Pantas mereka begitu dekat dan akrab saat berbicara. Dan wajah dingin Jongin yang sering Kyungsoo lihat dari awal bertemu pun seperti lenyap tergantikan oleh wajah lucu Jongin yang seperti anak kecil merengek.

" Maaf Kai, sebagai ketua Osis di sekolah ini aku tidak bisa mengistimewakan dirimu terus menerus. Appa juga tidak akan suka sikapmu yang seperti ini, memonopoli kamar asrama hanya untukmu sendiri. Kau akan sekamar dengan Do Kyungsoo, dan tidak ada penolakkan akan hal itu. Mengerti? "

Dan Jongin hanya mendengus sebal mendengar keputusan sang kakak kelasnya tadi. Sepertinya suasana hati Jongin bertambah buruk, Kyungsoo dapat melihat dari kilatan mata Jongin yang semakin tajam melihatnya. Seakan-akan mata Jongin mengatakan ' menjauhlah-dariku' .

" Baiklah. Terserah lakukan apa yang kalian mau. Asalkan dia tidak mengganggu privasiku, aku akan menganggapnya tidak ada. "

Hanya itu kata-kata yang terakhir Jongin katakan sebelum dia keluar dari kamar asrama meninggalkan Kyungsoo dengan mata bulat dan mulut yang masih terbungkam sejak tadi. Kyungsoo merasa sepertinya Jongin belum bisa menerimanya di kamar ini, walaupun dia sudah mengizinkan Kyungsoo untuk tetap sekamar dengannya. Rasanya ini lebih berat. Seseorang menerima kehadiranmu dengan terpaksa dan menganggapmu tidak ada. Hey! Kyungsoo sudah cukup kesepian selama ini, dan Jongin membuatnya lebih buruk. Penolakan di awal perjumpaan.

Kyungsoo membungkuk berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada kakak kelasnya yang merupakan kakak kandung teman sekamarnya. Junmyun hanya terkikik kecil menimpali tingkah lucu Kyungsoo, lalu menepuk lemput bahu Kyungsoo pamit untuk kembali pada asramanya.

" Namaku Kim Junmyun, omong-omong. Kau bisa memanggilku Suho-Hyung, semua teman dekatku memanggilku begitu. Kau ini manis Kyungsoo dan juga lucu. Kalau perlu bantuanku, aku ada di kamar 102-3.1, asrama A. Tak perlu sungkan. Sampai nanti. "

Dan tinggal lah Kyungsoo sendiri, entah mengapa hari pertamanya terasa lebih melelahkan. Mungkin karena perdebatan kecilnya dengan Jongin hari ini. Dan hari ini akan berlalu begitu lambat, terlihat Kyungsoo menghela nafas panjang karena dia harus menata ulang meja belajarnya yang barusan dikosongkan oleh Jongin. Ini terasa lebih berat mengingat Kyungsoo yang notabennya seorang Tuan Muda yang selalu dibantu oleh butler di rumahnya untuk melakukan pekerjaan apapun itu. Sepertinya Tuan Muda Do harus terbiasa melakukan semuanya sendiri, juga terbiasa dengan sikap tak acuh dankasar seorang Kim Jongin. Namun dalam hatinya Kyungsoo bersorak penuh kemenangan karena bisa berada terus dekat dengan pemuda yang memang sudah menarik perhatiannya sejak masuk sekolah, atau sejak Luhan menceritakannya dalam suratnya.

Entahlah, bagi Kyungsoo ini terlalu cepat untuk menyadari apa perasaannya pada Jongin. Karena pada kenyataanya, Jongin selalu membuat dia terpesona walau hanya menatapnya beberapa menit yang lalu. Dan membuat degup jantungnya semakin cepat seakan mau meledak. Degupan milik Kyungsoo atau milik Luhan, Kyungsoo pun tak ingin memikirkan hal itu saat ini.

' Cinta itu seperti apa, Lu ?'

 


 

Sepertinya pelajaran selanjutnya tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Terlihat Tuan Muda Do sedang berjalan cepat menuju kelasnya. Ketika Kyungsoo sedang membereskan beberapa buku dan barang, Baekhyun datang ke kamar Kyungsoo dan memberitahunya bahwa kelas menari akan dimulai tiga puluh menit lagi. Dan Kyungsoo sangat tidak sabar akan kelas itu, dia ingin melihat apa yang dilakukan Jongin di kelas menari, karena banyak yang mengatakan bahwa Jongin tidak mau menari lagi. Tapi kelas menari ini adalah sebuah pelajaran yang masuk kurikulum sekolah bukan? Mau tidak mau dia harus mengikutinya jika tidak ingin tinggal kelas.

Sesampainya di kelas, pandangan Kyungsoo mengedar ke sekeliling sudut kelas. Kyungsoo tidak melihat sosok seseorang yang sangat ingin dia lihat. Kim Jongin, tidak ada di kelasnya. Hanya terlihat Baekhyun yang baru saja datang bersamanya sedang berbicara sesekali tertawa bersama seorang pemuda tinggi, berwajah manis dan ada garis hitam di bawah matanya yang berkantung, dia Huang Zitao yang juga teman sekelasnya. Kyungsoo berjalan gontai menuju bangkunya, wajahnya terlihat sekali kecewa melihat Jongin tidak ada di kelasnya.

Seorang murid masuk ke dalam kelasnya lalu menyerukan agar semua siswa berganti pakaian bersiap untuk kelas menari. Semua siswa beranjak ke ruang loker untuk mengganti seragam. Baekhyun menggandeng lengan Kyungsoo dan Tao keluar kelas dengan wajah riang. Sesekali membicarakan gurauan yang membuat Tao tertawa lepas, namun tidak dengan Kyungsoo. Pikirannya terpusat pada seseorang yang sedari tadi tidak dia jumpai lagi setelah perdebatan kecil di kamar asrama.

' Apa dia benar-benar tak hadir di kelas menari? '

Kyungsoo terus membatin. Tubuhnya terus berjalan beriringan dengan dua teman kelasnya, namun pikirannya memang sedang tidak ada disana. Dua teman Kyungsoo terus mengajaknya bicara namun Kyungsoo tetap tidak memberi respon. Dia terus berada pada dunianya sendiri.

Hingga Baekhyun menyadarkan Kyungsoo dengan mengguncang pelan bahunya bertanya apa dia baik-baik saja. Kyungsoo hanya bisa mengangguk pelan sambil tersenyum. Dan kini Tao mengambil peran merangkul sebelah lengan Kyungsoo yang bebas, sambil meletakkan punggung tangannya di dahi Kyungsoo, memastikan bahwa dia tidak demam atau tidak enak badan, karena wajah Kyungsoo terlihat sangat murung tadi. Lagi-lagi Kyungsoo hanya mengatakan dia baik-baik saja sambil tersenyum, lalu membawa tas tangan kecil yang berisi obat juga sebotol air mineral dan bergegas mengganti seragamnya, dengan kaus putih polos dan memakai celana training seragam sekolahnya menyusul siswa lain memasuki studio latihan menari.

Kyungsoo memasuki studio latihan dengan wajah tidak bersemangat. Tapi ketika dia sudah berada di dalam studio, mata bulatnya semakin indah dan berbinar ketika mendapati pemandangan di depannya. Betapapun wajah murung Kyungsoo tadi berubah jadi rona merah yang manis. Bibirnya terbuka melebarkan senyum terbaiknya. Wajahnya ceria kembali, melihat seseorang yang dia pikirkan sejak tadi sedang berdiri di sudut ruangan penuh kaca besar tersebut sambil merenggangkan badannya dengan balutan kaus tanpa lengan dan celana training yang terlihat seksi dengan kulit gelapnya.

Wajahnya masih terlihat dingin, matanya tajam dan sedang melihat kearah Kyungsoo berdiri. Kyungsoo malah berlari kecil ke arah Jongin sambil melambai. Baekhyun yang melihat hal itu ingin sekali menghentikan langkah Kyungsoo, karena Baekhyun tahu apa yang akan selanjutnya terjadi. Jongin pasti akan bersikap seolah-olah Kyungsoo hanya sebuah bayangan, atau paling parah Jongin akan mengusirnya dengan nada kasar. Namun Baekhyun terlambat. Kyungsoo sudah ada di hadapan Jongin sekarang. Baekhyun mau tidak mau menyusul Kyungsoo untuk menemaninya berjaga-jaga jika Jongin bersikap kasar padanya.

Kyungsoo tersenyum dan menyapa Jongin sambil mengucapkan terima kasih telah memberinya izin untuk tetap tinggal sekamar dengannya. Jongin menatap mata bulat Kyungsoo sebentar lalu kembali mengalihkan pandangannya ke cermin di hadapannya.

" Itu bukan keinginanku. Jadi tak usah berterima kasih, hanya buang-buang waktu. "

Jawaban dingin Jongin terdengar oleh Baekhyun, yang kini sudah berada di belakang Kyungsoo. Baekhyun khawatir Kyungsoo akan sedih mendengar penolakan dari Jongin. Tapi dia salah, Baekhyun menatap Kyungsoo yang tetap tersenyum manis menanggapi kata-kata Jongin 'si manusia berwajah beku' barusan. Dan lebih bodohnya lagi, Kyungsoo masih mengucapkan terima kasih dan masih bersikap seolah-olah barusan Jongin bersikap baik padanya. Bahkan Kyungsoo menempatkan dirinya duduk di samping Jongin. Mau tak mau Baekhyun pun juga duduk di samping sahabat barunya itu.

Tak lama kemudian, guru menari mereka pun masuk ke dalam studio, diikuti oleh beberapa murid kelas lain, itu kelas 2.1. Ternyata penggabungan dua kelas sekaligus.

Dan kelas pun di mulai. Guru menari yang ada di hadapan Kyungsoo pun memperkenalkan dirinya mengingat ada murid baru di kelasnya. Lee Hyuk Jae seonsaengnim, wajahnya tegas, namun suaranya ramah menyapa murid-murid. Sepertinya Kyungsoo bukan satu-satunya murid baru, ketika Lee seonsaengnim menyuruhnya maju kehadapan murid lainnya untuk memperkenalkan diri, beliau juga menyuruh satu murid lagi untuk maju ke depan. Murid itu dari kelas 2.1 .

Wajahnya putih lembut, dengan lesung pipit manis di pipinya ketika tersenyum. Kyungsoo memperkenalkan dirinya terlebih dahulu, dia membungkuk mengucapkan perkenalan lalu tersenyum. Kemudian sang anak baru dari kelas 2.1 pun memulai perkenalannya.

" Namaku Zhang Yixing, aku pindahan dari sekolah swasta biasa. Mohon bantuannya dan terima kasih. "

Dan diakhiri dengan senyum manis memperlihatkan lesung pipit di pipinya. Lalu Lee seonsaengnim mempersilahkan Kyungsoo dan murid baru yang bernama Yixing barusan untuk memperlihatkan dasar tarian yang mereka kuasai. Kyungsoo terlihat gugup. Ini pertama kalinya dia menari di depan orang banyak, dia hanya menari saat suasana rumah sedang sepi dan menari untuk bayangannya sendiri.

Kyungsoo memulai langkahnya lebih dahulu, namun Yixing menghentikannya. Dia berbisik pada Kyungsoo untuk melakukannya bersama-sama seperti couple dance. Tapi Kyungsoo menolaknya, dia berbisik kembali kepada Yixing bahwa dia tidak begitu menguasai tarian apapun itu, dia hanya biasa mengikuti alunan musik saja. Lee seonsaengnim menginterupsi acara berbisik Kyungso dan Yixing, dan meminta mereka agar segera mempraktikannya.

Akhirnya Yixing menarik tangan Kyungsoo, dan memberikan Kyungsoo kepercayaan.

" Ikuti saja musiknya, dan buat dirimu seolah-olah partner ku dalam menari. Percayala pada tubuhmu. "

Kata-kata Yixing barusan seperti mantra magic bagi Kyungsoo, dia mulai memejamkan matanya dan mengambil nafas panjang. Kyungsoo mulai percaya diri lalu menganggukkan kepalanya ke arah Yixing memberitahu bahwa dia sudah siap.

' Percayalah pada tubuhmu.. '

Yixing menyalahkan musik dari ponselnya. Sebuah lagu berirama sedang –What is Love by EXO- bergema di ruangan studio latihan itu. Mula-mula Yixing memimpin gerakan, lalu Kyungsoo mulai bergerak sesuai dengan alunan lagu, walaupun bukan gerakan yang sama namun terlihat harmonis dengan gerakan Yixing. Dia mempercayai tubuhnya, Kyungsoo mulai merasakan sensasi baru dalam hatinya. Seperti sesuatu yang bebas dari belenggu.

Kyungsoo menikmati gerakannya yang mulai senada dengan Yixing. Dia membuat mimik seksi pada wajahnya yang berkeringat, dengan gerakan seduktif menggerakan jarinya agar Yixing membuat kontak pada pergerakannya. Yixing mulai menggerakan tubuhnya lebih sensual mendekatkan tubuhnya pada tubuh Kyungsoo. Dan mereka mengakhiri tariannya dengan posisi tangan kiri Yixing memeluk leher jenjang Kyungsoo hingga kening dan hidung mereka bersentuhan, sementara tangan kanannya bebas memeluk pinggang ramping Kyungsoo. Posisi Kyungsoo juga sama dia memejamkan matanya, namun kedua tangannya hanya memeluk pinggang Yixing.

Mereka mulai mengatur nafas masing-masing. Mata Kyungsoo masih terpejam, namun mata Yixing tak lepas dari wajah putih Kyungsoo. Menatap pipi merah Kyungsoo yang dialiri tetes keringat dengan nafas terengah. Kyungsoo dapat merasakan deru nafas Yixing menyapa wajahnya. Gema tepuk tangan menyadarkan akan posisi mereka yang sangat tidak nyaman bagi Kyungsoo. Dia mulai membuka matanya dan mendorong pelan tubuh Yixing dari tubuhnya. Ini pertama kali dia bersentuhan langsung dengan seseorang.

Sangat dekat, bahkan terlalu dekat.

Keduanya membungkukan badan mengucapkan terima kasih lalu kembali pada barisan tempat duduknya. Yixing kembali pada barisan kelasnya, namun matanya sesekali menangkap pergerakan Kyungsoo. Lalu dia melihat orang yang di samping Kyungsoo. Dia tersenyum kecil. Sepertinya dia kenal siapa yang ada disebelah kanan Kyungsoo.

Tanpa sadar, ada sepasang mata mengawasi gerakan Kyungsoo sejak awal dia menari. Itu Jongin. Ada perasaan hangat menjalar di hati Jongin. Saat melihat Kyungsoo menari dia seperti merindukan sesuatu. Seperti déjà vu.

Kyungsoo kembali pada posisinya, duduk di samping Jongin. Mata mereka bertemu, Kyungsoo memberikan senyum terbaiknya pada Jongin, seraya berkata suatu saat dia ingin menari bersamanya. Jongin hanya memberikan jawaban dingin dan mulai berkonsentrasi pada instruksi Lee seonsaengnim.

" Hanya dalam mimpimu! Berhenti menatapku dengan mata bulatmu anak baru! "

Tanpa sadar semburat merah tergambar jelas di pipi Jongin. Ketika Kyungsoo berusaha untuk mengajaknya bicara lagi, Jongin menolehkan wajahnya ke lain arah dan terus mengumpat mengapa wajahnya memanas dan jantungnya berdebar lebih cepat. Dia mengibaskan tangannya ke wajahnya mencari sedikit hawa sejuk untuk mengurangi hawa panas pada wajahnya.

Kyungsoo menatap punggung Jongin yang sedang menutupi semburat merah wajahnya. Mengingat kata-kata Jongin tadi, Kyungsoo tersenyum maklum. Walaupun hanya dalam mimpi tak apa. Asalkan itu denganmu Jongin. Setidaknya itu yang ada di benak Kyungsoo sekarang. Kata-kata tersebut membuat sensasi hangat menjalar di dalam dadanya. Apa yang dia pikirkan? Ini tidak boleh!

' Jongin itu milik Luhan! Kau tidak mungkin menyukainya, ingat tujuanmu kesini Kyungsoo!'

Kyungsoo menggelengkan kepalanya cepat, lalu terdengar suara ' Beep. Beep! ' dari jam tangannya. Ah! Ini sudah waktunya. Kyungsoo meminta izin pada Lee seonsaengnim untuk mengambil air mineral yang ada di tas kecilnya. Dia berlari kecil menuju tasnya, mengeluarkan sebuah botol kecil berisi pil putih dan sebotol air mineral. Kyungsoo mengambil satu lalu menenggaknya bersama dengan air mineral yang tadi dia bawa.

Baekhyun menatap aneh teman yang ada di sampingnya. Karena Kyungsoo sedang tidak di tempatnya yang sekarang di sampingnya adalah Tuan Muda Kim Jongin yang berwajah dingin. Baekhyun mendapati Jongin sedang memperhatikan Kyungsoo yang disana. Matanya tidak lepas dari pergerakan Kyungsoo.

" Sedang memperhatikan teman sekamarmu eoh Kai? "

Suara Baekhyun menginterupsinya dari kegiatan menatap Kyungsoo di belakang sana. Dia hanya mendengus kesal lalu kembali menatap Lee seonsaengnim yang sedang memberi instruksi. Baekhyun hanya menggeleng pelan dengan tawa tertahan melihat tingkah Jongin.

" Sampai kapan kau begini, bahkan kau pun bersikap seperti ini kepadaku. Aku ini sahabatmu juga Kai. Kami - "

Suara Baekhyun tertahan, kali ini terdengar bergetar dan nyaris seperti berbisik. Baekhyun masih menatapnya dengan wajah sedih. Jongin menoleh ke arahnya, wajahnya mengeras lalu berbicara tegas.

" Kalian merahasiakan sesuatu yang berharga dariku, apa masih pantas disebut sebagai sahabat?! Bahkan sekarang aku sudah kehilangan sebagian hidupku. Apa itu tak cukup?! Dia sudah pergi Baek. Dan tak akan pernah kembali. Jadi biarkan aku seperti ini! "

Baekhyun tercekat. Dia ingin sekali menjelaskan sesuatu, namun dia kehabisan kata-kata. Keduanya tak melanjutkan pembicaraan setelahnya, karena Kyungsoo datang diantara mereka. Kyungsoo bertanya pada Baekhyun apa yang sedang mereka bicarakan, karena terlihat sangat serius dari kejauhan. Baekhyun hanya menggeleng pelan dan menjawab bahwa tak ada pembicaraan yang serius.

Pelajaran terus berlanjut hingga bel makan siang berbunyi.


Ketika sore hari semua siswa kembali pada asrama masing-masing.

Mendapati sekamar dengan Jongin membuat Kyungsoo jadi canggung. Sesekali dia bertanya pada Jongin tentang apakah ada jadwal piket untuk membersihkan kamar mereka. Jongin tidak menjawab dan hanya fokus pada laptopnya. Lalu mulai mengajaknya membicarakan hal kecil lainnya, seperti, apa hobinya? apakah dia mau berbagi cemilan? karena sepertinya Kyungsoo membawa cemilan cukup banyak mengingat dia sering merasa lapar ditengah malam. Jongin tetap diam dan tidak menghiraukannya.

Kyungsoo harus terbiasa akan hal itu, ini baru permulaan semua akan mencair pada waktunya. Setidaknya kata-kata itu bisa membuat suasana hatinya membaik. Kyungsoo duduk di meja belajarnya membelakangi Jongin. Dia menatap kotak pot yang ada di mejanya, dia bersenandung kecil lalu merebahkan kepalanya diatas lipatan tangannya. Mulai mengelus-elus setiap kelopak pada bunga kecil yang ada di pot itu.

" Kau tahu jenis bunga apa itu ? "

Kyungsoo menoleh ke arah suara yang menginterupsi kegiatannya. Ini pertama kalinya Jongin mengajaknya bicara dengan nada ramah. Dia menatap Jongin dari tempatnya duduk, kini Jongin berbalik menatapnya. Kyungsoo hanya menggelengkan kepalanya pelan. Sebenarnya Kyungsoo sendiri tidak mengerti mengapa Luhan memberinya kotak pot berisi bunga mungil tersebut. Kotak pot bunga tersebut bahkan sama seperti milik Jongin.

Apa kotak pot itu adalah sebuah benda yang dimiliki oleh pasangan ini –Luhan dan Jongin- ? kalau begitu Kyungsoo tidak bisa memilikinya bukan? Ini milik mereka pribadi, dan Kyungsoo tidak ingin melewati batas. Dia hanya ingin membalas budi kepada Luhan, dan tidak ingin terjerat ke dalam kisah cinta mereka. Walaupun Kyungsoo sadari, pada kenyataannya Luhan sudah meninggal dunia, tapi perasaan seperti ini masih terlalu cepat bagi Kyungsoo. Bahkan Kyungsoo belum pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya.

" Kotak pot itu, dari mana kau dapatkan? "

Jongin mengulangi pertanyaan tadi siang. Kyungsoo nampak sedikit ragu untuk menjawabnya. Dia belum siap memberi tahu semuanya sekarang. Kyungsoo menggigit bibir bawahnya,dan menunduk. Ini sudah dua kali dia bertanya. Selama Jongin belum puas dengan jawabannya, pasti dia akan bertanya terus. Dan Kyungsoo juga akan berusaha menutupi alasannya sampai saatnya tiba.

" Sudah ku bilang, ini pemberian seorang teman. Seseorang yang belum pernah aku temui, tapi aku sangat menyayanginya…"

Mendengar kata-kata Kyungsoo, Jongin menghampiri meja belajar Kyungsoo. Tatapan matanya hangat, Jongin melembut pada Kyungsoo. Lalu bersandar pada meja Kyungsoo sambil melipat tangannya di dada. Jongin masih menatapnya beberapa detik kemudian Jongin mengalihkan pandangannya dari Kyungsoo dan kembali bersikap dingin.

" Aku tidak bertanya tentang perasaanmu. Pergi tidur, dan jangan membuat kebisingan! Dan .. berhenti menatapku dengan mata bulatmu. Aku tidak suka! "

Kyungsoo mengerutkan keningnya, dalam hatinya dia merutuki kelakuan Jongin yang cepat berubah. Baru sebentar dia bersikap ramah, lalu dia berubah lagi menjadi Tuan Berwajah Beku. Padahal Kyungsoo baru sebentar merasakan sikap hangat Jongin.

Jongin sudah berada di kasurnya sekarang, menarik selimut sebatas dada dan memejamkan mata. Kyungsoo masih menatap setiap pergerakan Jongin, sampai akhirnya dia juga beranjak dari meja belajarnya dan menuju tempat tidurnya yang bersebrangan dengan tempat tidur Jongin.

Kyungsoo tidur menghadap ke arah tempat Jongin tidur, matanya menjelajahi setiap lekuk wajah damainya ketika tertidur. Dia sangat indah dan tampan, batinnya. Kyungsoo menyentuh bekas luka operasi di dada kirinya. Perasaan aneh menjalar keseluruh badannya. Perasaan seperti sangat merindukan saat-saat seperti ini.

' Tapi mengapa rasanya begitu sakit. Sesak.'


Seperti kegiatan siswa pada umumnya, ada beberapa kuis di kelas, latihan essay, dan catatan. Kyungsoo sudah selesai dengan semua itu. Hari ini tidak ada latihan praktek, hanya sedikit penjelasan dan pekerjaan rumah yang para guru berikan. Hingga bel makan siang berbunyi. Sejak bangun tidur hingga berada di kelas, Kyungsoo sama sekali tidak bicara dengan Jongin. hanya sesekali Kyungsoo mencuri pandang ke arah Jongin yang sedang menulis catatan saat pelajaran berlangsung. Saat makan siangpun Kyungsoo memilih ditemani oleh Baekhyun dan Tao berjalan menuju kafetaria untuk mendapatkan beberapa makanan. Mereka menjadi akrab dan menjalin persahabatn dengan hangat. Menjadi siswa di asrama seperti ini tidak terlalu berat bagi Kyungsoo, ini bisa mengajarkannya lebih mandiri dan lebih sering bersosialisasi.

Ketika sedang menghabiskan makan siangnya disalah satu meja di kantin asramanya, ada sesuatu menginterupsi mereka.

" Tuan Muda Do? kau kah itu? "

Ketiga sahabat itu lalu menoleh ke tempat dimana suara itu berasal. Ada dua orang pemuda yang tingginya hampir sama. Mereka kakak kelasnya, seragam yang di pakai sama seperti Junmyun kemarin. Yang satu berwajah ceria menatap ke arah tiga sahabat tersebut, yang satu lagi berwajah tampan dan berambut blonde. Apakah sekolah ini memperbolehkan murid mengecat rambutnya, Kyungsoo malah menggumamkan pertanyaan lain dalam hatinya.

" Ne sunbaenim, aku Do Kyungsoo. Tapi, apa kita saling mengenal? "

Mata bulat Kyungsoo mengerjap menatap dua tiang listrik itu. Mengingat-ingat apa mereka pernah bertemu sebelumnya. Tapi Kyungsoo merasa tidak pernah bertemu dengan salah satu dari mereka.

" Aigoo?! tak perlu formal seperti itu. Aku tidak menyangka kita satu sekolah. Aku Wu Yi Fan, putra dari pemilik Wu Coorporation. Panggil aku Kris, Kris Wu. "

Pemuda blonde itu memperkenalkan dirinya kepada Kyungsoo, tapi Kyungsoo masih bingung mengapa pemuda bermarga Wu itu bisa memanggilnya Tuan Muda. Kyungsoo memang tidak pernah bertemu dengan rekan-rekan bisnis ayahnya, karena baginya itu sama sekali bukan urusannya.

" Maafkan aku. Aku tidak mengenalmu. Tapi bagaimana kau bisa mengenaliku? Kita belum pernah bertemu sebelumnya. "

Mendengar pertanyaan Kyungsoo, pemuda yang bernama Kris itu menempatkan dirinya untuk duduk di sebelah Tao si mata panda. Itu membuat Kris berhadapan langsung dengan Kyungsoo. Sementara pemuda tinggi yang satu lagi masih setia dengan senyumannya berdiri di belakang Kris.

Dia memulai sebuah percakapan,

" Orang tua kita adalah rekan bisnis. Aku kira kau masih menjalani Home Schooling mu. Kau sangat sulit ditemui, bahkan pada saat pesta kebun atau pesta minum teh yang keluarga Do adakan, kau tak pernah sama sekali menghadirinya. Oh! Bahkan saat pesta ulang tahunmu sendiri. Yang hadir hanya Tuan Muda Kyu, dan kedua orang tuamu juga beberapa kerabat keluarga Do. Bahkan, aku hanya melihat fotomu di ruang tengah kediaman Do, kau lebih manis jika dilihat langsung. Tapi Tuan Muda Do.. "

Kris menghentikan kata-katanya, menatap dalam mata bulat Kyungsoo yang sejak tadi memandangnya bicara. Bukan hanya Kyungsoo yang menatap Kris, tapi Tao yang di samping Kris-pun memiringkan kepalanya menatap Kris yang sedari tadi bicara. Baekhyun pun juga menatap Kris lekat, mengabaikan tatapan pemuda tinggi di belakang Kris. Ya sedari tadi pemuda jangkung teman Kris itu memandang Baekhyun yang duduk di samping Kyungsoo.

" Ada apa? " tanya Kyungsoo memecah suasana saling pandang mereka sedari tadi.

Kris menyipitkan matanya yang memandang Kyungsoo, menopang dagu dengan kedua tangannya sehingga wajah mereka benar-benar sejajar.

" Apa.. operasi pendonoran itu berhasil? Kau nampak sehat sekali. "

Pertanyaan Kris membuat kedua teman Kyungsoo terperangah. Pandangan mereka beralih kepada Kyungsoo yang terlihat gugup untuk menjawab.

" Donor? Operasi? Kau sakit Kyungie? "

Pertanyaan Tao membuat Kyungsoo gugup. Kyungsoo menundukkan wajahnya, bibirnya bergetar. Apa dia harus menceritakan semua pada dua sahabat barunya ini? Baekhyun dan Tao juga merupakan teman sekelas Luhan, bukan? Apa dua sahabatnya bisa membantu untuk memenuhi keinginan terakhir Luhan setelah mendengar penjelasannya? Atau yang lebih buruk, dua sahabatnya ini akan memusuhinya karena telah merenggut Luhan dari mereka.

Jika Kyungsoo akan bercerita di sini, sekarang, bagaimana dengan dua tiang listrik di hadapannya? Batin Kyungsoo terus bergemuruh. Dia memejamkan matanya, lalu menyentuh dadanya lembut.

' Luhan.. bagaimana ini?! Haruskah aku memberitahu mereka? A-a-aku.. apa yang harus aku lakukan?! Aku takut.. '

.

.

TBC.


apa ini terlalu cepat update? aku harap gak, karena ini tinggal copas aja dari akun FFN aku. Sebenarnya ini Double Update, Chptr 2&3 aku jadiin satu chpter, biar ceritanya lebih nyambung. Mungkin ada beberapa perbedaan, karena aku memperbaikinya, beberapa cara bahasanya, aku gak pandai bikin situasi jadi maklum ya kalau gaje..

at last, di tunggu apresiasinya ya,..

*bow*

-Pansy-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Pandananaa
Bab 7 Updated chingudeul :3

Comments

You must be logged in to comment
Cungils #1
Chapter 8: Wahai authornim mana lanjutannya???
Caramel9395 #2
i'm still waiting for this, really
aizahputri #3
Chapter 8: HUWEEEEE akhirnya jongin buka hati buat kyungie yg polos. Ditunggu kelanjutannya ya authornim! Love bgt sama ini ff
lulubaekkie
#4
Chapter 8: kaaaa! serius aku suka banget ficnya!! kenapa ka kenapaaa? setiap chapter pasti aku selalu nangis;;;; super daebak ffnya! lanjut ya ka, hwaiting^^
Galaxy_Lilo #5
Chapter 7: Kereeennn.... Cepetan dilanjut ya..
Udh gak sabar pengen baca kelanjutannya.. Hihihi
parkcy_
#6
Chapter 7: Ahh akhirnya lanjutt!! >< gak sabar buat selanjutnya ;uuu;
hyoki407 #7
Chapter 7: yaaa tbc hueee lanjut ne dear ㅠ.ㅠ akirnyaaaaaa <3
ajengcho #8
Chapter 7: cute bgt first meetingnya luhan sm jongin.
itu kata terakhirnya nyesek bgt, "lagi?"
Caramel9395 #9
Chapter 7: ahhhhh i don't know what must i say,
jongin~a i hope u will see dyo as him and not as luhan :)
author-nim aku senang sekali ffnya ini diupdate ><
keep update again yeyyyy ^^/