Keluarga Luhan.

Affairs of The Heart

" Apa.. operasi pendonoran itu berhasil? Kau nampak sehat sekali.. "

" Donor? Operasi? Kau sakit Kyungie? "

' Luhan.. bagaimana ini?! Haruskah aku memberitahu mereka? A-a-aku.. apa yang harus aku lakukan?! Aku takut.. '

.

.

.


-oOo-

Chapter 3.

Kyungsoo masih terdiam, keempat pemuda di hadapannya masih menunggu penjelasan darinya. keringat dingin mengucur dari keningnya, Kyungsoo memilin jari-jari tangannya sendiri menutupi rasa gugup. Setelah beberapa saat, barulah Kyungsoo mau membuka mulutnya. Gejolak batin Kyungsoo masih gelisah, berkali-kali dia minta keyakinan pada Luhan dalam hatinya, seakan-akan Luhan dapat mendengarnya. Dengan tarikan nafas panjang Kyungsoo menenangkan dirinya. Dia berusaha bicara setenang mungkin.

" Seperti yang kalian lihat, aku sembuh total bukan? Operasi itu sepertinya cukup berhasil. Operasi itu- "

" Sudah kuduga! Kau pasti bisa melewati masa kritismu. Kau sebenarnya namja kuat Tuan Muda Do, hanya saja keluargamu terlalu mengkhawatirkanmu dan membatasi duniamu. Omong-omong, kau itu sakit apa sih?! "

Belum lagi Kyungsoo melanjutkan penjelasannya, Kris sudah memotong pembicaraan, membuat Kyungsoo terperangah dan menganga. Mata bulatnya semakin membulat. Dalam hatinya dia sangat lega, pada kenyataannya Kris tidak mengetahui apa yang telah terjadi. setidaknya itu membuat Kyungsoo sedikit tenang. Ketegangan di wajah Kyungsoo menghilang, menghembuskan nafas lega. Sepertinya dia tidak jadi menceritakannya sekarang. tidak untuk saat ini.

" Aku mengalami kelainan jantung sejak lahir. Karena itu, keluargaku membatasi kegiatanku karena kondisi kesehatanku. Aku Home Schooling sejak kecil. Berkat pendonoran jantung tersebut, aku bisa bertahan."

Wajah Kyungsoo melembut, dan tersenyum sendu. Kedua sahabat Kyungsoo meminta maaf karena sudah mengungkit tentang penyakit Kyungsoo, sementara dua tiang listrik itu hanya mengangguk lemah menandakan mereka mengerti apa yang dialami Kyungsoo selama ini.

" Orang yang mendonorkan jantungnya untukmu, dia baik sekali, pasti dia berhati malaikat. Semoga dia tenang di surga. Mari kita berdoa untuknya. Walaupun kita tidak mengenalnya pasti doa kita sampai untuknya. "

Ucap Tao polos sambil tersenyum ke arah Kyungsoo dan mengelus punggung tangan Kyungsoo. Kyungsoo tersenyum lembut dan mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang ada di hadapannya.

' Kau pasti mengenalnya Tao.. kalian semua mengenalnya dengan baik, ohh Luhan, betapa bahagianya kau mempunyai teman seperti mereka .. '

Batin Kyungsoo seperti ingin menjerit, menangis, memohon meminta maaf pada dua sahabatnya. Betapa ia ingin menceritakan yang sesungguhnya, namun, waktunya belum tepat.

Terlihat Kris menatap Tao lekat, siapa sangka namja berpenampilan sangar seperti Tao memiliki hati yang lembut. Kris terpesona oleh kata-kata yang diucapkan oleh Tao. Sifat dan sikap Tao yang polos membuat namja China itu semakin manis jika dilihat, matanya yang lucu lebih mirip seperti panda, hidungnya yang mancung, kulitnya yang berwarna khas orang asia, dan bibir curvenya yang... oh Kris hentikan! Ini bukan saatnya kau memikirkan yang aneh-aneh. Tapi sungguh! Kris sudah terpesona dengan adik kelasnya itu.

Mereka mulai menggenggam tangan masing-masing, memejamkan mata dan mulai berdoa. keempat dari mereka terlihat sangat Khusyuk saat berdoa, tapi tidak dengan Kris. Tangannya memang menggenggam tapi matanya tidak terlepas dari wajah damai Tao yang sedang berdo'a.

' Pandaku terlihat lebih indah ketika berdoa.. '

Kris menggeleng cepat menyadarkan dirinya sendiri dari lamunan. Apa yang dia pikirkan? Pandaku? Kau sudah gila Kris? Bahkan Kris tidak begitu dekat dengan Tao mengapa dia menyebut Tao sebagai pandanya? Degupan jantungnya berirama indah sekali, wajahnya memerah menyadari apa yang dia rasakan. Tao mengapa kau begitu lugu. Batin Kris terus bergemuruh.

Mereka membuka mata dan mengakhiri kegiatan berdoa. Mereka tersenyum satu sama lain. Kyungsoo ,Tao,dan Baekhyun mulai memakan makan siang yang belum mereka sentuh sejak dua tiang listrik itu datang. Dan Kris, dia mencoba bersikap senormal mungkin lalu menetralkan perasaannya untuk saat ini agar tidak terlihat canggung, mengingat dia duduk disebelah Tao, lalu tiang listrik yang di belakang Kris pun angkat bicara, mengajak Kris untuk kembali ke kelasnya. Merekapun pamit pada ketiga adik kelasnya yang sedang menghabiskan makan siang mereka.

Sepeninggal dua tiang listrik itu Baekhyun terus memperhatikan mereka hingga dua kakak kelasnya menghilang dari balik pintu kafetaria. Kyungsoo menatap lucu Baekhyun yang menggembungkan pipinya karena makanan yang belum di kunyah sepenuhnya. Kyungsoo tersenyum jahil, dan mulai menekan-nekan pipi gembung Baekhyun dengan telunjuknya.

" Habiskan dulu makananmu, sedari tadi dia berdiri menatapmu tapi kau hanya diam, sekarang dia sudah tidak ada kau malah menatapi kepergiannya. Kau aneh Baekkie. Jangan-jangan kau suka dengan sunbaenim yang memiliki senyum mempesona itu ya? Hahaha.. "

Kyungsoo terus menggoda temannya yang satu itu. Baekhyun terlihat lucu dengan pipi merah menggembung karena makanannya belum tertelan sempurna. Setelah makanannya tetelan Baekhyun meminum jus jeruk milik Tao yang ada di hadapannya dan dihadiahi tatapan kesal dari Tao. Kyungsoo hanya terkikik melihat tingkah dua temannya itu.

Dua teman yang sudah menjadi sahabat dekat. Dua teman yang sekarang sama berharganya dengan Luhan. Dua teman, walaupun baru beberapa hari mengenalnya, Kyungsoo sudah menyayangi mereka seperti keluarga. Merekapun juga menyayangi Kyungsoo.

" Aniyo~ siapa? Park Chanyeol maksudmu? Siapa yang memperhatikan dia?! Lagi pula aku masih normal! Aku tidak suka dengan namja! "

" Aku bahkan tidak tahu siapa namanya, tapi kau sepertinya sudah kenal baik. Baby Baek~ "

" Dia sunbaeku, tentu aku tahu siapa namanya!"

Baekhyun terus mengelak, namun Kyungsoo tetap menggodanya, hingga wajah Baekhyun sudah memerah sedari tadi tetap saja dia berbohong dan ingin cepat-cepat menghabiskan makan siangnya. Kyungsoo terus tertawa melihat tingkah Baekhyun.

" Memangnya kenapa kalau suka namja? Tidak masalah bukan?cinta bisa datang kapan saja.. "

Ucap Tao santai sambil meminum jus jeruk yag tadinya sudah diminum terlebih dahulu oleh Baekhyun. Pemuda bermata bulat dan pemuda dengan pipi menggembung penuh makanan menatap tak percaya kepada sumber suara tersebut. Baekhyun tersedak mendegar pernyataan Tao, lalu segera merebut jus jeruk Tao lagi hingga sedotannya terpental dari bibir curvenya. Tao hanya bisa pasrah melihat kelakuan teman mungilnya, sedangkan Kyungsoo menepuk-nepuk punggung Baekhyun megurangi rasa tersedaknya.

" K-ka-Kau bilang apa Huang Zitao? Memangnya kau menyukai namja?! "

Ucap Baekhyun terbata, dia masih belum percaya teman pandanya mengucapkan hal yang menurutnya menakutkan itu. Sedangkan Kyungsoo masih pada mata bulatnya menatap dua sahabatnya bergantian. Sebenarnya dia tidak kaget lagi, bukankah Luhan menceritakan kisah cintanya dengan Jongin di surat, Kyungsoo mengerti dengan perasaan seperti itu, mungkin tanpa dia sadari dia juga tertarik dengan namja. Tapi hanya ketika dia berhadapan dengan Jongin saja.

Tao enggan memberi penjelasan,dia melupakan apa yang dia ucapkan tadi, sekarang malah menatap sedih gelas jus jeruk yang sudah di kosongkan oleh Baekhyun. Sepertinya mood Tao hancur untuk berbicara, dia hanya mengerucutkan bibirnya lucu lalu merajuk pada Baekhyun.

" Jus jerukku Baek~ "

" Jelaskan apa maksudmu Tao-ah.. "

" Itu jus jerukku.. Yak! Baek Bacon! Kau menghabiskannya kau tahu.. aku tak mau bicara.."

Kyungsoo tersenyum penuh arti melihat Baekhyun yang masih terperangah oleh sikap Tao, mereka terus berdebat kecil dan diselingi oleh tawa renyah Kyungsoo. Betapa bahagianya Kyungsoo memiliki mereka. Setidaknya Tuhan selalu bertindak adil pada setiap hambanya. Terima kasih Tuhan.

 


-oOo-

 

Seminggu di asrama tampaknya merubah banyak kebiasaan Tuan Muda Do, setiap hari menatap Jongin di kamar asrama, melihat wajah seriusnya ketika belajar, wajah ketusnya ketika Kyungsoo mengajak bicara, wajah damainya ketika tertidur, dan wajah gelisahnya ketika melindur dalam tidurnya. Semuanya menjadi kebiasaan.

Senyum selamat pagi Kyungsoo dihari Jum'at untuk Jongin dihadiahi tatapan aneh dari Jongin. Betapapun Jongin selalu menghindar, tapi Kyungsoo akan tetap menunjukkan sikap baiknya. Kyungsoo berpakaian olahraga hari ini begitu juga Jongin. Jongin hanya memakai kaus putih tanpa lengan dan training oranye seragam seragam sekolahnya. Sedangkan pakaian olah raga oranye milik Kyungsoo terlihat kebesaran di tubuh mungilnya.

Mereka berdua terlihat sedang mengikat tali sepatu olah raga masing-masing tanpa berbicara satu sama lain. Jongin sudah selesai, namun Kyungsoo terlihat kesulitan mengikat tali sepatunya, ya, Kyungsoo tidak bisa mengikat tali sepatunya. Kebiasaan Kyungsoo yang tidak pernah memakai separu skets tali menjadikannya tidak bisa mengikat tali sepatunya sendiri. Berulang kali dia coba, melingkar dan mencoba membuat simpul kupu-kupu tapi selalu gagal. Jongin menatap aneh teman sekamarnya yang masih menunduk mengutak-atik tali sepatunya, dan hampir terjungkal ke depan. Jongin tersenyum kecil lalu mendengus, Jongin memutar matanya kemudian berfikir mengapa namja seumuran Kyungsoo tidak bisa mengikat tali sepatunya sendiri? Jongin menunduk di hadapan Kyungsoo, meraih tali sepatu yang sedari tadi hanya diputar-putar olehnya.

" A-ap-pa yang kau lakukan? Tidak apa-apa, Aku bisa ! jangan begini Jongin-ssii.. "

Kyungsoo menolak ketika Jongin ingin membantunya mengikat tali sepatunya. Meskipun Kyungsoo bersikeras untuk menolaknya, Jongin tetap meraih tali sepatunya dan mengikatnya menjadi simpul yang rapi. Kyungsoo merasakan jantungnya berdegup cepat seperti jantungnya akan melompat keluar dari dadanya ketika mata mereka bertemu, begitu dekat, sangat dekat. Mata bulat Kyungsoo menjamah wajah tegas Jongin. Terlihat semburat merah pada keduanya, sepertinya Jongin juga sangat gugup, dia membuang pandangannya pada tas olahraga yang berada di atas meja belajarnya, menyambarnya lalu keluar kamar dengan tergesa.

Kyungsoo bahkan belum mengucapkan terima kasih padanya, Jongin meninggalkan Kyungsoo yang masih menatap tali sepatu sambil tersenyum, Kyungsoo masih belum percaya Jongin bisa bersikap baik dengannya. Bahkan, tanpa Kyungsoo minta dia bisa menunjukkan perhatiannya kepada Kyungsoo.

Kyungsoo masih tersenyum sambil berjalan hingga sampai pada lapangan olahraga, Baekhyun dan Tao yang sudah sampai di lapangan melambaikan tangannya pada Kyungsoo, Kyungsoo masih pada cengirannya membalas lambaian temannya dan berlari kecil. Karena tidak memperhatikan lajunya Kyungsoo tersandung lalu terjatuh mecium rumput di bawahnya.

Bagian lutut pada celana olahraganya robe dan menyebabkan luka karena terantuk oleh batu disana. Kyungsoo meringis kesakitan. Dia merasakan ngilu menjalar dari lutut kirinya. Rasanya perih dan sakit sekali Kyungsoo tidak bisa berdiri, ngilu dilututnya membuat dia terjatuh duduk lagi. Rasanya ingin menangis, namun dia tahan dengan mengigiti bibir bawahnya.

Dengan sigap kedua temannya berlari ke arah Kyungsoo, terlihat dua namja lain juga berlari kencang ke arah Kyungsoo. Itu Yixing dan Jongin. Mereka lebih dulu tiba dibandingkan dengan Baekhyun dan Tao. Yixing dan Jongin berusaha membantu Kyungsoo berdiri. Baekhyun dan Tao terpaku melihat pemandangan di hadapan mereka, mereka tidak percaya, bukan karena Yixing yang juga ikut berlari ke arah Kyungsoo, namun karena Jongin yang ikut membantu Kyungsoo. Baekhyun masih terdiam lalu tersenyum kecil, sedangkan Tao melanjutkan berlari ke arah Kyungsoo, berdiri di belakang dua pemuda yang sedang memapah bangun Kyungsoo.

" Kau tidak apa-apa? "

Tanya Yixing dan Jongin bersamaan, keduanya saling menatap tajam, sedangkan Kyungsoo dengan mata bulatnya menatap dua pangeran yang membantunya bergantian lalu menjawab, dia tidak apa-apa hanya sedikit ngilu pada lututnya. Keduanya membawa Kyungsoo ke ruang kesehatan, diikuti oleh Tao dan Baekhyun pastinya.

Ketika Yixing akan mengobatinya dengan kapas yang diberi alkohol dan sebuah plester, Kyungsoo menolaknya, dia ingin melakukannya sendiri. Sementara Jongin hanya menonton dari depan pintu. Wajahnya masih sama, dingin, tapi rasa hawatir di matanya tidak dapat ditutupi.

" Aku tidak apa-apa, lanjutkan pelajaran kalian. Aku tak bermaksud merepotkan kalian, maafkan aku. "

Ucap Kyungsoo dengan wajah menyesal, sesungguhnya Kyungsoo tidak ingin merepotkan orang-orang di ssekitarnya, cukup 16 tahun dia merepotkan orang-orang yang menyayanginya, tidak untuk sekarang ketika dia berangsur pulih. Dia menatap teman-teman di hadapannya, lalu tersenyum.

" Kalian kembalilah dulu, biar aku yang mengobati Kyungsoo.. "

Yixing masih bersikeras ingin mengobati luka Kyungsoo. Karena merasa tidak enak, Kyungsoo masih menolaknya dengan lembut. Yixing teramat baik, sejak bertemu dengannya di studio tari, Yixing selalu memberi perhatian yang baik kepada Kyungsoo. Entah saat bertemu di perpustakaan, ataupun di kantin. Dalam dua hari ini Yixing seperti mendekati Kyungsoo, dia merespon dengan baik sikap Yixing dan tidak mencurigainya. Karena bagi Kyungsoo semua temannya adalah orang baik.

Bagi Kyungsoo, Yixing adalah perangai teman yang baik, walaupun terkadang terlihat misterius. Dia juga seorang penari yang handal. Sesekali yungsoo memergoki Yixing saat latihan menari sendiri di studio tari saat Kyungsoo akan ke studio musik untuk latihan menabuh drum. Kadang Kyungsoo juga memergoki Yixing yang berpakain casual keluar masuk gerbang asrama pada malam hari dengan tergesa.

Dua teman Kyungsoo, yang sedari tadi berdiri di belakang Yixing pamit untuk kembali mengikuti pelajaran olah raga, Kyungsoo mengucapkan terima kasih dan meminta maaf karena sudah merepotkan. Tao masih terlihat menghawatirkan sahabat mungilnya itu lalu di tarik keluar dari ruang kesehatan, karena Baekhyun mengerti apa yang sedang terjadi kali ini. Biarkan mereka bertiga menikmati momennya.

Baekhyun dan Tao melewati Jongin yang masih terpaku di depan pintu ruang kesehatan melihat Kyungsoo yang menolak lembut sentuhan Yixing. Sesekali mereka berdua tertawa, tapi Kyungsoo masih ingin membersihkan lukanya sendiri. Walaupun terlihat sekali dia meringis kesakitan ketika menggerakan kakinya. Tanpa pikir panjang Jongin menghampiri mereka berdua

" Biar aku saja yang mengobatinya, dia roomate-ku. "

Jongin menepuk bahu Yixing, suaranya membuat keduanya mendongak ke arahnya. Wajah Yixing berubah serius, tidak terlihat lagi dimple pada pipinya seperti saat dia tersenyum tadi. Yixing lalu menarik diri beranjak dari kursi di samping ranjang tempat Kyungsoo, memberi senyum kepada Kyungsoo mengucapkan semoga cepat sembuh padanya lalu menghilang di balik pintu ruang kesehatan.

Kini hanya ada Kyungsoo dengan mata bulatnya yang sedang menggigit bibir bawahnya menahan perih kapas yang bercampur alkohol yang baru saja ditempelkan Jongin pada luka di lututnya. Kyungsoo meringis menahan perih yang teramat sangat.

" Ssshh.. appo! "

" Dasar manja! Tahan sebentar. "

Ucap Jongin seraya memakaikan plester dengan sedikit kain kassa dia atas luka lutut Kyungsoo. Kyungsoo menatap wajah serius dan penuh perhatian milik Jongin. Kyungsoo memperhatikan mata hangat Jongin, hidungnya, bibirnya, dagunya. Ketika poni Jongin menghalangi pandangannya saat ingin menempelkan plester ke lutut Kyungsoo, Jongin meniupinya agar tidak menghalangi matanya, namun tanpa Kyungsoo sadari tangan Kyungsoo menyibakkan poni Jongin dari wajahnya membuat Jongin mendongak dan dapat melihat engan jelas lekuk wajah Kyungsoo.

Mata bulat Kyungsoo bertemu dengan mata elang milik Jongin. Seketika perasaan hangat menjalar ke wajah keduanya sehingga mebuat semburat merah yang sempurna. Degupan jantung keduanya memacu lebih cepat, dan hampir terdengar di tengah keheningan yang melanda ruang kesehatan tersebut. Dengan cepat Jongin menempelkan plester itu dan sedikit menekannya, lagi-lagi membuat gerakan tiba-tiba yang menjadikan Kyungsoo meringis kesakitan.

" Yak! Appo! Pelanlah sedikit Jongin-ssii! "

Kyungsoo meniup-niup luka yang sudah di plester oleh Jongin. Lalu mengusapnya berharap rasa perihnya sedikit hilang. Dalam hitungan detik Kyungsoo lalu menatap Jongin dengan senyuman khas anak kecilnya, hendak mengucapkan terima kasih.

" Terima kasihnya nanti saja. Ini hadiah untukmu karena sudah bersikap baik dan tidak mengganggu privasi ku saat di asrama. Walaupun kau sedikit cerewat. Aku akan pergi, kau istirahat saja. "

Setelah mengucapkan itu Jongin pergi meninggalkan Kyungsoo yang segera berbaring di ranjang ruang kesehatan. dia menerawang ke langit-langit ruangan yang serba putih ini, mengingat-ingat kejadian pagi ini sampai sekarang. Jongin menjadi hangat dan sangat peduli, Kyungsoo tersenyum lebih manis lagi dan memeluk lengannya sendiri. Ada sebongkah persaan aneh menjalar di hatinya. Entah mengapa dia sangat senang dengan sikap Jongin.

 


 

Di luar Ruang kesehatan ternyata ada Yixing yang sedang menunggu Jongin keluar. Ketika mata mereka bertemu, terlihat ada kilatan amarah dari keduanya. Jongin menghampiri Yixing hingga keduanya hanya berjarak dua langkah saja. Mereka masih saling menatap tanpa saling bicara, sampai akhirnya Yixing membuka pembicaraan dengan nada sarkastik.

" Kita bertemu lagi Kai, Kau terkejut? Mengapa anak miskin sepertiku bisa masuk sekolah mewah milik mu Tuan Muda?"

Jongin hanya mendengus mendengar perkataan Yixing. Tangannya mengepal lemah. Bibir Yixing menyunggingkan seringaian. Jongin membuang pandangannya ke lain arah, memandang teman-temannya yang sedang berkumpul di lintasan lari lapangan olah raga.

" Mengapa kau harus ada di sini Lay? "

Jongin memanggil Yixing dengan sebutan Lay. Yang di sebut hanya tersenyum kecil sambil kembali mengulangi perkataan sarkastiknya.

" Apa anak miskin sepertiku tidak boleh bersekolah di sini? "

" Tidak seharusnya kau bicara seperti itu Lay?! Kau tahu aku tidak suka kau menyebut dirimu sendiri seperti itu?! " suara Jongin meninggi.

Yixing kembali melebarkan senyumannya, dia kini menghapiri Jongin dan menepuk bahunya lembut. Lalu berbicara dengan sedikit berbisik.

" Kau masih peduli? Ku kira kau akan selamanya menjadi mayat hidup dan menutup rapat dirimu dari orang-orang. "

Yixing berjalan melewati tubuh Jongin yang masih terpaku oleh kata-kata Yixing. Beberapa langkah, lalu Yixing kembali menoleh ke arah Jongin sambil menatapnya sendu. Seperti ada tembok tebal transparan yang memisahkan keduanya.

" Kai.. mengapa kau tak pernah kembali? Kami juga merindukanmu, kami membutuhkanmu,' The Beast' masih menginginkan tarianmu. Bukan ini yang Luhan inginkan Kai?! Setelah dia tak ada dia ingin kau – "

" Dia tak akan kembali Lay, dia sudah tenang di sana, tak perlu kau mengungkit apa keinginannya! Diapun tak ingin mendengar sedikitpun keinginanku?! Dia meninggalkanku dengan banyak tanda tanya?! "

Lagi-lagi suara Jongin meninggi dan terlihat sekali air mata menggembang di pelupuk matanya. Sepertinya sekarang Jongin sangat terpukul. Mengingatkan Luhan lagi akan membuat hatinya semakin sakit. Sedangkan Yixing kembali melangkah kearah Jongin, mendengus kesal dan menarik kerah kaosnya. Nafasnya berat, matanya menatap nanar sosok sahabat lama yang menurutnya sangat keras kepala ini.

" Kau sama sekali tidak tahu apa yang sebernarnya kau katakan?! Kau tahu Luhan sangat mencintaimu apa itu belum cukup! Luhan rela mengorbankan hidupnya untuk kebahagiaan dan impian besarmu apa itu belum cukup! Dia mengalami kecelakaan lalu kehilangan kedua kakinya, apa itu belum cukup membuatnya terpukul?! Saat dia melihat senyum bahagiamu di televisi, dia tidak sampai hati mengabarimu dengan keadaannya yang mengenaskan? Yang dia pikirkan hanya kebahagiaanmu Kai! Hanya Kau! "

Setelah pernyataan panjang lebar , nafas Yixing semakin memburu, cengkraman pada kaos Jongin semakin kuat.

" Kau bahkan tidak tahu betapa mulianya hati Luhan. Di tengah rasa terpukul karena keadaannya yang menngenaskan. Dia mendonorkan jantungnya untuk seseorang yang bahkan belum pernah melihat rupa Luhan sebenarnya.. "

Yixing menghempaskan tubuh Jongin, seraya melepaskan cengkramannya. Yixing berjalan mundur meninggalkan Jongin yang masih terpaku dengan mata terbelalak. Jongin shock dengan semua pernyataan Yixing, mengapa Luhan tidak pernah meninggalkan tanda-tanda, tidak pernah meninggalkan sebuah pesan. Bodohnya Jongin pada saat itu tidak mencari dimana Luhan di rawat. Dia hanya sibuk pada sifat keras kepalanya dan kesalah pahaman yang berlarut-larut.

Jongin terjatuh berlutut masih pada tempatnya berpijak, air mata mengalir deras dari matanya. Dia menangis tanpa isakan, berkali-kali dia mengusap kasar wajahnya agar air matanya tidak keluar lagi. Berkali-kali juga dia menyalahi dirinya sendiri yang tidak peka terhadap kondisi orang yang sangat dia sayangi. Nafasnya sesak. begitu banyak fakta yang belum dia ketahui, dan sekarang seperti menghantam batinnya berkali-kali.

Tunggu.. tadi Lay bilang donor jantung? Luhan mendonorkan jantungnya? Kepada siapa? Jongin berusaha berdiri dengan kedua kakinya walau terasa sagat lemas. Dia berjalan gontai menuju lapangan olah raga. Batinnya masih terus bertanya tentang pernyataan Yixing barusan. Kepada siapa Luhan mendonorkan jantungnya, mengapa dia melakukan hal itu, dan masih banyak lagi.

Dia mendongakkan wajahnya dengan mata terpejam. Merasakan semilir angin yang menggelitik pipinya. Menghirup udara yang tadi terasa sesak. Ketika dia membuka kedua manik matanya kembali, dia seperti mendapatkan jawaban. Wajahnya berubah serius, lalu berbisik pada angin

" Steve .. dia pasti tau semuanya .. aku harus menemuinya "

Lalu Jongin berlalu menuju lapangan olah raga bergabung dengan seluruh murid kelas dua di sana.

Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang mendengar pentengkaran kecil mereka. Orang itu menutup rapat mulutnya dengan dua tangannya. Wajah dan matanya memerah,pipinya juga basah. Sebisa mungkin orang itu menahan tangis yang seakan ingin meledak dari mulutnya. Hatinya terasa sangat sakit. Dia mengusap pelan luka bekas operasi di dadanya. Ya, orang itu adalah Kyungsoo. Secara otomatis, mereka -Yixing dan Jongin- berdua berdebat di samping jendela tepat dengan ranjang Kyungsoo di ruang kesehatan.

Kyungsoo menangis karena mendengar pernyataan Yixing barusan. Betapa menderitanya kisah cinta Luhan dan Jongin. Betapa terpuruknya Jongin. Dan betapa dia ada di posisi yang salah. Namun dengan tekad memenuhi pesan terakhir Luhan, Kyungsoo tetap akan memegang janjinya.

' Jongin maafkan aku.. '

 


 

-Flashback Yixing's Side-

" Kau sama sekali tidak tahu apa yang sebernarnya kau katakan?! Kau tahu Luhan sangat mencintaimu apa itu belum cukup! Luhan rela mengorbankan hidupnya untuk kebahagiaan dan impian besar mu apa itu belum cukup! Dia mengalami kecelakaan lalu kehilangan kedua kakinya, apa itu belum cukup membuatnya terpukul?! Saat dia melihat senyum bahagiamu di televisi, dia tidak sampai hati mengabarimu dengan keadaannya yang mengenaskan? Yang dia pikirkan hanya kebahagiaanmu Kai! Hanya kau! "

Setelah pernyataan panjang lebar ,nafas Yixing semakin memburu, cengkraman pada kaos Jongin semakin kuat.

" Kau bahkan tidak tahu betapa mulianya hati Luhan. Di tengah rasa terpukul karena keadaannya yang mengenaskan, dia mendonorkan jantungnya untuk seseorang yang bahkan belum pernah melihat rupa Luhan sebenarnya.. "

Yixing menghempaskan tubuh Jongin, seraya melepaskan cengkramannya. Pikirannya kalut, mengapa dia bisa hilang kendali dan memberitahu Jongin begitu saja tentang pendonoran tersebut. Padahal ia sendiri sudah janji dengan Luhan untuk tidak memberi tahu tentang pendonoran .Berkali-kali Yixing merutuki sikapnya yang mudah tersulut emosi.

Sambil berjalan menuju lapangan olah raga, dia menerawang lagi sepanjang pandangannya. Mengingat masa lalu bersama teman-temannya, dia memang bukan dari keluarga yang berada. Namun bakatnya tidak bisa dibilang biasa saja. Tuan Kim yang merupakan Appa dari Jongin sendirilah yang memintanya khusus untuk pindah kesekolah ini. Tujuannya hanya satu, membuat Jongin mau menari lagi.

Appa Jongin mengetahui dengan baik riwayat pertemanan anaknya, di mana dan bagaimana anaknya bergaul. Termasuk bagaimana anaknya bergaul dengan kelompok penari jalanan " The Beast " . awalnya Tuan Kim tidak menyukai bahwa anaknya bergaul dengan penari-penari jalanan. Meskipun terlihat liar dan nakal, namun bakatnya dapat tersalur dengan baik walau dengan cara yang salah, tapi itulah yang dinamakan jiwa muda,pada akhirnya Tuan Kim dapat mengerti hal itu.

" The Beast " satu nama yang menyatukan mereka. Yixing, Jongin, Luhan, Steve, Minseok, dan Jongdae. Yixing kembali mengingat-ingat moment mereka ketika menang dalam beberapa kompetisi menari di sebuah klub yang selalu menampilkan pertandingan menari untuk para penari brandal jalanan. Tak jarang mereka juga melakukan battle dance atau juga adu jotos dengan geng lainnya.

Beberapa memori juga terlintas di benaknya, ketika mereka mencoret-coret sebuah gedung tua yang sudah tak berpenghuni dengan grafiti nama geng mereka, atau ketika mereka melakukan The Prunk ( video dance konyol yang digunakan untuk menantang battle dance ) untuk kelompok geng lain sesekali Yixing juga pernah memergoki Luhan dan Jongin yang sedang berciuman, dia tersenyum kecil mengingat kejadian itu. Semuanya terlalu manis untuk dilupakan.

Terima kasih kepada Tuan Kim yang sudah memanggilnya untuk masuk ke sekolah yang sama dengan dua teman lamanya itu. Sebelum mendengar penjelasan Tuan Kim, Yixing sempat menolak tawaran untuk sekolah di St. Maria mengingat ada sesuatu yang selalu mengganjal hatinya. Dia tidak ingin bertemu dengan seseorang.

Kim Joonmyeon yang merupakan kakak kandung dari Jongin yang tidak pernah suka dengan apapun yang dilakukan Yixing. Dan selalu menilai bahwa dialah yang membuat Jongin jadi brandalan, dan juga Joonmyeon yang selalu membedakan status sosial diantara mereka.

Di balik semua itu, perhatian Yixing juga terbagi kepada Kyungsoo. Yixing mengetahui tentang pendonoran itu, kepada siapa dan mengapa Luhan mendonorkan jantungnya, Yixing juga selalu berada di samping Luhan sampai pada saat-saat terakhirnya. Kini, Yixing berjanji pada dirinya sendiri akan melindungi Kyungsoo, begitu mengetahui Kyungsoo masuk sekolah yang sama.

Tapi itu Kyungsoo bukan Luhan. Walaupun jantungnya milik Luhan, tetap saja tubuh dan jiwanya adalah Kyungsoo, namja bermata bulat yang mempunyai senyuman dan tawa khas seperti anak kecil. Kyungsoo sangat polos dan merupakan sosok pangeran yang sangat lembut. Bayangan tentang pertama kali mereka bertemu di studio tari, kontak fisik pertama mereka, sikap polosnya, dan gaya menari Kyungsoo yang sangat baik mengingatkannya pada sosok teman mungilnya yang sudah tiada.

" Kalian dua orang yang berbeda, namun terasa seperti satu jiwa. Bagaimana seharusnya aku mengambil sikap? "

Yixing bergumam pada pemikirannya sendiri, pikirannya terus bercabang antara Jongin,The Beast, danKyungsoo. Sesampainya di lintasan lari lapangan olah raga, mata Yixing bertemu dengan sosok Jongin. Mereka hanya saling menatap tanpa bicara sampai pelajaran olah raga hari itu berakhir.

 


-oOo-

 

Pada saat makan siang, Kyungsoo memaksakan dirinya untuk berjalan ke kafetaria, hal itu di lihat oleh Tao dan Baekhyun yang hendak mengunjunginya di ruang kesehatan. Dengan sigap Tao meraih lengan mungil Kyungsoo memapahnya di bahu. Dengan lembut Kyungsoo menolak bantuan dari Tao, dia tersenyum mengatakan bahwa dia masih bisa berjalan sendiri, luka di lututnya hanya luka ringan, lagi pula dia adalah seorang namja, dia harus kuat bukan?

Ketika ketiganya sedang di lorong menuju kafetaria, Seohyun Seonsaengnim memanggil Kyungsoo untuk menemuinya . Seohyunseosaengnim berpesan ada seseorang yang ingin bertemu dengan Kyungsoo di ruang guru.

Kyungsoo mengernyitkan keningnya memandang kedua teman yang ada di kanan-kirinya. Kedua temannya hanya mengangkat bahunya bersamaan dan saling berpandangan satu sama lain. Lalu pandangan Kyungsoo beralih kepada Seohyun seonsaengnim yang ada di hadapannya.

" Siapa yang datang noona? "

Seohyun hanya tersenyum lalu meminta Kyungsoo untuk mengikutinya keruang guru, Kyungsoo terpincang-pincang mengikuti langkah Seohyun menuju ruang guru.

Sesampainya di ruang guru, Kyungsoo melihat sosok yang tidak asing. Dia melihat pemuda dengan kulit putih pucat, berwajah datar, bibirnya tipis manis dan tatapan matanya kosong. Pemuda itu yang pernah Kyungsoo lihat di makam Luhan tempo hari. Pemuda itu berdiri lalu membungkuk 90 derajat, mempersilahkan Kyungsoo untuk duduk di sebelahnya.

" Senang bertemu denganmu Tuan Muda Do. "

Kyungsoo juga membungkukkan tubuhnya kikuk, lalu berjalan pincang menuju kursi di sebelah pemuda tadi. Pemuda itu membantu Kyungsoo untuk duduk, dia terlihat begitu perhatian dengan kondisi Kyungsoo yang sedang tidak begitu baik.

" Kau terluka? Apa baik-baik saja? "

Mimik wajah pemuda itu telihat khawatir, dan hendak memeriksa luka di lutut Kyungsoo. Entah mengapa perasaan Kyungsoo menghangat, seakan rindu suasana seperti ini. Siapa pemuda ini sebenarnya? menanggapi pertanyaan pemuda itu Kyungsoo hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ini tidak apa-apa, hanya luka ringan.

" Maaf sebelumnya, aku pernah melihatmu tempo hari di komplek pemakaman, namun aku belum mengenalmu tapi mengapa kau bisa mengenalku? Kita bahkan tidak pernah bicara sama sekali? "

Kyungsoo langsung mengemukakan apa yang ada di benaknya. Itulah sifat polos Kyungsoo, rasa penasarannya langsung dia kemukakan kepada orang yang bersangkutan. Mata Bulatnya mengerjap lucu memandang pemuda yang menyunggingkan senyuman manisnya.

" Komplek pemakaman ya? Ohh, waktu itu aku mengunjungi makam Hyung ku.. "

Mata bulat Kyungsoo semakin membulat, bibirnya bergetar hendak mengatakan sesuatu namun tidak keluar satu katapun, di manik hitam matanya mengembang bening air mata yang siap terjun ke pipi tembamnya. Dunianya terasa berputar lambat, menyadari sebuah fakta yang baru saja dia dengar. Nafasnya tercekat, tanpa dia sadari dua tangannya terangkat menangkup wajah dingin pemuda yang ada di hadapannya.

" J-ja-jadi .. kau.. "

" Ssst, uljima Tuan Muda.. "

Pemuda berkulit putih pucat di hadapan Kyungsoo mengusap jejak air mata di pipi Kyungsoo dengan ibu jarinya, lalu tersenyum hangat.

" Benarkah kau itu –"

" Namaku ...

.

.

... Sehun "

 


-oOo-

 

Di lain tempat. Setelah makan siang dan beristirahat sebentar, Yixing hendak berjalan di koridor gedung menuju studio tari dengan menggenggam sebuah handuk kecil. Langkahnya santai dan tidak tergesa, sepertinya dia ingin melakukan sedikit latihan untuk nanti malam. Nanti adalah Jumat malam dimana dia akan mengunjungi teman-temannya di markas The Beast.

Walaupun hanya tinggal bertiga semangatnya tidak akan berkurang , Luhan sudah tiada, Jongin tidak pernah kembali lagi, dan Steve dia bersekolah di luar negeri. Dalam benaknya, Yixing sempat berpikir untuk mengajak Kyungsoo untuk bergabung dengan The Beast, di sisi lain dia juga memikirkan banyak resiko yang akan terjadi.

Perkelahian antar geng, battle dance yang akan menyulitkannya, belum lagi wajah manis Kyungsoo yang akan menjadi rebutan para penari jalanan yang menyukai sesama pria, apalagi membayangkan kehidupan Kyungsoo yang tidak terbiasa dengan itu semua. Sepertinya Yixing akan memikirkan lagi keinginannya itu. Terlalu banyak hal berbahaya bagi Tuan Muda seperti Kyungsoo.

PROK!PROK!PROK!

" Whoaa.. whoa.. Lihat siapa yang ada di sini, seorang brandalan miskin yang mengaku sebagai dancing machine. Pangeran " The Beast " bersekolah di sekolah mewah seperti St. Maria, betapa terkejutnya aku… "

Yixing menoleh pada sumber suara, dia hafal betul siapa yang sedang bicara dengan nada mengejek seperti itu. Dia memandang malas sosok yang berdiri tak jauh darinya bersama gerombolannya, sosok yang tadi mengejeknya lalu melewatinya begitu saja.

" Kau mengotori lantai sekolah kami dengan sepatu jelekmu. "

Kali ini Yixing menahan emosinya untuk tidak terpancing oleh kata-kata ejekan tersebut. Matanya masih menatap lurus lorong yang seperti tak berujung ini. Lalu kembali melangkahkan kakinya menjauhi sosok yang tadi mengejeknya.

" Ternyata si miskin sudah mulai tuli ya, atau bahkan dia juga bisu. Ya Tuhan kasihan sekali dia, masih muda sudah begitu menderita .. "

Kini terdengar beberapa pemuda yang ada di samping sosok yang mengejek Yixing tertawa dan juga sesekali ikut mengejeknya. Yixing sudah tidak sabar lagi, dia menoleh pada segerombolan tadi dan member senyuman yang memperlihatkan dimple manisnya. Matanya memandang remeh sosok yang sedari tadi mengejeknya, sosok itu hanya berdecih melihat senyuman Yixing.

" Maafkan aku Tuan Muda Kim Joonmyeon, Si Miskin Dancing Machine yang memakai sepatu jelek ini sudah mengotori lantai sekolahmu, tapi bukankah kau sanggup membayar orang untuk membersihkan ini semua? Aku tidak mempunyai banyak waktu untuk hal kenakan seperti ini."

Joonmyeon hanya terperangah mendengar perkataan sarkastik milik Yixing, tangannya mengepal kuat, rahangnya mengeras terlihat sekali dia sangat marah. Ya, Joonmyeon akan marah jika disebut sebagai orang yang kekanak-kanakan. Yixing kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Joonmyeon dan teman-temannya yang saling bergumam. Baru beberapa langkah, Yixing kembali menoleh kea rah Joonmyeon dengan tatapan dibuat-buat menjadi anak polos.

" Oh iya, sampaikan terima kasihku untuk Tuan Besar Kim karena sudah menawarkan beasiswa untuk bersekolah disini pada brandalan miskin ini. Aku sangaaaaaaaaaaatttt bahagia. Sampai jumpa Tuan Muda Kim JoonMyeon. "

Yixing tersenyum penuh kemenangan, ia sangat senang bisa mengerjai kakak dari teman lamanya itu, lalu berlari kecil seperti anak kecil menuju studio tari dan menghilang dari pandangan Joomyeon. Mata Joonmyeon terbelalak tak percaya, Yixing mengejeknya dengan aegyo. Yang tak kalah membuatnya terkejut adalah Appanya sendiri yang meminta Yixing untuk bersekolah di sini.

Joonmyeon mengumpat dalam hatinya, dia tidak mengerti bagaimana jalan pikiran Appanya sendiri. Mengapa pemuda itu yang harus ada di sini, pemuda brandal yang hanya bisa menari tak jelas di klub, pemuda yang suka berkelahi antar geng.

Sepertinya Joonmyeon membutuhkan penjelasan dari Tuan Kim, Appanya kandungnya sendiri.

 


-oOo-

 

" Jebal! ikutlah denganku, Mama dan Papa pasti akan sangat senang melihatmu Tuan Muda Do, lagi pula ini adalah akhir pekan seluruh siswa di sini diperbolehkan pulang bukan? "

Sedari tadi Sehun mencoba membujuk Kyungsoo untuk berlibur di rumah Luhan dengan aegyonya. Kyungsoo hanya tersenyum manis menanggapi permintaan Sehun. Kyungsoo masih belum bisa menerka, mengapa pemuda setampan Sehun bisa semanja ini padanya.

Batin Kyungsoo masih belum siap menemui keluarga pemuda yang nyawanya telah ia renggut. Tapi memandang wajah manis Sehun yang ber-aegyo Kyungsoo menjadi tidak tega. Akhirnya ia mengangguk lemah menanggapi permintaan Sehun.

" Benarkah? Waahh.. ayo cepat siap-siap, aku bantu ne? "

Wajah Sehun menjadi sangat ceria, Kyungsoo masih merutuki sikapnya yang tidak bisa menolak permohonan orang lain.

" Aku harus bagaimana Sehun? bagaimana kalau Papa dan Mama mu tidak bisa menerimaku.. aku- "

" Aishh, Tuan Muda Do tenang saja, justru Mama yang menyuruhku menjemputmu. Dia sangat ingin mengenalmu. "

Sehun mencoba untuk meyakinkan Kyungsoo bahwa semuanya akan baik-baik saja. Karena Sehun sangat ingin dia bertemu dengan orang tuanya, lebih tepatnya orang tua Luhan. Kyungsoo tersenyum lega mendengar perkataan Sehun, tidak ada salahnya untuk mencoba bukan? Mungkin ini awal yang baik untuk menjalin hubungan dengan keluarga pemuda yang sudah menolongnya.

" Tapi dengan satu syarat Sehun-sii.. "

Kedua alis Sehun saling bertaut, matanya memicing memandang sosok mungil di hadapannya.

" Apa itu Tuan Muda Do? "

" Jangan panggil aku dengan sebutan Tuan Muda, panggil aku Hyung.. mengerti! "

Lagi-lagi sudut bibir Sehun terangkat mengembangkan senyum manisnya. Tangannya segera tertaut dengan tangan mungil milik Kyungsoo.

" Dengan senang hati Kyungsoo Hyung! "

Ucap Sehun semangat. Sosok mungil dalam genggamannya beranjak pergi menuju asramanya mempersiapkan sesuatu yang akan di bawa, sedangkan Sehun menunggu di depan ruang guru.

Wajah Sehun berubah menjadi datar dan serius, inilah wajah asli Sehun, wajahnya dingin dan datar, matanya kosong. Dia menggumamkan sesuatu pada angin.

" Hyung, Aku akan selalu menjagamu. Aku berjanji. "

 


-oOo-

 

" Kau mau kemana? "

Mendengar pertanyaan Jongin, Kyungsoo hanya menoleh sebentar sambil tersenyum, setelah itu melanjutkan memakai sweater lalu menyandang ransel kecilnya. Jongin hanya mengernyitkan keningnya, merasa tidak di respon oleh Kyungsoo, Jongin lalu mendekati Kyungsoo yang sedang mencoba membungkuk memakai sepatu.

" Keadaanmu sedang tidak baik, kau akan kemana? "

Kyungsoo Nampak berpikir sejenak, sebenarnya sejak tadi Kyungsoo memikirkan apa jawaban dari pertanyaan Jongin. Karena tidak mungkin dia menjawab ' aku akan mengunjungi keluarga Luhan ' bisa-bisa Jongin curiga dengannya. Apalagi seharian ini Jongin Nampak bersikap baik dan perhatian. Dia tidak ingin mengubah mood Jongin yang sedang baik terhadapnya.

" Aku akan mengunjungi keluarga sahabatku akhir pekan ini. Terima kasih Jongin atas bantuannya tadi siang, aku akan kembali minggu sore mungkin. "

Kyungsoo tersenyum manis sekali, Jongin masih tidak menanggapi perkataan Kyungsoo, dia masih memandangi sosok mungil di hadapannya yang bersiap menghilang di balik pintu kamarnya.

" Baiklah, aku pergi dulu, sampai jumpa hari Minggu Jongin. "

Kyungsoo melambaikan tangannya lalu menutup pelan pintu kamar asramanya. Jongin berjalan lemas kembali pada ranjangnya, akhir pekan ini dia sudah mempunyai rencana sendiri. Matanya menerawang ke langit-langit kamarnya yang sekarang terasa sunyi.

" Ceroboh sekali, lukanya belum sembuh. "

Matanya beralih menatap meja belajar dan ranjang milik Kyungsoo. Detik berikutnya, matanya terbelalak kaget, seperti ada suatu yang memukul kepalanya menyadarkan akan sesuatu. Mengapa dia begitu memperhatikan Kyungsoo, mengapa dia begitu khawatir, dia baru mengenal Kyungsoo beberapa hari namun terasa sudah mengenalnya sekian lama.

Dia mendengus sebal lalu melemparkan bantalnya ke ranjang kosong milik Kyungsoo sambil mengumpat tentang sikap manisnya kepada Kyungsoo.

" Bahkan jika kau tak kembali, aku tak peduli!"

Pikirannya menjadi kacau. Sejak kapan dia mempunyai kebiasaan berbicara sendiri? Bagaimana bisa ia memikirkan namja lain selain Luhan, ini tidak boleh. Hatinya masih milik Luhan, walaupun Luhan sudah tidak akan terus mencintai Luhan.

" Namja bermata bulat itu merepotkan! Mengapa aku harus memikirkannya! "

Sepertinya dia akan bersiap, malam ini ia akan mengunjungi rumah seorang teman yang akan menjawab rasa penasarannya tadi siang tentang pernyataan Yixing.

Lalu Jongin beranjak ke kamar mandi, berniat membersihkan diri dari segala peluh yang menghantam dirinya hari ini. Hari ini banyak fakta yang belum siap ia terima. juga banyak kenyataan yang membuatnya sangat tidak nyaman. Air dingin membasahi wajah hingga tubuh polosnya, ia kembali mengingat perdebatan kecil dengan temannya tadi siang.

Dalam hatinya dia sangat senang bertemu lagi dengan teman lamanya. Yixing yang selalu menyemangatinya dan memberi keyakinan tentang hubungannya dengan Luhan. Lalu Jongin kembali menimang-nimang pernyataan Yixing tentang pendonoran yang dilakukan Luhan.

Setelah mengeringkan diri dan memakai baju santai namun tetap terlihat rapi. Jongin kembali membanting dirinya sendiri ke atas ranjang miliknya dan mulai mengotak-atik telepon genggamnya mencari sebuah nama dalam kontaknya.

Setelah menemukan sebuah nama yang dia yakini akan bisa menjawab segala rasa penasarannya, dia menekan tombol dial pada handphone-nya.

Setelah terdengar beberapa nada, teleponnya tersambung.

" … "

" Hai, ini aku, kau sedang di Korea? "

" … "

" Kau ada waktu sore ini? "

"... "

" Baiklah, aku ingin bertemu denganmu, ini penting. "

" … "

" Kalau begitu kita bertemu di sana saja, aku akan ke sana nanti malam. "

"… "

" Oke, sampai jumpa. "

Lalu dia mengakhiri percakapannya lewat telepon dengan seseorang itu, Jongin mempersiapkan batinnya untuk fakta selanjutnya yang akan dia ketahui.

Jongin mengambil boneka rusa yang ada di sebelah kepalanya lalu memeluknya erat, sesekali ia mengecupi boneka rusa tersebut. Lagi-lagi air matanya lolos hari ini, betapa ia sangat merindukan seseorang, sosok yang selalu berada di dekapannya sepanjang malam, sosok yang selalu memberikan senyuman selamat pagi untuknya, sosok yang selalu menggenggam tangannya ketika dia gelisah.

' Lu.. aku merindukanmu, izinkan aku melihatmu untuk sekali saja.. aku mohon ..hiks '

Jonginpun terlelap sore itu dengan jejak tangis masih terlihat di pipinya. Tuhan, biarkan untuk sekali saja dia bertemu dengan Luhan, walau hanya di dalam mimpi.

 


-oOo-

 

Kini Kyungsoo sudah berada di depan pintu sebuah rumah yang sederhana. Hanya ada sebuah halaman kecil di depannya yang banyak ditumbuhi mawar putih. Di belakangnya berdiri sosok pemuda tinggi yang baru saja menutup gerbang rumahnya dan menekan tombol alarm pada kunci mobilnya. Sehun, pemuda itu membawa tubuh Kyungsoo yang masih terpaku di depan pintu untuk segera masuk ke dalam.

Kyungsoo hanya mengikuti Sehun dari belakang, bersembunyi di balik tubuh tinggi pemuda tersebut. Sehun menoleh ke arah Kyungsoo yang masih ragu untuk masuk ke dalam rumahnya.

Tangannya menggenggam erat tangan mungil Kyungsoo membuat Kyungsoo mendongak ke arah Sehun. Matanya menatap sendu dan penuh rasa gelisah, Sehun mengerti akan hal itu, dan berulang kali meyakinkan Kyungsoo bahwa semua akan baik-baik saja.

Kyungsoo mengikuti langkah Sehun yang membuka pintu lalu mengekor di belakangnya seperti anak kecil, Kyungsoo masih bersembunyi di balik tubuh tinggi tegap milik Sehun.

Ketika sampai di dalam, Kyungsoo di sambut oleh dua orang dewasa yang berumur sekitar 40 tahunan. Itu orang tua Luhan. Ayahnya terlihat sangat bijaksana dengan senyum selamat datangnya, dan Ibunya terlihat sangat cantik dengan celemek yang masih menggantung di tubuh mungilnya. Keduanya tersenyum hangat dan mempersilahkan Kyungsoo dan Sehun masuk.

Suasana rumah ini, seperti sangat dia kenal. Hangat, nyaman, dan aroma sup yang sedang di masak oleh ibunya Luhan menyeruak ke dalam pernafasannya, aromanya saja sangat lezat bagaimana dengan rasanya, sepertinya sudah sangat lama Kyungsoo tidak merasakan suasana seperti ini. Atmosfir seperti ini seperti pernah dia rasakan sebelumnya, tapi di mana? Kyungsoo mengingat-ingat sesuatu yang hilang dari ingatannya.

Dia menyentuh dada kirinya lembutWalaupun tidak sebesar rumahnya, namun Kyungsoo sangat nyaman di sini. Matanya menjelajahi beberapa figura yang terbingkai rapih di dinding rumah mungil itu.

Ada sebuah foto seorang pemuda yang sedang tersenyum manis sekali dengan rambut brunettenya sedang merangkul Sehun. Keduanya terlihat sangat bahagia di foto itu. Senyuman Luhan sangat manis, baru kali ini dia lihat senyuman Luhan dalam figura sebesar ini.

" Selamat datang Tuan Muda Do. Maaf, jika rumah kami tidak membuat anda merasa nyaman. Rumah ini memang kecil. "

Suara Ayah Luhan membuat perhatian Kyungsoo beralih pada sosok kedua orang tua yang ada di hadapannya sekarang. Kyungsoo tersenyum menanggapinya dan dia mengucapkan bahwa ia sangat senang berada di sini, rumah mereka sangat nyaman dan hangat, berbeda dengan rumanhya yang hanya ramai oleh para maid, sedangkan anggota keluarganya sangat jarang berada di rumah.

Wajah Nyonya Xi ( Ibu Luhan ) menghangat, beliau menghampiri Kyungsoo lalu menggenggam tangan mungil Kyungsoo. Hangat, itu yang Kyungsoo rasakan, suasana saat ini sangat dia rindukan. Sepertinya sudah sangat lama dia tidak merasakan sentuhan hangat seorang ibu, mengingat ibunya sangat jarang berada di sampingnya.

" Ahjumma, maafkan aku .. "

Kyungsoo berkata lirih menatap wanita yang tersenyum hangat di hadapannya. Perasaan bersalah yang sudah lama menghantuinya seakan mau meledak sekarang. Air matanya sudah mengembang di pelupuk matanya saat ini, sosok wanita di hadapannya masih tersenyum seraya mengusap pelan bahu sempit Kyungsoo.

" Apa yang di lakukan anakku adalah keputusan yang benar. Aku melahirkan seorang malaikat yang berhati lembut, karena itu aku sangat bersyukur dan tidak menyesali apapun. Luhan, dia malaikat kecilku. "

Meskipun Nyonya Xi berbicara sambil tersenyum menghadap Kyungsoo, namun tetap saja matanya masih menyiratkan kesedihan dan kerinduan yang amat sangat. Kyungsoo semakin merasa bersalah, dia merasa semakin bertanggung jawab atas semuanya.

" Ahjumma benar, dia seperti malaikat. Terima kasih telah melahirkan malaikat yang sudah menyelamatkan hidupku. Ahjumma, maafkan aku. Maafkan aku. Aku sangat minta maaf. Hhiks- "

Air mata Kyungsoo yang sedari tadi ditahan akhirnya jatuh juga. Dia menunduk dalam, menyembunyikan wajah sendunya akibat menangis. Tubuhnya di tarik menuju dekapan hangat Nyonya Xi, jemari cantik Nyonya Xi mengusap pelan punggung Kyungsoo. Mendapat perlakuan hangat seperti itu, tubuh Kyungsoo semakin bergetar, tangisnya semakin keras.

Kyungsoo seperti anak kecil yang sedang merajuk dengan Ibunya sendiri. Ini sangat nyaman, bahu Nyonya Xi seakan mampu menampung tangisnya. Kyungsoo membalas dekapan Nyonya Xi, membawa tubuh mungil beliau dalam rengkuhannya. Betapa dia sangat merindukan dekapan hangat ini, dekapan yang penuh cinta.

Nyonya Xi melepaskan pelukannya dan mengusap jejak air mata di pipi merah Kyungsoo. Wajahnya masih hangat dengan senyum mengembang yang tak hilang. Matanya meMpelajari setiap lekuk tubuh Kyungsoo, betapa rindunya ia akan sosok mungil yang sama seperti Kyungsoo, mengapa tubuh Kyungsoo bisa begitu sama dengan Luhan. Tangannya mengusap pelan dada sebelah kiri Kyungsoo.

" Dia hidup di sini. "

Nyonya Xi berkata lirih, walau kata-katanya terdengar pedih, namun senyum manisnya tak pernah hilang. Ia meresapi degupan jantung yang berada di dalam tubuh Kyungsoo, memejamkan matanya untuk beberapa saat.

Kyungsoo mengangkat kepalanya memandang wajah teduh wanita di hadapannya. Kyungsoo menggenggam tangan yang ada di dadanya hendak memulai pembicaraan.

" Ahjumma.. "

" Aku akan memaafkan mu tapi dengan beberapa syarat? "

Kyungsoo membawa jemari lentik Nyonya Xi menautkannya pada jari-jarinya. Seulas senyum kecil tergambar di wajah Kyungsoo. Apapun akan Kyungsoo lakukan, apapun asalkan dia bisa menebus semuanya. Batin Kyungsoo bergumam sambil menatap dalam kedua manik Nyonya Xi.

" Akan kulakukan sebisaku. Apapun itu ahjumma.. katakanlah."

Wajah Nyonya Xi berubah menjadi serius, kedua tangannya di tarik kembali melepaskan tautan pada tangan Kyungsoo. Pemuda mungil di hadapannya hanya memasang wajah sendu, betapa dia masih ingin menyentuh jemari hangat milik Nyonya Xi yang membuatnya sangat nyaman.

Senyum jahil tersungging di bibir merah Nyonya Xi, mambuat Kyungsoo mengerucutkan bibirnya lucu dan mengerjapkan mata bulatnya.

" Kau harus membantuku menyiapkan makan malam, juga bermalam di sini. "

Mata bulat Kyungsoo berbinar dengan senyuman manis mengembang di wajahnya. Betapa ia sanghat ingin melakukannya, ia mengangguk mantap sambil kembali meraih tangan mungil Nyonya Xi.

" Dan satu lagi yang lebih penting. "

" Apa itu ahjumma? Cepat katakan, jebal! "

Wajah Kyungsoo kini seperti anak kecil yang sedang merengek kepada Ibunya, sepertinya dia sudah tidak sabar ingin segera menyiapkan makan malam mereka. Nyonya Xi terkikik kecil melihat tingkah lucu Kyungsoo.

" Kau tidak boleh memanggilku Ahjumma. Kau harus memanggilku dengan sebutan ' Mama ' . Mengerti? "

Wajah Kyungsoo kembali memerah, manik hitamnya kembali mengembangkan air mata, bibirnya bergetar menyebutkan kata " Mama .. " yang nyaris seperti sebuah bisikan. Kembali Kyungsoo membawa tubuh mungil yang dia sebut ' Mama ' barusan ke dalam dekapannya. Betapa dia sangat merindukan perasaan seperti ini.

Berkali-kali dia membisikkan kata ' Mama ' sambil sedikit terisak. Nyonya Xi kini juga meneteskan air matanya, setelah sedari tadi dia menahan tangisnya. Panggilan ini yang sangat dia rindukan. Tapi mengapa? Dadanya masih terasa sesak,dia masih merindukan sosok malaikat kecil yang dulu mewarnai dunianya.

' Xiao Lu.. Mama merindukanmu '

Sehun menginterupsi kegiatan tangis-menangis Ibu dan anak tersebut, sambil merengkuh tubuh mungil Ibunya dari belakang. Sehun bergelayut manja pada sang Ibu, mengingatkan bahwa dia sudah lapar sambil mengerucutkan bibir tipisnya. Kyungsoo dan Nyonya Xi hanya terkekeh melihat tingkah adik kecil di keluarga itu.

Kyungsoo memandang sebentar ke arah Ayah Luhan yang sedari tadi memperhatikan kegiatan mereka. Wajah tampannya hampir mirip dengan Luhan ketika tersenyum. Matanya menitikkan air mata, ketika menyadari Kyungsoo menatap ke arahnya, beliau langsung menghapus air matanya lalu tersenyum jenaka kepada tiga orang yang paling di kasihinya saat ini.

 


-oOo-

 

Jongin kini sedang gelisah menunggu supir keluarganya di depan gerbang gedung asrama. Sesekali dia menggerutu sendiri sambil menendang-nendang kerikil di jalanan. Ketika memandang ke sisi kanannya, matanya menangkap sebuah limosin hitam melaju dengan cepat ke arahnya lalu berhenti di depannya.

Jongin berdecak sebal, tanpa ba-bi-bu dia langsung menerobos masuk ke dalam mobil mewah milik Keluaga Kim.

" Mengapa lama sekali Jung Ahjussi?! Aku hampir mati bosan menunggumu, aku sudah telat. "

Sosok paruh baya yang mengenakan setelan jas hitam dengan dasi sewarna, dia tersenyum hangat sambil membungkuk di ke arah Jongin tanpa meninggalkan posisinya di depan setir.

" Maafkan aku Tuan Muda, jadi kita akan kemana sekarang? Apakan langsung menuju rumah? "

" Kita ke suatu tempat dulu. Aku akan menemui teman lama, dan kau pasti sudah hafal jalan ke tempatnya. "

" Kemana kita Tuan? "

" Rumah Steve.. "

Jongin menyandarkan tubuhnya kebelakang, pikirannya masih menata beberapa pertanyaan untuk teman lamanya itu menyangkut kepergian Luha. Dan yang paling penting adalah tentang pendonoran tersebut. Jongin memejamkan matanya untuk beberapa saat, sementara Jung Ahjussi menyenandungkan sebuah nada yang tidak asing bagi Jongin, itu nada instrumen Traumerei, favorit Jongin kecil.

 


-oOo-

 

" Kyungie.. kau sangat pandai memasak?! Waah siapa yang mengajarimu Jagiya? "

Puji Nyonya Xi yang melihat betapa terampilnya Kyungsoo yang sedang menumis beberapa sayuran yang dicampur dengan irisan daging. Kyungsoo tersenyum lucu sambil mengusap kedua tangannya pada celemek yang ada di badannya dan mengambil beberapa bawang untuk dimasukkan ke dalam tumisan.

" Aku di ajari oleh Yoona Noona, dia ketua Chef di rumahku yang bertanggung jawab atas semua masakan. Awalnya dia menolak, kerana orang tuaku tidak akan mengijinkanku untuk mendekati dapur. Tapi ketika mereka tidak ada, aku merengek pada Yoona Noona untuk diajari hingga aku pura-pura tidak mau ikut terapi atau minum obat, atau bahkan aku berpura-pura collapse, barulah dia menyanggupi kemauanku. Haha betapa jahilnya aku pada saat itu.. "

Nyonya Xi tertawa mendengar penjelasannya, Kyungsoo melihat betapa cantiknya rona dengan tawa lepas yang membuat wajah Mama barunya itu semakin cantik. Inilah yang Kyungsoo inginkan, tawa lepas Nyonya Xi, yang sekarang sudah menjadi Mamanya.

Sehun mengendap-endap masuk ke dalam dapur dan menyerukan pada dua Chef terbaik di rumahnya bahwa meja makan sudah siap, hanya tinggal menunggu hidangannya saja. Nyonya Xi membawa mangkuk besar berisi sup dan meminta bantuan Sehun untuk membawakan piring besar berisi daging bacon panggang lalu diikuti oleh Kyungsoo yang membawa sepiring tumisan yang barusan dia buat.

Ketiganya sampai pada ruang tengah yang sekaligus menjadi ruang makan mereka. Tuan Xi dengan antusias menyambut hidangan yang baru saja di tata rapi oleh Kyungsoo. Menyiapkan beberapa sendok nasi di setiap mangkuk dan juga sumpit, malam ini biarkan Kyungsoo merasakan suasana hangat keluarga yang utuh.

TOK TOK!

Ketukan di pintu menginterupsi kegiatan makan malam mereka. Sehun menawarkan diri untuk membuka pintu melihat siapa yang datang pada situasi seperti ini. Namun langkahnya dihentikan oleh suara lembut Kyungsoo.

" Biar aku saja, kau habiskan makananmu. "

" Tapi Hyung.."

" Dengar kata Hyungmu ini Sehunnie, biar aku saja, nikmati makan malam kalian. "

Kyungsoo berlari kecil menuju pintu sambil terus tersenyum manis.

TOK! TOK!

" Sebentar, aku datang .."

Tangan mungil Kyungsoo memutar knop pintu rumah kediaman Xi. Begitu pintu terbuka sepenuhnya, mata bulat Kyungsoo terbelalak melihat sosok yang datang malam ini. Dia sepeti sedang melihat hantu. Kyungsoo menatap tidak percaya, jantungnya berdegup cepat seakan-akan mau keluar dari dadanya. Bibirnya lagi-lagi bergetar tergagap menyebutkan nama pemuda yang datang namun tak satupun kata keluar dari bibirnya.

Pemuda yang datang bertamu ke kediaman keluarga Xi pun tak kalah kagetnya, dia menatap mata bulat Kyungsoo heran. Mulutnya menganga, alisnya mengernyit, dan pandangannya menuntut sebuah penjelasan.

Karena merasa Kyungsoo lama saat membuka pintu, Sehun menyusul Kyungsoo.

" Siapa yang datang Hyung? "

Sehun menatap mata bulat Kyungsoo dari samping dan mengalihkan pandangannya ke arah pemuda yang baru datang. Wajah Sehun berubah menjadi serius, kata-kata yang tadi ingin keluar dari mulut Kyungsoo telah diucapkan oleh Sehun.

" Kai? kau jadi datang. "

" Steve? mengapa dia di sini? Sedang apa dia di sini? "

Pemuda yang bertamu ke rumahnya menunjuk batang hidung Kyungsoo yang masih terdiam. Sehun menyeringai lembut, yang ada dipikirannya kali ini hanya ingin melindungi Hyung barunya ini, dan tak akan membuatnya terluka. Tak akan pernah.

Sedetik kemudian Sehun memeluk Kyungsoo posesif dari belakang, membuat Kyungsoo terperangah memandang adik kecilnya yang masih menyeringai memandang Jongin. Di sisi lain, Jongin semakin mengernyitkan keningnya sambil menatap tak percaya sikap Sehun yang tiba-tiba barusan.

" St-steve ? Se-sehun..? "

Bisik Kyungsoo terbata, Kyungsoo mengerjap bingung mengapa Jongin memanggil Sehun dengan sebutan Steve? apakah masih banyak lagi yang dia belum tahu? Kyungsoo memandang wajah Sehun heran, namun Sehun semakin mengeratkan dekapannya. Jongin semakin mengepalkan jemarinya. Entah mengapa dia sangat tidak suka pemandangan di depannya.

" Kau sudah mengenalnya? Pemuda cantik ini tamuku, namanya Do Kyungsoo.. "

 

...

TBC


 

ALOHAAAAAAAA... !

gak tau responnya gimana :(

aku gak pandai buat situasi. ada beberapa bagian yang mau dibuat tapi bingung ngejabarinnya /.\ ...

chapter ini udah lumayan panjang kan? aku sedikit kebayang film Step Up 2 yang the streets, jadi istilah The Prunk itu dari film itu. aku masih bingung nyari lawan battle buat The Beast, jadi kalo reader punya saran boleh kok di kasih tau saat comment, aku sadar aku masih baru jadi mungkin sedikit yang tau :')

-Pansy-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Pandananaa
Bab 7 Updated chingudeul :3

Comments

You must be logged in to comment
Cungils #1
Chapter 8: Wahai authornim mana lanjutannya???
Caramel9395 #2
i'm still waiting for this, really
aizahputri #3
Chapter 8: HUWEEEEE akhirnya jongin buka hati buat kyungie yg polos. Ditunggu kelanjutannya ya authornim! Love bgt sama ini ff
lulubaekkie
#4
Chapter 8: kaaaa! serius aku suka banget ficnya!! kenapa ka kenapaaa? setiap chapter pasti aku selalu nangis;;;; super daebak ffnya! lanjut ya ka, hwaiting^^
Galaxy_Lilo #5
Chapter 7: Kereeennn.... Cepetan dilanjut ya..
Udh gak sabar pengen baca kelanjutannya.. Hihihi
parkcy_
#6
Chapter 7: Ahh akhirnya lanjutt!! >< gak sabar buat selanjutnya ;uuu;
hyoki407 #7
Chapter 7: yaaa tbc hueee lanjut ne dear ㅠ.ㅠ akirnyaaaaaa <3
ajengcho #8
Chapter 7: cute bgt first meetingnya luhan sm jongin.
itu kata terakhirnya nyesek bgt, "lagi?"
Caramel9395 #9
Chapter 7: ahhhhh i don't know what must i say,
jongin~a i hope u will see dyo as him and not as luhan :)
author-nim aku senang sekali ffnya ini diupdate ><
keep update again yeyyyy ^^/