Menghapus

Hate That I Hurt You (Previously 'Hate That I Love You')
Please log in to read the full chapter

“Haerin…kau sudah masuk kerja? Baguslah…aku butuh bantuanmu,” Jihye menelpon Haerin dari kamar hotelnya sembari menyampirkan syal hitamnya di leher, bersiap untuk pergi kencan dengan Joon.

“Ada beberapa koleksi kita yang rencananya akan digunakan oleh SBC untuk program drama baru mereka, kau bisa mengantarkan bukletnya siang ini?” Jihye berdiri memeriksa penampilannya di cermin yang tergantung di dinding. Mengenakan kemeja besar berwarna putih dengan legging jeans bewarna biru pudar serta ikat pinggang besar berwarna hitam.

“Oh ya, sekalian kau bawakan juga beberapa file di mejaku ke kantor Jihoon oppa, ada di map warna biru dan abu-abu di atas mejaku.” Jihye meneruskan intruksinya tangannya sekarang sibuk merapikan rambut hitamnya yang berpotongan pendek dengan gaya bob.

“Chagiya…kau sudah siap?” Joon mengintipkan kepalanya dari balik pintu, memperhatikan Jihye yang sibuk menelpon.

Jihye menoleh ke arah Joon, mengacungkan jempolnya. “Haerin, kau ingat kata-kataku tadi kan? Oh ya, sekalian kau cek ke pabrik, persiapan pengiriman koleksi baru yang akan di kirim ke Makau dan Hong Kong,” ia kembali berbicara di hpnya.

“Aku baru kembali ke Seoul nanti malam, tolong ya Haerin sayang…makasih.” Jihye menutup sambungan, ia berbalik mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan menyambar tas tangannya yang tergeletak di atas ranjangnya.

“Ayo, kita berangkat…” Jihye mendahului Joon keluar dari kamar. Sekilas melirik penampilan Joon yang tampak seperti cowok Jepang umumnya.

 Joon mengenakan Hoddie abu-abu dengan jaket kulit hitam di luarnya, celana jeans belel dan sepatu kets.

“Kita mau kemana?” Tanya Joon sembari menutupi wajahnya dengan kacamata berbingkai tebal dan rambut pirangnya dengan binnie berwarna hijau lumut.

“Hmmm….belum tahu, kita check out dulu. Yang jelas aku ingin makan ramen terus ke kuil…lalu ke Shibuya.” Jihye mengutarakan semua rencananya sembari berjalan mundur.

“Jadi intinya aku hanya menemanimu jalan-jalan?” Joon pura-pura cemberut dan kecewa.

“Nggak kok…” Jihye buru-buru bergelayut memeluk lengan Joon, menyandarkan kepalanya.

Joon menundukan kepalanya mendekatkan wajahnya ke wajah Jihye, matanya menyipit menatap mata Jihye. Ia mencubit hidung Jihye, membuat Jihye mengernyitkan.

“Ahh…sayangnya cuma sehari,” Joon menghela nafas, kembali memperhatikan langkahnya, tangannya merapikan ransel yang ia tenteng.

“Siapa suruh besok punya jadwal manggung,” ujar Jihye memeletkan lidahnya.

“Aish~~ dasar jadwal nakal,” maki Joon.

Jihye tertawa melihat ekspresi kesal Joon yang lucu. “Ayo cepat…nanti kita ga puas jalan-jalannya,” Jihye menarik lengan Joon agar mempercepat langkahnya. Hari senin, syukurlah…tempat-tempat yang akan mereka kunjungi pasti tak begitu ramai, ia bersyukur dalam hati.

**

Haerin melangkah keluar dari kantor departemen produksi stasiun TV SBC, menghela nafas lega. Hari sudah sore, dan ia baru saja selesai menyerahkan beberapa buklet koleksi clothing line mereka yang dibutuhkan SBC. Karena intruksi Jihye tadi pagi di telepon, sudah seharian ia berkeliling dari kantor JTune, pabrik dan langsung menuju stasiun SBC.

Haerin merapikan tali tas di bahunya, tangannya yang lain mendekap map dokumen. Ia langsung melangkah menuju mesin penjual kopi di sudut koridor ruangan itu.

Ia memasukkan beberapa keping uang logam dan menekan tombol bertuliskan [Black Coffe]. Menunggu mesin itu menyiapkan segelas kopi panas sambil mendekap erat map di dadanya. Telapak tangannya bergerak mengusap lengannya.

Beberapa orang lalu lalang di koridor itu, stasiun TV tampaknya memang tak pernah tak sibuk. Ia menoleh memperhatikan pemandangan di luar jendela di dekatnya, musim gugur sudah resmi singgah di Korea, menyapa penduduk Seoul dengan angin dingin dan cuaca mendung.

”Haerin?! Ya~ So Haerin!”

Haerin menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Ia mendapati Park Bom berdiri berkacak pinggang memandanginya. ”Ohh…onnie, apa kabar?” Haerin membungkukan kepalanya ke arah Bom.

”Aigoo…kalau ga ketemu di sini, kamu ga bakal ngehubungin aku ya??” Bom mendekati Haerin, tangannya tersilang di depan dada. Menatap lurus ke mata Haerin.

”Benar-benar maaf onnie…aku kemarin sakit jadi lupa menghubungi kalian,” Haerin menunduk menunjukkan rasa sesalnya.

”Sakit?! Ommo sudah sembuh kah?” ekspresi Bom melunak, ia mengusap bahu Haerin, memperhatikan wajah Haerin yang masih terlihat agak pucat.

”Sudah baikan kok,” Haerin tersenyum. “Emmm…onnie sedang apa di sini?”

“2NE1 ada jadwal rekaman buat acara talkshow, ini lagi siap-siap. Ayo ketemuan ma yang lain? Mereka lagi nunggu di ruang ganti.” Bom mengapit lengan Haerin.

”Sebentar onn,” Haerin berbalik meraih gelas kopinya, lalu mengikuti Bom menuju ruang ganti 2NE1 di sisi lain gedung salah satu stasiun TV terbesar di Korea itu.

*

”Ladies~ liat siapa yang aku temukan,” ujar Bom sambil melangkah masuk ke ruang ganti itu. Minzy dan Chaerin menghentikan kegiatan mereka berpose di depan kamera Dara. Bertiga mereka menoleh ke arah Bom masuk.

Haerin mengintipkan wajahnya dari balik pintu, tersenyum lalu melambaikan tangannya yang memegang map.

”Ommo…Haerin-ah,” Chaerin langsung menghampiri Haerin, menarik tangan Haerin yang memegang map, mengajaknya masuk.

Haerin membungkuk memberi salam kepada beberapa staff stylist YG yang juga berada di dalam ruangan itu. Minzy dan Dara langsung mengerubungi Haerin.

”Onnie, lagi apa di SBC?” Tanya Minzy, matanya membesar karena penasaran.

”Ada urusan dengan bagian produksi,” Haerin menunjuk map-map yang dibawanya.

”Ahhh…aku kira kau datang menemani MBLAQ kemari, aku sudah kangen dengan Sanghyun.” Dara menghela nafas kecewa, bahunya tertunduk lemas.

”Aigooo…Darong, mentang-mentang Haerin di JTune, yang ditanyain Sanghyun mulu,” Bom mencubit pipi Dara, membuat Chaerin, Minzy dan Haerin terkekeh.

”Hei, mana kesopanan kita…Haerin belum duduk sudah diberondong pertanyaan…Haerin ayo duduk,” Chaerin mengajak Haerin duduk di sofa hitam yang ada di sudut ruang ganti itu.

Haerin mengikuti Chaerin duduk, tangannya meletak map dan tasnya di pangkuan, sekarang ia bisa lebih leluasa menggengam gelas kopinya.

”Chaerin-ahh, kau juga masih memanggilnya Haerin saja…mana kesopananmu,” Bom mengusap poni Chaerin gemas, sebelum akhirnya duduk si sebelah Haerin.

”Hahaha…iya juga ya…penampilan Haerin sekarang terkesan dewasa, ngga seperti dulu.” Chaerin memperhatikan sosok Haerin yang mengenakan jeans ketat putih dan sweater biru gobor. ”Haerin onnie, maafkan aku…” Chaerin membungkuk memberi salam hormat membuat Haerin tertawa.

”Ga apa-apa Chaerin. Oh ya…jam berapa rekamannnya?” Haerin melirik ke arah Dara yang sedang dirapikan make upnya.

“Sebentar lagi, kau mau nonton?!” jawab Dara melihat Haerin dari cermin rias, pipinya sedang ditambahkan blush on berwarna soft pink.

“Ayo onnie, nonton aja…kayak dulu waktu kita sering nontonin oppa-deul di Big Bang rekaman,” ajak Minzy, sibuk mengingat gerakan tari yang akan ia peragakan nanti.

 Haerin sejenak tertegun mendengar kata-kata Minzy, lalu buru-buru meneguk kopinya yang mulai dingin.

“Ayolah… paling cuma beberapa jam, ga sampai larut kok, ” ujar Chaerin. Bom mengangguk ikut meyakinkan Haerin. Haerin membisu sesaat, jemarinya yang dihiasi kutek warna hitam sibuk memainkan ujung sweaternya.

“Ahh…baiklah, aku akan menonton rekaman kalian.” Haerin tersenyum geli mendapati para personil 2NE1 menunggu dengan tatapan memohon.

*

Haerin duduk bersama staff YG yang lain di ruangan tunggu dekat panggung acara Talk Show tempat 2NE1 melakukan rekaman. Seruan yel-yel dari fansclub Blackjack, VIP dan penonton lain yang hadir, terdengar riuh sampai ke dalam ruangan tempat dirinya berada.

“Ohh, Haerin-ah, kau ada di sini juga?” Haerin menoleh, mendapati Jieun, stylist Big Bang baru tiba di ruangan itu, duduk di bangku kosong tepat di sebelahnya.

“Ommo!! Jieun onnie, apa kabarnya?” Haerin menyalami Jieun, saling menempelkan pipi kiri dan kanan mereka.

“Baik, kamu?! Aku dengar dari Youngbae dan Dae kau kemarin bertemu mereka di rumah Gummy?” Jieun masih menggenggam tangan Haerin yang dihiasi beberapa cincin perak, matanya menilik penampilan Haerin.

“Iya, onnie ga ikutan kemarin?” Ujar Haerin sambil merapikan beberapa helai rambut panjangnya ke belakang telinga.

“Nggak, aku sibuk nyiapin pakaian-pakaian buat promo Big Bang di Jepang,” ujar Jieun dengan nada kecewa. “Oh ya, kemarin aku juga ketemu Lee Riyoo di Myeongdong, dia lagi berbelanja untuk keperluan pernikahannya, kau ingat Lee Riyoo kan?”

Haerin terdiam, Lee Riyoo!? Sekejab ia mengalihkan pandangannya dari Jieun. Kenapa setiap kali ia bertekad melupakan soal itu, selalu saja ada yang mengingatkannya kembali, ia menghela nafas pelan.

“Ohh! Ommo! Maaf Haerin aku lupa,” Jieun merasa tak enak. Ia keceplosan.

“Ga apa-apa kok onnie…” Haerin tersenyum, sepertinya hubungannya dengan Seunghyun dan Lee Riyoo sudah menjadi rahasia umum di YG. Tangannya menepuk lutut Jieun menenangkan.

“Tampaknya onnie makin sibuk ya?” Haerin mengalihkan topik pembicaraan mereka.

“Ahhh…iya, anak-anak makin banyak kegiatan, belum lagi membantu mereka menyiapkan untuk promo solo.” Jieun tertawa janggal, masih merasa tak enak karena mengungkit nama Lee Riyoo di depan Haerin. “Ohhh…mereka sudah mulai tampil,” Jieun menunjuk ke arah monitor.

Haerin menatap layar televisi yang menayangkan pertunjukan dan wawancara talkshow dengan 2NE1 dengan pandangan kosong.

***

“Kalian putus?” Sanghee menatap Haerin—kaget. “Tapi….bukannya kalian baru berhubungan? Hampir tujuh bulan kan?”

Haerin mengangguk lemah. Ia baru saja bercerita kepada Sanghee dan Jihye tentang kondisinya dengan Seunghyun. Entah kenapa acara minum teh di apartemen Jihye berubah menjadi acara curhat.

“Sudah kuduga,” ujar Jihye datar. “Hubungan kalian memang sudah aneh dari awal, jarang bertemu…di kantor pura-pura tak akrab…tak pernah foto berdua…Seunghyun-ssi bahkan tak mau datang untuk berkenalan dengan kita,” ia menghembuskan nafas kesal. Memasang wajah aku-tahu-ini-akan-terjadi kepada Haerin.

“Onnie~ Seunghyun-ssi dan grupnya memang sedang sibuk-sibuknya kan?” Sanghee menegur Jihye. “Mungkin…Seunghyun-ssi ingin melindungi Haerin, bukannya YG tak mengijinkan ada skandal antara artis dan staffnya?” Ia berusaha membesarkan hati sahabatnya.

Haerin hanya diam tak menanggapi. Dirinya lelah, entah kenapa ia sudah menduga Seunghyun akan mengakhiri hubungan mereka. Yang tak duganya hanyalah kalau itu kan terjadi tepat di hari ulang tahunnya di awal bulan Desember itu.

“Ahhh…aku tak tahan melihat ini,” Jihye beranjak menuju meja kerjanya, merongoh sesuatu dari dalam laci. “Sebenarnya aku sudah lama ingin memberitahumu,” ujarnya sembari melangkah kembali ke sofa ruang tamunya, menyodorkan lembaran kertas ke Sanghee.

Sanghee membaca isi kertas-kertas itu. Beberapa artikel dan foto Seunghyun bersama seorang wanita menghiasi semua lembaran yang disodorkan Jihye. Matanya berpindah-pindah dari kertas ke Haerin lalu Jihye.

“Onnie….ini semua??” Sanghee menatap Jihye, berharap apa yang dipikirkannya tidaklah benar. Sungguh kasihan Haerin, pikirnya mengalihkan pandangannya ke Haerin yang duduk di sebelahnya.

“Salah seorang teman persku mengirimkannya lewat email dua bulan yang lalu. Itu hasil laporan skandal yang seharusnya dimuat media tentang Seunghyun-ssi, tapi YG keburu meng-cover semua.” Jihye sudah duduk kembali di sofa, menyandarkan punggungnya dengan kedua tangannya terlipat di dada.

Haerin melirik ke arah lembaran kertas di pangkuan Sanghee, membaca satu persatu kata-kata yang tertera di artikel itu. Matanya berpindah ke foto yang tercantum di artikel itu, Seunghyun tampak tersenyum sambil merangkul seorang wanita cantik berambut panjang.

”Siapa wanita yang dirangkul Seunghyun-ssi??” komentar Sanghee dengan suara pelan, matanya melirik ke arah Haerin. Jihye menarik nafas, matanya berpindah dari kertas ke wajah Sanghee lalu Haerin.

“Menurut hasil penyelidikan mereka. Nama wanita itu Lee Riyoo, seorang mahasisiwi jurusan sastra Jerman tingkat akhir,” papar Jihye malas.

“Teman persku mengatakan kalau mereka sudah memiliki hubungan spesial jauh sebelum Seunghyun bergabung dengan YG. Dan Seunghyun-ssi sering terlihat menghabiskan waktu luangnya di apartemen wanita itu di Yongsan-gu, bahkan saat ia sedang berhubungan dengan Haerin.” Jihyee mengucapkan kata-kata terakhir dengan nada geram.

”Tunggu onnie…kalau mereka berdua berhubungan saat Seunghyun dan Haerin masih berpacaran. Berarti Seunghyun-ssi dengan Haerin?!” Sanghee menatap Haerin prihatin, apa yang ia takutkan tadi benar-benar menjadi nyata.

“Entahlah…” Jihye menghela nafas pelan. “Menurutku Seunghyun-ssi dengan Haerin hanyalah sebatas pelarian. Kau tahu, saat kau berusaha melupakan orang yang kau cintai dengan memulai hubungan baru dengan orang lain.” Ia memaparkan teorinya dengan perasaan segan.

“Aku tak begitu jelas dengan kondisi mereka, tapi sepertinya Lee Riyoo sempat memutuskan hubungan dengan Seunghyun-ssi, dan itu terjadi saat Haerin dan Seunghyun-ssi mulai berpacaran. Lalu lima bulan yang lalu, sepertinya Lee Riyoo dan Seunghyun-ssi kembali berhu

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
wha_04 #1
Nice, don't give up
FatButPretty #2
Chapter 5: awesome!!! update soon !!
Banyakin part haerin sama senghyun nya dong ^^