Ego

Hate That I Hurt You (Previously 'Hate That I Love You')
Please log in to read the full chapter

Seunghyun menyandarkan punggungnya di jok mobil, jarinya mengetuk-ngetuk kemudi mobil SUV berwarna grey metallic miliknya itu. Entah mengapa mobil-mobil di jalurnya bergerak begitu lamban. Ia menghela nafas kesal. Apa semua mahluk di Seoul keluar di malam ini? Gerutunya mulai tak sabar menghadapi lalu lintas Seoul yang padat. Ergh…tau begini, tadi aku minta saja Jiyong menjemputku di rumah Omma, sesalnya memandangi antrian kendaraan di depannya.

Seunghyun dan Bigbang baru tiba kemarin sore dari Jepang dan lusa dia harus mulai kembali syuting untuk drama serta film barunya, memikirkannya saja ia sudah merasa lelah. Ia butuh hiburan, setidaknya untuk malam ini sebelum ia memulai kembali aktifitasnya yang padat. Saat Jiyong mengatakan tentang undangan Junsu, tanpa pikir panjang ia langsung menyutujuinya. Tapi bukannya berada di klub, dia malah terjebak macet.

~~I am B.I.G Bigbang the Big Boy~~

Seunghyun melirik ke arah handphonenya yang berbunyi, ia memasang headset lalu membuka flap Cyon Lollipop berwarna hitam itu.

”Ya?!” sahutnya malas, suara Jiyong menyambut diiringi suara bising musik, bocah ini sudah tiba di klub kah? Seunghyun menghela nafasnya, ia semakin tak sabar menghadapi kemacetan di hadapannya. ”Aku lagi di jalan,” ujarnya sembari memperbaiki letak headset di telinga, berusaha mendengar suara Jiyong dengan jelas sementara pandangannya terfokus ke jalanan.

”Jalanan macet, sepertinya ada kecelakaan di depanku,” ujar Seunghyun. Ia mengumpat tak bersuara mendengar suara klakson yang bersahut-sahutan di belakangnya di tambah suara bising musik dari latar Jiyong.

”Ji, nanti kuhubungi lagi, terlalu berisik aku tak bisa mendengarmu.” Seunghyun langsung memutuskan hubungan, menghempaskan headsetnya. Bisa-bisa aku mati kesal menghadapi kemacetan ini!

”Hyung!! Aish…” desis Jiyong menatap layar hpnya kesal, ia belum selesai menyampaikan maksudnya tapi Seunghyun sudah memutuskan telponnya. Jiyong melirik ke arah Youngbae yang berdiri di sampingnya.

”Ottae?” tanya Youngbae penasaran, matanya bergerak dari hp ke wajah Jiyong. ”Kau sudah memberitahunya?!”

”Belum,” jawab Jiyong mendesah. ”Ia menutup telponnya sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku…,” matanya melirik ke arah Haerin yang sedang mengobrol dengan salah seorang pria di sudut ruangan itu. Kalau begini, bagaimana kami bisa bersenang-senang?! gerutu Jiyong.

Apa ini cobaan?! keluh Haerin mengurut pelipisnya. Sedari tadi ia berusaha bersikap tenang dan tak acuh sejak melihat Junsu tiba bersama Jiyong dan Youngbae. Tapi mau tak mau ia agak khawatir juga. Ia tahu kalau Junsu berteman baik dengan Jiyong, yang ia tak tahu kalau Junsu mengundangnya serta anggota Bigbang lainnya untuk hadir di pesta itu. Tau begini aku ga akan mengiyakan ajakan Sanghee. Ia menghela nafas pelan, tak menyadari Jay Park di sampingnya memperhatikan sikapnya yang tampak tak rileks.

”Kau tak suka mengobrol denganku?” tanya Jay kalem, mengalihkan pandangannya ke makanan yang terhidang di atas meja di hadapan mereka.

”Hehh?!” Haerin menoleh, baru sadar kalau dari tadi ia sedang bersama dengan Jay, teman Taec yang Sanghee perkenalkan.  ”Ahh…anya~ aku hanya kepikiran pekerjaanku saja,” bohongnya.

”Sepertinya kau merasa bosan karena dipaksa Sanghee mengobrol denganku,” ujar Jay meneguk birnya. Haerin langsung merasa tak enak mendengar kata-kata Jay, tak seharusnya ia mengacuhkan Jay, apalagi mereka baru saja berkenalan. Benar-benar sikap yang sopan Haerin!

”Si..siapa yang bosan?? Aku ga ngerasa bosan kok, tadi tiba-tiba aja kepikiran pekerjaan,” elak Haerin. Jay menyandarkan punggungnya di sofa, memandangi Haerin dengan mata yang terpincing, membuat Haerin semakin salah tingkah.

”Kau…berbohong,” kata Jay singkat.

Haerin mengerjabkan matanya, ”bo…bohong?! ga kok…” elaknya lagi agak tergagap. Kok dia tahu? Apa ketara di wajahku ya? Haerin meraba wajahnya.

Jay tak bisa menahan tawanya melihat tingkah Haerin. ”Ha, ha, ha, kau ternyata lucu ya?!”

“He?!” Haerin menatap Jay yang tertawa dengan perasaan heran.

”Kau seharusnya melihat wajahmu tadi,”  ujar Jay di sela tawanya. ”Tegang sekali…hahaha.”

”Tegang?!” Haerin masih tak mengerti, alisnya berkerut karena bingung.

”Aku tadi, hanya menggodamu,” ujar Jay kembali tertawa.

”Mwo?! Ja…jadi kau!” Haerin langsung memasang tampang cemberut, melirik Jay yang masih asyik tertawa dengan perasaan sebal. Menyadari tatapan kesal Haerin, Jay langsung menghentikan tawanya.

”Haerin-ahh…kau marah?” tanya Jay yang sekarang cemas. Haerin hanya diam tak menanggapi pertanyaan Jay. ”Aku hanya bercanda,” Jay menggaruk kepalanya. Haerin memalingkan wajahnya, mengacuhkan permintaan maaf Jay.

”Haerin-ahh…maaf, aku cuma bercanda, suerr!” Jay mengancungkan tanda peace di dekat wajahnya, kepalanya tertunduk lemas, tak menyadari Haerin sedang meliriknya sambil menahan senyum.

”Please…for…” pinta Jay, tiba-tiba mengangkat kepalanya membuat Haerin tak sempat berpaling menyembunyikan senyumnya.

”Kau…mengerjaiku ya,” ujar Jay mendadak merasa bodoh. Haerin menutup mulutnya, ia mengangguk menahan tawa.

”Aku hanya membalas leluconmu,” ujar Haerin membela diri.

Jay mendesah, ”kau seharusnya ikut casting, aktingmu tadi sudah sangat meyakinkan.”

”Kau yang mulai,” Haerin menjulurkan lidahnya. Tangan Jay sudah terulur ingin mengusap kepala Haerin dengan gemas, tapi buru-buru ia urungkan. Ia hanya melirik Haerin yang masih berusaha meredakan tawanya.

”Ayo…kalian berdua ngobrolin apa di sini?!” goda Sanghee, entah sejak kapan ia sudah berdiri di hadapan Jay dan Haerin. Haerin dan Jae hanya mengulum senyum tak menjawab pertanyaan Sanghee.

“Ayo bangun…bangun, ngumpul ma yang lain, jangan diem di sini,” Sanghee menarik tangan Haerin agar bangun. Jay sebenarnya agak enggan beranjak dari sofa itu, tapi ia bangkit juga, berjalan mendahului Sanghee dan Haerin menuju tempat Taec dan Wooyoung berdiri.

Sanghee melirik Jay yang berbalut T-shirt putih dan celanan jeans belel itu. Ia langsung mengamit lengan Haerin erat saat Jay sudah menjauh dari mereka, “ottae??”

“Apanya?” Haerin balik bertanya.

”Jay oppa…ottae??” tanya Sanghee penasaran.

”Hmm…Baik,” jawab Haerin singkat.

”Udah itu doank?!”

”Emang musti jawab apa?? Kenal ma ngobrol aja baru tadi,” Haerin mendorong pipi Sanghee pelan. Mereka melalui tamu-tamu lain yang juga hadir di pesta itu.

Sanghee terkekeh, ”Kirain udah pendalaman.”

”Belum…buru-buru amat,” mata Haerin bertemu pandang dengan Youngbae dan Jiyong yang sedang mengobrol dengan Junsu, ia tersenyum melambaikan tangannya pelan. Sanghee menoleh ke arah Jiyong mengangguk singkat lalu melirik ke wajah Haerin.

”Kau ga apa-apa?” Suara Sanghee berubah serius, ia melirik ramah ke arah Youngbae.

Haerin menghentikan langkahnya, ”he?! ahhh…gwincanayeo, aku ga apa-apa kok.” Mata Haerin melirik ke arah Youngbae dan Jiyong lalu Sanghee, ia meremas jemari Sanghee meyakinkan.

Sanghee menghela nafas, entah kenapa ia tak merasa yakin dengan kata-kata Haerin. “Bener ga apa-apa?? Kalau kau mau pulang duluan aku maklum kok.”

”Kau sendiri yang bilang, kalau aku ga bisa menghindar terus?! Kalau aku pulang sekarang, berarti aku menghindar dunk! Aku ga apa-apa, kau tenang saja.”

Sanghee masih menatap Haerin tak yakin. ”Sanghee…aku ga apa-apa, beneran!” ujarnya sekali lagi, terkadang ia merasa sahabatnya itu susah sekali untuk diyakinkan.

“Kau sebaiknya kembali menemani Taec,” Haerin menggiring Sanghee agar kembali ke tempat Taec yang sedang mengobrol dengan Jay, lalu menghampiri Youngbae dan Jiyong, ”kalian cuma berdua ke sini?” tanyanya tersenyum ke arah Jiyong.

”Bertiga, Seunghyun hyung belum datang,” sahut Jiyong pelan, melirik ekspresi Haerin mencoba menerka apakah Haerin tampak terganggu mendengar nama Seunghyun disebut.

Junsu menoleh ke arah Haerin dan Jiyong, ”kalian bertiga saling kenal?”

”Haerin dulu pernah jadi staff di YG,” jawab Youngbae singkat.

”Kau bisa kenal Haerin dimana??” Jiyong balik menanyakan Junsu.

”Dunia memang kecil ya, dia ini temennya Sanghee, wanita dengan dress hijau muda di sebelah Taec itu,” sahut Junsu menunjuk ke arah Sanghee. Jiyong melirik ke arah Sanghee sekilas. Mereka berempat lalu terdiam sejenak.

“Ah ya, kalau begitu aku tinggalkan kalian bertiga, biar bisa nostalgia, oke. Kalian nikmatin saja pestanya, Haerin-ahh aku tinggal ya.” Junsu menepuk bahu Haerin lalu beranjak menghampiri tamu yang lain. Kembali ada jeda hening antara Haerin, Youngbae dan Jiyong.

”Kau tak apa-apa kami di sini?” tanya Youngbae menatap Haerin sedikit khawatir.

”Loh, justru bagus kan?! Jarang-jarang bisa ketemu superstar kayak kalian,” Haerin berusaha bercanda.

”Kau ini, siapa yang superstar??” Youngbae mengusap kepala Haerin lembut.

”Daesung dan Seungrii mana?! Kok ga ikutan?” Haerin menatap Jiyong heran.

”Jadwal mereka kan lebih padat dari pada kita para hyungnya, mana ada waktu buat maen ke klub,” kelakar Jiyong, memperlihatkan senyum manisnya yang terkenal itu.

Youngbae menyiku lengan Jiyong pelan sembari tertawa, ”Dae ada syuting sedangkan Seungrii sibuk latihan untuk pertunjukan musikalnya.” Haerin mengangguk, jemarinya memainkan gelang di tangannya.

Youngbae sejenak menunduk sembari memainkan ujung topinya, ”mmm…Haerin soal hyung ka…”

”Ga apa-apa, dia datang juga ga apa-apa,” Haerin buru-buru memotong perkataan Youngbae, ia sudah tahu maksud perkataan Youngbae, kenapa semua orang terlalu mengkhawatirkannya, sih?!

”Kau yakin?! Kalau tidak kami bisa…” Bahkan Jiyong juga?! Haerin mendesah.

”Beneran ga apa-apa,” jawab Haerin tegas, memaksakan dirinya tersenyum lebar, tapi wajahnya masoh terlihat agak tegang. Sikap Haerin membuat Youngbae dan Jiyong hanya bisa saling bertukar pandang. Dalam hatinya Haerin berkali-kali mengulang tidak apa-apa…dia sudah kuhapus, jadi tak apa-apa.

*

Benarkah ini private party?!  Seunghyun takjub mendapati jumlah yang hadir cukup ramai mungkin ada sekitar dua puluh orang lebih di dalam ruangan itu dan mayoritas merupakan orang dari dunia entertainmen. Pesta di ruangan VIP itu tampaknya sudah dimulai sedari tadi. Matanya langsung menangkap sosok Jiyong yang sedang meremix lagu Bigbang - Love Club di meja DJ. Jelas-jelas suasana ruangan itu tak kalah bising dan ramainya dengan suasana di lantai dasar tadi.

Seunghyun mengedarkan pandangannya mencari sosok Youngbae atau Junsu, tapi tak menemukan keberadaan mereka. Ia beranjak menghampiri meja bar, memesan segelas scotch, ia butuh sesuatu untuk mereda rasa kesalnya terjebak macet selama setengah jam lebih tadi.

Dua orang gadis dengan bodi dan pakaian y berdiri di dekatnya, memandangi Seunghyun dengan tatapan menggoda. Ia menghela nafas bosan mengacuhkan gadis-gadis itu. Ia buru-buru berbalik meraih gelas minumannya, mengosongkannya dalam sekali tegakan, lalu meninggalkan meja bar itu. Ia memutuskan menghampiri Jiyong, sembari mencari sosok Youngbae di tengah kerumunan orang-orang. Ia melangkah perlahan sembari mengedarkan pandangannya mengamati ruangan itu.

Seunghyun hampir tak mempercayai penglihatannya. Ia sudah mendapati sosok Youngbae dan Junsu duduk di sofa sudut lain ruangan itu berseberangan dengan posisinya saat ini. Tapi bukan itu yang membuatnya tertegun. Matanya terpaku ke sosok gadis dengan kaos putih berkerah lebar yang memperlihatkan sebelah bahunya yang telanjang, duduk dengan santai di samping Youngbae. Rambut hitamnya yang panjang dikepang, tersampir di depan dadanya. Gadis itu, Haerin tampak asyik mengobrol dan tertawa. Ia juga mendapati Taec dan seorang gadis serta pria yang tak ia kenal di meja itu.

“Keberatan kalau aku bergabung?!” Suara berat Seunghyun yang khas membuat orang-orang di meja itu termasuk Haerin menoleh ke arahnya, tenggorokan Haerin tercekat dan entah mengapa jemarinya mengenggam gelas lemonadenya lebih erat.

“Ahh…uri big boy sudah tiba!” Junsu bangkit merangkul pundak Seunghyun, sedikit mengguncangnya pelan. “Kudengar hyung terkena macet?!”

Seunghyun menyeringai pahit, ”dan aku rasanya sudah hampir mati kesal di jalan tadi.”

”Hahaha! Setidaknya kau sudah sampai di sini.” Junsu menepuk-nepuk pundak Seunghyun. ”Ayo aku kenalkan dengan mereka. Kau sudah mengenal Taec kan?” seru Junsu mulai memperkenalkan orang-orang yang duduk di sepanjang sofa panjang itu.

“Sunbaenim,” sapa Taec tersenyum tipis, tangannya menarik Sanghee agar lebih dekat denganya.

”Ini Park Sanghee,” ujar Junsu lagi. Sanghee melambaikan tangannya, matanya melirik Taec lalu Haerin, merasa sedikit khawatir. Seunghyun mengangguk ke Sanghee, matanya mendapati tangan Taec yang melingkar dengan nyaman di pinggang Sanghee. Sepertinya dua sejoli ini punya hubungan khusus, ahh…apa peduliku.

”Dia Jay Park,” Junsu menunjuk ke arah Jay yang duduk di sebelah Haerin. Seunghyun mengangguk, salah satu alisnya terangkat saat mengamati Jay yang di matanya duduk terlalu dekat dengan Haerin.

”Dan…ahh….hyung kau pasti kenal dia!” seru Junsu tersenyum lebar menunjuk Haerin yang menoleh tersenyum kaku ke arah Seunghyun.

”Ya…tentu saja, aku sangat mengenal So Haerin-ssi,” ujar Seunghyun tersenyum manis, menatap Haerin dengan penuh minat, sedikit berharap agar Haerin mengeluarkan kata-kata untuk menyapanya. Tapi Haerin buru-buru mengalihkan pandangannya. Oke, jadi cuma senyum tipis itu!  Seunghyun geram.

Youngbae buru-buru menarik perhatian Seunghyun, “ohh…hyung! kau sudah memesan minum?! Atau perlu ku panggilkan pelayan??”

Seunghyun melirik Youngbae dengan malas, “aku barusan minum tadi.” Ia langsung duduk menyelonjor di sebelah Youngbae, sekilas melirik ke arah Haerin yang sekarang mengobrol akrab dengan Jay. Matanya memperhatikan tangan Jay yang merangkul bahu Haerin, dan sikapnya yang menunduk berbisik di telinga Haerin.

Entah mengapa gesture Jay ke Haerin membuat Seunghyun merasa tak nyaman. Ia menyambar botol bir yang dihidangkan di atas meja, meneguknya beberapa kali. Dari sudut matanya, ia melihat sikap ramah Haerin yang mengangguk tersenyum manis kepada Jay. Dirinya benar-benar tak menyukai pemandangan yang ia lihat. Apa-apaan itu?! Ia kembali menegak bir di tangannya.

Haerin perlu pergi dari sofa itu, karenanya ia mengiyakan ajakan Jay untuk mengikuti Taec dan Sanghee ke lantai dansa. Walaupun ia tahu dengan pasti dirinya tak begitu pandai dalam hal meliuk-liukkan badan mengikuti musik. Tapi setidaknya dengan begitu dia bisa jauh dari Seunghyun. Astaga! Apakah aku harus selalu lari menjauh setiap dia ada di dekatku! Ia merasa sebal dengan dirinya sendiri.

Seunghyun tak melepaskan pengawasannya ke Haerin, walau Haerin sudah beranjak dari sofa itu bersama Jay. Aku baru duduk dan dia sudah mencari alasan lari dari sofa ini. Kau benar-benar menganggapku sebagai penyakit?! Tersenyum kecut.

”Hyung, kau haus?” tanya Youngbae melirik Seunghyun yang sedari tadi meneguk birnya. Ia tahu saat ini Seunghyun sedang merasa kesal, tapi ia juga tidak bisa menyalahkan Haerin yang menghindari Seunghyun.

Youngbae melirik ke arah botol bir yang sudah kosong di tangan Seunghyun. ”Hyung, kau sebaiknya tak meminum alkohol terlalu banyak, ingat kau menyetir.” Tapi Seunghyun seolah tak peduli, ia mengeluarkan kotak rokok dari dalam jaket kulitnya, menyalakan rokoknya sembari tetap memperhatikan Haerin yang sedang berdansa. Pria itu bahkan berani menaruh tangannya di pinggang Haerin?! Geramnya tanpa sadar meremas bungkus rokok di tangannya.

”Hyung! Matamu sudah hampir melompat keluar tuh!”

Seunghyun melirik tajam ke arah Youngbae, ”ha..ha..ha.. lucu!”

”Tapi sikap hyung saat ini memang lucu,” Seunghyun menendang kaki Youngbae yang berusaha menahan tawanya.

”Ohh hyung! Kau sudah tiba?!” Jiyong langsung menghempaskan tubuhnya di sofa, melepaskan jaket jeansnya, keringat mengalir di wajah dan lehernya. ”Akhirnya, rasanya sudah bertahun aku tak beraksi di meja DJ, kau lihat aksiku tadi?! Kapten G-sparrow in action!!”

Youngbae melirik ke arah Jiyong kasihan, ”percuma kau bercerita dengannya.”

”Wae?! Ahhhhh…aratso.” Jiyong langsung mengerti perkataan Youngbae saat melihat sikap Seunghyun. Entah kenapa tiba-tiba jiwa isengnya keluar. ”Dalam dua tahun ini Haerin benar-benar tumbuh jadi wanita yang menarik ya?!” ujarnya sengaja menggoda Seunghyun. Ia mengedipkan mata ke Youngbae agar ikut ke dalam permainannya.

Youngbae terkekeh melihat sinyal dari Jiyong. ”Hahaha, aku kira hanya aku saja yang berpikiran seperti itu,” ia ikut menggoda Seunghyun.

Seunghyun hanya diam tak menanggapi, ia sedang tak ada mood untuk meladeni Jiyong dan Younbae. Perhatiannya terfokus ke lantai dansa. Tidakkah mereka berdua terlalu dekat?! Ia melihat kedua tangan Jay merangkul pin

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
wha_04 #1
Nice, don't give up
FatButPretty #2
Chapter 5: awesome!!! update soon !!
Banyakin part haerin sama senghyun nya dong ^^