Pertemuan

Hate That I Hurt You (Previously 'Hate That I Love You')
Please log in to read the full chapter

KRINGGGGGGGGGGGG!!!!!!

Jerit alarm pagi menyusup ke dalam indra pendengaran Haerin, mengguncang gendang telinga. Haerin sontak terbangun, mengusap-ngusap matanya sambil sedikit menggerutu. Tangannya terulur mematikan dering alarm. Dengan malas ia bangkit dari peraduannya, menyeret kaki menuju dapur.

Jarum jam baru menunjukkan pukul lima tiga puluh pagi.

Mata Haerin masih setengah terpejam, tangannya meraih air mineral dingin dari dalam lemari es, meneguknya dengan lahap. Sejenak ia bersandar di pintu lemari pendingin itu, mengumpulkan serpihan rohnya yang masih menyebar ke seantero jagad. Mulutnya menguap lebar, pandangannya tertuju ke tumpukan desain baru yang ia kerjakan sampai jam setengah dua subuh tadi, membuatnya menggeliat, merenggangkan semua sendi tubuhnya.

Ia menghangatkan nasi lalu pergi mandi. Sembari menyiapkan diri untuk rapat penting di JTune Creative pagi ini. Haerin baru selesai mengulas lipstick berwarna nudenya saat teko air dengan panik bersiul menandakan dirinya sudah siap diangkat. Dengan sigap Haerin mematikan kompor dan menuangkan air panas ke dalam gelas berisi adonan kopi kental, rutinitasnya setiap pagi.

Sarapan nasi, telur dadar, kimchi dan nori dilahapnya terburu-buru, Haerin tak ingin terlambat menghadiri rapat. Jarak dari rumahnya ke kantor JTune di Cheongdam-dong cukup jauh, apalagi jalanan dan subway di Seoul sangat padat di pagi hari.

Rapat triwulan ini penting, hari ini Mr. Jung Jihoon—sang CEO juga menghadiri rapat. Haerin bergegas membereskan semua perlengkapan kerjanya, memeriksa pintu, kompor dan jendela. Terburu menuju stasiun bus, dia merapatkan syalnya. Angin musim gugur sudah tiba di Seoul, dan suhu udara pun sudah terasa membeku.

Jalan di kawasan Cheongdam-dong tampak ramai, kendaran bermotor dan orang-orang tampak terburu menuju tujuan kerja mereka masing-masing. Haerin mempercepat langkahnya di tengah kerumunan, menuju kantor JTune.

Tubuhnya memasuki jalan kecil ke arah perkarangan belakang kantor JTune. Sebuah suara dari dalam Café di pinggir jalan menghentikan langkahnya, ia menoleh sekedar memastikan sumber suara tersebut. Bernafas lega setelah mengetahui hanya siaran TV.

Matanya menembus kaca yang memisahkan dirinya dengan layar elektronik di dalam Café itu. Mendapati wajah familiar dengan suara serak dan berat yang khas darinya, senyumannya yang selalu meluluhkan hatinya serta tatapan matanya yang tajam.

Kembali dia terbawa dengan kenangan lalu. Dia menggeleng kuat, buru-buru menghapus semua potongan-potongan gambar yang selalu muncul setiap nama dan wajah pria itu tertangkap inderanya, bergegas melanjutkan langkahnya yang terhenti.

*

Suasana dalam JTune Creative tampak ramai. Para staff sibuk menyusun berkas-berkas perencanaan dan desain-desain produk yang akan dibahas dalam rapat. Haerin pun repot menyusun daftar presentasinya di atas meja.

Puk!

Jihye memukul pelan kepala Haerin dengan tabung gambarnya.

“Deuh onnie… pagi-pagi dah sadis,” Haerin manyun.

“Idih… gitu aja dah ngambek,” Jihye mencubit gemas pipi Haerin.

“Huuu..... Bahan presentasi onnie sudah siap?” tanya Haerin sembari mengusap pipinya yang memerah.

“Sudah..” Jihye menunjukan tabung gambarnya. “Yuk…rapatnya udah mau dimulai tuh.”

“Iya..” Haerin berlari kecil menyusul Jihye menuju ruang rapat dimana Mr. Jung Jihoon sudah duduk, siap mendengarkan ide-ide segar untuk koleksi clothing line-nya.

*

--You’ve got 1 message--

Haerin baru saja menyalakan laptopnya, ketika pemberitahuan email baru itu muncul di layar. Perlahan ia meletakkan bahan presentasinya di atas meja, menghempaskan tubuhnya di kursi dengan kedua bola matanya tetap tertuju ke layar LCD. Tangannya menggerakkan cursor mengklik pesan itu :

From      : [email protected]

To           : [email protected]

Subject : Promise?

---------------------------------------------------------------------

So Haerin! Hari ini kamu datang kan?

Onnie menunggu di rumah. INGAT KAU HARUS DATANG! =3

Ps : tenang hari ini mereka ada jadwal sampai malam, jadi ga bisa datang

     You’ll save >.<

     Just come okay, I’m expecting you. (^^)

Haerin tercenung sesaat, hatinya bimbang. Sudah berkali-kali ia menolak ajakan Gummy-onnie untuk bertamu ke rumahnya di Gangnam-dong. Tapi kali ini, tampaknya ia tak bisa menghindar lagi.

“Hei~ lagi ngelamunin apa?” Jihye duduk di sudut meja, turut menatap ke layar laptop Haerin. “Haerin-ah…kau ga akan menolaknya lagi kan?” Jihye mengamati wajah Haerin. Haerin menghembuskan nafas berat. “Dasar bodoh…kamu ga bisa ngehindar selamanya,” Jihye menjitak kepala Haerin pelan.

“Tapi onnie, aku masih merasa belum siap bertemu dengan orang-orang di sekitarnya,” pundak Haerin terasa berat. “Terkadang aku berpikir seharusnya aku tetap tinggal di London,” sesalnya.

“Astaga Haerin!….Kamu ini benar-benar….” Jihye membuang nafas kesal. “Pikir dong… kalau kalian memang ditakdirkan akan bertemu kembali, mau kamu tinggal di Antartika juga tetap saja ketemu,” Jihye menjitak Haerin gemas.

“Tapi onnie….” Haerin memelas.

“Udah…apa sih yang ditakutin? Masa kamu mutusin hubungan ma Gummy-onnie hanya karena kamu ga mau ketemu dia lagi?” Jihye menatap mata Haerin langsung. ”Lagi pula Gummy-onnie kan dah bilang kalo dia dan gengnya ada jadwal sampai malam, jadi apalagi yang kau khawatirkan?? Jangan kecewain Gummy-onnie.” Jihye menepuk pundak Haerin meyakinkan.

*

Petang baru saja menjelang, di depan pintu sebuah komplek apartemen di sisi sungai Han di Gangnam-dong, Haerin masih berdiri ragu. Lama ia hanya menatapi pintu masuk gedung apartemen itu. Haerin membuang nafas, huff…ia menguatkan diri melangkahkan kaki masuk menuju apartemen No. 808 itu.

*

“Haerin-ah,” wanita cantik berambut hitam pendek itu langsung memeluk tubuh Haerin erat. “Kangennya…ayo masuk.” Gummy menarik Haerin ke dalam apartemennya.

“Maaf onnie, baru menjumpaimu sekarang,” Haerin membalas pelukan Gummy erat, lalu menyodorkan sekeranjang buah sebagai oleh-oleh.

Gummy mengajak Herin masuk ke dalam ruang tamu. Haerin mengikuti sembari melepaskan syalnya, matanya bergerak memperhatikan ruangan. Tata ruang dan furnitur di dalam apartemen itu tampak tertata rapi. Mrs. Jang, omma Gummy muncul dan menyambutnya dengan gembira, sebelum akhirnya keluar meninggalkan Haerin dan Gummy berdua. Gummy mengajak Haerin duduk di ruang tamu. Haerin memandang ruangan itu terkagum.

“Onnie….rumahnya bagus,” Mata Haerin masih berputar memperhatikan isi ruangan.

”Terimakasih..” Gummy terlihat sumringah mendapat pujian itu. ”Kau ini… menghilang terlalu lama…seharusnya saat kau tiba di Seoul, kau langsung menghubungiku. Kalau Bom dan Chaerin tak mengatakan kabar tentangmu, mungkin kau tak akan mengabariku kan?” Gummy mengungkapkan kekecewaannya.

“Maaf onnie , aku ga bermaksud begitu,” Haerin merasa tak enak.

“Ya sudahlah. Jadi….kau bekerja di JTune sekarang?” Gummy menyodorkan secangkir Liang teh panas.

“Iya, sudah hampir dua tahun… sejak aku mengambil jurusan fashion design di London,” Haerin menyerumput tehnya pelan. Rasa khawatirnya perlahan-lahan lenyap.

Hening, tampak Gummy dan Haerin sibuk dengan tehnya masing-masing. Seketika mereka bingung ingin membicarakan apa, padahal di waktu yang lalu…begitu banyak yang mereka bagi.

Gummy memperhatikan sosok Haerin yang menunduk. Ia sudah menganggap Haerin seperti adik. Tapi gadis di hadapannya ini terlihat begitu berbeda dengan sosok gadis yang ia kenal dulu. Nafasnya berhembus perlahan dari mulutnya.

“Jadi kau tak bekerja menjadi asisten manajer lagi?” tanya Gummy memecahkan kesunyian, sejenak pandangan Gummy dan Haerin bertemu.

“Tidak…sekarang aku di bidang fashion, tapi pekerjaanku masih tak lepas dari dunia Entertaimen?” Haerin pura-pura memberengut, membuat Gummy tersenyum geli melihatnya.

Pembicaraan mereka pun akhirnya mengalir seputar hal-hal dan kabar-kabar diantara mereka, perlahan jarak antara mereka kembali mendekat.

TING TONG~

Suara bel, memutus percakapan Haerin dan Gummy. Spontan mereka saling berpandangan, sama-sama bertanya siapa yang datang. Gummy pun bangkit menuju layar control di deket pintunya.

“Ya…siapa di situ?” Namun di layar monitor hanya tampak beberapa kotak kue dan se-krat minuman soda. Ia menoleh ke arah Haerin bingung, lalu menghilang menuju pintu.

“ONNIE~~ NUNA~~ surprise!!” Gummy tersentak melihat tamu-tamu itu.

Ramai suara-suara di depan pintu membuat Haerin penasaran. Apa onnie menantikan tamu yang lain? Haerin bertanya dalam hati, menoleh ke arah sumber suara. Sepertinya ada banyak orang yang datang. Haerin menatap arlojinya, sudah jam tujuh malam, Ah~ sudah satu jam lebih ia di rumah onnie. Apa sebaiknya aku pamit?

Suara langkah-langkah kaki dan tawa ramai memasuki ruang tamu tempat Haerin berada. Haerin sontak berdiri menyambut siapapun yang datang.

Matanya langsung membulat saat mendapati wajah-wajah familiar muncul di hadapannya, mereka ada di sini?? Jangan-jangan dia juga… kedua bola matanya bergerak cemas, jantungnya pun berdetak kencang.

“HOOO!!!” seru Seungri tiba-tiba, terkejut mendapati Haerin di ruang tamu.

Kuatkan hatimu Haerin, Haerin berusaha meneguhkan hatinya. Gummy yang terlambat memberikan peringatan hanya bisa menatap Haerin penuh sesal.

“YA~ Seungri! jangan berhenti di tengah jalan dong?” Jiyong menggetok kepala Seungri yang berhenti tiba-tiba. Youngbae, Daesung, Chaerin, Bom, Dara dan Minzy muncul satu-persatu dari belakangnya. Mereka semua ikut terkejut saat melihat Haerin. Kaku, Haerin menganggukkan kepalanya, berusaha menyapa mereka semua dengan wajah tersenyum.

 “Hei..bisa-bisanya kalian meninggalkanku sendiri membawa semua ini?!?!” Suara serak dan berat yang khas terdengar dari belakang rombongan kecil itu. Choi Seunghyun tampak repot membawa seikat buket bunga lili, satu kotak tart dan dua botol wine merah. Seketika pandangan Haerin terpaku ke sosok lelaki yang masih belum bisa ia lupakan.

“Nuna…ini aku bawakan makanan kesukaanmu,” Seunghyun mengancungkan kedua tangannya. “Kau pasti suk…..” kalimat Seunghyun menggantung saat matanya mendapati sosok Haerin di dalam ruangan itu.

Orang-orang yang berada di dalam ruangan itu spontan memperhatikan perubahan mimik wajah Haerin dan Seunghyun. Seketika suasana di ruangan itu menjadi hening.

Kaki Haerin terasa goyah, Ya Tuhan….nafasnya tertahan. Pandangan mereka berdua bertemu, ekspresi terkejut jelas tampak di wajahnya dan Seunghyun. Aku masih belum siap, ujarnya dalam hati.

“Ah~~ Nuna, apa kabar?” seru Daesung tiba-tiba, memecahkan kesunyian, buru-buru ia menghampiri Haerin yang masih belum lepas dari rasa syoknya.

“Ohhh…” Haerin tergagap, ”baik Dae, lama tak bersua ya?” Ia buru-buru beralih, tersenyum ramah ke arah Daesung, berusaha bersikap normal.

”Benar, sudah lama sekali,” Jiyong dan Seungri berbarengan turut menyapa Haerin.

”Kau memanjangkan rambut? Tampak an

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
wha_04 #1
Nice, don't give up
FatButPretty #2
Chapter 5: awesome!!! update soon !!
Banyakin part haerin sama senghyun nya dong ^^