Chapter 8

One Last Cry

Junsu tidak paham dengan apa yang terjadi. Setelah mereka berdua berdansa dengan mesra semalaman, keesokan harinya Yoochun memperlakukannya seolah dia tidak ada. Dia tidak menyapa ucapannya di sekolah. Tidak seperti biasanya ketika Yoochun marah-marah waktu bertemu dengannya, kali ini Yoochun bersikap dingin.

"Kenapa, Su?" tanya Hyukjae ketika melihat sahabatnya itu duduk dengan lesu di kursi kelasnya.

"Yoochun hyung... Kenapa dia bersikap dingin padaku?" keluh Junsu. "Dia tidak marah-marah ketika aku mendekatinya untuk mengucapkan salam. Tapi dia... mengacuhkanku."

"Huh?"

Hyukjae tidak paham. Kemarin dia tidak datang ke acara sahabatnya karena harus menemani noona-nya yang sedang sakit. Pagi ini tahu-tahu sahabat sekaligus teman sebangkunya itu datang masuk kelas dengan tampang keruh. "Kenapa? Ceritakanlah, Su."

Junsu pun bercerita bagaimana Yoochun bersikap manis padanya semalam ketika perayaan ulang tahunnya berlangsung. Namja itu mau duduk berdekatan dengannya. Dia bahkan sukarela mendengarkan lelucon konyol yang diucapkannya. Menjelang tengah malam, Yoochun bahkan mengajaknya berdansa...

Junsu memejamkan mata. Masih bisa diingatnya tubuh mereka berdua yang menempel erat di bawah lampu berwarna-warni. Yoochun memeluknya dengan lembut. Tubuh mereka mengalun sesuai musik.

"Oohh~" Junsu merasakan wajahnya memanas ketika mengingat kenangan semalam. Tapi tiba-tiba dia menggigit bibirnya, kecewa dengan sikap Yoochun pagi ini yang acuh tak acuh padanya.

"Mungkin kau harus bertanya padanya, Su," saran Hyukjae.

"Mmm, baiklah. Akan kucoba bicara dengannya nanti."

Tidak sulit mencari Yoochun. Dia biasanya berada di ruang musik bersama anak-anak ekskul musik lainnya. Atau jika ekskul musik sedang tidak ada kegiatan, Yoochun hanya berada di sana sendirian. Seperti saat ini. Yoochun asyik memainkan piano di ruang musik. Dia lebih bisa konsentrasi karena hanya sendirian. Dipejamkannya mata dan dinikmatinya alunan musik dari piano. Suasana terasa damai sampai tiba-tiba instingnya merasakan sesuatu. Ketika dia membuka mata, Junsu sudah ada di depannya. Dia berdiri di depan pianonya.

Yoochun menahan napas. Bersiap menghadapi konfrontasi apapun yang mungkin timbul dari namja yang bertubuh lebih pendek darinya itu. Dia sangat sadar saat ini akan datang.

"Wae?" tanya Junsu langsung.

"Apa... kenapa maksudmu?"

"Kenapa hyung bersikap dingin padaku hari ini?" tuntut Junsu.

"Memang aku harus bersikap bagaimana lagi kepadamu?" tanya Yoochun tajam.

Junsu terdiam. Wajahnya sedikit memerah. Memang dia tidak berhak menuntut penjelasan apa-apa kepada Yoochun. Toh Yoochun bukan namjachingu-nya atau apapun. Tapi... tidakkah Yoochun memahami sikap Junsu kepadanya setahun terakhir ini? Tidakkah Yoochun menangkap sinyal-sinyal yang dikirimnya? Tidakkah Yoochun menangkap perhatian yang diberikannya? CD penyanyi favorit Yoochun. Bekal makan siang yang sering dibawanya untuk si sunbae. Yah meskipun bukan Junsu sendiri yang memasaknya. Junsu selalu memaksa Jaejoong, hyungnya yang pintar memasak itu untuk membuatkan bekal yang akan dibawanya ke sesekolah dan diberikannya kepada Yoochun.

"Se... semalam..."

"Semalam tidak berarti apa-apa!" potong Yoochun cepat. "Aku hanya berusaha bersikap baik sebagai ucapan terima kasih karena telah kau undang. Lagipula aku juga menghargai undangan Jaejoong hyung. Dia meneleponku dan memintaku datang."

"Ja... jadi kau tidak datang atas kemauanmu sendiri melainkan atas perintah hyung-ku?" Sebuah pisau yang tidak terlihat seolah menusuk hati namja penggemar sepak bola itu.

"Tentu saja," jawab Yoochun tegas seolah ingin menambah garam pada luka hati Junsu.

Junsu menundukkan kepala. Tubuhnya gemetar, antara sedih dan marah.

Triinngg ~~

Yoochun memencet tuts piano. "Pergilah, Kim Junsu. Ini kukatakan untuk pertama dan terakhir kalinya. Aku... tidak... tertarik... padamu..." Yoochun mengucapkan kalimat itu lambat-lambat seolah ingin menegaskan maksudnya. "Berhentilah mendekatiku."

Junsu semakin menundukkan kepala. Air matanya keluar tanpa bisa dicegah. "Baiklah. Akan kulakukan apa maumu. Aku akan berhenti mendekatimu." Diremasnya baju seragamnya. "Tapi... kumohon datanglah menonton pertandingan kami besok. Kami sangat membutuhkan bantuanmu." Dia membungkuk sembilan puluh derajat.

Yoochun terdiam. "Aku akan datang," ucapnya singkat.

"Kamsahamnida."

Junsu meninggalkan ruang musik sambil menunduk. Kedua matanya tak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Dia tidak tahu bahwa satu-satunya namja yang sedang berada di ruang musik itu juga menangis diam-diam.

"Maaf. Maafkan aku, Kim Junsu."

 

東方神起

 

Keesokan harinya pertandingan bola antar kelas satu pun tiba. Lapangan penuh dengan suporter kedua kesebelasan. Anak kelas dua dan kelas tiga bebas memilih tim mana yang akan mereka bela. Yoochun dan Changmin memilih membela kesebelasan milik Junsu. Saat ini mereka berdua berada di tribun penonton bersama ratusan murid lainnya. Changmin membawa sekatung penuh makanan dan minuman. Sambil sibuk mengunyah biskuit, dia bertanya kepada Yoochun.

"Bagaimana dengan Junsu? Kalian sudah jadian kan?" tanyanya dengan mulut penuh. Peristiwa di acara ulang tahun Junsu tentu saja tidak lepas dari pengamatannya.

Yoochun menggeleng. Matanya tampak memandang titik terjauh yang ada di lapangan.

"Kenapa?"

Yoochun terbatuk sebelum menjawab. "Aku tidak berminat memacarinya."

"Park Yoochun. Kau yakin kau tidak ingin memacarinya? Tapi di kamarmu..."

Ucapan Changmin tertutup oleh sorak sorai penonton. Kedua kesebelasan memasuki lapangan. Mereke berdua pun memusatkan perhatian kepada kedua tim yang akan bertanding. Setelah wasit mengundi tim mana yang akan melakukan kick off terlebih dahulu, peluit tanda pertandingan pun berbunyi.

Kedua tim menerapkan pola offensive sehingga jual beli serangan terjadi. Dalam waktu dua puluh saja sudah ada dua gol yang terjadi. Masing-masing tim membuat satu gol kepada gawang lawannya. Changmin tidak henti-hentinya berteriak memberikan dukungan sehingga menyebabkan Yoochun dan penonton lainnya harus menutup telinga karena suara Changmin sangat berisik.

"Ayo Junsu!"

"Junsu fighting!"

"Diamlah Min." Yoochun merasa temannya itu paling berisik.

"Oohh bagaimana mungkin kau memintaku diam Chun? Ini lapangan bola! Orang seharusnya berteriak dan emndukung tim favoritku! Dan lihat, Junsu bermain dengan bagus!"

Yoochun benci mengakui ini tapi kenyataanya Junsu memang bermain bagus.

Banyak peluang gol yang tercipta meski gagal dalam hal finishing. Dan tadi dia membuat assist untuk temannya sehingga tim mereka bisa memasukkan gol ke gawang lawan. Saat ini dia men-dribble bola sendirian di daerah pertahanan lawan. Larinya sangat cepat sehingga pemain belakang lawan tidak mampu mengejarnya. Ketika hampir mendekati titik putih alias titik penalti, dia berhasil mengecoh kiper lawan. Junsu seolah akan menendang bola ke arah kiri sehingga kiper lawan menjatuhkan tubuh ke kiri juag. Ketika kiper lawan sudah jatuh ke tanah, Junsu menendang bola ke arah kanan dan...

"GOOOLLL!"

Teriakan membahana di lapangan. 2-1 untuk tim Junsu! Ketika kiper lawan lengah lagi, Junsu bermaksud memperbesar angka untuk timnya. Dia berlari sendirian membawa bola tanpa tahu bahwa dirinay dikejar seorang pemain belakang lawan. Bek lawan tersebut men-tackle kaki kirinya sehingga Junsu tersandung. Wajahnya jatuh duluan membentur tanah.

Dia tidak bangun lagi sesudahnya.

Seluruh stadion dipenuhi dengungan khawatir. Wasit menghentikan pertandingan untuk sementara waktu. Dia lantas memanggil tim medis yang dengan sigap menggotong tubuh Junsu dengan tandu. Mereka membawanya ke rumah sakit terdekat.

Dua jam kemudian nyawanya tidak tertolong lagi. Kim Junsu, pahlawan kesebelasan mereka, menghembuskan napas terakhir.

.

東方神起

 

"Aku menyesal, Su. Sangat menyesal."

Yoochun berlutut di depan makam Kim Junsu. Air matanya berderai tanpa mampu ditahannya.

"Kau tahu? Tubuhku penuh penyakit. Umurku tidak lama lagi. Seharusnya aku mati duluan! Tapi kenapa kau yang penuh semangat hidup harus meninggalkan dunia terlebih dahulu? Ini tidak adil! Bagaimana aku akan melanjutkan hidupku tanpamu?" isaknya.

"Kau tahu? Aku tidak menerimamu menjadi namjachingu karena tahu umurku tidak lama lagi. Aku... aku tidak ingin membuatmu bersedih, Su. Karena itu aku bersikap ketus padamu. Aku berharap kau menjauhiku. Aku berharap kau berhenti mengejarku. Semua kulakukan untuk dirimu, Su. Supaya kau tidak terbebani jika aku meninggalkanmu terlebih dahulu."

Yoochun terbatuk. Setetes air mata jatuh membasahi nisan yang masih baru itu.

 

~ The End ~

 

東方神起

 

4 Februari 2014

Budayakan memberi komentar, subscribe dan vote ya ^_^

Terima kasih~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
summer-cassie
Oct 19th - chapter 3 - awal pertemuan Junsu dan Yoochun di sekolah :D

Comments

You must be logged in to comment
karinokta #1
Chapter 8: Aaaarrrghhh too short....
Tau tau udah end
Ada beberapa part yg mestinya ditambahin niiih, penjelasan kenapa junsu tiba tiba bisa gitu, chun bisa gitu juga,
Tapi semua kembali ke authornim ;)
Thanks for the story btw
karinokta #2
Chapter 8: Aaaarrrghhh too short....
Tau tau udah end
Ada beberapa part yg mestinya ditambahin niiih, penjelasan kenapa junsu tiba tiba bisa gitu, chun bisa gitu juga,
Tapi semua kembali ke authornim ;)
Thanks for the story btw
kim_rara #3
Chapter 8: Hwaaaaaa
Udah the end?????
0.o
Hweeeeee
Junchaaannn
MaLang nian nasibmuuuu
T.T
silvergalleon #4
Chapter 8: lho?sdh tamat?kok kesannya terlalu terburu2 pdhlkan blm klimaks crtanya...
T.T
aq jg bingung bagaimana junsu bs meninggal bgtu saja hanya krna jatuh dilapangan sepak bola,pdhl dia sht2 saja tdk ad riwayat penyakit apapun..
:(
wonkyuhyun
#5
Chapter 7: new readerr o/
haii

wahh kok aq ngerasa drama yg sbnernya blm terjadi ya? jengjengjengjeng lol

atau aq yg terlalu mikir kmn2 hahaha

abis judulnya one last cry, sedih gtu kan..
eniwei.. happy end please? :3

update soon ya ^^
kim_rara #6
Chapter 7: Chunnie akhirnya sdikit mengikuti kata hatinyaaa
Hohohohoho
Rasanya muLai ada Lampu hijau nih buat Junchan
XD
Lanjut999999x
XD
Btw,Gomawo udah memuaskan dahaga kehausan fanfic ini
Kekekekekeke
XD
Ditunggu banget ini keLanjutannya
^_^
junsuism #7
Chapter 7: Kok kykna jae ngelindungin junsu bgt deh sebagai kakak.. Pasti si junsu pernah ngalamin sesuatu deh... Huaaaa.... Please update soon.. Chun you better be good to junsu or..
kim_rara #8
Chapter 6: Hwaaaa...
I Love this story...
^_^
Rasa2nya kok ini bkaLan jdi angst ya?
Psti ada sesuatu dibaLik keceriaan Junchan
*Sok tau bner dah aQ ini...
Kekekekekek
XD
Bner2 brharap segera nongoL keLanjutannya
^_^
silvergalleon #9
Chapter 6: kayaknya chun bkalan dtg deh...tp smuanya tergantung yg pnya crta...hehehe
Bee_chun #10
Chapter 5: tiap chapt kok dikit banget?
padahal lagi enak2nya baca, udah tbc aja.

tp seru. . . ditunggu update chapt berikutnya